Disusun Oleh :
Budi Ismail
Ardana Himawan
Irbab Aulia Amri
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran dalam bahasa Arab
dan telah memberikan kemudahan dalam mempelajarinya.
Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad SAW adalah Rasul Allah yang diutus dengan membawa ajaran dan
pedoman hidup yang baik untuk manusia di dunia dan akhirat.
Sebagai umat islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al-
Quran dan Sunnah, sebagai dua sumber utama ajaran islam yang harus kita pegang
teguh. Tentunya kita tidak mungkin memahami kedua sumber tersebut kecuali
setelah mengetahui kaidah-kaidah bahasa Arab, khususnya ilmu Nahwu dan Sharaf,
karena keduanya merupakan kunci dalam mempelajari Al-Quran dan Sunnah.
Dalam makalah ini, penulis mencoba memberikan penjelasan tentang salah
satu objek kajian ilmu Nahwu yaitu tentang Maf”ul Bih. Maf’ul Bih merupakan salah
satu kalimat yang terdapat dalam sebuah Jumlah Mufidah bahasa Arab, yang
berartikan sebagai Objek Penderita (yang dikenakan pekerjaan oleh fa’il) serta
implementasi Maf”ul Bih dalam Alqur’an khususnya Surat An-naba’.
Semoga dengan dibuatnya makalah ini menjadi bekal yang bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi penulis, untuk memperoleh berbagai kemudahan dalam
mempelajari Al-Quran dan Sunnah. Amin.
Walaupun demikian, penulis menyadari masih banyak kekurangan serta
keterbatasan dalam pembahasan makalah ini. Untuk itu saran serta koreksi sangat
penulis harapkan untuk memperoleh sebuah kesempurnaan di masa depan kelak.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan di muka bumi ini dengan tujuan untuk keperluan agar
manusia keluar dari kegelapan menuju terang benderang. Al-Qur’an menempati
posisi sentral dalam pengambilan hukum atau penjelasan-penjelasan tentang aturan
hidup manusia.
Dalam penyajiannya al-Qur’an tidak selalu menerangkan secara gamblang
tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum islam. Dari fenomena itulah al-
Qur’an masih sangat memerlukan penafsiran.
Maf’ul bih merupakan salah satu isim yang manshub yaitu difathahkan akhir
hurufnya. Maf’ul bih (objek penderita) adalah isim yang akan dibahas dalam
makalah ini. Dengan alas an terkadang kita sulit menentukan Maf’ul bih dalam suatu
jumlah mufidah terutama dalam ayat-ayat Al Qur’an. Maka dari itu makalah ini
disusun untuk membantu kita dalam memahami tentang Maf’ul bih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ? المفعول به
2. Bagaimanakah pembagian ? المفعول به
3. Bagaimana pola-pola penempatan ? المفعول به
4. Bagaimana Pembagian المفعول بهberdasarkan tanda nashabnya?
5. Bagaimana contoh maf’ul bih dalam dalam Surat An-Naba’?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian المفعول به.
2. Mengetahui pembagian tentang المفعول به.
3. Mengetahui pola-pola penempatan المفعول به.
4. Memahami contoh-contoh المفعول بهdalam Surat An-Naba’.
BAB II
PEMBAHASAN
Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika fi’ilnya
“memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”. Jika fi’ilnya “menolong” maka
maf’ul bih-nya “yang ditolong”.
Dalam contoh di atas :
َ َ = َكتfi’il,
1. ب = ا ْل َو َل ُدfa’il, س
َ = الد َّْرmaf’ul bih
2. ب
َ = ض ََرfi’il, ْ ُ = األfa’il, = َو َلدًاmaf’ul bih
ُستَاذ
3. ْ = ش َِر َبتfi’il, = َم ِر َي ُمfa’il, َ = اللَّ َبنmaf’ul bih
Setiap Maf’ul bih harus senantiasa Manshub.
Terjemahan Redaksi
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi ٱلر ِح ِيم َّ ِبِ ۡس ِم ٱهلل
َّ ٱلر ۡح َم ٰـ ِن
Maha Penyayang
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? (1)
َسا ٓ َءلُون َ َ ( َع َّم َيت١) ع ِن ٱلنَّ َبإِ ۡٱل َع ِظ ِيم
َ (٢)
Tentang berita yang besar , (2) yang mereka perselisihkan
tentang ini. (3) Sekali-kali tidak;kelak mereka akan َ( ٱلَّذِى ه ُۡم ِفي ِه ُم ۡخت َ ِلفُون٣) َس َيعۡ لَ ُمون َ ك َََّّل
(٤) َس َيعۡ لَ ُمون
mengetahui, (4) kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka َ ( ث ُ َّم ك َََّّل٥) أ َ َل ۡم ن َۡجعَ ِل
akan mengetahui. (5) Bukankah Kami telah menjadikan ض ِم َه ٰـ ً۬دا
َ ( ۡٱۡل َ ۡر٦) ( َو ۡٱل ِجبَا َل أ َ ۡوت ًَ۬ادا٧)
( َو َخلقنَ ٰـك ۡم أز َوٲجا٨) سبَ ً۬اتا
bumi itu sebagai hamparan?, (6) dan gunung-gunung ً۬ ۡ َ ُ ۡ َ
ُ َو َجعَ ۡلنَا ن َۡو َم ُك ۡم
sebagai pasak?, (7) dan Kami jadikan kamu berpasang-
(٩) اسا ً۬ َ( َو َج َع ۡلنَا ٱلَّ ۡي َل ِلب١٠) ار َ َو َج َع ۡلنَا ٱل َّن َہ
pasangan, (8) dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
اشا ً۬ ( مع١١) ( و َبن َۡينَا فَ ۡوقَ ُك ۡم َس ۡب ً۬عا ِشدَ ً۬ادا١٢)
(9) dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, (10) dan َ َ َ
Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, (11) dan اجا ً۬ اجا َو َّه ً۬ ( َو َج َع ۡلنَا ِس َر١٣) ََوأَنزَ ۡلنَا ِمن
ً۬
Kami bangun di atas kamu tujuh buah [langit] yang اجا ً۬ ت َما ٓ ً۬ء ث َ َّج ِ ص َرٲ ِ ۡ( ۡٱل ُمع١٤) ِلنُ ۡخ ِر َج بِِۦه َحبا
kokoh, (12) dan Kami jadikan pelita yang amat terang
( َونَبَ ً۬اتا١٥) ت أَ ۡلفَافا ٍ ( َو َج َّن ٰـ١٦) إِ َّن يَ ۡو َم
( ۡٱلفَصۡ ِل َكانَ ِميقَ ٰـ ً۬تا١٧) يَ ۡو َم يُنفَ ُخ فِى
[matahari], (13) dan Kami turunkan dari awan air yang
banyak tercurah, (14) supaya Kami tumbuhkan dengan air
اجا ً۬ ور َفت َۡأتُونَ أ َ ۡف َو ِ ص ُّ ( ٱل١٨) س َما ٓ ُء َّ ت ٱل ِ َوفُتِ َح
itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, (15) dan kebun-
kebun yang lebat? (16) Sesungguhnya Hari Keputusan ( فَكَان َۡت أ َ ۡب َو ً۬ٲبا١٩) ت ۡٱل ِج َبا ُل فَكَان َۡت ِ س ِي َر
ُ َو
adalah suatu waktu yang ditetapkan, (17) yaitu hari [yang س َرابا َ (٢٠) ص ً۬ادا َ ( إِ َّن َج َهنَّ َم كَان َۡت ِم ۡر٢١)
pada waktu itu] ditiup sangkakala lalu kamu datang
ط ٰـغِينَ َمـَٔ ً۬ابا َّ ( ِلل٢٢) ( لَّ ٰـبِثِينَ فِي َہا ٓ أ َ ۡحقَ ً۬ابا٢٣)
berkelompok-kelompok, (18) dan dibukalah langit, maka
( ََّّل يَذُوقُونَ فِي َہا بَ ۡر ً۬دا َو ََّل ش ََرابا٢٤) إِ ََّّل
terdapatlah beberapa pintu, (19) dan dijalankanlah
gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia. (20)
( َح ِم ً۬يما َو َغس ًَّ۬اقا٢٥) ( َجزَ آ ً۬ء ِو َفاقا٢٦) ِإ َّن ُہ ۡم
Sesungguhnya neraka Jahannam itu [padanya] ada tempat س ً۬ابا َ ڪانُواْ ََّل َي ۡرجُونَ ِحَ (٢٧) َْو َكذَّبُوا
pengintai, (21) lagi menjadi tempat kembali bagi orang- ( ِبـا َي ٰـ ِتنَا ِكذَّ ً۬ابا٢٨) ُص ۡينَ ٰـه
َ َو ُك َّل ش َۡىءٍ أ َ ۡح
َٔ
orang yang melampaui batas, (22) mereka tinggal di ً۬ َ
ڪت ٰـبا ِ (٢٩) فَذُوقُواْ فَلَن نَّ ِزيدَ ُك ۡم إِ ََّّل َعذَابا
dalamnya berabad-abad lamanya, (23) mereka tidak
(٣٠) ( إِ َّن ِل ۡل ُمتَّقِينَ َمفَازا٣١) ََحدَآ ِٕٮق
merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak [pula
mendapat] minuman, (24) selain air yang mendidih dan َ ( َوك ََوا ِع٣٣) َوك َۡأ ً۬سا
( َوأَ ۡعنَ ٰـ ً۬با٣٢) ب أ َ ۡت َر ً۬ابا
ً۬ ً۬
nanah, (25) sebagai pembalasan yang setimpal. (26) ( ِدهَاقا٣٤) ََّّل يَ ۡس َمعُونَ فِي َہا لَ ۡغ ً۬وا َو ََّل ِكذَّٲبا
Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab, (27) dan (٣٥) س ً۬ابا َ طآء ِح َ ( َجزَ آ ً۬ء ِمن َّر ِبكَ َع٣٦)
ِ ت َو ۡٱۡل َ ۡر
mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-
ض َو َما َب ۡينَ ُہ َما ِ س َم ٰـ َوٲ
َّ ٱل ب
ِ َّر
sungguhnya, (28) dan segala sesuatu telah Kami catat
ط ً۬ابا َ ٱلر ۡح َم ٰـ ِنۖ ََّل َي ۡم ِل ُكونَ ِم ۡنهُ ِخ َّ (٣٧) يَ ۡو َم
dalam suatu kitab. (29) Karena itu rasakanlah. Dan Kami
ً۬
sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain
صفاۖ ََّّل َيتَ َكلَّ ُمونَ إِ ََّّل َ ُٱلرو ُح َو ۡٱل َملَ ٰـٓ ِٕٮ َكة ُّ يَقُو ُم
daripada azab. (30) Sesungguhnya orang-orang yang ص َو ً۬ابا
َ ٱلر ۡح َم ٰـنُ َو َقا َل َّ ُ( َم ۡن أَذِنَ لَه٣٨)
bertakwa mendapat kemenangan, (31) [yaitu] kebun- خذَ ِإ َل ٰى َر ِبِۦه َ ذَٲلِكَ ۡٱل َي ۡو ُم ۡٱل َح ُّقۖ فَ َمن
َ َّ شا ٓ َء ٱت
kebun dan buah anggur, (32) dan gadis-gadis remaja yang
( ِإنَّا ٓ أَنذَ ۡرنَ ٰـ ُك ۡم َعذَ ً۬ابا قَ ِر ً۬يبا َي ۡو َم٣٩) َمـَٔابا
sebaya, (33) dan gelas-gelas yang penuh [berisi minuman].
ظ ُر ۡٱل َم ۡر ُء َما قَدَّ َم ۡت يَدَاهُ َويَقُو ُل ۡٱلكَافِ ُر
ُ يَن
(34) Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang
sia-sia dan tidak [pula perkataan] dusta. (35) Sebagai
٤) يَ ٰـلَ ۡيتَنِى ُكنتُ ت ُ َرٲ َۢبَا
balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak,
(36) Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa
yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah.
Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. (37) Pada hari,
ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka
tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin
kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia
mengucapkan kata yang benar. (38) Itulah hari yang pasti
terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia
menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. (39)
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu
[hai orang kafir] siksa yang dekat, pada hari manusia
melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;
dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku
dahulu adalah tanah". (40).
ِم َهـ ًٰ۬دا telah menjadikan ini berupa isim dhohir yaitu
bumi itu sebagai َ ( ۡۡل َ ۡرBumi)
lafadz ض
hamparan? Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah Fail- Fiil –
Maf’ul Bih
Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
nya.
2. َو ۡٱل ِجبَا َل أ َ ۡوت َ ً۬ادا dan gunung-gunung Jenis maf’ul bih pada ayat
sebagai pasak?, ini berupa isim dhohir yaitu
lafadz wal Jibala َو ۡٱل ِج َبا َل
( أ َ ۡوت َ ً۬اداgunung)
Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah Maf’ul Bih-
Fail-Fiil
Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
nya.َو ۡٱل ِج َبا َل أ َ ۡوت َ ً۬ادا
3.
َو َخلَ ۡقنَ ٰـ ُك ۡم dan Kami jadikan Jenis maf’ul bih pada ayat
kamu berpasang- ini berupa isim dhomir
ٲجاً۬ أَ ۡز َو pasangan muttasil yaitu lafadz kum
ُك ۡم
Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah Fiil-Fail-
Maf’ul bih
4.
َو َج َع ۡلنَا ن َۡو َم ُك ۡم dan Kami jadikan Jenis maf’ul bih pada ayat
tidurmu untuk ini berupa isim dhohir yaitu
س َب ً۬اتا
ُ istirahat
lafadz nauma ن َۡو َم ُك ۡم
(tidurmu)
Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
nya.
5.
َو َج َع ۡلنَا ٱلَّ ۡي َل dan Kami jadikan Jenis maf’ul bih pada ayat
malam sebagai ini berupa isim dhohir yaitu
ً۬ َِلب
اسا pakaian
lafadz laila ( ٱلَّ ۡي َلmalam)
Pola maf’ul bih yang di
gunakan adalah adalah Fiil-
Fail-Maf’ul bih
Menggunakan Fathah
sebagai Tanda Maf’ul Bih
13
ِإ َّن َج َهنَّ َم َكان َۡت Sesungguhnya
Jenis maf’ul bih pada ayat
neraka Jahannam itu
ص ً۬ادا
َ ِم ۡر [padanya] ada
ini berupa isim dhohir yaitu
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum
I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada
objek /penderita.
Contoh :
َ َب ْال َولَد ُ الد َّْر
س َ ; َكتAnak itu telah menulis pelajaran
Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika fi’ilnya
“memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”. Jika fi’ilnya “menolong”
maka maf’ul bih-nya “yang ditolong”.
َ ب ا ْل َولَ ُد الد َّْر
Lihat contoh س َ َ َكت:
َ َ = َكتfi’il, = ا ْل َولَ ُدfa’il, س
ب َ = الد َّْرmaf’ul bih
2. Maf’ul bih terbagi menjadi dua bagian, yang terdiri dari :
1. Maf’ul bih Zhahir (bukan kata ganti)
2. Maf’ul bih Dhamir (kata ganti)
3. Maf’ul bih memili pola-pola dalam pembentukan kalimatnya, atau dalam kata lain
dapat
tukar posisi. Terkadang maf’ul bih mendahului fi’il dan fa’il atau setelah fi’il dan
fa’il.
4. Maf’ul bih dalam penggunaannya dalam contoh Surat An-Naba’ menjadikan dasar
pentingnya memahami dan mempelajari ilmu Nahwu dan Shorof sebagai alat
dalam
mempelajari makna dan konteks yang terdapat dalam kandungan Al Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhasanah, 2013, “makalah isim dan fa’il”. Book in “Anwar, Moch. 2009. Ilmu
Nahwu. Bandung. Sinar Baru Algensindo.” Ciamis : Blogger.