Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

USHUL FIQIH

QOIDAH USHULIYYAH

DOSEN PENGAMPU

H.Ahmad Mujib,S.Q,M.Pd.I

Makalah ini disusun sebagai bukti hasil tugas kelompok

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Hidayatullah

Devi Adelia

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL QUR’AN JAKARTA 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji adalah bagi Allah yang telah menunjukan kita kepada hal ini, kami
tidak akan memperoleh petunjuk kalau sekiranya Allah menunujukan kami akan hal ini.
Shalawat dan salam adalah untuk Rasulullah yang telah diutus oleh Allah untuk
menyampaikan syari’at yang pasti, yang lurus dan toleran. Asas syari’at ini adalah
kemudahan kepada manusia, penghilangan kesulitan dari mereka. Juga shalawat dan salam
untuk para keluarganya, dan sahabat-sahabatnya yang menggantikan Beliau dalam
memelihara Syari’atnya dan membimbing umatnya. Adapun materi makalah ini tentang
”Ba’i Bi tsaman Ajil dan Bai’ Al Wafa’ ”. Dengan dituliskannya makalah ini, diharapkan
kepada semua yang membacanya dapat memahami secara mendalam tentang hal yang
berkaitan dengan materi yang di kaji dalam makalah kami ini yang pembahasannya tentang
Masail al-Fiqhiyah al-Haditsah. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kepada para pembaca mengaharapkan saran
dan kritik demi kesempurnaan makalah kami ini pada penulisan selanjutnya. Demikianlah
pengantar yang dapat kami sampaikan, semoga Allah memberi taufik kepada orang yang
menghendaki kebenaran, dan menunjukkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki menuju
jalan yang lurus.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Jakarta, Desember 2022

Penulis
Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

C. Tujuan Masalah............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian I’rob...........................................................................................0

B. Macam – Macam I’rob.................................................................................0

C. Contoh I’rob Dalam Al qur’an.....................................................................0

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan...................................................................................................0

Daftar Pustaka................................................................................................0

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Qawaid Ushuliyyah (kaidah ushuliyah) adalah kaidah yang berkaitan dengan bahasa.
Dan kaidah ushuliyah ini juga merupakan kaidah yang sangat penting, karena kaidah
ushuliyah merupakan media/ alat untuk menggali kandungan makna dan hukum yang
tertuang dalam nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga dengan kaidah ushuliyah ini,
merupakan modal utama dalam memproduk fiqih. Tanpa kaidah ushuliyah, pengamalan
hukum Islam cenderung belum semuanya. Karena pentingnya hal tersebut, sehinggga
merupakan suatu kebutuhan bagi kita semua khususnya mahasiswa yang akan meneruskan
perjuangan pendahulu-pendahulu kita dalam membela dan menegakkan islam untuk
mempelajari hal ini. Karena banyak dari kita yang kurang mengerti bahkan ada yang belum
mengerti sama sekali apa itu Qawaid ushuliyah . Oleh karena itu penting bagi seorang
mujtahid maupun calon mujtahid untuk menggali sebuah hukum dengan mempelajari
kaidah ushuliyyah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kaidah ushuliyah ?
2. Apa saja Hikmah – hikmah kaidah Ushuliyyah?
3. Apa saja Jenis – Jenis Qoidah Ushuliyyah?
4. Sebutkan Contoh – Contoh kaidah Ushuliyyah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian kaidah ushuliyah
2. Untuk mengetahui Urgensi kaidah Ushuliyyah
3. Untuk Mengetahui Jenis – Jenis Qoidah Ushuliyyah
4. Untuk mengetahui contoh – contoh kaidah ushuliyyah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kaidah Ushuliyah

1. Pengertian Kaidah Ushuliyah

Qaidah ushuliyah merupakan gabungan dari kata Qaidah dan ushuliyah, kaidah dalam
bahasa Arab ditulis dengan qaidah, artinya patokan, pedoman dan titik tolak. Ada pula
yang mengartikan dengan peraturan. Bentuk jamak qa’idah (mufrad) adalah qawa’id.
Adapun ushuliyah berasal dari kata al-ashl, artinya pokok, dasar, atau dalil sebagai
landasan. Jadi, qaidah ushuliyah adalah pedoman untuk menggali dalil syara’, titik tolak
pengambilan dalil atau peraturan yang dijadikan metode penggalian hukum, kaidah
ushuliyah disebut juga sebagai kaidah Istinbathiyah atau ada yang menyebut sebagai
kaidah lughawiyah, kaidah ushuliyah adalah dasar-dasar pemaknaan terhadap kalimat atau
kata yang digunakan dalam teks atau nash yang memberikan arti hukum tertentu dengan
didasarkan kepada pengamatan kebahasaan dan kesusastraan Arab.

Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Mengemukakan pengertian kaidah menurut Ahmad
Muhammad Asy-Syafi’i dan Fathi Ridwan. Pengertian kaidah menurut Ahmad
Muhammad Asy-Syafi’i adalah sebagai berikut :

Artinya :

“Hukum-hukum yang bersifat menyeluruh yang dijadikan jalan untuk terciptanya masing-
masing hukum juz’i.”

Adapun menurut Fathi Ridwan pengertian kaidah itu adalah sebagai berikut :

Artinya :

“Hukum-hukum yang bersifat umum yang meliputi bagian-bagiannnya.”

Dalil syara’ itu ada yang bersifat menyeluruh, universal, dan global (kulli dan
mujmal) dan ada yang hanya ditujukan bagi suatu hukum tertentu dari suatu cabang hukum
tertentu pula. Dalil yang bersifat menyeluruh itu disebut pula qaidah ushuliyah. Qaidah

2
ushuliyah adalah sejumlah peraturan untuk menggali hukum. Qaidah ushuliyah itu
umumnya berkaitan dengan ketentuan dalalah lafadz atau kebahasaan.1

Kaidah-kaidah ushuliyah menurut Prof. Dr. Muhammad Syabir adalah sebagai


suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum) yang dengannya bisa sampai pada pengambilan
kesimpulan hukum syar’iyyah al-Far’iyyah dan dalil-dalilnya yang terperinci.

Dari beberapa pengertian mengenai kaidah ushuliyah di atas disimpulkan bahwa kaidah
ushuliyah itu merupakan sejumlah peraturan untuk menggali dalil-dalil syara’ sehingga
didapatkan hukum syara’ dari dalil-dalil tersebut.

2. Urgensi Qaidah Ushuliyah

Secara global, kaidah-kaidah ushul fiqh bersumber dari naql (Al-Qur’an dan Sunnah),
‘akal (prinsip-prinsip dan nilai-nilai), dan bahasa (ushul at-tahlil al-lughawi). Qaidah
ushuliyah itu berkaitan dengan bahasa. Dalam pada itu, sumber hukum adalah wahyu yang
berupa bahasa. Oleh karena itu, qaidah ushuliyyah berfungsi sebagai alat untuk mengganti
ketentuan hukum yang terdapat dalam bahasa (wahyu) itu. Mengetahui qaidah ushuliyyah
dapat mempermudah Faqih untuk mengetahui hukum Allah dalam setiap peristiwa hukum
yang dihadapinya.

Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si mengemukakan bahwa kaidah ushuliyah itu sangat
penting karena kaidah ushuliyah itu merupakan alat untuk menggali kandungan makna dan
hukum yang tertuang dalam nash Al-Qur’an dan As-Sunnah kaidah ushuliyah merupakan
modal utama memproduk fiqh. Tanpa kaidah ushuliyah, pengamalan hukum Islam
cenderung belum semuanya mengelupas jenis-jenis hukum suatu perbuatan. Beliau juga
mengemukakan pendapat Abdul Wahhab Khallaf dan Abdul Hamid Hakim yang
mengatakan bahwa penetapan hukum perintah, larangan, dan sebagainya, berikut
penggalian dalil-dalil yang dijadikan hujjah syar’iyyah dalam hukum Islam merupakan
fungsi utama dari kaidah ushuliyah.

3. Jenis-jenis Qaidah Ushuliyah

Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si menjelaskan bahwa penerapan kaidah ushuliyah yang
pertama adalah kaidah lughawiyah, yaitu kaidah bahasa yang berhubungan dengan
1
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2009, h. 193-194.

3
kalimat-kalimat yang tersirat dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Adapun kaidah-kaidah
tersebut adalah sebagai berikut:

Kaidah ushuliyah yang berkaitan dengan amr yang menunjukkan kewajiban bagi
mukallaf untuk mengamalkannya.

Artinya : “Asal dari perintah itu wajib”

Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat : 43

Arti dari surat Al-Baqarah ayat 43 yaitu Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan
ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.

Kaidah kedua :

Artinya : “Asal dari perintah itu hukumnya sunnat.”

Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 60.

Kaidah ushuliyah yang berhubungan dengan larangan (nahy)

Artinya : “Asal dari larangan itu hukumnya haram.

Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 11.

Arti dari surat Al-Baqarah ayat 11 yaitu Bila mereka dinasehati agar meninggalkan
perbuatan-perbuatan tersebut, mereka membuat dalih dan alasan dengan mengatakan
bahwa mereka sebenarnya berusaha mengadakan perbaikan dan perdamaian antara
golongan muslimin dengan golongan yang lainya. Mereka mengatakan bahwa tindakan-
tindakan mereka yang merusak itu sebagai suatu usaha perbaikan untuk menipu kaum
muslimin.

Menurut beliau, selain kaidah lughawiyah, sebenarnya ada pula kaidah tasyri’iyah,
tetapi acuan pokoknya tetap kaidah bahasa. Kaidah yang kedua ini akan penulis jelaskan
secara terpisah di makalah ini setelah pembahasan kaidah ushuliyah.2

4. Contoh – Contoh Qaidah Ushuliyyah

2
Khallaf, Wahhab Abdul, Ilmu Ushul Fikih, cet.1,Pustaka Amani, Jakarta: Shafar 1421 H/ April 2003 M

4
Adapun contoh-contoh qaidah ushuliyyah yang dipaparkan oleh prof. Dr. Rachmat
Syafe’i,MA. adalah sebagai berikut:

1. Kaidah
‫العبرة بعموم اللفظ البخصوص السبب‬
Artinya: “Yang dipandang dasar (titik talak) adalah petunjuk umum
dasar lafazh bukan sebab khusus (latar belakang kejadian).

2. Kaidah
‫اذا اجتمع المقتضى والمانع قدم المانع‬
Artinya : “Bila dalil yang menyuruh bergabung dengan dalil yang
melarang maka didahulukan dalil yang melarang.”

3. Kaidah :
‫العبرة للداللة في مقابلة التصريح‬
Artinya: “Makna implisit tidak dijadikan dasar bila bertentangan
dengan makna eksplisit.”

4. Kaidah :
‫النكرة في مقام النفي تفيد العموم‬

Artinya : “Lafazh nakirah dalam kalimat negatif (nafi) mengandung


pengertian umum.”

5. Kaidah :
‫النص مقدم على الظاهر‬

Artinya : “Petunjuk nash didahulukan daripada petunjuk zahir.”

‫االمر يفيد الوجوب‬


Artinya : “Petunjuk perintah (amr) menunjukan wajib.”

6. Kaidah :
‫المساغ لال جتهاد فى مورود النص‬
Artinya : “Tidak dibenarkan berijtihad dalam masalah yang ada
nash-nya.”

7. Kaidah :
‫المطلق يحمل المقيد‬

5
Artinya : “Dalalah lafazh mutlak dibawa pada dalalah lafazh
muqayyah.”

8. Kaidah :
‫االمر بالشيئ نهي عن ضده‬

Artinya : “Perintah terhadap sesuatu berarti larangan atas


kebalikannya

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kaidah dalam bahasa Arab, artinya patokan, pedoman dan titik tolak. Ada pula
yang mengartikan dengan peraturan. Bentuk jamak qa’idah (mufrad) adalah qawa’id.
Adapun ushuliyah berasal dari kata al-ashl, artinya pokok, dasar, atau dalil sebagai
landasan. Jadi, qaidah ushuliyah adalah pedoman untuk menggali dalil syara’, titik tolak
pengambilan dalil, kaidah ushuliyah adalah dasar-dasar pemaknaan terhadap kalimat atau
kata yang digunakan dalam teks atau nash yang memberikan arti hukum tertentu dengan
didasarkan kepada pengamatan kebahasaan dan kesusastraan Arab.

Urgensi kaidah ushuliyah qaidah ushuliyyah berfungsi sebagai alat untuk


mengganti ketentuan hukum yang terdapat dalam bahasa (wahyu) itu. Mengetahui qaidah
ushuliyyah dapat mempermudah Faqih untuk mengetahui hukum Allah dalam setiap
peristiwa hukum yang dihadapinya.

Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si mengemukakan bahwa kaidah ushuliyah itu sangat
penting karena kaidah ushuliyah itu merupakan alat untuk menggali kandungan makna dan
hukum yang tertuang dalam nash Al-Qur’an dan As-Sunnah kaidah ushuliyah merupakan
modal utama memproduk fiqh. Tanpa kaidah ushuliyah, pengamalan hukum Islam
cenderung belum semuanya mengelupas jenis-jenis hukum suatu perbuatan.

a. Jenis jenis 

6
1.  Kaidah ushuliyah yang berkaitan dengan amr yang menunjukkan kewajiban bagi
mukallaf untuk mengamalkannya.

Artinya : “Asal dari perintah itu wajib”

Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat : 43

Arti dari surat Al-Baqarah ayat 43 yaitu Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan
ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.

2. Kaidah kedua :

Artinya : “Asal dari perintah itu hukumnya sunnat.”

Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 60.

3. Kaidah ushuliyah yang berhubungan dengan larangan (nahy)

Artinya : “Asal dari larangan itu hukumnya haram.

Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 11. 

b.    Contoh

a)    Kaidah : Artinya : “Bila dalil yang menyuruh bergabung dengan dalil yang melarang
maka didahulukan dalil yang melarang.”

b)   Kaidah : Artinya : “Petunjuk nash didahulukan daripada petunjuk zahir.

c)    Kaidah : Artinya : “Petunjuk perintah (amr) menunjukan wajib.

d)   Kaidah : Artinya : “Tidak dibenarkan berijtihad dalam masalah yang ada nash-nya.

e)    Kaidah : Artinya : “Perintah terhadap sesuatu berarti larangan atas kebalikannya

7
DAFTAR PUSTAKA

Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2009, h. 193-194.
Rachmat Syafe’i, Ulmu Ushul Fiqih (untuk UIN,STAIN,PTAIS), Bandung, Pustaka Setia,
2007, h.147.
http://kozam.wordpress.com/2009/II/10/kaidah-kaidah ushul fiqh/
http://kozam.wordpress.com/2009/ii/10/kaidah-kaidah ushul fiqh/

Anda mungkin juga menyukai