DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10
MARLINI : 2281131854
Assalamualaikum wr.wb
Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT., atas nikmat yang diberikan
kepada kami sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah mata kuliyah Ushul Fiqh yang
di ampu oleh Bapak A.Sya’roni,SQ.M.Si
Salawat beriring salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW., yang telah memberikan cahaya dalam diri kita yakni adanya agama Islam
dan Iman. Kami membuat makalah ini dengan maksud dan tujuan agar pembaca dapat
menambah wawasan dalam ilmu pengetahuan sehingga menjadi muslim yang unggul dalam
ilmu, profesional dalam karya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang berjudul “Al-qawaid” Baik dari segi
penyusunan maupun isinya yang kurang tepat. Kesalahan demikian adalah karena masih sangat
terbatas ilmu yang kami miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya harapkan
kritik dan saran yang membangun selalu mengalir untuk kesempurnaan makalah ini.
Sebagai makalah sederhana yang saya harapkan kepada seluruh pencinta ilmu
pengetahuan, sudah sepatutnya kita memohon kepada Allah SWT semoga Allah sanantiasa
selalu memberkati pikiran dan semua tindakan yang kita lakukan.
Waalaikum salam wr.wb
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
Latar Belakang .............................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
Tujuan............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................2
Pengertian Al- Qawa’id al-Ushuliyyah ............. ………………………………………
Qawa’id Fiqhiyah Asasiyah (al-Qawaid al qubra)……………………………………..
Al-qawa’id Ushuliyah....................................................................................................
Kaidah dan Contoh Fiqh (al-Qawa’id al-Fiqhiyah dan al-Qawaid al-Ushuliyyah) ……
BAB III PENUTUP ................................................................................................ ….
Kesimpulan ............................................................................................. ………………
Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qawaidul Ushuliyah (kaidah-kaidah Ushul) adalah suatu kebutuhan bagi kita semua.
Banyak dari kita yang kurang mengerti bahkan ada yang belum mengerti sama sekali apa itu
kaidah ushuliyah.
Maka dari itu, kami selaku penulis mencoba untuk menerangkan tentang kaidah-
kaidah fiqh. Dengan menguasai kaidah-kaidah fiqh kita akan mengetahui benang merah yang
menguasai fiqh, karena kaidah fiqh itu menjadi titik temu dari masalah-masalah fiqh, dan lebih
arif di dalam menerapkan fiqh dalam waktu dan tempat yang berbeda untuk kasus, adat
kebiasaan, keadaan yang berlainan. Selain itu juga akan lebih moderat di dalam menyikapi
masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, budaya dan lebih mudah mencari solusi terhadap
problem-problem yang terus muncul dan berkembang dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al-Qawaid Ushuliyyah?
2. Jelaskan Urgensi Qaidah Ushuliyah?
3. Menyebutkan jenis-jenis al-Qawaid Ushuliyyah?
4. Jelaskan kaidah dan contoh al-Qawaid Ushuliyyah?
C. Tujuanl
1. Menjelaskan pengertian al-Qawaid Ushuliyyah
2. Menjelaskan Urgensi Qaidah Ushuliyah
3. Menjelaskanjenis-jenis Al-qawa’id Ushuliyah
4. Menjelaskan kaidah dan contoh al-Qawaid Ushuliyyah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dalil yang bersifat menyeluruh itu disebut pula qaidah ushuliyah. Qaidah ushuliyah adalah
sejumlah peraturan untuk menggali hukum. Qaidah ushuliyah itu umumnya berkaitan dengan
ketentuan dalalah lafadz atau kebahasaan.
Kaidah-kaidah ushuliyah menurut Prof. Dr. Muhammad Syabir adalah sebagai suatu perkara
kulli (kaidah-kaidah umum) yang dengannya bisa sampai pada pengambilan kesimpulan
hukum syar’iyyah al-Far’iyyah dan dalil-dalilnya yang terperinci.
Dari beberapa pengertian mengenai kaidah ushuliyah di atas disimpulkan bahwa kaidah
ushuliyah itu merupakan sejumlah peraturan untuk menggali dalil-dalil syara’ sehingga
didapatkan hukum syara’ dari dalil-dalil tersebut.
a. Kaidah: segala sesuatu bergantung pada tujuannya, seperti kalau kita shalat, kita pasti
bertemu dengan yang namanya niat, kalau kita tidak bertemu dengan yang namanya niat
berarti kita tidak pernah shalat. Begitu juga daengan yang lainnya, seperti puasa, zakat, haji,
dan lain sebagainya. Dasar kaidah ini para ulama mengambil dari ayat Al-Qur’an surah Ali-
Imran: 145 yang artinya:”Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan
(pula) kepadanya pahala akhirnya.
b. Kaidah: kemudaratan harus dihilangkan, seperti kalau misalkan ada pohon besar dengan
buah yang banyak yang mana buah tersebut sering jatuh dan sering mengenai kepala orang
lewat dibawahnya hingga ada yang harus dibawa ke rumah sakit, maka dengan beracuan
pada kaidah ini pohon tersebut harus ditebang. Dasar kaidah ini beracuan pada nash Al-
Quran surah Al-A’raf: 56 yang artinya:”Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka
bumi, sesudah (Allah SWT) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah SWT
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
c. Kaidah: kebiasaan dapat menjadi hukum, seperti ketika suatu tempat ada kebiasaan, yang
mana kebiasaan tersebut telah mendarah daging, maka dengan sendirinya kebiasaan tersebut
akan menjadi hukum, misalkan kebiasaan petik laut, kalau ada masyarakat pesisir yang tidak
melakukan kebiasaan petik laut tersebut, maka dia akan dikucilkan oleh masyarakat
setempat. Kaidah tersebut didasarkan pada nash Al-Quran surah Al-A’raf: 199 yang
artinya:”Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”. Ada perbedaan antara Al-Adah (adat) dengan
Urf (kebiasaan). Adat atau Al-Adah adalah perbuatan yang terus menerus dilakukan oleh
manusia yang kebenarannya logis, tapi tidak semuanya menjadi hukum. Sedangkan Urf atau
kebiasaan adalah jika mengacu pada Al-Ma’ruf, berarti kebiasaan yang normatif dan
semuanya dapat dijadikan hukum, karena tidak ada yang bertentangan dengan Al-Quran
atau Hadis
4
D. Kaidah dan contoh al-Qawaid Ushuliyyah
a. Kaidah al- Qawa’id Ushuliyyah
1. Yang di pandang dasar ( titik talak) adalah petunjuk umum dasar lafazh bukan sebab
khusus (latar belakang kejadian)
2. Apabila dalil yang menyuruh bergabung dengan dalil yang melarang maka
didahulukan dalil yang melarang.
3. Makna implicit tidak di jadikan dasar bila bertentangan dengan makna eksplisit.
4. Lafazh nakirah dalam kalimat negatif (nafi) mengandung pengertian umum.
5. Petunjuk nash didahulukan daripada petunjuk zahir.
6. Petunjuk perintah (amr) menunjukkanwajib. Seperti contoh kasus fiqhnya pada QS
5/1 (memenuhi janji adalah wajib).
7. Tidak di benarkan berijtihad dalam masalah yang ada nash-nya.
8. Dalam lafazh mutlak dibawa pada dalalah lafazh muqqayad.
9. Perintah terhadap sesuatu berarti larangan atas kebalikannya
b. Contoh al- Qawa’id Ushuliyyah
Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat : 43
Arti dari surat Al-Baqarah ayat 43 yaitu Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan
ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.
1. Kaidah kedua :
Artinya : “Asal dari perintah itu hukumnya sunnat.”
Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 60.
2. Kaidah ushuliyah yang berhubungan dengan larangan (nahy)
Artinya : “Asal dari larangan itu hukumnya haram.
Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 11.
Arti dari surat Al-Baqarah ayat 11 yaitu Bila mereka dinasehati agar meninggalkan
perbuatan-perbuatan tersebut, mereka membuat dalih dan alasan dengan mengatakan
bahwa mereka sebenarnya berusaha mengadakan perbaikan dan perdamaian antara
golongan muslimin dengan golongan yang lainya. Mereka mengatakan bahwa
tindakan-tindakan mereka yang merusak itu sebagai suatu usaha perbaikan untuk
menipu kaum muslimin.
Menurut beliau, selain kaidah lughawiyah, sebenarnya ada pula kaidah tasyri’iyah,
tetapi acuan pokoknya tetap kaidah bahasa. Kaidah yang kedua ini akan penulis jelaskan
secara terpisah di makalah ini setelah pembahasan kaidah ushuliyah
5
Adapun contoh-contoh qaidah ushuliyyah yang dipaparkan oleh prof. Dr. Rachmat
Syafe’i,MA. adalah sebagai berikut:
a. Kaidah : Artinya: “Yang dipandang dasar (titik talak) adalah petunjuk umum dasar
lafazh bukan sebab khusus (latar belakang kejadian).
b. Kaidah : Artinya : “Bila dalil yang menyuruh bergabung dengan dalil yang melarang
maka didahulukan dalil yang melarang.”
c. Kaidah : Artinya: “Makna implisit tidak dijadikan dasar bila bertentangan dengan
makna eksplisit.”
d. Kaidah : Artinya : “Petunjuk nash didahulukan daripada petunjuk zahir.
e. Kaidah : Artinya : “Petunjuk perintah (amr) menunjukan wajib.
f. Kaidah : Artinya : “Tidak dibenarkan berijtihad dalam masalah yang ada nash-nya.
g. Kaidah : Artinya : “Perintah terhadap sesuatu berarti larangan atas kebalikannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qawa’id ushuliyyah adalah kaidah atau metode untuk mengistinbathkan hukum-hukum
dari dalil-dalil yang terprinci. Sedangkan qawa’id fiqhiyyah adalah kaidah-kaidah untuk
mengetahui hukum-hukum, memeliharanya dan mengumpulkan hukum-hukum yang serupa
serta menghimpun masalah-masalah yang berserakan dan mengoleksi makna-maknanya.
Qawa’id ushuliyyah merupakan dalil-dalil umum, sedangkan qawa’id fiqhiyyah merupakan
hukum-hukum umum.
Cara penyusunan kaidah ushuliyyah : Kaidah ushul diperoleh secara deduktif, sedangkan
kaidah fiqh secara induktif. Penyusunan kaidah ushul, utamanya dikalangan ushul fiqh
mutakallimin, dilakukan tanpa melihat realitas terlebih dahulu. Kaidah dibuat dulu, baru
kemudian diterapkan. Kaidah fiqh diperoleh secara induktif, yaitu berasal dari penyelidikan
pemecahan kasus-kasus fiqh, baru kemudian disimpulkan kaidahnya. Karena itu, kaidah ushul
umumnya bersifat kulli (berlaku kepada seluruh persoalan detail), sementara kaidah fiqh
umumnya bersifat aghlabi (berlaku kepada sebagian besar kasus, dengan berbagai
perkecualian).
5
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena
itu, kami selaku klompok 10 "Qawaid Ushuliyah" sangat membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca. Sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Ushul Fiqh, Bandung, CV. Pustaka Setia, 2009, hlm. 193-194.
Zubair Maimoen, 2006. Formulasi Nalar Fiqh, Surabaya: Santri Salaf Press
Hanafi Imam, 2011. Pengantar Ushul Dan Ilmu Fiqh, Surabaya: Pena Salsabila
Syafe’i Rachmat, 2010. Ilmu Ushul Fiqh, Bandung: Pustaka Setia
Hidayatullah Syarif, 2012. Qawa’id Fiqhiyyah Dan Penerapannya Dalam
Transaksi Keuangan Syari’ah Kontemporer, Jakarta: Gramata Publishing
[1] Prof. DR. Rachmat Syafe’i, MA., Ilmu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.
147.
[3] Syarif Hidayatullah, S.S.I., MA, Qawa’id Fiqhiyyah dan Penerapannya Dalam Transaksi
Keuangan Syari’at Kontemporer (Mu’amalat, Maliyyah Islamiyyah, Mu’ashirah), (Depok:
Gramata Publishing, 2002), h. 21-22.
[4] KH. Maimoen Zubair, Formulasi Nalar Fiqh, (Surabaya: Khalista, Santri Saraf Press,
2006), h.85-86.
[5] Imam Hanafi, S.Pd.I., M.H.I., Pengantar Ushul dan Ilmu Fiqh, (Surabaya: Pena Salsabila,
2011), h. 11-13.
6.