Anda di halaman 1dari 12

RUANG LINGKUP

DEFINISI USHUL FIQH DAN QAWAIDUL FIQHIYAH


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Ushul Fiqh dan Qawaidul Fiqhiyah
Dosen Pengampu:

Drs. H. AZHARI, M,A.

Disusun Oleh:
ANDI AMIN
NIRM : 1209.20.09068
ARFINAS
NIRM : 1209.20.09069

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AULIAURRASYIDIN
Kampus Panam (Parit Enam) Jl. Gerilya No. 12 Tembilahan Hulu

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya
dan karunia-nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik untuk memenuhi tugas “Ushul Fiqh dan Qawaidul Fiqhiyah” yang berjudul “Ruang
Lingkup Definisi Ushul Fiqh Dan Qawaidul Fiqhiyah”

Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memberikan arahan kepada para pembaca
agar lebih memahami tentang materi yang kami tulis.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca, Kami sebagai
penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu, saran dan kritik yang kami harapkan dari para pembaca.

Tembilahan 15 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................I

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI.........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1. Latar Belakang.............................................................................................4
2. Rumusan Masalah........................................................................................4
3. Tujuan..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Pengertian Ushul Fiqh .................................................................................5


B. Pengertian Qawaidul Fiqhiyah ....................................................................6
C. Ruang Limgkup Fiqhiyah............................................................................9
D. Perbedaan Qawaid Fiqhiyah Dengan Ushul Fiqh......................................10
E. Hubungan Qawaid Fiqhiyah Dengan Fiqih, Ushul Fiqih Dan
Qawaid Ushuliyyah....................................................................................11
F. Tujuan Mempelajari Qawaid Fiqhiyah .....................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

1. Kesimpulan ...............................................................................................12
2. Saran..........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari


beragam macamnya. Tentunya ini mengharuskan agar didapati jalan keluar untuk
penyelesaiannya. Maka disusunlah suatu kaidah secara umum yang diikuti cabang-cabang
secara lebih mendetail terkait permasalahan yang sesuai dengan kaidah tersebut. Adanya
kaidah ini tentunya sangat membantu dan memudahkan terhadap pemecahan
permasahalan yang muncul ditengah-tengah kehidupan di zaman modern ini.
 Maka, hendaklah mahasiswa memahami secara baik tentang konsep disiplin ilmu ini
karenanya merupakan asas dalam pembentukan hukum Islam. Masih jarang diantara
kaum muslim yang memahami secara baik tentang pedoman penyelesaian hukum Islam.
Menjadi kewajiban sebagai seorang muslim untuk lebih memahami dan meyikapi
persoalan hukum dalam Islam karena proses kehidupan tidak terlepas dari kegiatan
hukum.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian Ushul Fiqh ?


2. Apa itu Qawaid Fiqhiyah ?
3. Bagaimana Hubungan Ushul Fiqh dan Qawaidul Fiqhiyah ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui dan memahami Ushul Fiqh


2. Untuk mengetahui dan memahami Definis Ushul Fiqh dan Qawaidul
Fiqhiyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ushul Fiqh


Menurut Prof H Satria Effendi Muh Zein, dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, kata al-
ushul adalah bentuk jamak dari al-asl, yang berarti "landasan tempat membangun sesuatu''. 
Sedangkan, ulama terkemuka dari Damaskus, Suriah, Syekh Wahbah az-Zuhaili, mengartikan
kata al-asl sebagai "dalil''.

Sedangkan secara bahasa, fiqh atau fikih berarti 'pemahaman.'

"Secara istilah, fikih adalah pengetahuan tentang hukum syarak yang berhubungan dengan dengan
perbuatan mukalaf (orang yang layak dibebani hukum taklif) yang dalilnya digali satu per satu,''
ujar Prof Satria. 

Para ulama besar memiliki pendapat masing-masing tentang definisi Ushul Fiqh. Syekh
Kamaluddin bin Himam dalam kitab Tahrir, mendefinisikan Ushul Fiqh sebagai pengertian
tentang kaidah-kaidah yang dijadikan sarana (alat) untuk menggali hukum-hukum fikih.

"Dengan kata lain, Ushul Fiqh adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan tentang cara (metode)
pengambilan (penggalian) hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dari dalil-dali
syar'i,'' ungkap Prof Muhammad Abu Zahrah dalam bukunya bertajuk, Ushul Fiqih. Contohnya,
kata dia, Ushul Fiqh menetapkan bahwa perintah (amar) itu menunjukkan hukum wajib dan
larangan (nahi) menunjukkan hukum haram.

Sedangkan, Imam al-Baidawi menyatakan, Ushul Fiqh sebagai pengetahuan tentang dalil fikih
secara umum dan menyeluruh, cara meng-istinbat-kan atau menarik hukum dari dalil itu, dan
tentang hal ihwal pelaku istinbat. Lalu, apa bedanya antara ilmu fikih dan Ushul Fiqh?

Menurut Ensiklopedi Islam, perbedaannya terlihat pada objek kedua ilmu tersebut. Objek Ushul
Fiqh adalah dalil-dalil, sedangkan objek fikih adalah perbuatan seseorang yang telah mukalaf
(dewasa dalam menjalankan hukum).
"Jika usuli (ahli Ushul Fiqh) membahas dalil-dalil dan kaidah-kaidah yang bersifat umum, fukaha
(ahli fikih) mengkaji bagaimana dalil-dalil juz'i (sebagian) dapat diterapkan pada peristiwa-
peristiwa yang khusus.

Ilmu Ushul Fiqh hadir dengan tujuan untuk mengetahui dalil-dalil syarak, baik yang menyangkut
bidang akidah, ibadah, muamalah, akhlak, atau uqubah (hukum yang berkaitan dengan masalah
pelanggaran atau kejahatan. Dengan demikian, menurut Ensiklopedi Islam, hukum-hukum Allah
SWT dapat dipahami dan diamalkan.

Dengan begitu, Ushul Fiqh bukanlah sebuah tujuan, melainkan sarana untuk mengetahui hukum-
hukum Allah SWT terhadap suatu peristiwa yang memerlukan penanganan hukum. Dengan
adanya ilmu Ushul Fiqh, agama akan terpelihara dari penyalahgunaan dalil.

B.    Pengertian Qawaid Fiqhiyah


Dalam pengertian ini ada dua terminologi yang perlu kami jelaskan terlebih dahulu, yaitu
qawaid dan fiqhiyah. Kata qawaid merupakan bentuk jama' dari kata qaidah, dalam istilah bahasa
Indonesia dikenal dengan kata 'kaidah' yang berarti aturan atau patokan, dalam tinjauan
terminologi kaidah mempuyai beberapa arti. Dr. Ahmad asy-Syafi'I menyatakan bahwa kaidah
adalah:
‫القضايا الكلية التى يندرج تحت كل واحدة منها حكم جزئيات كثيرة‬
"Hukum yang bersifat universal (kulli) yang diikuti oleh satuan-satuan hukum juz'i  yang banyak"

Sedangkan secara terminologi fiqh berarti, menurut al-Jurjani al-Hanafi:


‫ر‬ee‫ه الى النظ‬ee‫اج في‬ee‫ ويحت‬e‫اد‬ee‫الرأي واالجته‬ee‫تنبط ب‬ee‫ الشريعة العملية من ادلتها التفصلية وهو علم مس‬e‫العلم باالحكام‬
‫والتأمل‬

”ilmu yang menerangkan hukum hukum syara yang amaliyah ang diambil dari dalil-dalilnya yang
tafsily dan diistinbatkan melalui ijtihad yang memerlukan analisa dan perenungan".

Dari uraian pengertian diatas baik mengenai qawaid maupun fiqhiyah maka yang dimaksud
dengan qawaid fiqhiyah adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Tajjudin as-Subki:
‫الذى ينطبق على جزئيات كثيرة تفهم احكامها منها‬ ‫االمر الكلى‬
"Suatu perkara kulli yang bersesuaian dengan juziyah yang yang banyak yang dari padanya
diketahui hukum-hukum juziyat itu".   
Menurut Musthafa az-Zarqa, Qowaidul Fiqhyah ialah : dasar-dasar fiqih yang bersifat
umum dan bersifat ringkas berbentuk undang-undang yang berisi hukum-hukum syara’ yang
umum terhadap berbagai peristiwa hukum yang termasuk dalam ruang lingkup kaidah tersebut.

C.     Ruang lingkup qawaid fiqhiyah


Menurut M. az-Zuhayliy dalam kitabnya al-Qawa’id al-fiqhiyyah berdasarkan cakupannya yg
luas terhadap cabang dan permasalahan fiqh, serta berdasarkan disepakati atau diperselisihkannya
qawa’id fiqhiyyah tersebut oleh madzhab-madzhab atau satu madzhab tertentu, terbagi pada 4
bagian, yaitu :
a.       Al-Qawa’id al-Fiqhiyyah al-Asasiyyah al- Kubra, yaitu qaidah-qaidah fiqh yangg bersifat dasar
dan mencakup berbagai bab dan permasalahan fiqh. Qaidah-qaidah ini disepakati oleh seluruh
madzhab. Yang termasuk kategori ini adalah :
1.      Al-Umuru bi maqashidiha.
2.      Al-Yaqinu la Yuzalu bi asy-Syakk.
3.      Al-Masyaqqatu Tajlib at- Taysir.
4.      Adh-Dhararu Yuzal,
5.      Al- ’Adatu Muhakkamah.
b.      Al-Qawa’id al-Kulliyyah : yaitu qawa’id yang menyeluruh yang diterima oleh madzhab-madzhab,
tetapi cabang-cabang dan cakupannya lebih sedikit dari pada qawa’id yang lalu. Seperti
kaidah : al-Kharaju bi adh-dhaman/Hak mendapatkan hasil disebabkan oleh keharusan
menanggung kerugian, dan kaidah : adh-Dharar al- Asyaddu yudfa’ bi adh-Dharar al-
Akhaf Bahaya yang lebih besar dihadapi dengan bahaya yang lebih ringan. Banyak kaidah- kaidah
ini masuk pada kaidah yang 5, atau masuk di bawah kaidah yg lebih umum.
c.       Al-Qawa’id al-Madzhabiyyah (Kaidah Madzhab), yaitu kaidah-kaidah yang menyeluruh pada
sebagian madzhab, tidak pada madzhab yang lain. Kaidah ini terbagi pada 2 bagian :
1.      Kaidah yang ditetapkan dan disepakati pada satu madzhab.
2.      Kaidah yang diperselisihkan pada satu madzhab.
Contoh, kaidah : ar-Rukhash la Tunathu bi al- Ma’ashiy Dispensasi tidak didapatkan karena
maksiat. Kaidah ini masyhur di kalangan madzhab Syafi’i dan Hanbali, tidak di kalangan mazhab
Hanafi, dan dirinci di kalangan madzhab Maliki.
d.      Al-Qawa’id al-Mukhtalaf fiha fi al-Madzhab al-Wahid, yaitu kaidah yang diperselisihkan dalam
satu madzhab. Kaidah-kaidah itu diaplikasikan dalam satu furu’ (cabang) fiqh tidak pada furu’ yg
lain, dan diperselisihkan dalam furu’ satu madzhab.
Contoh, kaidah : Hal al-’Ibroh bi al-Hal aw bi al-Maal?/Apakah hukum yang dianggap itu pada
waktu sekarang atau waktu nanti? Kaidah ini diperselisihkan pada madzhab Syafi’i. oleh karena
itu pada umumnya diawali dengan kata :hal/ /apakah.

D.    Perbedaan Qawaid Fiqhiyah dengan Ushul Fiqih


Menurut Ali Ahmad al-Nadawi, perbedaan antara qawaid fiqhiyyah dengan qawaid ushuliyyah
adalah sebagai berikut:[6]
a.       ilmu ushul fiqih merupakan parameter (tolak ukur) cara berinstinbat fikih yang benar. Kedudukan
ilmu ushul fiqih (dalam fiqih) ibarat kedudukan ilmu nahwu dal hal pembicaraan dan penilisan,
qawaid fiqhiyyah merupakan wasilah, jembatan penghubung, antara dalil dan hukum. Tugas
qawaid fiqhiyyah adalah mengeluarkan hukum dari fdalil-dalil yang tafshili (terperinci). Ruang
lingkup qawaid ushuliyyah adalah dalil dan hukum seperti amr itu menunjukan wajib, nahyi
menunjukan haram, dan wajib mukhayar bila telah dikjerjakan sebagaian orang, maka yang lainya
bebas dari tanggung jawab. Qawaid fiqhiyyah adalah qaidah kulliyah atau aktsariyah (mayoritas)
yang juz’i-juz’inya (farsial-farsialnya) beberapa masalah fiqih dan ruang lingkupnya selslu
perbuatan orang mukalaf
b.      qawaid ushuliyyah merupakan qawaid kulliyah yang dapat diaplikasikan pada seluruh jux’i dan
ruanglingkupnya. Ini berbeda dengan qawaid fiqhiyyah yang merupakan kaidah berbeda dengan
qawaid fiqhiyyah yang merupakan kaidah aghlabiyah (mayoritas0 yang dapat diaplikasikan pada
sebagaian jux’i-nya, karena ada pengecualiannya.
c.       Qawaid ushuliyyah merupakan dzari’ah (jalan) untuk mengeluarkan hukum syara’ amali. Qawaid
fiqhiyyah merupakan kumpulan dari hukum-hukum serupa yang mempunyai ‘illat yang sama,
dimana tujuannya untuk menekatkan berbagai persoalan dan mempermudah mengetahuinya.
d.      Eksistensi qawaid fiqhiyyah baik dalam teori maupun realitas lahir setelah furu’, karena berfungsi
menghimpun furu’ yang berserakan dan mengalokasikan makna-maknanya. Adapun ushul fiqih
dalam teori ditunut eksistensinya sebelum eksistensinya furu’, karena akan menjadi dasar seorang
fakih dalam menetapkan hukum. Posisinya seperti al-Qur’an terhadap sunah dan nash al-Qur’an
lebih kuat dari zahirnya. Ushul sebagai pembuka furu’. Posisinyaseperti anak terhadap ayah, buah
terhadap pohon, dan tanaman terhadap benih.
e.       Qawaid fiqhiyyah sama dengan ushul fiqih dari satu sisi dan berbeda dari sisi yang lain. Adapun
persamaannya yaitu keduannya sama-sama mempunyai kaidah yang mencakuip berbagai juz’i,
sedangkan perbedaannya yaitu kaidah ushul adalah masalah-masalah yang dicakup oleh
bermacam-macam dalil tafshily yang dapat mengeluarkan hukum syara’. Kalau kaidah fiqih
adalah masalah-masalah yang mengandung hukumhukum fiqih saja. Mujtahid dapat sampai
kepadanya dengan berpegang kepada masalah-masalah yang dijelaskan ushul fiqih. Kemudidan
bila seorang fakih mengapllikasikan hukum-hukum tersebut terhadap hukum-hukum farsial, maka
itu bukanlah kaidah, namun, bila ia menyebutkan hukum-hukum tersebut dengan qaidah-qaidah
kuliyyah (peristiwa-peristiwa universal)yang dibawahanya terdapat berbagai hukum juz’i maka itu
disebut kaidah. Qawaid kuliyyah dan hukum-hukum juz’i benar-benar masuk dalam madlul
(kajian) fikih, keduanya menunggu kajian mujtahid terhadap ushul fiqih yang membangunnya.[7]

E.    Hubungan qawaid fiqhiyah dengan fiqih, ushul fiqih dan qawaid ushuliyyah
Qawaid Fiqhiyah, fiqh, ushul fiqh dan qawaid fiqhiyah tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Keempat ilmu tersebut saling terkait dengan perkembangan fiqih, karena
pada dasarnya yang menjadi pokok pembicaraan adalah fiqih.
Qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid ushuliyah adalah ilmu-ilmu yang berbicara tentang
fiqih. Dengan demikian kajian qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid usuliyah tersebut adalah
fiqih.
Menurut al-Baidhawy (w.685) dari kalangan ulama syafiiyyah, ushul fiqih adalah :
‫معرفة دال ئل الفقه اجماال وكيفية الستفادة منها وحال المستفيد‬
“pengetahuan secara global tentang dalil-dalil fiqih, metode penggunaannya, dan keadaan
(syarat-syarat) orang yang menggunakannya.”
Definisi ini menekankan tiga objek kajian ushul fiqih, yaitu :
1. Dalil (sum‫ال‬er hukum)
2. Metode penggunaan dalil, sumber hukum, atau metode penggalian hukum dari sumbernya.
3. Syarat-syarat orang yang berkompeten dalam menggali (mengistinbath) hukum dan
sumbernya.
Dengan demikian, ushul fiqih adalah sebuah ilmu yang mengkaji dalil atau sumber hukum dan
metode penggalian (istinbath) hukum dari dalil atau sumbernya. Metode penggalian hukum dari
sumbernya tersebut harus ditempuh oleh orang yang berkompeten. Hukum yang digali dari
dalil/sumber hukum itulah yang kemudian dikenal dengan nama fiqih. Jadi fiqih adalah produk
operasional ushul fiqih. Sebuah hukum fiqih tidak dapat dikeluarkan dari dalil/sumbernya (nash al-
Qur’an dab sunah) tanpa melalui ushul fiqih. Ini sejalan dengan pengertian harfiah ushul fiqih,
yaitu dasar-dasar (landasan) fiqih.
Misalnya hukum wajib sholat dan zakat yang digali (istyinbath) dari ayat Al-Qur’an surat al-
Baqarah (2) ayat 43 yang berbunyi
.......  ‫واقيموا الصالة وءاتواالزكوة‬

“dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat ...”


Firman Allah diatas berbentuk perintah yang menurut ilmu ushul fiqih, perintah pada asalnya
menunjukan wajib selama tidak ada dalil yang merubah ketentuan tersebut ( ‫)االصل فى االمر للوجوب‬.
Disamping itu qawaid fiqhiyah dapat dijadikan sebagai kerangka acuan dalam mengetahui hukum
perbuatan seorang mukalaf. Ini karena dalam menjalanklan hukum fiqih kadang-kadang
mengalami kendala-kendala. Misalnya kewajiban shalat lima waktu yang harus dikerjakan tepat
pada waktunya. Kemudian seorang mukalaf dalam menjalankan kewajibannya mendapat halangan,
misalnya ia diancam bunuh jika mengerjakan shalat tepat pada waktunya. Dalam kasusu seperti
ini, mualaf tersebut boleh menunda sholat dari waktunya karena jiwanya terancam. Hukum  boleh
ini dapat ditetapkan lewat pendekatan qawaid fiqhiyah, yaitu dengan menggunakan qaidah :”‫الضرار‬
‫ “يزال‬bahaya wajid dihilangkan. Ini adalah salah satu perbedaan antara qawaid ushuliyah dengan
qawaid fiqhiyah. Qawaid ushuliyah menkaji dalil hukum (nash al-Qur’an dan sunah) dan hukum
syarak, sedangkan qawaid fiqhiyah mengkaji perbuatan mukalaf dan hukum syarak.
Demikianlah hubungan antara fiqih, qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid ushuliyah. Hukum
syarak (fiqih) adalah hukum yang diistinbath dari nash al-Qur’an dan sunnah melalui pendekatan
ushul fiqih yang diantaranya menggunakan qawaid ushuliyah. Hukum syarak (fiqih) yang telah
diistinbath tersebut diikat oleh qawaid fiqhiyah, dengan maksud supaya lebih mudah difahami dan
identfikasi.

F.     Tujuan mempelajari qawaid fiqhiyah


Tujuan mempelajari qawaid fiqhiyah itu adalah untuk mendapatkan manfaat dari ilmu qawaid
fiqhiyah itu sendiri, manfaat qawaid fiqhiyah ialah:
1.      Dengan mempelajari kaidah-kidah fiqh kita akan mengetahui prinsip-prinsip umum fiqh dan akan
mengetahui pokok masalah yang mewarnai fiqh dan kemudian menjadi titik temu dari masalah-
masalah fiqh.
2.      Dengan memperhatikan kaidah-kaidah fiqh akan lebih mudah menetapkan hukum bagi masalah-
masalah yang dihadapi.
3.      Dengan mempelajari kaidah fiqh akan lebih arif dalam menerapkan materi-materi dalam waktu
dan tempat yang berbeda, untuk keadaan dan adat yang berbeda.
4.      Meskipun kaidah-kaidah fiqh merupakan teori-teori fiqh yang diciptakan oleh Ulama, pada
dasarnya kaidah fiqh yang sudah mapan sebenarnya mengikuti al-Qur’an dan al-Sunnah, meskipun
dengan cara yang tidak langsung.
5.      Mempermudah dalam menguasai materi hukum.
6.      Kaidah membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan yang banyak diperdebatkan.
7.      Mendidik orang yang berbakat fiqh dalam melakukan analogi (ilhaq) dan takhrij untuk
memahami permasalahan-permasalahan baru.
8.      Mempermudah memahami bagian-bagian hukum dengan mengeluarkannya dari tempatnya.
BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Qawaid Fiqhiyah, fiqh, ushul fiqh dan qawaid fiqhiyah tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya. Keempat ilmu tersebut saling terkait dengan perkembangan fiqih, karena
pada dasarnya yang menjadi pokok pembicaraan adalah fiqih.
Qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid ushuliyah adalah ilmu-ilmu yang berbicara tentang
fiqih. Dengan demikian kajian qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid usuliyah tersebut adalah
fiqih.

2.Saran
Dengan terciptanya makalah ini semoga kita bisa lebih memahami tentang Qawaid Fiqhiyah
sehingga kita sebagai mahasiswa dapat menggali hukum dengan cara dan metode yang dilakukan
olah para ulama salafus shalih, karena jaman sekarang permasalahan-permasalahan agama
khususnya yang berhubungan dengan fiqih begitu moderen sehingga kita sebagai mahasiswa
ditunut untuk lebih memahami tang fiqih khususnya pada makalh ini yaitu tentang qawaid fiqhiyah
yang dengannya semoga kita semua dapat melaksanakannya
Akhirnya tiada gading yang tak retak, kami pemakalah menyadari betul dengan makalh ini
masih banyak kekurangan dan kesalah untuk itu saran dan kritik dari teman-teman sekalian akan
membantu kami dalam penysusnan makalah kedepannya, dan semoga makalh ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.
Daftar Pustaka

Ahmad Muhammad Asy-Syafii, ushul fiqh al-Islami, iskandariyah muassasah tsaqofah al-   

Jamiiyah .1983.

Hasbi as-siddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta bulan bintang 1975.

Asjmuni A. Rahman, Qaidah-Qaidah Fiqh, Jakarta. Bulan bintang. 1976.

Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqih. Amzah : Jakarta.

Ali Ahmad al Nadawy, al Qawi’id al Fiqhiyyah, (Dmasascus; Dar al Qalam, 1994)

Ade Dedi Rohayana,  Ilmu Qawa’id Fiqhiyyah, (Jakarta: GayaMedia Pratama, 2008)

Syarif Hidayatullah, Qawa’id Fiqhiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi Keuangan

Syari’ah Kontemporer (Mu’amalat, Maliyyah islamiyyah, mu’ashirah), (Depok, Gramata

Publishing)

http://www.slideshare.net/asnin_syafiuddin/01-02-pendahuluan  oleh H. Asnin Syafiuddin, Lc.

MA diposting pada tanggal 10 september 2012.

Anda mungkin juga menyukai