KAIDAH DHAMA’IR
Diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Al-Tafsir Wa Qawaiduh
Di susun oleh:
SAMARINDA 2023
BAB 1
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dhama’ir
Sedangkan menurut Abu Ibrahim Anfas dkk, Dhamir menurut ahli bahasa
Arab adalah:
Artinya: “Istilah yang dipakai untuk kata ganti orang pertama, kata ganti
orang kedua tunggal, atau kata ganti orang ketiga tunggal, sehingga Dhamir
menempati posisi kata yang digantikannya”. Contoh : ( أناsaya), ( أنتkamu), ( هوdia),
atau huruf ta pada ( كتبتkatabti-katabta-katabtu) dan huruf wawu pada يكتبون.
Kalau dikembalikan pada makna dasarnya, kata ganti orang dalam bahasa
Arab disebut Dhamir karena ia menggantikan posisi kata yang pada asalnya
1
Muhammad Aqsho, "Kaidah-kaidah tentang Penafsiran Alquran" dalam Jurnal Warta
Edisi 49, Vol. 1, No. 2, 2016.
1
disebutkan dengan jelas (dhahir) menjadi tidak jelas (Dhamir) ketika tidak ada yang
dirujuknya. Kebalikan dari isim Dhamir adalah isim dhahir, misalnya :
Dhomir yang tidak bisa berada di awal kalimat, atau bisa juga disebut
dhomir yang melekat atau tersambung dengan kata yang lainnya. Dhomir bariz
muttashil bisa masuk pada kata yang beri’rab rafa’, nasab, dan jar. Dhamir
muttashil ada 9 :
1. ta’ ()التاء, nantinya ada yang berharakat fathah (ta), kasroh (ti) dan dhommah (tu)
2. Nun alif () نا: untuk mutakallim ma’al ghair atau orang pertama lebih dari satu.
4. alif ()ا
5. nun ()ن
6. kaf ( )ك
7. ya ()ي
9. haa ()ها: dhomir muttasil هَاmenunjukkan kata ganti untuk perempuan (muannats)
ghaibah 1 orang (dia perempuan 1).
2
Maimunah dan Nirmla, "Kajian Gramatikal: Faidah kata Ganti dalam Alquran" dalam
Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, Sastra, Vol. 4, No. 2, 108, 2022.
2
2. Dhamir munfashil (tidak bersambung)
Dhamir yang terpisah, bisa berdiri sendiri, tidak tergantung pada kalimat
lainnya, bisa diletakkan di awal kalam atau Dhamir yang bisa menjadi
mubtada,contoh : 3أنامجتهد
3. Dhamir Bariz
Dhamir yang tampak dalam sebuah lafadz seperti huruf ta pada قمتdan
huruf wawu pada كتبواdan huruf ya pada اكتبي.
3
Maimunah dan Nirmla, "Kajian Gramatikal: Faidah kata Ganti dalam Alquran" dalam
Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, Sastra, Vol. 4, No. 2,109, 2022.
3
4. Dhamir Mustatir
5. Dhamir Marfu’
Dhamir yang menempati posisi isim marfu’. Misal : قمت, Dhamir ت
menduduki I’rab rafa’ karena ia adalah fa’il dari fi’il madli.
6. Dhamir Manshub
Dhamir yang menempati posisi isim manshub. Misal: َ أَك َرمتكDhamir َك
menduduki I’rab nashab karena ia adalah maf’ul bih (obyek).
7. Dhamir Majrur
Dhamir yang menempati posisi isim majrur. Misal : فِي بَيتِ ِه Dhamir ه
menduduki I’rab jar karena ia jatuh setelah huruf jar.
Kaidah dhamir dalam Al-Qur'an merupakan salah satu kaidah yang penting
dalam menafsirkan Al-Qur'an. Karena dhamir ini berfungsi untuk menggantikan
penyebutan kata-kata yang banyak dan menempati kata-kata itu secara sempurna,
tanpa mengubah makna yang dimaksud dan tanpa pengulangan.5 Dan ini
merupakan salah satu bentuk efektivitas suatu kalimat.
Ada beberapa kaidah dhamir yang perlu diketahui dengan baik, yakni6:
- Kaidah Pertama:
4
Dr.H.Su’aib H.Muhammad, M.Ag, Tafsir Tematik : Konsep, alat bantu dan cara
penerapannya, ( Malang : UIN MALIKI PRESS,Cet 1, 2013), 45.
5
Ahsin W. Hafldz, Kamus Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Amzah,2005), 61.
6
Muhamad Zulfikar Nur falah, Ulumul Quran: Lima Kaidah Dhamir dalam Al-
Quran,(Tanwir,ID, 2021).
4
اذا كان يف االية ضمري حيتمل عوده ايل اكثر من مذكوروامكن احلمل علي
“Bila dalam ayat terdapat dhamir yang mungkin kembali kepada yang lebih
banyak daripada yang disebutkan, dan dapat dibawa kepada semua, maka dibawa
semuanya itu”.
Dhamir pada ayat ini adalah ( ) ِهyang terdapat dalam kata ()مالقي. Sebagian
mufassir berpendapat, tempat kembalinya dhamir tersebut adalah kata ()ربك.
Sehingga diberi makna “kamu pasti akan bertemu Tuhanmu”. Peristiwa bertemu
dengan Tuhan, memang banyak dikemukakan dalam beberapa ayat, sehingga
pendapat di atas dapat dibenarkan.
Maka, makna ayat ini adalah sesuai dengan tempat kembalinya dhamir yang
ternyata dapat dimaknai dengan benar. Karena sesungguhnya, setiap manusia itu
akan menjumpai hasil dari amal perbuatannya kelak di akhirat. Dan kata yang telah
disebutkan, dapat dikatakan seluruhnya benar sebagai tempat kembali dhamir pada
ayat di atas.
- Kaidah Kedua
فاالصل عوده للمضاف,اذا ورد مضاف ومضاف اليه وجاء بعد مها ضمري
“Bila terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih, kemudian datang dhamir, maka
hukum dasarnya adalah bahwa ia dikembalikan kepada mudhaf”.
5
Kaidah pokoknya adalah ketika terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih sebelum
dhamir, maka dikembalikan ke mudhaf, kecuali ada petunjuk-petunjuk lain yang
mengharuskan dikembalikan kepada mudhaf ilaih. Sebagai contohnya, tercatat
dalam firman Allah, yang berbunyi:
وم ِوها ۗ إِ َّن إ َِّ َوآ اَت ُكم ِمن ُك ِل ما سأالإتموه ۚ وإِ إن تاع ُّدوا نِعمت
ٌ ُاْلنإ اسا ان لاظال صا ُ اَّلل اال ُإُت إ إ ِّ ا ا ُ ُ ُ ا ُ إ ا ا
َّار
ٌ اكف
Artinya: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah) (QS. Ibrahim: 34).
Susunan mudhaf dan mudhaf ilaih di dalam ayat di atas, adalah ()نعمة هللا.
Kata ( )نعمةadalah mudhaf dan kata ( )هللاadalah mudhaf ilaih. Sesudah ()نعمة هللا,
terdapat dhamir ( )هاyang terangkai dengan ()التحصوا. Dhamir ( )هاyang terdapat di
dalam ayat tersebut, kembalinya adalah ()نعمة. Karenanya, dhamir ()ها
adalah muannats dan kata ( )نعمةadalah muannats. Hal inilah yang menjadi pokok
untuk diungkapkan ayat di atas.
- Kaidah Ketiga:
مع كون, قد يذكر شيئان ويعود الضمري علي احدمها اكتفاء بذكره عن االخر
اجلميع مقصودا
6
َّ ع خمُإتالِ ًفا أُ ُكلُهُ او
الزيإتُو ان الزإر ا
َّ َّخ ال او ٍ ات و اغري معر ا
وشات اوالن إ ُ وش ا إ ا ا إ
ٍ َّات معر ا ٍ
ُ اوُه او الذي أانإ اشأا اجن ا إ
ِ َّ
ۚ ص ِادهِ ۖ اواال تُ إس ِرفُوا ِ ٍ ِ
الرَّما ان ُمتا اشاِبًا او اغ إ اري ُمتا اشابِه ۚ ُكلُوا م إن اَثاِرهِ إِذاا أاإَثاار اوآتُوا احقَّهُ يا إوام اح ا
ُّ او
ِ ُّ إِنَّهُ اال ُِحي
ب الإ ُم إس ِرف ا
ي
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada
fakir miskin) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-An’am: 141).
Pada ayat di atas, dhamir yang dimaksud adalah ( )هyang terangkai dengan
kata ()أكل. Sementara tempat kembalinya dhamir, dimungkinkan kepada dua term
yang sebelumnya, yakni ( )النحلdan ()الزرع. Namun, dhamir yang dimaksud kaidah
ini, yaitu yang terangkai dengan kata benda dan terletak pada akhir ayat, maka
tempat kembalinya adalah ()الزرع. Pada ayat di atas, yang bermacam-macam
buahnya adalah tanaman.
- Kaidah keempat
قد يثىن الضمري مع كونه عائدا على أحد املدكورين دون األخر
Artinya: Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu,
mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu
(QS. Al-Kahfi: 61)
7
Dhamir yang menjadi persoalan dalam ayat ini adalah ()هما, yang berkaitan
dengan ()حوت. Dhamir ( )هماdalam rangkaian kata itu merupakan kata ganti dari
Musa dan muridnya yang disebut pada ayat sebelumnya, Tempat kembali yang
dimaksud pada ayat tersebut bukan kepada keduanya, Musa dan muridnya, tetapi
hanya kepada muridnya. Hal ini dipahami dari konteks ayat bahwa yang membawa
ikan itu bukan keduanya, melainkan murid Musa.
- Kaidah Kelima
Artinya: Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada
Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan
dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit” (QS. Hud: 77).
Pada ayat ini, terdapat dua dhamir ()هم, yang keduanya terangkai dengan
kata ()ب. Yang pertama dikaitkan dengan kesusahan yang akan timbul dengan
kaumnya yang menyukai lelaki. Sedangkan yang kedua, dihubungkan dengan
kesusahan yang muncul dengan tamu di kala mendatanginya.
Selain itu fungsi dhamir antara lain untuk menjaga mufassir (penafsir) dari
kesalahan memaknai Alquran, menghindarkan diri dari kesalahan linguistik, dan
bisa memaknai Alquran secara proporsional dan mendalam.7
7
Muhammad Aqsho, "Kaidah-Kaidah Tentang Penafsiran Al-Qu'ran", dalam jurnal Warta
Dhamawangsa edisi no. 49, 2016.
8
Dalam kitab al-Burhan fi Ulumi Al-Qur'an. al-Syaukani (w. 250 H)
menjelaskan bahwa damir dalam Al-Qur'an memiliki fungsi sebagai berikut.8
Contoh senada juga dapat dijumpai dalam QS. al-Nur 24: 31, dimana dhamir
hunna menggantikan 18 kata yang disebutkan sebelumnya, yaitu lafazh al-
mu'minát. Ayat dimaksud berbunyi sebagai berikut.9
8
Ahmad Maimun, Ilmu Tafsir Kelas XII Peminatan Keagamaan, (Jakarta: Direktorat
KSKK Madrasah & Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2020), 35.
9
Mohammad Nor Ichwan, Memahami Bahasa Al-Qur'an Refleksi Atas Persoalan
Linguistik, (Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2002), 38.
9
صا ِرِه َّن اواإحي افظإ ان فُ ُرإو اج ُه َّن اواال يُإب ِديإ ان ِزيإنا تا ُه َّن اَِّال اما ظا اهار ِ ضإ
ض ان م إن ابإ ا ُ ٰت يا إغِ وقُل لِِّإلم إؤِمن
ُ ا إ
ۤ ۤ ۖ
ض ِربإ ان ِِبُ ُم ِرِه َّن اع ٰلى ُجيُ إوِبِِ َّن اواال يُإب ِديإ ان ِزيإناتا ُه َّن اَِّال لِبُعُ إولاتِ ِه َّن ا إو اٰ اب ِٕى ِه َّن ا إو اٰ اب ِء
ِمإن اها اولإيا إ
ن ا اخ ٰوَتِِ َّن ا إو ِ ِ ب عولاتِ ِه َّن او اب ن ۤا ِٕى ِه َّن او اب ن ۤا ِء ب عولاتِ ِه َّن او اِخواِنِِ َّن او ب
ْٓن ا إخ اواِنِِ َّن ا إو باِإ ْٓإ إ ا إ ا إ إ إا ُ ُ إ إ إا ُ ُإ
الر اج ِال ا ِو ال ِطِّإف ِل الَّ ِذيإ ان اإَل ِِّ اال إرباِة ِم ان ِنِس ۤا ِٕى ِه َّن او ما ملا اكت اإْياا ُِنُ َّن ا ِو ٰالتِّبِعِي اغ ِري اُوِىل إ
إا إ إ ا ا إ ا
ِض ِربن ِبارجلِ ِه َّن لِي علام ما ُُيإ ِفي ِمن ِزي ناتِ ِه َّۗن وتُوب ْٓوا اِ اىل ٰاَّلل ي ال
و
ا ِۖ يظإهروا ع ٰلى عوٰر ِت النِِّس ۤا
ء
ِّ ا ا ا إ إ ا إ ُ ُ إ ا ا إ ا إ إ ا إ ُإ ا ا ُإ ا ا إ
٣ ١َجإي ًعا ايُّها الإ ُم إؤِمنُ إو ان لا اعلَّ ُك إم تُ إفلِ ُح إو ان
ِا
Madlūl atau marji’ damir adalah sesuatu yang menjadi tempat kembali
damir. Menurut imam al-Zarkasyi, Madlūl damir yang telah diketahui oleh banyak
orang tidak perlu disebutkan namanya, melainkan cukup dengan menyebutkan
sifatnya, seperti damir sya’n pada QS. Al-Qadr [97]: 1:
10
اِ َّانْٓ انإ ازلإنٰهُ ِ إيف لاإي لا ِة الإ اق إد ِر
ۖ
ض اح ٰل ًَل طايِِّبًا َّواال تاتَّبِعُ إوا ُخطُ ٰو ِت الشإَّي ٰط ِۗن اِنَّه لا ُك إم
ِ َّاس ُكلُ إوا ِِمَّا ِِف إاالاإر
ُ َْٰٓيايُّ اها الن
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
Madlūl damir pada lafal اِنهkembali kepada setan yang berfungsi untuk
mencela. Selain itu, penggunaan dhamir dalam Al-Qur'an juga memiliki beberapa
tujuan lain, seperti:
11
untuk menghindari pengulangan kata-kata yang tidak perlu, sehingga
membuat kalimat lebih ringkas dan padat.
5. Mendalamkan Kajian Islam: Bagi mereka yang tertarik pada studi agama
Islam, pemahaman yang baik tentang dhamir adalah aspek penting dalam
memahami teks-teks agama, hadis, dan literatur Islam lainnya. Dhamir
digunakan secara luas dalam literatur keagamaan Islam, sehingga
pemahaman yang baik tentang penggunaannya sangat diperlukan.
Secara keseluruhan, kaidah dhamir adalah salah satu aspek penting dalam
ilmu tafsir Al-Qur'an yang membantu memastikan pemahaman yang akurat dan
mendalam terhadap teks suci ini. Dhamir adalah salah satu komponen penting
dalam pemahaman bahasa dan agama.
12
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, dalam bahasa Arab, dhamir mengacu pada kata atau frasa
yang digunakan untuk menggantikan kata benda atau merujuk pada orang, benda,
atau konsep tertentu dalam percakapan. Dhamir ini memiliki makna yang
tersembunyi, rahasia, dan berkaitan dengan perasaan. Secara istilah, dhamir adalah
kata ganti (isim) yang digunakan dalam percakapan untuk menggantikan
mutakallim (pembicara), mukhathab (lawan bicara), atau ghaib (yang dibicarakan).
Dhamir ini memiliki peran penting dalam memahami konteks dan hubungan antara
berbicara dan lawan bicara dalam bahasa Arab.
13
DAFTAR PUSTAKA
H.Muhammad, M.Ag, Dr.H.Su’aib, Tafsir Tematik : Konsep, alat bantu dan cara
penerapannya, ( Malang : UIN MALIKI PRESS, 2013).
Nirmala dan Maimunah, "Kajian Gramatikal: Faidah kata Ganti dalam Alquran"
dalam Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, Sastra, 2022.
Zulfikar Nur falah, Muhammad, Ulumul Quran: Lima Kaidah Dhamir dalam Al-
Quran,(Tanwir,ID, 2021).
14