Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KAIDAH DHAMA’IR
Diajukan guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Al-Tafsir Wa Qawaiduh

Dosen pengampu: Ibnu Khaldun, M.IRKH

Di susun oleh:

Najma Maulidia Muniroh 2142115012


Khairunnida 2142115027
Khairunnisa 2142115082

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD


IDRIS

SAMARINDA 2023
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dhama’ir

Secara bahasa, dhamir berarti: yang tersembunyi, rahasia, dan perasaan.


Sedangkan menurut istilah, dhamir berarti: isim (kata benda) yang disebut sebagai
ibarat (kata ganti) dari mutakallim (pembicara), mukhathab (lawan bicara), dan
ghaib (yang dibicarakan). Dalam bahasa Arab, dhamir terbagi menjadi tujuh
bagian: muttashil (bersambung), munfashil (terpisah), bariz (tampak), mustatir
(tersembunyi), marfu, manshub dan majrur.1

Sedangkan menurut Abu Ibrahim Anfas dkk, Dhamir menurut ahli bahasa
Arab adalah:

‫مادل على متكلم كأانأوخماطب كأنت أوغائب كهو‬

Artinya: “Istilah yang menunjukkan kata ganti orang pertama tunggal


seperti ‫( أنا‬saya), kata ganti orang kedua tunggal seperti ‫( أنت‬kamu), atau kata ganti
orang ketiga tunggal seperti ‫( هو‬dia)”.

Tidak jauh berbeda dengan definisi di atas, Syaikh Mushthafa Ghalayiny


(1986) mendefinisikan Dhamir sebagai

‫أوخماطب أو متكلم عن به يكىن ماعنه به يكىن ما مقام قائم فهوغائب‬

Artinya: “Istilah yang dipakai untuk kata ganti orang pertama, kata ganti
orang kedua tunggal, atau kata ganti orang ketiga tunggal, sehingga Dhamir
menempati posisi kata yang digantikannya”. Contoh : ‫( أنا‬saya), ‫( أنت‬kamu), ‫( هو‬dia),
atau huruf ta pada ‫( كتبت‬katabti-katabta-katabtu) dan huruf wawu pada ‫يكتبون‬.

Kalau dikembalikan pada makna dasarnya, kata ganti orang dalam bahasa
Arab disebut Dhamir karena ia menggantikan posisi kata yang pada asalnya

1
Muhammad Aqsho, "Kaidah-kaidah tentang Penafsiran Alquran" dalam Jurnal Warta
Edisi 49, Vol. 1, No. 2, 2016.

1
disebutkan dengan jelas (dhahir) menjadi tidak jelas (Dhamir) ketika tidak ada yang
dirujuknya. Kebalikan dari isim Dhamir adalah isim dhahir, misalnya :

‫ النه طالب جمتهد‬،‫ذهب حممد إىل املدرسة مبكرا‬

Dhamir pada ‫ النه‬merujuk pada isim dhahir yakni ‫ محمد‬seandainya hanya


dikatakan: ‫ انه طالب مجتهد‬,tanpa menyebut nama Muhammad, maka tidak dapat
dipahami oleh pembaca, siapakah yang dimaksud dengan siswa yang rajin itu.2

B. Bentuk dan macam-macam Dhama’ir


Menurut Ghalayiny, Dhamir ada tujuh macam yaitu :
1. Dhamir Muttashil (bersambung)

Dhomir yang tidak bisa berada di awal kalimat, atau bisa juga disebut
dhomir yang melekat atau tersambung dengan kata yang lainnya. Dhomir bariz
muttashil bisa masuk pada kata yang beri’rab rafa’, nasab, dan jar. Dhamir
muttashil ada 9 :

1. ta’ (‫)التاء‬, nantinya ada yang berharakat fathah (ta), kasroh (ti) dan dhommah (tu)

2. Nun alif (‫) نا‬: untuk mutakallim ma’al ghair atau orang pertama lebih dari satu.

3. wawu (‫ )الواو‬untuk jamak mudzakkar salim

4. alif (‫)ا‬

5. nun (‫)ن‬

6. kaf ( ‫)ك‬

7. ya (‫)ي‬

8. ha (‫ )ه‬bisa dibaca hu atau hi nantinya.

9. haa (‫)ها‬: dhomir muttasil ‫ هَا‬menunjukkan kata ganti untuk perempuan (muannats)
ghaibah 1 orang (dia perempuan 1).

2
Maimunah dan Nirmla, "Kajian Gramatikal: Faidah kata Ganti dalam Alquran" dalam
Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, Sastra, Vol. 4, No. 2, 108, 2022.

2
2. Dhamir munfashil (tidak bersambung)

Dhamir yang terpisah, bisa berdiri sendiri, tidak tergantung pada kalimat
lainnya, bisa diletakkan di awal kalam atau Dhamir yang bisa menjadi
mubtada,contoh : 3‫أنامجتهد‬

Dhamir munfashil ada 24 : yang 12 marfu , dan 12 yang manshub :

Dhamir Dhamir Arti


munfashil rafa munfashil
nasab
‫ه َو‬ ‫اِياه‬ Dia laki-laki
‫ه َما‬ ‫اِياه َما‬ Mereka berdua (laki-laki)
‫هم‬ ‫اِياهم‬ Mereka laki-laki
‫ِي‬َ ‫ه‬ ‫اِياهَا‬ Dia Perempuan
‫ه َما‬ ‫اِياه َما‬ Merekaberdua (Perempuan)
‫هن‬ ‫اِياهن‬ Mereka Perempuan
َ‫اَنت‬ َ‫اِياك‬ Kamu laki-laki
‫اَنت َما‬ ‫اِياك َما‬ Kalian berdua (laki-laki)
‫اَنتم‬ ‫اِياكم‬ Kalian laki-laki
ِ ‫اَن‬
‫ت‬ ِ‫اِياك‬ Kamu Perempuan
‫اَنت َما‬ ‫اِياك َما‬ Kalian berdua (Perempuan)
‫اَنتن‬ ‫اِياكن‬ Kalian Perempuan
‫اَنَا‬ ‫اي‬
َ ‫اِي‬ Aku/Saya
‫نَحن‬ َ‫اِيان‬ Kita/Kami

3. Dhamir Bariz

Dhamir yang tampak dalam sebuah lafadz seperti huruf ta pada ‫ قمت‬dan
huruf wawu pada ‫ كتبوا‬dan huruf ya pada ‫اكتبي‬.

3
Maimunah dan Nirmla, "Kajian Gramatikal: Faidah kata Ganti dalam Alquran" dalam
Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, Sastra, Vol. 4, No. 2,109, 2022.

3
4. Dhamir Mustatir

Dhamir Mustatir merupakan dhamir yang tersembunyi dalam sebuah kata


kerja/fi'il4. Dhomir ini tidak tertulis, tapi dapat diketahui dengan melihat format
kata kerjanya atau Dhamir yang tidak tampak dalam sebuah lafad, seperti ‫اكتب‬
taqdirnya ‫انت اكتب‬.

5. Dhamir Marfu’

Dhamir yang menempati posisi isim marfu’. Misal : ‫قمت‬, Dhamir ‫ت‬
menduduki I’rab rafa’ karena ia adalah fa’il dari fi’il madli.

6. Dhamir Manshub

Dhamir yang menempati posisi isim manshub. Misal: َ‫ أَك َرمتك‬Dhamir َ‫ك‬
menduduki I’rab nashab karena ia adalah maf’ul bih (obyek).

7. Dhamir Majrur

Dhamir yang menempati posisi isim majrur. Misal : ‫فِي بَيتِ ِه‬ Dhamir ‫ه‬
menduduki I’rab jar karena ia jatuh setelah huruf jar.

C. Fungsi, Urgensi dan contoh penafsian kaidah Dhama’ir

Kaidah dhamir dalam Al-Qur'an merupakan salah satu kaidah yang penting
dalam menafsirkan Al-Qur'an. Karena dhamir ini berfungsi untuk menggantikan
penyebutan kata-kata yang banyak dan menempati kata-kata itu secara sempurna,
tanpa mengubah makna yang dimaksud dan tanpa pengulangan.5 Dan ini
merupakan salah satu bentuk efektivitas suatu kalimat.

Ada beberapa kaidah dhamir yang perlu diketahui dengan baik, yakni6:

- Kaidah Pertama:

4
Dr.H.Su’aib H.Muhammad, M.Ag, Tafsir Tematik : Konsep, alat bantu dan cara
penerapannya, ( Malang : UIN MALIKI PRESS,Cet 1, 2013), 45.
5
Ahsin W. Hafldz, Kamus Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Amzah,2005), 61.
6
Muhamad Zulfikar Nur falah, Ulumul Quran: Lima Kaidah Dhamir dalam Al-
Quran,(Tanwir,ID, 2021).

4
‫اذا كان يف االية ضمري حيتمل عوده ايل اكثر من مذكوروامكن احلمل علي‬

‫ محل عليه‬, ‫اجلميع‬

“Bila dalam ayat terdapat dhamir yang mungkin kembali kepada yang lebih
banyak daripada yang disebutkan, dan dapat dibawa kepada semua, maka dibawa
semuanya itu”.

Adapun contohnya, sebagaimana tercatat dalam firman Allah, yang


berbunyi:

‫ك اك إد ًحا فا ُم اَلقِ ِيه‬ ِ


‫َّك اكاد ٌح إِ ا ٰىل اربِِّ ا‬
‫اْلنإ اسا ُن إِن ا‬
ِ‫اَي أايُّ اها إ‬

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-


sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya (QS. Al-Insyiqaq:
6).

Dhamir pada ayat ini adalah (‫ ) ِه‬yang terdapat dalam kata (‫)مالقي‬. Sebagian
mufassir berpendapat, tempat kembalinya dhamir tersebut adalah kata (‫)ربك‬.
Sehingga diberi makna “kamu pasti akan bertemu Tuhanmu”. Peristiwa bertemu
dengan Tuhan, memang banyak dikemukakan dalam beberapa ayat, sehingga
pendapat di atas dapat dibenarkan.

Maka, makna ayat ini adalah sesuai dengan tempat kembalinya dhamir yang
ternyata dapat dimaknai dengan benar. Karena sesungguhnya, setiap manusia itu
akan menjumpai hasil dari amal perbuatannya kelak di akhirat. Dan kata yang telah
disebutkan, dapat dikatakan seluruhnya benar sebagai tempat kembali dhamir pada
ayat di atas.

- Kaidah Kedua

‫ فاالصل عوده للمضاف‬,‫اذا ورد مضاف ومضاف اليه وجاء بعد مها ضمري‬

“Bila terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih, kemudian datang dhamir, maka
hukum dasarnya adalah bahwa ia dikembalikan kepada mudhaf”.

5
Kaidah pokoknya adalah ketika terdapat mudhaf dan mudhaf ilaih sebelum
dhamir, maka dikembalikan ke mudhaf, kecuali ada petunjuk-petunjuk lain yang
mengharuskan dikembalikan kepada mudhaf ilaih. Sebagai contohnya, tercatat
dalam firman Allah, yang berbunyi:

‫وم‬ ِ‫وها ۗ إِ َّن إ‬ َِّ ‫َوآ اَت ُكم ِمن ُك ِل ما سأالإتموه ۚ وإِ إن تاع ُّدوا نِعمت‬
ٌ ُ‫اْلنإ اسا ان لاظال‬ ‫صا‬ ُ ‫اَّلل اال ُإُت‬ ‫إ إ ِّ ا ا ُ ُ ُ ا ُ إ ا ا‬
‫َّار‬
ٌ ‫اكف‬
Artinya: Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah) (QS. Ibrahim: 34).

Susunan mudhaf dan mudhaf ilaih di dalam ayat di atas, adalah (‫)نعمة هللا‬.
Kata (‫ )نعمة‬adalah mudhaf dan kata (‫ )هللا‬adalah mudhaf ilaih. Sesudah (‫)نعمة هللا‬,
terdapat dhamir (‫ )ها‬yang terangkai dengan (‫)التحصوا‬. Dhamir (‫ )ها‬yang terdapat di
dalam ayat tersebut, kembalinya adalah (‫)نعمة‬. Karenanya, dhamir (‫)ها‬
adalah muannats dan kata (‫ )نعمة‬adalah muannats. Hal inilah yang menjadi pokok
untuk diungkapkan ayat di atas.

- Kaidah Ketiga:

‫ مع كون‬, ‫قد يذكر شيئان ويعود الضمري علي احدمها اكتفاء بذكره عن االخر‬

‫اجلميع مقصودا‬

“adakalanya dua hal disebutkan, sedangkan dhamir kembali kepada salah


satunya, karena dipandang cukup menyebutkan salah satunya itu, sedangkan yang
dituju semuanya”.

Adapun contohnya, sebagaimana tercatat dalam firman Allah, yang


berbunyi:

6
َّ ‫ع خمُإتالِ ًفا أُ ُكلُهُ او‬
‫الزيإتُو ان‬ ‫الزإر ا‬
َّ ‫َّخ ال او‬ ٍ ‫ات و اغري معر ا‬
‫وشات اوالن إ‬ ُ ‫وش ا إ ا ا إ‬
ٍ ‫َّات معر ا‬ ٍ
ُ ‫اوُه او الذي أانإ اشأا اجن ا إ‬
ِ َّ
ۚ ‫ص ِادهِ ۖ اواال تُ إس ِرفُوا‬ ِ ٍ ِ
‫الرَّما ان ُمتا اشاِبًا او اغ إ اري ُمتا اشابِه ۚ ُكلُوا م إن اَثاِرهِ إِذاا أاإَثاار اوآتُوا احقَّهُ يا إوام اح ا‬
ُّ ‫او‬
ِ ُّ ‫إِنَّهُ اال ُِحي‬
‫ب الإ ُم إس ِرف ا‬
‫ي‬
Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan
yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama
(rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada
fakir miskin) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS. Al-An’am: 141).

Pada ayat di atas, dhamir yang dimaksud adalah ( ‫ )ه‬yang terangkai dengan
kata (‫)أكل‬. Sementara tempat kembalinya dhamir, dimungkinkan kepada dua term
yang sebelumnya, yakni (‫ )النحل‬dan (‫)الزرع‬. Namun, dhamir yang dimaksud kaidah
ini, yaitu yang terangkai dengan kata benda dan terletak pada akhir ayat, maka
tempat kembalinya adalah (‫)الزرع‬. Pada ayat di atas, yang bermacam-macam
buahnya adalah tanaman.

- Kaidah keempat

‫قد يثىن الضمري مع كونه عائدا على أحد املدكورين دون األخر‬

“Adakalanya dhomir mutsanna, sedangkan kembalinya kepada salah satu


yang disebutkan itu”

Adapun contohnya, sebagaimana yang tercatat dalam firman Allah, yang


berbunyi:

‫فالا َّما بالاغاا اإجم ام اع باإينِ ِه اما نا ِسياا ُح ا‬


‫وَتُ اما فا َّاَّتا اذ اسبِيلاهُ ِيف الإبا إح ِر اسارًب‬

Artinya: Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu,
mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu
(QS. Al-Kahfi: 61)

7
Dhamir yang menjadi persoalan dalam ayat ini adalah (‫)هما‬, yang berkaitan
dengan (‫)حوت‬. Dhamir (‫ )هما‬dalam rangkaian kata itu merupakan kata ganti dari
Musa dan muridnya yang disebut pada ayat sebelumnya, Tempat kembali yang
dimaksud pada ayat tersebut bukan kepada keduanya, Musa dan muridnya, tetapi
hanya kepada muridnya. Hal ini dipahami dari konteks ayat bahwa yang membawa
ikan itu bukan keduanya, melainkan murid Musa.

- Kaidah Kelima

‫إذا تعاقبت الضمائر أن يتحد مرجعها‬

“Bila beberapa dhamir disebutkan berurutan, hukum dasar adalah bahwa


tempat kembalinya satu”

Adapun contohnya, sebagaimana tercatat dalam firman Allah, yang


berbunyi:

‫يب‬ ِ ‫اق ِبِِ إم اذ إر ًعا اوقا ا‬


ٌ ‫ال ٰاه اذا يا إوٌم اعص‬ ‫ض ا‬ ِِ ِ
‫ت ُر ُسلُناا لُوطًا سيءا ِب إم او ا‬
‫اولا َّما اجاءا إ‬

Artinya: Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada
Luth, dia merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan
dia berkata: “Ini adalah hari yang amat sulit” (QS. Hud: 77).

Pada ayat ini, terdapat dua dhamir (‫)هم‬, yang keduanya terangkai dengan
kata (‫)ب‬. Yang pertama dikaitkan dengan kesusahan yang akan timbul dengan
kaumnya yang menyukai lelaki. Sedangkan yang kedua, dihubungkan dengan
kesusahan yang muncul dengan tamu di kala mendatanginya.

Selain itu fungsi dhamir antara lain untuk menjaga mufassir (penafsir) dari
kesalahan memaknai Alquran, menghindarkan diri dari kesalahan linguistik, dan
bisa memaknai Alquran secara proporsional dan mendalam.7

7
Muhammad Aqsho, "Kaidah-Kaidah Tentang Penafsiran Al-Qu'ran", dalam jurnal Warta
Dhamawangsa edisi no. 49, 2016.

8
Dalam kitab al-Burhan fi Ulumi Al-Qur'an. al-Syaukani (w. 250 H)
menjelaskan bahwa damir dalam Al-Qur'an memiliki fungsi sebagai berikut.8

a. Meringkas bahasa (kata)

Contoh dalam amati QS. Al-Aḥzab [33]: 35

ِ ‫الص ِد ٰق‬ ِ ِ ٰ ‫ٰت و‬


ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِِ ِ
‫ت‬ ِّٰ ‫ي او‬‫الصدق إ ا‬ ِّ ‫ي اوالإ ٰقنت ا‬
‫ي اوالإ ُم إؤمنٰت اوالإ ٰقنت إ ا‬
‫ي اوالإ ُم إسل ٰمت اوالإ ُم إؤمن إ ا‬‫ا َّن الإ ُم إسلم إ ا‬
ۤ
ِ ‫الص ِٕى ٰم‬
ِّٰ ‫ي او‬ ِ ‫الص ۤا ِٕى‬ ِ ِ ‫ت والإمتاص ِِّدقِي والإمتا‬ ِ ِ ‫اْل ِٰشعِي و إ‬ ِ ِ ٰ ‫الصِ ِِبين و‬
‫ت‬ ‫ص ِّد ٰقت او َّ إ ا‬
‫م‬ ‫اْلٰش ٰع ا ُ ا إ ا ا ُ ا‬ ‫الص ِٰبت او إ إ ا ا‬ ِّ ‫او ِّٰ إ ا ا‬
‫اَّللُ اَلُإم َّم إغ ِفارةً َّوا إجًرا اع ِظإي ًما‬ ِ ِ ِّٰ ‫الذكِ ِرين ٰاَّلل اكثِريا َّو‬
ِّٰ ‫الذك ٰرت ا اع َّد‬
ٰ ِ ِ ‫احلٰ ِف ِظي فُروجهم و إ‬
ً ‫احلٰف ٰظت او ِّ إ ا ِّا إ‬ ‫او إ إ ا ُ إ ا ُ إ ا‬
Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut
(nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.”

Kata ganti (damir) ‫هم‬dalam lafal ‫ّٰللا لَهم‬


‫عد ه‬َ َ ‫ ا‬menjadi ganti dari dua puluh isim
yang disebutkan sebelumnya. Dengan adanya damir, maka tidak perlu adanya
pengulangan kata (pemborosan kata).

Contoh senada juga dapat dijumpai dalam QS. al-Nur 24: 31, dimana dhamir
hunna menggantikan 18 kata yang disebutkan sebelumnya, yaitu lafazh al-
mu'minát. Ayat dimaksud berbunyi sebagai berikut.9

8
Ahmad Maimun, Ilmu Tafsir Kelas XII Peminatan Keagamaan, (Jakarta: Direktorat
KSKK Madrasah & Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2020), 35.
9
Mohammad Nor Ichwan, Memahami Bahasa Al-Qur'an Refleksi Atas Persoalan
Linguistik, (Yogjakarta, Pustaka Pelajar, 2002), 38.

9
‫صا ِرِه َّن اواإحي افظإ ان فُ ُرإو اج ُه َّن اواال يُإب ِديإ ان ِزيإنا تا ُه َّن اَِّال اما ظا اهار‬ ِ ‫ضإ‬
‫ض ان م إن ابإ ا‬ ُ ‫ٰت يا إغ‬ِ ‫وقُل لِِّإلم إؤِمن‬
ُ ‫ا إ‬
ۤ ۤ ۖ
‫ض ِربإ ان ِِبُ ُم ِرِه َّن اع ٰلى ُجيُ إوِبِِ َّن اواال يُإب ِديإ ان ِزيإناتا ُه َّن اَِّال لِبُعُ إولاتِ ِه َّن ا إو اٰ اب ِٕى ِه َّن ا إو اٰ اب ِء‬
‫ِمإن اها اولإيا إ‬

‫ن ا اخ ٰوَتِِ َّن ا إو‬ ِ ِ ‫ب عولاتِ ِه َّن او اب ن ۤا ِٕى ِه َّن او اب ن ۤا ِء ب عولاتِ ِه َّن او اِخواِنِِ َّن او ب‬
ْٓ‫ن ا إخ اواِنِِ َّن ا إو باِإ‬ ْٓ‫إ إ ا إ ا إ‬ ‫إ إا ُ ُ إ‬ ‫إ إا‬ ‫ُ ُإ‬
‫الر اج ِال ا ِو ال ِطِّإف ِل الَّ ِذيإ ان اإَل‬ ِِّ ‫اال إرباِة ِم ان‬ ِ‫نِس ۤا ِٕى ِه َّن او ما ملا اكت اإْياا ُِنُ َّن ا ِو ٰالتِّبِعِي اغ ِري اُوِىل إ‬
‫إا إ‬ ‫إ ا ا إ‬ ‫ا‬
ِ‫ض ِربن ِبارجلِ ِه َّن لِي علام ما ُُيإ ِفي ِمن ِزي ناتِ ِه َّۗن وتُوب ْٓوا اِ اىل ٰاَّلل‬ ‫ي‬ ‫ال‬
‫و‬
‫ا‬ ِۖ ‫يظإهروا ع ٰلى عوٰر ِت النِِّس ۤا‬
‫ء‬
ِّ ‫ا ا ا إ إ ا إ ُ ُ إ ا ا إ ا إ إ ا إ ُإ‬ ‫ا ا ُإ ا ا إ‬
٣ ١‫َجإي ًعا ايُّها الإ ُم إؤِمنُ إو ان لا اعلَّ ُك إم تُ إفلِ ُح إو ان‬
ِ‫ا‬

Artinya: "Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah


mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat.
Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka
tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah
mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka,
saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra
saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang
mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah,
wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."

b. Memuliakan madlūl damir

Madlūl atau marji’ damir adalah sesuatu yang menjadi tempat kembali
damir. Menurut imam al-Zarkasyi, Madlūl damir yang telah diketahui oleh banyak
orang tidak perlu disebutkan namanya, melainkan cukup dengan menyebutkan
sifatnya, seperti damir sya’n pada QS. Al-Qadr [97]: 1:

10
‫اِ َّانْٓ انإ ازلإنٰهُ ِ إيف لاإي لا ِة الإ اق إد ِر‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada


malam kemuliaan.”

c. Mencela madlūl damir

Seperti yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah [1]: 168:

ۖ
‫ض اح ٰل ًَل طايِِّبًا َّواال تاتَّبِعُ إوا ُخطُ ٰو ِت الشإَّي ٰط ِۗن اِنَّه لا ُك إم‬
ِ ‫َّاس ُكلُ إوا ِِمَّا ِِف إاالاإر‬
ُ ‫َْٰٓيايُّ اها الن‬

ٌ‫اع ُدو ُّمبِ إ‬


‫ي‬

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Madlūl damir pada lafal ‫ اِنه‬kembali kepada setan yang berfungsi untuk
mencela. Selain itu, penggunaan dhamir dalam Al-Qur'an juga memiliki beberapa
tujuan lain, seperti:

1. Mencegah kesalahan penafsiran: Dengan menggunakan dhamir secara


tepat, penafsir Al-Qur'an dapat menghindari kesalahan dalam memahami
makna teks dan menjaga kesatuan makna dalam konteksnya.
2. Menghindari kesalahan linguistik: Penggunaan yang benar dari dhamir
membantu dalam menjaga integritas linguistik teks Al-Qur'an dan
mencegah kesalahan tata bahasa atau pemahaman yang salah.
3. Memungkinkan penafsiran yang proporsional dan mendalam: Dhamir
membantu penafsir untuk memahami dan meresapi makna Al-Qur'an
dengan lebih mendalam, karena mereka dapat mengidentifikasi hubungan
antara kata-kata dan frasa dalam teks dengan lebih baik.
4. Memahami Efisiensi Bahasa: Penggunaan dhamir membantu dalam
meningkatkan efisiensi bahasa. Dalam bahasa Arab, dhamir digunakan

11
untuk menghindari pengulangan kata-kata yang tidak perlu, sehingga
membuat kalimat lebih ringkas dan padat.
5. Mendalamkan Kajian Islam: Bagi mereka yang tertarik pada studi agama
Islam, pemahaman yang baik tentang dhamir adalah aspek penting dalam
memahami teks-teks agama, hadis, dan literatur Islam lainnya. Dhamir
digunakan secara luas dalam literatur keagamaan Islam, sehingga
pemahaman yang baik tentang penggunaannya sangat diperlukan.

Secara keseluruhan, kaidah dhamir adalah salah satu aspek penting dalam
ilmu tafsir Al-Qur'an yang membantu memastikan pemahaman yang akurat dan
mendalam terhadap teks suci ini. Dhamir adalah salah satu komponen penting
dalam pemahaman bahasa dan agama.

12
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, dalam bahasa Arab, dhamir mengacu pada kata atau frasa
yang digunakan untuk menggantikan kata benda atau merujuk pada orang, benda,
atau konsep tertentu dalam percakapan. Dhamir ini memiliki makna yang
tersembunyi, rahasia, dan berkaitan dengan perasaan. Secara istilah, dhamir adalah
kata ganti (isim) yang digunakan dalam percakapan untuk menggantikan
mutakallim (pembicara), mukhathab (lawan bicara), atau ghaib (yang dibicarakan).
Dhamir ini memiliki peran penting dalam memahami konteks dan hubungan antara
berbicara dan lawan bicara dalam bahasa Arab.

Dalam bahasa Arab, dhamir terbagi menjadi tujuh jenis, yaitu:

1. Muttashil: Dhamir yang bersambung dengan kata benda atau frasa


yang diwakilinya.
2. Munfashil: Dhamir yang terpisah atau tidak bersambung dengan kata
benda atau frasa yang diwakilinya.
3. Bariz: Dhamir yang tampak atau nyata dalam kalimat.
4. Mustatir: Dhamir yang tersembunyi atau tidak jelas dalam kalimat.
5. Marfu: Dhamir yang mengindikasikan bahwa subjeknya dalam
keadaan marfu
6. Manshub: Dhamir yang mengindikasikan bahwa subjeknya dalam
keadaan manshub.
7. Majrur: Dhamir yang mengindikasikan bahwa subjeknya dalam
keadaan majrur.

Kaidah dhamir dalam Al-Qur'an merupakan prinsip penting dalam proses


penafsiran Al-Qur'an. Kaidah ini berkaitan dengan penggunaan dhamir (kata ganti)
dalam teks Al-Qur'an. Fungsinya adalah untuk menggantikan penyebutan kata-kata
yang berulang dalam teks Al-Qur'an dengan kata ganti, sehingga kalimat tetap
memiliki makna yang sama dan efisien tanpa perlu pengulangan yang berlebihan.
Ini adalah salah satu cara untuk menjaga efektivitas suatu kalimat dalam Al-Qur'an.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aqsho, Muhammad, "Kaidah-Kaidah Tentang Penafsiran Al-Qu'ran", Jurnal


:Warta Dhamawangsa, 2016.

H.Muhammad, M.Ag, Dr.H.Su’aib, Tafsir Tematik : Konsep, alat bantu dan cara
penerapannya, ( Malang : UIN MALIKI PRESS, 2013).

Hafldz, Ahsin W, Kamus Ilmu Al-Qur'an, (Jakarta: Amzah,2005).

Maimun, Ahmad, Ilmu Tafsir Kelas XII Peminatan Keagamaan, (Jakarta:


Direktorat KSKK Madrasah & Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, 2020).

Nirmala dan Maimunah, "Kajian Gramatikal: Faidah kata Ganti dalam Alquran"
dalam Jurnal Lingue: Bahasa, Budaya, Sastra, 2022.

Nor Ichwan, Mohammad, Memahami Bahasa Al-Qur'an Refleksi Atas Persoalan


Linguistik, (Yogjakarta, Pustaka Pelajar,2002)

Zulfikar Nur falah, Muhammad, Ulumul Quran: Lima Kaidah Dhamir dalam Al-
Quran,(Tanwir,ID, 2021).

14

Anda mungkin juga menyukai