Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BERFIKIR ANALOGI DAN RAGAMNYA

DOSEN PENGAMPU

Jamil Abdul Aziz,MA

Makalah ini disusun sebagai bukti hasil tugas mata kuliah Ilmu Mantiq

Disusun Oleh :

Aghnia Salma Hamidah 221310191


Devi Adelia 221310212
Dwi Irwanto 221310205
Hasballah Muhammad Anshori 221310217

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL QUR’AN JAKARTA 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji rasa terima kasih kami Persembahkan hadirat Allah Yang Maha Esa karena
dengan karunia, dan Taufik dan hidayahnya. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada
Dosen Pengampu Jamil Abdul Aziz yang telah memberikan Tugas ini untuk kita.

Kami sangat berharap Tulisan ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita Tentang Berfikir Analogi. Kami juga sepenuhnya
menyadari bahwa dalam menyusun tugas Ini ada kekurangan dan jauh dari apa yang kita
harapkan. Kami berharap akan ada kritik, dan saran untuk perbaikan di waktu akan datang,
mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang konstruktif.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapa saja yang membacanya. mohon
maaf apabila ada salah pengucapan dan kami Terapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan di masa depan.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Bekasi, Januari 2023

Penulis
Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan..................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Analogi......................................................................................2

B. Macam – Macam Analogi dan Contohnya..................................................5

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan...................................................................................................9

Daftar Pustaka................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam menjelaskan suatu hal yang baru kita terkadang kesulitan untuk mencari
kata yang tepat yang dapat membuat orang yang kita ajak bicara paham akan apa yang
sedang kita jelaskan, untuk itu kita perlu padanan kata yang sudah ada untuk membuat
sesuatu yang baru itu mudah dipahami. Metode menyamakan satu hal dengan hal yang lain
inilah yang disebut dengan analogi.

Jika dalam penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada
penyimpulan, maka pada analogi kita bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju
kepada satu peristiwa lain yang sejenis.

Apa yang terdapat pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat juga pada
fenomena peristiwa yang lain karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal.
Berdasarkan persamaan prinsipal pada keduanya itulah maka mereka akan sama pula
dalam aspek-aspek lain yang mengikutinya.

B. Rumusan Masalah

Latar belakang diatas dapat dibagi menjadi beberapa rumusan masalah :

1. Pengertian analogi.
2. Macam-macam analogi dan contohnya.

C. Tujuan dan kegunaan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengertian dari
analogi, macam analogi dan contohnya, serta kesalahan dalam analogi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analogi

Analogi merupakan salah satu cara termudah dalam pengembangan kaidah


sintaksis. Analogi dalam ilmu nahwu atau qiyas an nahwi dikembangkan pertama kali oleh
ahli nahwu, Abdullah bin Ishaq Al-Hadhrimi dari Bashrah3 meski dapat dikatakan bahwa
ia hanyalah yang menghimpun gagasan tentang qiyas yang masih berserakan pada masa
sebelumnya, bukan pencipta qiyas itu sendiri.1

Dalam analogi, kegiatan dilakukan dengan menyesuaikan kalimat atau kata baru
dengan kalimat lama yang dianggap benar untuk membentuk suatu kaidah bahasa.2 Dalam
hal ini, analogi merupakan proses berfikir manusia dalam membuat persamaan antara dua
hal sehingga dapat membantu pengembangan kata dalam suatu bahasa. Maka dapat
dikatakan bahwa analogi merupakan kegiatan penting dalam kajian linguistik yang
berpengaruh langsung kepada proses perkembangan suatu bahasa.

Adapun pengertian lain tentang analogi yang diungkapkan oleh Ar-Rummani dalam
bukunya “Al-hudud fi an-nahwi” yaitu proses menggabungkan dua hal, yang mana jika hal
pertama benar, maka diikuti kebenaran hal kedua. Begitupun jika hal pertama salah, maka
diikuti kesalahan hal kedua pula.3Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa dalam
proses analogi terdapat kaitan antara hal baru dengan hal lama yang berkaitan dengan
kebenaran dan kesalahan kedua hal tersebut.

Analogi muncul dan berkembang di kalangan dunia barat bersamaan dengan


berkembangnya kajian bahasa. Perkembangan ini mencapai puncaknya dengan disertai
munculnya ilmu linguistik modern di tangan Ferdinand de Saussure dengan karyanya
“Cours
de Linguistique Generale”.4 dalam karya Ferdinand ini terdapat pembahasan khusus

1
Abdul Hamid, Qiyas Ushuli dan Qiyas Nahwi Dalam Prespektif Historis dan Epistemologis (Thesis Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009) h.92
2
Luthfi Muhyiddin, Konsep Al Qiyas (Analogy) Pemikiran Ibn Jinni Dalam Linguistik Arab, ed. Universitas Gajah
Mada Press (Yogyakarta, 2013). h.2
3
Mahmud Qudum, “Al Qiyas Fi An Nahwi Al ‟Araby,” Alukah Net, n.d.h.12
4
Massire Doukoure, “The Analogy in Language Between the Arab Linguists and De Saussure,” International
Journal of Al Madinah International University, no. 2 (2012).h.6

2
mengenai analogi dan pengaruhnya dalam perkembangan dan pemeliharaan bahasa.
Pengertian analogi di dunia barat tidak berbeda dengan analogi dalam linguistik
arab. Ferdinand mengungkapkan bahwa bentuk analogis adalah suatu bentuk yang dibuat
berdasarkan gambar dari satu atau sejumlah bentuk lain berdasarkan aturan tertentu. 5 Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa analogi adalah proses persamaan antara satu
bentuk dengan bentuk lainnya dalam sebuah kaidah bahasa.

Analogi berperan penting dalam keteraturan bahasa. Analogi membantu pembelajar


Bahasa untuk mencegah kesalahan dalam berbicara. Di samping itu, ia berperan penting
dalam menghasilkan bentuk aturan tata Bahasa baru.6 Menurut Ferdinand, gejala fonetis
atau perubahan bunyi dalam sebuah bahasa dapat diimbangi oleh analogi, sehingga dapat
mempersatukan ketidakteraturan bentuk bahasa tersebut.

Di samping hal tersebut, analogi berfungsi mengatur dan mempersatukan proses


pembentukan bahasa. Hubungan gramatikal yang renggang dikarenakan perubahan bunyi,
dapat diatasi dengan analogi karena analogi mempersyaratkan suatu model dan tiruannya
yang teratur.7 Meskipun demikian, analogi tidak menghapuskan keanekaan bunyi atau
unsur fonetis bahasa, melainkan menggeneralisasi suatu gaya pembentukan.
Gejala analogi yang ditimbulkan dari proses tersebut, bukan sebuah penyimpangan
dari sebuah bentuk ideal. Hakikatnya, perubahan yang diakibatkan dari penyimpangan itu
merupakan penciptaan atau pembentukan gaya bahasa dengan mengikuti yang telah ada
sebelumya. Ferdinand menjelaskan bahwa jika perubahan bunyi memasukkan unsur baru
dengan menghapus apa yang ada sebelumnya, bentuk analogis tidak selalu harus selalu
disertai dengan hilangnya bentuk yang didampinginya. Jadi, anggapan bahwa analogi
menimbulkan ketidakteraturan suatu bahasa adalah hal keliru, karena justru analogi
memberi pengaruh penting dalam pengembangan dan keteraturan bahasa.

De Saussure berpendapat bahwa analogi di samping berperan penting dalam


perkembangan suatu Bahasa, ia juga dapat menjadi pemelihara suatu Bahasa tatkala ia
mampu melahirkan bentuk baru yang teratur menggantikan bentuk bentuk yang
menyimpang atau kuno.

5
Hidayat, Pengantar Linguistik Umum Ferdinand de Saussure.h.274
6
Mubarok Husein Najmuddin, “Wadzifah Al Qiyas An nahwi fi Binai al Jumlah Al Arobiyah,” Journal of
Islamic Science and Research 1 (2017).h.121
7
Hidayat, Pengantar Linguistik Umum Ferdinand de Saussure.h.274-275.

3
Metode analogi dalam pembelajaran bahasa terdapat dua metode yang digunakan
oleh para ahli linguistik arab dalam proses analogi. Metode pertama adalah metode
deskriptif analitis, yaitu metode yang berfokus pada aspek bahasa yang didengar dan
menganalisa sejauh mana kestabilan bahasa tersebut. Sedangkan meode kedua adalah
metode deduksi, yaitu metode pengambilan kesimpulan dari metode yang pertama. Dengan
metode kedua ini, peneliti dapat mengambil kesimpulan dengan kegiatan menganalogikan
hal baru dengan hal lama yang sudah mempunyai kaidah yang benar.8

Di dalam analogi, tidak hanya terdapat hasil dan juga analog asalnya saja, namum
di
sana ada relasi yang tersembunyi dalam hati dan pikiran si pembaca. Relasi ini karena
adanya persamaan persamaan di antara keduanya (al-ashlu dan al-far‟u) baik dari segi
bentuk maupun makna. Relasi yang terdapat antara satuan satuan Bahasa oleh Ferdinand
de
Saussure disebut relasi sintagmatik dan asosiatif.

Dalam konteks Bahasa, qiyas atau analogi bertujuan untuk perluasan Bahasa dan
membuat aturan aturan umum bagi Bahasa. Ketika kehidupan meluas dan semakin
kompleks, muncul pola pola kehidupan baru yang tidak dikenal pada masa sebelumnya,
muncul pula kebutuhan terhadap kosakata baru yang dapat digunakan untuk
mengekspresikan perkembangan tersebut. Maka diperlukan kegiatan analogi ini untuk
menghasilkan bentuk, makna maupun struktur baru.

Konsep analogi dalam kajian linguistik barat diatur oleh 3 kontrol linguistik.
Kontrol pertama yaitu adanya unit bahasa yang sudah ada sebelumnya dan dapat diukur.
Karena analogi adalah suatu proses penyamaan unit bahasa baru yang belum memiliki
aturan dengan unit lain yang sudah teratur dengan kaidah, maka unit bahasa yang kedua ini
merupakan hal pokok yang harus ada dalam proses analogi. Kontrol kedua yaitu adanya
kaidah tata bahasa pada unit yang sudah terstruktur. Kaidah tata bahasa ini menjadi unsur
penting guna menetapkan hukum atau aturan setelah proses analogi. Adapun kontrol ketiga
yaitu adanya kesamaan atau hubungan antara unit bahasa baru dan unit bahasa lama. 9
Ketiga kontrol ini merupakan konsep utama dalam analogi kajian linguistik barat.

8
Doukoure, “The Analogy in Language Between the Arab Linguists and De Saussure.”h.11
9
Doukoure, “The Analogy in Language Between the Arab Linguists and De Saussure.”h.12

4
A. Macam – macam Analogi

1. Analogi Induktif

Disebut juga sebagai analogi induktif. Menekankan kepada ciri dan persamaan yang
dimiliki oleh suatu hal/benda/bentuk pasti dimiliki oleh bentuk/benda/hal lainnya tersebut.
dengan syarat ciri – ciri dan persamaan lainnya sebagian besar dimiliki oleh keduanya.
Analogi argumentatif mempunyai pola seperti pada sebuah paragraf induktif, yaitu khusus
– umum.

Contoh Analogi Induktif :

Sifat manusia dapat diibaratkan seperti padi yang terhampar di sawah yang luas. Saat
manusia mendapatkan sebuah anugerah yang sangat besar, sifatnya akan menjadi lebih
rendah hati serta dermawan. Hal ini juga terjadi pada sebuah padi, semakin padi itu berisi
maka mereka akan semakin menunduk.

2. Analogi Deklaratif

Analogi deklaratif atau biasa disebut dengan analogi penjelas merupakan metode
untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif merupakan cara yang
amat bermanfaat untuk menjelaskan masalah yang hendak diterangkan. 10 Analogi dapat
dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai penjelasan
biasanya disebut dengan perumpamaan atau persamaan.

Contoh Analogi Deklaratif :

Mungkin kita pernah berfikir, “sekeras apa hati mereka sampai tega melakukan hal
seperti itu?”.11

Jika tidak sering digunakan, hati manusia bisa saja berubah menjadi keras, seperti semen
cair yang mengeras menjadi benda padat seperti batu jika terlalu lama didiamkan. Saat hati
manusia sudah mengeras, akan sulit untuk melunakannya Kembali.

10
Azmi, Memen Permata. 2017. Mengembangkan kemampuan analogi matematis. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan
Matematika,  Volume 1, No. 1, Mei 2017. h.100-111.
11
Wijaya, Putut. 2021. Analogi Adalah; Arti, Tujuan, Macam, Ciri, & Contoh Analogi, diakses pada 1 Januari 2022, dari
https://www.ukulele.co.nz/analogi-adalah/Macam-macam_Analogi terbit 13 februari 2021.

5
Analogi Pincang

Meskipun analogi merupakan corakpenalaran yang popular, namun tidak semua


penalaran analogi merupakan penalaran induktif yang benar. Ada masalah yang tidak
memenuhi syarat atau tidak dapat diterima, meskipun sepintas sulit bagi kita menunjukkan
kekeliruannya. Kekeliruan ini terjadi karena membuat persamaan yang tidak tepat.
Kekeliruan pertama adalah kekeliruan pada analogi induktif.12

Misalnya:

Saya heran mengapa orang takut bepergian dengan pesawat terbang karena sering
terjadi kecelakaan pesawat terbang dan tidak sedikit meminta korban. Bila demikian
sebaiknya orang jangn tidur ditempat tidur karena hamper semua manusia menemui
ajalnya di tempat tidur.
Disini naik pesawat terbang ditakuti karena sering menimbulkan petaka yang
menyebabkan maut. Sedangkan orang tidak takut tidur ditempat tidur karena jarang sekali
atau boleh dikatakan tidak pernah ada orang yang menemui ajalnya karena kecelakaan
tempat tidur. Orang meninggal ditempat tidur bukan disebabkan kecelakaan tempat tidur,
tetapi karena penyakit yang diidapnya. Jadi, disini orang menyamakan dua hal yang
sebenarnya berbeda. Kekeliruan kedua adalah kekeliruan pada analogi deklaratif,

Misalnya:

Negara kita sudah banyak berutang. Dengan pembangunan lima tahun kita harus
menempuh utang terus-menerus dari tahun ke tahun. Pembangunan lima tahun ini
memaksa rakyat dan bangsa Indonesia seperti naik perahu yang sarat yang semakin tahun
semakin sarat (dengan utang) dan akhirnya tenggelam. Saudara-saudara, kita tidak ingin
tenggelam dan mati bukan? Karena itu kita lebih baik tidak naik kapal sarat itu. Kita tidak
perlu melaksanakan pembangunan lima tahun.

Contoh Kalimat Analogi

12
Sumarmo, U. 2013. Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia .

6
1. "Kamu mau saja menurutinya, seperti kerbau dicocok hidungnya."
(Perilaku menurut tanpa perlawanan dikiaskan dengan kerbau yang dicocok
hidungnya.)

2. "Badannya besar sekali seperti gajah."


(Badan yang besar dianalogikan dengan gajah untuk mendapatkan perbandingan yang
hampir setara. Gajah adalah binatang berukuran besar, begitu juga dengan gemuk yang
artinya manusia berukuran besar.)

3. Cara berjalannya sangat lambat seperti kura-kura."


(Kura-kura sering dipakai orang untuk menggambarkan cara berjalan yang pelan-pelan.
Sebenarnya, ini termasuk analogi pincang karena cara berjalan seseorang tidak benar-
benar selambat kura-kura.)

4. "Anak itu berbadan kurus layaknya lidi."


(Kalimat di atas menganalogikan dua hal, yaitu badan yang kurus dengan lidi yang
bentuknya kecil memanjang. Penggambaran tersebut sering dilakukan di masyarakat.)
5. "Gaya bicaranya bagai keran bocor."
(Gaya bicara yang dimaksud di sini, bicara tanpa henti seperti keran bocor di rumah,
mengalir terus-menerus tanpa berhenti.)

6. "Tak perlu menyesali, putus satu timbuh seribu."


(Maksudnya, putus cinta memang menyakitkan, apa lagi setiap hari sudah bersama
sama. Namun, jangan hilang harapan karena lelaki/perempuan bukan dia seorang.
Jangan terlalu larut dalam kesedihan karena siapa tahu akan datang yang lebih baik
atau sudah banyak yang menunggu di luar sana tanpa disadari.)

7. "Gosip zaman sekarang cepat menyebar seperti racun."


(Yang dimaksud adalah pada zaman sekarang gosip sering terjadi setiap hari tanpa tau
dari mana sumbernya, seperti racun kadang kita tidak tahu yang pasti berbahaya. Jadi
sebelum menerima gosip harus di saring lagi kebenarannya.)

8. "Belajar seperti membangun sebuah rumah."

7
(Hasil belajar tidak bisa dinikmati secara instan. Saat mempelajari materi baru,
seseorang mungkin tidak langsung paham. Namun, kamu tidak boleh menyerah.)

9. "Aku dengannya bagaikan langit dan bumi."


(Berati jarak antara satu dengan yang lain sangat jauh dan kemungkinan sulit untuk
dicapai.)

10. "Kehidupan itu berputar bagai roda."


(Di sini di jelaskan jika kehidupan itu seperti roda yang setiap harinya selalu berubah,
tak selamanya yang ada di bawah terus di bawah dan tak selamanya yang di atas selalu
di atas, mereka terus berputar bergantian.)

11. "Belajar ibarat mengenakan sweater pada hari yang panas."


(Belajar bisa menjadi hal yang kurang nyaman, tidak membuat rileks.)

12. "Belajar ibarat mencari harta karun."


(Belajar bukanlah proses yang lambat. Diperlukan usaha dan waktu yang lama untuk
menemukan jawaban terkait apa yang kamu cari. Dengan konsistensi, kamu akan
mendapatkan 'harta karun' yang dicari.)13

BAB III

13
Wijaya, Putut. 2021. Analogi Adalah; Arti, Tujuan, Macam, Ciri, & Contoh Analogi, diakses pada 1 Januari 2022, dari
https://www.ukulele.co.nz/analogi-adalah/Macam-macam_Analogi terbit 13 februari 2021.

8
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan pemakalah kami di atas, kami akan mencoba menyimpulkan


sedikit tentang analogi. Analogi adalah suatu perbandingan yang dipakai untuk mencoba
membuat suatu idea dapat dipercaya atau guna membuat suatu konsep yang sulit menjadi
jelas. Analog ini kadang-kadang juga di sebut analogi induktif yang dimana proses
penalarannya dari satu fenomena menuju fenomena lain yang sejenis kemudian
disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena yang pertama akan terjadi juga pada
fenomena yang lain.

Analogi ada 2, yaitu analogi induktif, analogi yang disusun berdasarkan persamaan
prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan apa yang ada pada
fenomena pertama yang akan terjadi pula pada fenomena kedua. Analogi deklaratif yaitu
merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan Sesuatu yang belum di kenal atau
masih samar, dengan sesuatu yang sudah di kenal.

Analogi juga mempunyai cara-cara tersendiri untuk memahaminya, yaitu sedikit


banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan, sedikit banyaknya aspek-aspek yang
menjadi dasar analogi, sifat dari analogi yang kita buat, mempertimbangkan ada tidaknya
unsure-unsur yang berbeda pada peristiwa yang di analogikan dan relevan tidaknya
masalah yang akan di analogikan.

Analogi kadang-kadang juga ada yang tidak benar atau disebut palsu bahkan juga
dikatakan pincang bila mana analogi tersebut yang akan mencoba membandingkan ide dan
gagasan lain yang tidak ada hubungannya dengan ide atau gagasan tersebut, analogi seperti
ini bisa membuat orang yang memahami sesuatu menjadi salah arah atau tujuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H.mundiri, Logika,Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada,2015

R.G. soekardjo, Logika dasar : tradisional,simbolik, dan induktif. PT. gramedia pustaka
Utama. 1997

Mundiri, 1994, logika, Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada.

Soekadijo, 1983, Logika Dasar, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Poespoprodjo, 2006, Logika Ilmu Menalar. Bandung: CV Pustaka Grafika.

Hidayat, Rahayu S. Pengantar Linguistik Umum Ferdinand de Saussure. Edited by


Gajah Mada University Press. Yogyakarta, 1988.

Afghani, Sa‟id Al. Fi Ushul An Nahwi. Damaskus: Mudiriyatul Kutub Al Jamiiyah,


1994.

Al-„Amidi, Saifuddin Abi Hasan. al Ihkam fi Ushul al Ahkam. Beirut : Daar al-Fikr.2003
Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta. 1994.

Choironi, Merry. “Analogi (qiyas) Menurut Ahli Bahasa Modern dan Hasil Ketetapan
Lembaga Bahasa Arab Dalam Analogi,” Jurnal Alfaz 1, No.1 (2013).

Doukoure, Massire. “The Analogy in Language Between the Arab Linguists and De
Saussure.” International Journal of Al Madinah International University, no. 2
(2012).

Hamid, Abdul. Qiyas Ushuli dan Qiyas Nahwi Dalam Prespektif Historis dan
Epistemologis (Thesis Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2009).

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, Jakarta, Gramedia, 1982.
W. Poespoprodjo, Logika Sientifika, (Bandung: Remadja RK Karya, 1985).

Mundiri, Logika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, cet.13 2010).

Danusiri, Logika Dalam Naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Semarang: CV. Karya
Abadi Jaya, 2015).

10

Anda mungkin juga menyukai