Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGGUNAAN MAF’UL BIHI


DALAM SURAT AN-NABA’

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Matrikulasi


Pemahaman Teks Bahasa Arab
Dosen : Dr.KH.Ahmad Faiz,Lc.,M.A

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Disusun Oleh :

Budi Ismail
Ardana Himawan
Irbab Aulia Amri

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA


PROGRAM PASCA SARJANA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab
dan telah memberikan kemudahan dalam mempelajarinya.
Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad SAW adalah Rasul Allah yang diutus dengan membawa ajaran dan
pedoman hidup yang baik untuk manusia di dunia dan akhirat.
Sebagai umat islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-
Quran dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang
teguh. Tentunya kita tidak mungkin memahami kedua sumber tersebut kecuali
setelah mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya ilmu Nahwu dan Sharaf,
karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari Al-Quran dan Sunnah.
Dalam makalah ini, penulis mencoba memberikan penjelasan tentang salah
satu objek kajian ilmu Nahwu yaitu tentang Maf”ul Bih. Maf’ul Bih merupakan salah
satu kalimat yang terdapat dalam sebuah Jumlah Mufidah bahasa Arab, yang
berartikan sebagai Objek Penderita (yang dikenakan pekerjaan oleh fa’il) serta
implementasi Maf”ul Bih dalam Alqur’an khususnya Surat An-naba’.
Semoga dengan dibuatnya makalah ini menjadi bekal yang bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi penulis, untuk memperoleh berbagai kemudahan dalam
mempelajari Al-Quran dan Sunnah. Amin.
Walaupun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan serta
keterbatasan dalam pembahasan makalah ini. Untuk itu saran serta koreksi sangat
penulis harapkan untuk memperoleh sebuah kesempurnaan di masa depan kelak.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.

Jepara, September 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….... 2


A. Pengertian Maf’ul Bih ……………………………………… ……………….2
B. Pembagian Maf’ul Bih …………………………………….............................3
C. Pola-pola Penempatan Maf’ul Bih.………………………………………….. 3
D. Pembagian Maf’ul Bih berdasarkan tanda Nashabnya.………………………3
E. Contoh Maf’ul Bih dalam Salah Satu Ayat Al-Quran……………………… 4

BAB III PENUTUP ....................................................................................11


KESIMPULAN………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….. ………………12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan di muka bumi ini dengan tujuan untuk keperluan agar
manusia keluar dari kegelapan menuju terang benderang. Al-Qur’an menempati
posisi sentral dalam pengambilan hukum atau penjelasan-penjelasan tentang aturan
hidup manusia.
Dalam penyajiannya al-Qur’an tidak selalu menerangkan secara gamblang
tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum islam. Dari fenomena itulah al-
Qur’an masih sangat memerlukan penafsiran.
Maf’ul bih merupakan salah satu isim yang manshub yaitu difathahkan akhir
hurufnya. Maf’ul bih (objek penderita) adalah isim yang akan dibahas dalam
makalah ini. Dengan alas an terkadang kita sulit menentukan Maf’ul bih dalam suatu
jumlah mufidah terutama dalam ayat-ayat Al Qur’an. Maka dari itu makalah ini
disusun untuk membantu kita dalam memahami tentang Maf’ul bih.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ‫? المفعول به‬
2. Bagaimanakah pembagian ‫? المفعول به‬
3. Bagaimana pola-pola penempatan ‫? المفعول به‬
4. Bagaimana Pembagian ‫ المفعول به‬berdasarkan tanda nashabnya?
5. Bagaimana contoh maf’ul bih dalam dalam Surat An-Naba’?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian ‫ المفعول به‬.
2. Mengetahui pembagian tentang ‫ المفعول به‬.
3. Mengetahui pola-pola penempatan ‫ المفعول به‬.
4. Memahami contoh-contoh ‫ المفعول به‬dalam Surat An-Naba’.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ‫المفعول به‬


‫ْب " أ َ ْي أَنَّهُ دَائِ ًما‬ َ ‫ِي َوقَ َع‬
ُ ‫ َو لَهُ ُح ْك ٌم ِإع َْرا ِب ْي َو ُه َو " اَلنَّص‬,‫علَ ْي ِه فِ ْع ُل ا ْلفَا ِع ِل‬ ْ ‫ب اَلَّذ‬ ُ ‫س ُم ا ْل َم ْن‬
ُ ‫ص ْو‬ ِ ْ ‫ا َ ْل َم ْفعُ ْو ُل ِب ِه ه َُو‬
ْ ‫اْل‬
.‫ب‬ ُ ‫َم ْن‬
ٌ ‫ص ْو‬
. ‫ص ْو َرةُ ا ْل ِف ْع ِل‬ َ ‫ع َلى َم ْن َوقَ َع‬
ُ ُ‫علَ ْي ِه ا ْل ِف ْع ُل ا ْلفَا ِع ُل َو ََلتَتَغَيِ ُر َمعَه‬ َ ‫ب يَ ُد ُّل‬
ٌ ‫ص ْو‬ ْ ِ‫ا َ ْل َم ْفعُ ْو ُل بِ ِه إ‬
ُ ‫س ٌم َم ْن‬
Artinya :
Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum
I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada
objek /penderita.
Contoh lain :
َ ‫ب ا ْل َولَ ُد الد َّْر‬
1. ‫س‬ َ َ‫ ; َكت‬Anak itu telah menulis pelajaran
ْ ُ ‫ب األ‬
2. ‫ستَاذُ َولَدًا‬ َ ‫ ; ض ََر‬Ustadz itu telah memukul seorang anak
3. َ‫ ; ش َِربَتْ َم ِريَ ُم اللَّبَن‬Maryam telah meminum air susu

Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika fi’ilnya
“memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”. Jika fi’ilnya “menolong” maka
maf’ul bih-nya “yang ditolong”.
Dalam contoh di atas :
َ َ ‫ = َكت‬fi’il,
1. ‫ب‬ ‫ = ا ْل َو َل ُد‬fa’il, ‫س‬
َ ‫ = الد َّْر‬maf’ul bih
2. ‫ب‬
َ ‫ = ض ََر‬fi’il, ْ ُ ‫ = األ‬fa’il, ‫ = َو َلدًا‬maf’ul bih
ُ‫ستَاذ‬
3. ْ‫ = ش َِر َبت‬fi’il, ‫ = َم ِر َي ُم‬fa’il, َ‫ = اللَّ َبن‬maf’ul bih
Setiap Maf’ul bih harus senantiasa Manshub.

B. Pembagian Maf’ul Bih


Maf’ul bih terbagi kepada dua bagian, yaitu :
1. ‫ظاهر‬ : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim zhahir (bukan kata ganti).
Contoh : ‫ي كلبا‬
ٌ ‫ضرب عل‬َ : Ali memukul anjing
‫يقرأ ُ مح َّمدُ قرآنا‬ : Muhammad sedang membaca Quran
2. ‫ضمير‬
ٌ : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir (kata ganti).
Maf’ul bih dhamir terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Dhamir Muttashil (bersambung)
Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas,yaitu :
,‫ وضرب ُه ْم‬,‫ وضربه َما‬,‫ وضربهَا‬,ُ‫ وضربَه‬, َّ‫ وضربكن‬,‫ وضرب ُك ْم‬,‫ وضربك َما‬,‫وضربك‬
ِ , َ‫ وضربك‬,‫ وضربنا‬,‫ضربني‬
. َّ‫وضربهن‬
2. Dhamir Munfashil (terpisah)
Maf’ul bih dhamir Munfashil ada dua belas, yaitu :
ِ ‫ وا َّي‬, َ‫ وايَّاك‬,‫ وايَّا َنا‬,‫اي‬
. َّ‫ وايَّاهُن‬,‫ وايَّا ُه ْم‬,‫ وايَّاهما‬,‫ وايَّاها‬,ُ‫ وايَّاه‬, َّ‫ وايَّاكُن‬,‫ وايَّا ُك ْم‬,‫ وايَّاك َما‬,‫اك‬ َ ‫اي‬

C. Pola-pola Penempatan Maf’ul Bih


َ‫ القُ ْرآن‬- ‫ مفعول به = قَ َرأ َ – ُم َح َّم ُد‬- ‫ فاعل‬- ‫ فعل‬-1
‫ َر ُج ٌل‬- ‫سأ َل – النَّبِ َّي‬
َ = ‫ فاعل‬- ‫مفعول به‬- ‫ فعل‬-2
ِ‫ مفعول به = سأَلتُ – رسو َل للا‬- )‫ فاعل‬- ‫ (فعل‬-3
َ‫ مفعول به) = أَ َم ْرت ُك‬- ‫ فاعل‬- ‫ (فعل‬-4
ُ ‫ َر‬- ‫ فاعل = أ َ َم َرنِى‬- (‫ )فعل – مفعول به‬-5
ِ‫س ْو َُللل‬
‫ نَ ْعبُ ُد‬- َ‫ (فعل فاعل) = اِياك‬- ‫ مفعول به‬-6
D. Pembagian ‫ المفعول به‬berdasarkan tanda nasahabnya
1. Tanda Nashob Fathah
a. Isim Mufrad
َ ‫يُذَا ِك ُر ُم َح َّمدُ اَلد َّْر‬
‫س‬
( Muhammad sedang mengulangi pelajaran )
َّ ‫ت َ ْق َرأ ُ ال‬
َ‫طا ِل َباتُ ْال َج ِر ْيدَة‬
( Para mahasiswi sedang membaca koran )
َ ‫َب ْال َولَدُ الد َّْر‬
‫س‬ َ ‫َكت‬
( Anak itu telah menulis pelajaran )
b. Jama’ Taksir
ُّ ُ‫يُ َع ِل ُم ْال ُ ْستَاذ‬
َ ‫الط ََّّل‬
‫ب‬
( Guru itu sedang mengajar para mahasiswa )
َ‫ب ْال ُ ْستَاذُ ْال َ ْو ََلد‬
َ ‫ض َر‬
َ
( Ustads telah memukul para anak )
‫اط َمةُ ْال َ ْق ََّل َم‬
ِ َ‫تَحْ ِم ُل ف‬
( Fatimah sedang membawa polpen-polpen )
2. Tanda Nashob Kasrah
a. Jama’ Muannats Salim
ِ ‫طا ِلبَاتُ ْالم َج ََّّل‬
‫ت‬ َّ ‫ي ال‬
ْ ‫ت َ ْشت َِر‬
( Para mahasiswi sedang membeli majalah )
‫ت‬ َ ‫الط ََّّلبُ ْال ُك َّرا‬
ِ ‫سا‬ ُّ ‫يَجْ َم ُع‬
( Para mahasiswa sedang mengumpulkan buku catatan )
‫ت‬
ِ ‫َّارا‬
َ ‫سي‬ َّ ‫َي ْغ ِس ُل أَحْ َمدُ ال‬
( Ahmad sedang mencuci banyak mobil )
3. Tanda Nashob Ya’
a. Mutsanna
‫يَحْ ِم ُل التِ ْل ِم ْيذُ ْال ِكتَ َبي ِْن‬
( Siswa sedang membawa dua buku)
َ ‫تَ ْق َرأ ُ ْال ُمدَ ِر‬
‫سةُ ْال َمقَالَتَي ِْن‬
( Guru itu sedang membaca dua makalah )

b. Jama’ Mudsakkar salim


َ‫ْس ْال ُمجْ ِر ِميْن‬
ُ ‫ض ْالب ُْو ِلي‬
ُ ‫يَ ْق ِب‬
(Polisi sedang menangkap para penjahat )
ِ ‫ط ََّّلبُ ْال َح‬
َ‫اض ِريْن‬ ُّ ‫َي ْنت َِظي ُْر ال‬
( Para siswa itu sedang menunggu para hadirin )
َّ ‫يُك َِل ُم ْال ُم ِدي ُْر ْال ُم َو‬
َ‫ظ ِفيْن‬
( Direktur itu sedang berbicara dengan para pegawai )

E. Contoh Maf’ul Bih dalam Surat An-Naba’


1. Deskripsi Surat An-Naba’
Surah An-Naba’ (Arab: ‫ النّبا‬, "Berita Besar") adalah surah ke-78 dalam al-
Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 40 ayat dan terdapat pada
Juz 30. Dinamakan An Naba’ yang berarti berita besar di ambil dari kata An Naba´
yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Dinamai juga Amma yatasaa aluun diambil dari
perkataan Amma yatasaa aluun yang terdapat pada ayat 1 surat ini.

2. Intisari Surat An-Naba’


1. Pengingkaran orang-orang musyrik terhadap adanya hari berbangkit dan
ancaman Allah terhadap sikap mereka itu
2. Kekuasaan-kekuasaan Allah yang terlihat dalam alam sebagai bukti adanya
hari berbangkit
3. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari berbangkit
4. Azab yang diterima orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah serta
kebahagiaan yang diterima orang-orang mukmin di hari kiamat
5. Penyesalan orang kafir di hari kiamat
3. Redaksi Ayat Dan Terjemah Surat An-Naba’

Terjemahan Redaksi
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi ‫ٱلر ِح ِيم‬ َّ ِ‫بِ ۡس ِم ٱهلل‬
َّ ‫ٱلر ۡح َم ٰـ ِن‬
Maha Penyayang
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? (1)
َ‫سا ٓ َءلُون‬ َ َ ‫( َع َّم َيت‬١) ‫ع ِن ٱلنَّ َبإِ ۡٱل َع ِظ ِيم‬
َ (٢)
Tentang berita yang besar , (2) yang mereka perselisihkan
tentang ini. (3) Sekali-kali tidak;kelak mereka akan َ‫( ٱلَّذِى ه ُۡم ِفي ِه ُم ۡخت َ ِلفُون‬٣) َ‫س َيعۡ لَ ُمون‬ َ ‫ك َََّّل‬
(٤) َ‫س َيعۡ لَ ُمون‬
mengetahui, (4) kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka َ ‫( ث ُ َّم ك َََّّل‬٥) ‫أ َ َل ۡم ن َۡجعَ ِل‬
akan mengetahui. (5) Bukankah Kami telah menjadikan ‫ض ِم َه ٰـ ً۬دا‬
َ ‫( ۡٱۡل َ ۡر‬٦) ‫( َو ۡٱل ِجبَا َل أ َ ۡوت ًَ۬ادا‬٧)
‫( َو َخلقنَ ٰـك ۡم أز َوٲجا‬٨) ‫سبَ ً۬اتا‬
bumi itu sebagai hamparan?, (6) dan gunung-gunung ً۬ ۡ َ ُ ۡ َ
ُ ‫َو َجعَ ۡلنَا ن َۡو َم ُك ۡم‬
sebagai pasak?, (7) dan Kami jadikan kamu berpasang-
(٩) ‫اسا‬ ً۬ َ‫( َو َج َع ۡلنَا ٱلَّ ۡي َل ِلب‬١٠) ‫ار‬ َ ‫َو َج َع ۡلنَا ٱل َّن َہ‬
pasangan, (8) dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
‫اشا‬ ً۬ ‫( مع‬١١) ‫( و َبن َۡينَا فَ ۡوقَ ُك ۡم َس ۡب ً۬عا ِشدَ ً۬ادا‬١٢)
(9) dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, (10) dan َ َ َ
Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, (11) dan ‫اجا‬ ً۬ ‫اجا َو َّه‬ ً۬ ‫( َو َج َع ۡلنَا ِس َر‬١٣) َ‫َوأَنزَ ۡلنَا ِمن‬
ً۬
Kami bangun di atas kamu tujuh buah [langit] yang ‫اجا‬ ً۬ ‫ت َما ٓ ً۬ء ث َ َّج‬ ِ ‫ص َرٲ‬ ِ ۡ‫( ۡٱل ُمع‬١٤) ‫ِلنُ ۡخ ِر َج بِِۦه َحبا‬
kokoh, (12) dan Kami jadikan pelita yang amat terang
‫( َونَبَ ً۬اتا‬١٥) ‫ت أَ ۡلفَافا‬ ٍ ‫( َو َج َّن ٰـ‬١٦) ‫إِ َّن يَ ۡو َم‬
‫( ۡٱلفَصۡ ِل َكانَ ِميقَ ٰـ ً۬تا‬١٧) ‫يَ ۡو َم يُنفَ ُخ فِى‬
[matahari], (13) dan Kami turunkan dari awan air yang
banyak tercurah, (14) supaya Kami tumbuhkan dengan air
‫اجا‬ ً۬ ‫ور َفت َۡأتُونَ أ َ ۡف َو‬ ِ ‫ص‬ ُّ ‫( ٱل‬١٨) ‫س َما ٓ ُء‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ‫َوفُتِ َح‬
itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, (15) dan kebun-
kebun yang lebat? (16) Sesungguhnya Hari Keputusan ‫( فَكَان َۡت أ َ ۡب َو ً۬ٲبا‬١٩) ‫ت ۡٱل ِج َبا ُل فَكَان َۡت‬ ِ ‫س ِي َر‬
ُ ‫َو‬
adalah suatu waktu yang ditetapkan, (17) yaitu hari [yang ‫س َرابا‬ َ (٢٠) ‫ص ً۬ادا‬ َ ‫( إِ َّن َج َهنَّ َم كَان َۡت ِم ۡر‬٢١)
pada waktu itu] ditiup sangkakala lalu kamu datang
‫ط ٰـغِينَ َمـَٔ ً۬ابا‬ َّ ‫( ِلل‬٢٢) ‫( لَّ ٰـبِثِينَ فِي َہا ٓ أ َ ۡحقَ ً۬ابا‬٢٣)
berkelompok-kelompok, (18) dan dibukalah langit, maka
‫( ََّّل يَذُوقُونَ فِي َہا بَ ۡر ً۬دا َو ََّل ش ََرابا‬٢٤) ‫إِ ََّّل‬
terdapatlah beberapa pintu, (19) dan dijalankanlah
gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (20)
‫( َح ِم ً۬يما َو َغس ًَّ۬اقا‬٢٥) ‫( َجزَ آ ً۬ء ِو َفاقا‬٢٦) ‫ِإ َّن ُہ ۡم‬
Sesungguhnya neraka Jahannam itu [padanya] ada tempat ‫س ً۬ابا‬ َ ‫ڪانُواْ ََّل َي ۡرجُونَ ِح‬َ (٢٧) ْ‫َو َكذَّبُوا‬
pengintai, (21) lagi menjadi tempat kembali bagi orang- ‫( ِبـا َي ٰـ ِتنَا ِكذَّ ً۬ابا‬٢٨) ُ‫ص ۡينَ ٰـه‬
َ ‫َو ُك َّل ش َۡىءٍ أ َ ۡح‬
َٔ
orang yang melampaui batas, (22) mereka tinggal di ً۬ َ
‫ڪت ٰـبا‬ ِ (٢٩) ‫فَذُوقُواْ فَلَن نَّ ِزيدَ ُك ۡم إِ ََّّل َعذَابا‬
dalamnya berabad-abad lamanya, (23) mereka tidak
(٣٠) ‫( إِ َّن ِل ۡل ُمتَّقِينَ َمفَازا‬٣١) َ‫َحدَآ ِٕٮق‬
merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak [pula
mendapat] minuman, (24) selain air yang mendidih dan َ ‫( َوك ََوا ِع‬٣٣) ‫َوك َۡأ ً۬سا‬
‫( َوأَ ۡعنَ ٰـ ً۬با‬٣٢) ‫ب أ َ ۡت َر ً۬ابا‬
ً۬ ً۬
nanah, (25) sebagai pembalasan yang setimpal. (26) ‫( ِدهَاقا‬٣٤) ‫ََّّل يَ ۡس َمعُونَ فِي َہا لَ ۡغ ً۬وا َو ََّل ِكذَّٲبا‬
Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab, (27) dan (٣٥) ‫س ً۬ابا‬ َ ‫طآء ِح‬ َ ‫( َجزَ آ ً۬ء ِمن َّر ِبكَ َع‬٣٦)
ِ ‫ت َو ۡٱۡل َ ۡر‬
mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-
‫ض َو َما َب ۡينَ ُہ َما‬ ِ ‫س َم ٰـ َوٲ‬
َّ ‫ٱل‬ ‫ب‬
ِ ‫َّر‬
sungguhnya, (28) dan segala sesuatu telah Kami catat
‫ط ً۬ابا‬ َ ‫ٱلر ۡح َم ٰـ ِنۖ ََّل َي ۡم ِل ُكونَ ِم ۡنهُ ِخ‬ َّ (٣٧) ‫يَ ۡو َم‬
dalam suatu kitab. (29) Karena itu rasakanlah. Dan Kami
ً۬
sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain
‫صفاۖ ََّّل َيتَ َكلَّ ُمونَ إِ ََّّل‬ َ ُ‫ٱلرو ُح َو ۡٱل َملَ ٰـٓ ِٕٮ َكة‬ ُّ ‫يَقُو ُم‬
daripada azab. (30) Sesungguhnya orang-orang yang ‫ص َو ً۬ابا‬
َ ‫ٱلر ۡح َم ٰـنُ َو َقا َل‬ َّ ُ‫( َم ۡن أَذِنَ لَه‬٣٨)
bertakwa mendapat kemenangan, (31) [yaitu] kebun- ‫خذَ ِإ َل ٰى َر ِبِۦه‬ َ ‫ذَٲلِكَ ۡٱل َي ۡو ُم ۡٱل َح ُّقۖ فَ َمن‬
َ َّ ‫شا ٓ َء ٱت‬
kebun dan buah anggur, (32) dan gadis-gadis remaja yang
‫( ِإنَّا ٓ أَنذَ ۡرنَ ٰـ ُك ۡم َعذَ ً۬ابا قَ ِر ً۬يبا َي ۡو َم‬٣٩) ‫َمـَٔابا‬
sebaya, (33) dan gelas-gelas yang penuh [berisi minuman].
‫ظ ُر ۡٱل َم ۡر ُء َما قَدَّ َم ۡت يَدَاهُ َويَقُو ُل ۡٱلكَافِ ُر‬
ُ ‫يَن‬
(34) Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang
sia-sia dan tidak [pula perkataan] dusta. (35) Sebagai
٤) ‫يَ ٰـلَ ۡيتَنِى ُكنتُ ت ُ َرٲ َۢبَا‬
balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak,
(36) Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah.
Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. (37) Pada hari,
ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka
tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin
kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia
mengucapkan kata yang benar. (38) Itulah hari yang pasti
terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia
menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. (39)
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu
[hai orang kafir] siksa yang dekat, pada hari manusia
melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;
dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku
dahulu adalah tanah". (40).

4. Asbabun Nunul Surat An-Naba’


Imam Ibnu Jarir dan Imam Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah
hadits melalui Al-Hasan yang telah menceritakan bahwa setelah Nabi saw. diangkat
menjadi rasul, maka orang-orang Quraisy sebagian diantara mereka saling bertanya
kepada sebagian yang lain. Kemudian turunlah ayat ini, yaitu firman Nya: "Tentang
apakah mereka saling bertanya ? Tentang berita besar." (Q.S. An-Naba: 1-2).

5. Contoh Maf’ul Bih dalam Surat An-Naba’


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
No Ayat Terjemah Deskripsi Penggunaan

1. َ ‫أَلَمۡ نَ ۡجعَ ِل ۡٱۡل َ ۡر‬


‫ض‬ Bukankah Kami  Jenis maf’ul bih pada ayat

‫ِم َهـ ًٰ۬دا‬ telah menjadikan ini berupa isim dhohir yaitu
bumi itu sebagai َ ‫( ۡۡل َ ۡر‬Bumi)
lafadz ‫ض‬
hamparan?  Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah Fail- Fiil –
Maf’ul Bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
nya.
2. ‫َو ۡٱل ِجبَا َل أ َ ۡوت َ ً۬ادا‬ dan gunung-gunung  Jenis maf’ul bih pada ayat
sebagai pasak?, ini berupa isim dhohir yaitu
lafadz wal Jibala ‫َو ۡٱل ِج َبا َل‬

‫( أ َ ۡوت َ ً۬ادا‬gunung)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah Maf’ul Bih-
Fail-Fiil
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
nya.‫َو ۡٱل ِج َبا َل أ َ ۡوت َ ً۬ادا‬
3.
‫َو َخلَ ۡقنَ ٰـ ُك ۡم‬ dan Kami jadikan  Jenis maf’ul bih pada ayat
kamu berpasang- ini berupa isim dhomir
‫ٲجا‬ً۬ ‫أَ ۡز َو‬ pasangan muttasil yaitu lafadz kum

‫ُك ۡم‬
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah Fiil-Fail-
Maf’ul bih
4.
‫َو َج َع ۡلنَا ن َۡو َم ُك ۡم‬ dan Kami jadikan  Jenis maf’ul bih pada ayat
tidurmu untuk ini berupa isim dhohir yaitu
‫س َب ً۬اتا‬
ُ istirahat
lafadz nauma ‫ن َۡو َم ُك ۡم‬
(tidurmu)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
nya.
5.
‫َو َج َع ۡلنَا ٱلَّ ۡي َل‬ dan Kami jadikan  Jenis maf’ul bih pada ayat
malam sebagai ini berupa isim dhohir yaitu
ً۬ َ‫ِلب‬
‫اسا‬ pakaian
lafadz laila ‫( ٱلَّ ۡي َل‬malam)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih

َ ‫َو َج َع ۡلنَا ٱلنَّ َہ‬


 Jenis maf’ul bih pada ayat
6.
‫ار‬ dan Kami jadikan
siang untuk mencari ini berupa isim dhohir yaitu
ً۬ ‫مع‬
‫اشا‬ َ َ penghidupan
lafadz nahara َ ‫ٱلنَّ َہ‬
‫ار‬
(Siang)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
7.
‫َو َبن َۡينَا فَ ۡوقَ ُك ۡم‬ dan Kami bangun di  Jenis maf’ul bih pada ayat
atas kamu tujuh ini berupa isim dhomir
‫س ۡب ً۬عا ِشدَ ً۬ادا‬ َ buah [langit] yang
muttasil yaitu kum ‫ُك ۡم‬
kokoh
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih

8. ً۬ ‫َو َجعَ ۡلنَا ِس َر‬


‫اجا‬ dan Kami jadikan  Jenis maf’ul bih pada ayat
pelita yang amat ini berupa isim dhohir yaitu
‫اجا‬ً۬ ‫َو َّه‬ ً۬ ‫ِس َر‬
terang [matahari]
lafadz nahara ‫اجا‬
(Pelita)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
9.
َ‫َوأَنزَ ۡلنَا ِمن‬ dan Kami turunkan  Jenis maf’ul bih pada ayat
dari awan air yang ini berupa isim dhohir yaitu
‫ت‬
ِ ‫ص َرٲ‬ ِ ۡ‫ۡٱل ُمع‬ banyak tercurah,
lafadz Ma’an ‫( َمآء‬Air)
ً۬ ‫َما ٓ ً۬ء ثَ َّج‬
‫اجا‬  Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
10
‫ِلنُ ۡخ ِر َج ِب ِهۦ‬ supaya Kami
 Jenis maf’ul bih pada ayat
tumbuhkan dengan
‫َح ً۬با َونَ َب ً۬اتا‬ air itu biji-bijian dan
ini berupa isim dhohir yaitu
lafadz habban , nabatan
tumbuh-tumbuhan
‫( َح ً۬با َونَبَ ً۬اتا‬biji-
bijian dan tumbuh-
tumbuhan)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
11
‫س َما ٓ ُء‬َّ ‫ت ٱل‬ ِ ‫َوفُتِ َح‬ dan dibukalah
 Jenis maf’ul bih pada ayat
langit, maka
‫فَ َكان َۡت أَ ۡب َو ً۬ٲبا‬ terdapatlah beberapa
ini berupa isim dhohir yaitu

pintu, lafadz ‫س َما ٓ ُء أ َ ۡب َو ً۬ٲبا‬


َّ ‫ٱل‬
‫ََّّل َيذُوقُونَ ِفي َہا‬
(langit, pintu)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
12
‫ت ۡٱل ِج َبا ُل‬
ِ ‫س ِي َر‬
ُ ‫َو‬ dan dijalankanlah
 Jenis maf’ul bih pada ayat
gunung-gunung
َ ‫فَ َكان َۡت‬
‫س َرابا‬ ini berupa isim dhohir yaitu
maka menjadi
fatamorganalah ia. َ , ‫( ۡٱل ِجبَال‬gunung,
‫س َرابا‬
fatamorgana)
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih

13
‫ِإ َّن َج َهنَّ َم َكان َۡت‬ Sesungguhnya
 Jenis maf’ul bih pada ayat
neraka Jahannam itu
‫ص ً۬ادا‬
َ ‫ِم ۡر‬ [padanya] ada
ini berupa isim dhohir yaitu

tempat pengintai, ‫( َج َهنَّ َم‬neraka Jahannam)


 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
14
‫ََّّل يَذُوقُونَ فِي َہا‬ mereka tidak  Jenis maf’ul bih pada ayat
merasakan ini berupa isim dhohir yaitu
‫َب ۡر ً۬دا َو ََّل ش ََرابا‬ kesejukan di
‫( َب ۡر ً۬دا‬kesejukan)
dalamnya dan tidak
 Pola maf’ul bih yang di
[pula mendapat]
gunakan adalah adalah Fiil-
minuman,
Fail-Maf’ul bih
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
15
‫َو َكذَّبُواْ بِـَٔايَ ٰـتِنَا‬ dan mereka  Jenis maf’ul bih pada ayat
mendustakan ayat- ini berupa isim dhohir yaitu
‫ِكذَّ ً۬ابا‬ ayat Kami dengan
pada lafal biayatina ْ‫وا‬
sesungguh-
sungguhnya, ‫ِبـَٔايَ ٰـتِن‬
 Maf’ul bih yang di gunakan
adalah adalah Fiil- Maf’ul
bih-Fail
 Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
16
‫فَذُوقُواْ فَلَن‬ Karena itu  Jenis maf’ul bih pada ayat
rasakanlah. Dan ini berupa isim dhomir
‫نَّ ِزيدَ ُك ۡم ِإ ََّّل‬ Kami sekali-kali
muttasil yaitu kum ‫ُك ۡم‬
tidak akan
‫عذَابا‬
َ menambah kepada
 Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
kamu selain
daripada azab Fail-Maf’ul bih

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum
I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada
objek /penderita.
Contoh :
َ ‫َب ْال َولَد ُ الد َّْر‬
‫س‬ َ ‫ ; َكت‬Anak itu telah menulis pelajaran
Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika fi’ilnya
“memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”. Jika fi’ilnya “menolong”
maka maf’ul bih-nya “yang ditolong”.
َ ‫ب ا ْل َولَ ُد الد َّْر‬
Lihat contoh ‫س‬ َ َ‫ َكت‬:
َ َ ‫ = َكت‬fi’il, ‫ = ا ْل َولَ ُد‬fa’il, ‫س‬
‫ب‬ َ ‫ = الد َّْر‬maf’ul bih
2. Maf’ul bih terbagi menjadi dua bagian, yang terdiri dari :
1. Maf’ul bih Zhahir (bukan kata ganti)
2. Maf’ul bih Dhamir (kata ganti)
3. Maf’ul bih memili pola-pola dalam pembentukan kalimatnya, atau dalam kata lain
dapat
tukar posisi. Terkadang maf’ul bih mendahului fi’il dan fa’il atau setelah fi’il dan
fa’il.
4. Maf’ul bih dalam penggunaannya dalam contoh Surat An-Naba’ menjadikan dasar
pentingnya memahami dan mempelajari ilmu Nahwu dan Shorof sebagai alat
dalam
mempelajari makna dan konteks yang terdapat dalam kandungan Al Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Zakaria Aceng, 2004, “ILMU NAHWU PRAKTIS SISTEM BELAJAR 40 JAM”.


Garut : ibn azka.

Nurhasanah, 2013, “makalah isim dan fa’il”. Book in “Anwar, Moch. 2009. Ilmu
Nahwu. Bandung. Sinar Baru Algensindo.” Ciamis : Blogger.

Anda mungkin juga menyukai