Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA ARAB

DHOMIR ( Kata Ganti )

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :

1. ALDI IRAWAN ( 21118055 )

2. DWI SUSANTI ( 21118068 )

3. IFROHATI FITRI ( 21118073 )

4. KIKI RIZKI AMELIA ( 21118078 )

5. PUJI GUSTI ANGGRAINI ( 21118088 )

6. RESKA HARIYANI ( 21118093 )

7. STELLA FEREN MERISKA ( 21118097 )

8. WAHYU HARIANSYAH ( 21118104 )

DOSEN PENGAMPU: SUHARDI, M,Pd,I

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang berjudul “Dhomir ( Kata Ganti )” Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu,
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Dalam menyelesaikan
makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah swt memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan
semua bantuan ini sebagai ibadah,Amin Yaa Rabbal Alamin.Demikianlah semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya dan pembaca umumnya. Amiin.

Palemmbang, April 2019


DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN : DHOMIR ( Kata Ganti ) .......................................
BAB III PENUTUP .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Arab merupakan bahasa yang dinamik, bahasa yang kaya akan
kaidah, struktur, dan kosakata. Selain itu bahasa Arab merupakan salah satu
bahasa tertua di dunia dan memiliki beberapa keutamaan yakni bahasa al-
Qur’an, bahasa Arab memerlukan penguasaan secara komprehensif sehingga
pemahaman terhadap al-Qur’an dan Hadits dapat dipahami dengan baik.
Adapun diantara ilmu tentang bahasa Arab yang harus kita pelajari adalah
nahwu dan sharaf.
Kedua ilmu tersebut mempunyai nilai strategis dalam mengkaji ajaran
agama Islam. Seseorang jika ingin menerjemahkan buku-buku yang
berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia maka harus mempelajari dan
memahami ilmu nahwu dan sharaf secara baik. Jika seseorang tidak
memahami ilmu nahwu dan sharaf maka ketika menterjemahkan buku-buku
berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia terjadi banyak kesalahan,
tentunya ketika banyak kesalahan dalam menterjemahkan maka akan keliru
dalam memahami persoalan agama. Oleh karena itu mempelajari keduanya
adalah sangat penting.
Atas dasar itulah kemduain karena untuk membaut bahasa arab tidak
menjadi seperti bahasa lain ayng monoton maka salah satu sisi yang akan
dibahas dalam makalah ini bagaimana kemudian bahasa arab memiliki
peruabhan kata ganti (Dhomir) sehingga membuat pembaca tidak menjadi
bosan karena menyajikan bacaan yang variatif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang diatas maka pemakalah menarik beberapa
rumusan masalah antara lain:
1. Apa pengertian dari Dhamir?
2. Bagaimana jenis-jenis dhamir ?
3. bagaimana kedudukannya didalam kalimat?
BAB II
PEMBAHASAN
DHAMIR (Kata Ganti)

Isim dhamir dalam bahasa Indonesia adalah kata ganti. Kata ganti,
sebagaimana kita ketahui ada 3 yaitu kata ganti orang pertama, kata ganti orang
kedua dan kata ganti orang ketiga. Hal itu juga ada dalam tata bahasa Arab bahkan
lebih rinci. Dhamir adalah bentuk kata ganti orang. Kata ganti atau dhamir
memiliki kelompok kata tersendiri yang dalam ilmu nahwu disebut isim mabni
yaitu isim yang tidak dapat berubah baris akhirnya walaupun bermacam-macam
amil atau kata yang mempengaruhinya. Namun demikian kata-kata dhamir ini
memiliki keunikan tersendiri karena dalam penggunaannya memiliki bentuk yang
berbeda tapi maknanya sama.
Sedangkan Muhammad ‘Abdurrahim ‘Adas memberi defenisi ism damir
sebagai berikut:

:‫ والضمائر هي‬،‫الضمير اسم معرفة مبني يدل على المتكلم أو المخاطب أو الغائب‬
[2]1.‫ نحن‬،‫ أنا‬،‫ أنتن‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ أنتم‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ هن‬،‫ هما‬،‫ هي‬،‫ هم‬،‫ هما‬،‫هو‬
Damir adalah ism ma’rifah (hukumnya) mabni yang menunjukkan sipembicara,
lawan bicara, dan siobjek bicara. Damir itu ada 14: Dia (1 lk), dia (2 lk), mereka
(lk), dia (1 pr), dia (2 pr), mereka (pr), kamu (1 lk), kamu (2 lk), kalian (lk), kamu
(1 pr), kamu (2 pr), kalian (pr), saya (lk/pr), kami/kita (lk/pr).

Dhamir merupakan isim (kata benda) yang berfungsi untuk menggantikan


penyebutan kata-kata yang banyak dan menempati kata-kata itu dengan sempurna
tanpa merubah makna yang dimaksud.Dhamir (kata ganti orang) dalam bahasa
arab memiliki 14 bentuk. Adapun klasifikasinya sebagai berikut:
1. Kata Ganti orang ketiga (‫)ضمير الغائب‬،‫ هن‬،‫ هما‬،‫ هي‬،‫ هم‬،‫ هما‬،‫هو‬

2. Kata Ganti orang Kedua ( ‫)ضمير المخاطب‬،‫ أنتن‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ أنتم‬،‫ أنتما‬،‫أنت‬
3. Kata ganti Orang Pertama ( ‫ نحن )ضمير المتكلم‬،‫انا‬

Jadi kata ganti ‫( ضمير‬dhamir) itu terdiri dari tiga criteria yaitu: ‫الغائب‬

ghaib (orang ketiga), ‫ المخاطب‬mukhatab (orang kedua) dan ‫ المتكلم‬mutakallim


(pembicara). Selain itu ada juga perbedaan gendernya yaitu laki-laki dan
perempuan serta jumlah yaitu mufrod (tunggal) dan, mutsanna (ganda) dan jamak
(plural).
Dhamir terbagi 2, dhamir bariz (‫ )بارز‬dan dhamir mustatir (‫)مستتر‬.,.
Kedua bagian dhamir ini masing-masing terbagi lagi dalam beberapa bagian
yaitu:
A. Dhamir Bariz
Dhamir bariz adalah dhamir yang Nampak atau punya bentuk (wujud)
dalam lafaz. Dhamir Bariz ada 2 macam, bariz munfasil dan bariz muttasil.
Al-Gulayaini dalam Jami’ al-Durus memberi defenisi dan contoh masing-
masing sebagai berikut:
‫ كما يصح وقوعه بعد (إال) على كل حالكأنا‬،‫ ما يصح االبتداء به‬:‫الضمير المنفصل‬
‫ ما ال يبتدأ به وال يقع‬:‫[ الضمير المتصل‬5]2.)‫ وما اجتهد إال أنا‬،‫ (أنا مجتهد‬:‫من قولك‬
ُ‫ (ما أكرمت‬:‫ فال يقال‬،) َ‫بعد (إال) إال في ضرورة الشعر كالتاء والكاف من (أكرمتُك‬
ِ ‫ وما علينا إذا ما كن‬:‫ كما قال الشاعر‬،‫إالّكَ ) وقد ورد في الشعر ضرورة‬
‫ت جارتنا أال‬
.‫َّار‬
ٌ ‫إالك دَي‬
ِ ‫يجاورنا‬
Dhamir bariz munfasil adalah dhamir yang bisa terletak di awal kalimat
dan bisa diletakkan setelah kata ‫إال‬. dalam setiap keadaan, seperti kata ‫أنا‬

dalam contoh kalimat: )‫ وما اجتهد إال أنا‬،‫(أنا مجتهد‬. Adapun damir bariz
muttasil adalah damir yang tidak bisa diletakkan di awal kalimat atau
setelah ‫ إال‬kecuali untuk kepentingan syair.
Para ulama nahwu kembali membagi keduanya ini dalam beberapa
bagian. ‘Abduh al-Rajihi dalam bukunya Al-Tatbiq Al-Nahwi membagi
sebagai berikut:
1. Dhamir Munfasil
Dhamir Munfasil bisa berada pada posisi rafa’ atau nasb dan tidak
pada posisi jarr.3[7] Posisi rafa’ dimaksud bisa sebagai mubtada’,
khabar, fa’il, naib al-fa’il (kedua terakhir setelah ‫إال‬atau ‫ )إنما‬sedangkan
nasb sebagai maf’ul bih muqaddam.
a. Rafa’ dimana dhamir berfungsi sebgai subjek yaitu diantaranya
)‫ هن (للغائب‬،‫ هما‬،‫ هي‬،‫ هم‬،‫ هما‬،‫هو‬
)‫ أنتن (للمخاطب‬،‫ أنتما‬،‫ أنت‬،‫ أنتم‬،‫ أنتما‬،‫أنت‬
4)‫ نحن (للمتكلم‬،‫أنا‬
Contoh dalam kalimat : ‫( هو أستاذ في المدرسة‬huwa ustadzun fii al
madrosati) “artinya dia adalah seorang guru disekolah”. Jadi kata
gantinya berupa ‫( هو‬huwa) meruapakan kata ganti orang ketiga

tunggal ‫( ضمير الغائب‬dhamir ghaib) maskulin (laki-laki) yang mana


kedudukannya sebagi subjek.
b. Nashob dimana dhamir berfungsi sebagai objek yaitu kata (‫ )إيا‬yang
harus diikuti tanda (dhamir) yang menunjukkan siapa yang
dimaksud.
‫ إياهن‬-‫ إياهما‬-‫ إياها‬-‫ إياهم‬-‫ إياهما‬-‫ إياه‬-‫ إياكن‬-‫ إياكما‬-‫ إياك‬-‫ إياكم‬-‫ إياكما‬-‫إياك‬-‫إيانا‬-‫إياي‬
Contoh dalam kalimat ‫( اياك نعبد و اياك نستعين‬iyyaka na’budu wa
iyyaka nasthoin) artinya “hanya kepadaMulah kami menyembah dan
hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan”. Jadi kata
gantinya berupa ‫ ك‬ka yaitu yang menunjukkan kata ganti orang
kedua tunggal maskulin yang mana kedudukannya sebagai objek.
2. Dhamir Muttasil
Dhamir muttasil adalah dhamir yang bersambung dengan akhir
kata baik itu ism, fi’il atau harf dan bisa berada pada posisi rafa’, nasb
atau jarr. Dhamir muttasil merupakan kata ganti yang penulisannya
bersambung dengan kata lain atau tidak bisa berdiri sendiri . damir
muttasil ada 9 jenis ta ‫ – ” تاء‬naa ‫– نا‬wawu ‫ واو‬- alif ‫ الف‬-nun ‫– نون‬

kafya ‫ – كاف‬ha ‫– هاء‬ya ‫ ي‬dan haa ‫ ها‬.


Dhamir muttasil terdapat pada fi’il madhi (kata kerja lampau) fi’il
mudhari’ (kata kerja sekarang) dan fi’il amar (kata perintah) dan
kalimat kepemilikan (Possesive pronoun)
Dilihat dari segi fungsinya dhamir muttasil dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Rafa’ dimana kata ganti orang berfungsi sebagai subjek in terjadi
pada kata kerja yang sedang dikerjakan (fi’il mudhari) dan kata
perintah (fi’il amar). Contohnya ‫( يكتبان الطالبان بالقلم‬Yaktubaani at
thoolibaani bi al-qolami) dua siswa laki laki sedang menulis dengan
pena, pada kalimat tersebut kata ganti yang menunjukkan orang
kedua jumlahnya dua dan berjenis laki-laki serta berfungsi sebagai
subjek.
2) Nashob dimana dhamir berfungsi sebagai objek. Contohnya ketika
kata ganti digabungkan dengan kata kerja lampau (fi’il maadhi) dan
kata ganti digabung dengan preposisi atau katadepan (kharful jar)
seperti ‫( نصره‬Noshorohu) artinya laki laki telah menolongnya. Kata
gantinya yaitu berupa ‫(ه‬Hu) yang mana menunjukkan orang ketiga
tunggal laki laki dan kedudukannya sebagai objek.
3) Jar dimana dhamir berfungsi sebagai sifat (adjective). Contohnya :
ketika kata ganti digabungkan kata benda sehingga menunjukkan
kepemilikan seperti ‫( كتابها‬kitabuhaa) artinya bukunya (dia

perempuan satu) jadi kata gantinya berupa ‫( ها‬haa) yang mana


menunjukkan kata ganti orang ke III tunggal dan berjenis kelamin
perempuan.
a) Kata ganti berfungsi sebagai objek ketika digabungkan dengan
kharfu jar (preposisi), contohnya ‫( آليك‬ilaika) artinya kepadamu,

kata gantinya berupa ‫( ك‬Ka) yang menunjukkan arti orang keII


tunggal laki-laki.
b) kataganti yang menunjukkan arti kepemilikan (possessive
pronoun) yaitu ketika kata ganti orang digabungkan dengan kata
benda(isim)dan disebut dengan susunan Idhofa (frase) sehingga
menunjukkan arti kepemilikan, contohnya: ‫ قلمها‬qolamuhaa
artinya penanya. Kata gantinya berupa dhomir ‫( ها‬haa) yang
menunjukkan arti orang ketiga tunggal perempuan.
Alilmulahufawaaiduhu “artinya ilmu itu memiliki manfaat“

B. Dhamir Mustatir
Dhamir Mustatir adalah yang tersembunyi atau tidak punya bentuk
(wujud) dalam lafaz. Dhamir mustatir yaitu kata ganti yang tidak terlihat
atau tidak tampak tetapi bermakna Dhamir mustatir terbagi 2, mustatir
jawazan dan mustatir wujuban. Apabila menunjukkan dhamir gaib maka
dinamakan mustatir jawazan dan apabila menunjukkan dhamir hadir
(mutakallim/mukhatab) dinamakan mustatir wujuban.
1. Wujuban (Nampak), yaitu kata ganti yang ada pada beberapa keadaan
sebagai beirkut:
a) Ketika kata ganti orang berada pada kata kerja yang sedang
dilakukan (fi’il mudhori) yang berupa kata ganti orang pertama
mutakallim (orang yang berbicara) Contohnya ‫ أقرأ‬aqrou artinya
saya sedang membaca, jadi kata gantinya berupa saya dengan
wujud hamzah (‫)أ‬
b) Ketika kata ganti orang berada pada kata kerja perintah (fi’il amar)
yang berupa kata ganti orangke II mukhatab contohnya :
‫أكتب‬uktub artinya tulislah, jadi kata gantinya berupa ‫ أنت‬anta
artinya kamu tunggal laki-laki.
Ada pengecualian yakni dhamir ‫( هو‬huwa) ketika kata
ganti orang berada pada kata yang menunjukkan ta’jub (kata
interjektif) contohnya‫( ماأجمل البدر‬maa ajmala al badru) artinya

alangkah indahnya bulan itu, jadi kata gantinya berupa ‫( هو‬huwa)


artinya dia berjenis kata benda laki-laki dan tunggal yang berada
dalam kata yang menunjukkan takjub. Ada beberapa pendapat dari
ulama Nahwu bahwa damir gaib bisa menjadi damir mustatir
wujuban, diantaranya yang populer adalah damir ‫ هو‬sebagai fail

pada bab al-ta’ajjub dengan bentuk (‫ )ما أفعل‬contohnya: ‫ما أكرم‬

‫ العربي‬, sebagai fail dari fi’il‫ نعم‬dengan syarat ism yang dijelaskan
adalah ism nakirah contohnya: ‫نعم قائدا خالد‬, dan sebagai fa’il dari
fi’il-fi’ilistisna (‫ )خال وعدا وحاش‬contohnya: (‫)جاء الناس خال زيدا‬.
Hal ini sebagaimana kita ketahui bahwa ada kaidah yang
mengatakan: ‫ لكل قاعدة استثناء‬artinya pada setiap kaidah ada (saja)
pengecualian.

2. Jawaz (tidak Nampak atau tersembunyi). Kata ganti orang terdapat pada
kata kerja yang sedang dilakukan yaitu pada kata ganti orang ketiga
tunggal baik laki-laki (ghaaib) maupun perempuan (ghaaibah)
contohnya: ‫( كتب‬kataba) artinya dia laki-laki sedang meulis ‫كتبت‬
(katabat) artinya dia perempuan sedang menulis, jadi kata gantinya
tersembunyi tetapi memilki arti didalam bahasa arab disebut muqoddar.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas berikut pemakalah dapat menarik beberapa


kesimpulan diantaranya:
1. Dhamir itu terbagi menjadi 14 yaitu
‫هو و هما و هم و هي و هما و هن و أنت و أنتما و أنتم و أنت و أنتما و أنتن و أنا و نحن‬
2. Dhamir (Kata ganti ) ditunjukkan untuk kata ganti orang ketiga (ghaib atau
ghaibah), orang kedua (mukhatab atau mukhatabah) dan orang pertama
mutakallim
3. Dhamir (Kata ganti) menunjukkan jenis laki-laki dan perempuan dan jumlah
(tunggal, double atau plural).
4. Dhamir munfashil adalah kata ganti yang tidak bersambung dengan kata yang
lainnya posisinya bisa berposisi sebagai rafa maupun nashob.
5. Dhamir muntassil adalah dhamir yang bersambung dengan kata yang lainnya
dapat berposisi sebagai rafa, nashob dan jar.
6. Dhamir mustatir adalah dhamir yang tersembuny i atau tidak disebut dalam
kalimat namun memiliki arti inni dibagimenjadi dua ada yang berbentuk
dhamir Jawazan dan ada yang dhamir Wujuban.
DAFTAR PUSTAKA

 Abduh al-Rajihi, Al-Tatbiq al-Nahwi Beirut: Dar al-Nahdah al-‘Arabiyyah,


1405 H
 Adas, Muhammad ‘Abdurrahim ‘, Al-Wadih fi Qawaid al-Nahwi wa al-Sarfi,
Cet. I; Oman: Dar Majdalawi, 1990.
 Ahmad Hasyim, ‘Ali Sultan, dan Hasan al-Sya‘ir, Muzakkarat al-Nahwi t.t:
t.p, 1410H.
 Al-Gulayaini, Mustafa, Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, Juz I Cet. XXIX;
Beirut: Al-Maktabah al-‘Asriyyah, 1994 M/1415 H
 Arra’ini , Syekh Syamsuddin Muhammad Ilmu Nahwu Terjemahan
Mutammimah Ajurumiyah terj. Moch Anwar & Anwar Abu Bakar, Bandung
: Sinar baru Algesindo. 2013
 Baalbaki, Rohi. Al-Mawrid: A Modern Arabic-English Dictionary. Cet. VII;
Beirut-Lebanon: Dar el-‘Ilm Lilmalayin, 1995.
 Hamid , Muhammad Muhhyidin Abdul , At-Tuhfa As-Saniyah (syarah
Ajjurumiyah). Trjh. Abu Abdillah Salim bin Subaid.,Tegal :Ash-Shaf media,
2008.
 Fuad Ni’mah, mulakhkhas Qawaid Al-lughah Al ‘arabiyah. Beirut: Daruh as-
tsaqafah Al Islamiyah, tth.
 Rappe, Kaidah Perubahan Kata-Kata dalam Bahasa Arab Makassar :
Alauddin University Press, 2012.
 Salsabilah, Abu Hilya. Empat Langkah Membaca dan Menerjemahkan
KitabGundul: Metode Assakiy., Bekasi: Penerbit Ukhuwatuna. 2012

Anda mungkin juga menyukai