KAIDAH FIQIH
Dosen pengampuh :
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan hidayah yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah Qawaid Al Fiqhiyyah mengenai Pengertian kaidah fiqih.
Penyajian materi makalah ini kami sesuaikan dengan tugas yang diberikan oleh dosen
kami yaitu Bapak Dr. Syahrial Dedi, M.Ag. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
mengetahui tentang Pengertian kaidah Fiqih.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Adapun kekurangan
dari makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan.
Akhir kata semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita
semua, dan semoga karya kecil ini dapat menjadi ilmu yang berguna.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................2
A. Pengertian kaidah fiqihiyyah...................................................................2
B. Prinsip Prinsip kaidah fiqhiyyah.............................................................3
C. Macam - macam kaidah fiqhiyyah........................................................5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sebuah alinea kitab al-Madkhal al-Fiqhi, karya Dr. Musthafa az-Zarqa`
(w. 1375 H) menulis: “seandainya kaidah fiqih tidak ada, maka hukum-hukum fiqih
akan tetap menjadi cecaran-cecaran hukum yang secara lahir salingbertentangan satu
sama lain.” Mustafa az-Zarqa benar, sebab apabila kita terus-menerus
berkutatmempelajari hukum-hukum fiqih secara parsial (sepotong-sepotong), maka
kitaakan merasakan adanya kontradiksi antara satu hukum dengan hukum lainnya.
Kita sering dibuat bingung saat mempelajari persoalan-persoalan hukum
yangkarakternya sama tetapi ketentuan hukumnya berbeda. Salah satu solusi untuk
mengurai benang kusut itu adalah dengan mengetahui substansi dan esensi hukum-
hukum syari’at. Jadi, selain kita mempelajari hukum-hukum yang sudah jadi, kita juga
dituntut untuk menguasai pangkal persoalan atau substanti hukumnya.
Caranya adalah degan mempelajari kaidah fiqih, baik kaidah ushuliyah
maupun kaidah fiqhiyyah. Dengan kedua kaidah tersebut nilai-nilai esensial syari’at
terurai dengan sangat lugas, logis, tuntas, dan rasional1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian kaidah – kaidah fiqhiyyah?
2. Apa saja Macam – Macam prinsip kaidah fiqhiyyah ?
3. Apa Manfaat kaidah fiqhiyyah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui dan memahami pengertian kaidah fiqhiyyah.
2. Mengetahui dan memahami prinsip - prinsip kaidah fiqhiyyah.
3. Mengetahui dan memahami apa saja macam - macam kaidah fiqhiyyah.
1
Abdul haq. Dkk, “formulasi Nalar Fiqih”, Surabaya: Santri Salaf, 2009, hal,3.
1
BAB II
PEMBAHASAN
ialah: فنول قبلة كلية في زمن وص موجزة دستورية تضمن أحكا ًما تشريعية عامة في
" الحوادث اآلتي تدخل تحت موضوعهاDasar-dasar yang bertalian dengan hukum syara' yang
bersifat mencangkup (sebagian besar bagian-bagiannya) dalam bentuk teks-teks
perundang-undangan yang ringkas (singkat padat) yang mengandung penetapan
hukum-hukum yang umum pada pristiwa-pristiwa yang dapat dimasukkan pada
permasalahannya."
Menurut Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy, qa'idah fiqhiyyah itu ialah:
"qa'idal-qa'idah yang bersifat kully dan dari maksud-maksud syara' menetapkan
hukum (maqashidusy syar'i) pada mukalaf serta dari memahami rahasia tasyri dan
hikmah-hikmahnya."2
Pengertian kaidah fiqhiyyah menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, kaidah fiqhiyyah adalah "landasan yang
telah diperoleh melalui dalil (bukti) dari Al-Quran, hadis, ijma' (konsensus), dan
qiyas (analogi) untuk mengatasi sesuatu yang tidak memiliki hukum yang eksplisit
dalam Al-Quran dan hadis."
2
A. Muin, dkk, "Ushul Figil !", Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam 1986, hal, 181
2
2. Al-Shatibi
Al-Shatibi mendefinisikan kaidah fiqhiyyah sebagai "peraturan yang bisa
diambil dari nash (teks hukum) Al-Quran dan hadis, atau berdasarkan qiyas,
istihsan, dan maslahah (kepentingan umum) yang membantu dalam pengambilan
keputusan hukum dalam situasi-situasi yang berbeda."
3. Ibnu Hazm
Menurut Ibnu Hazm, kaidah fiqhiyyah adalah "segala peraturan yang diambil
dari Al-Quran, hadis, ijma', qiyas, dan istihsan yang membantu dalam mengatasi
masalah hukum dan membuat keputusan hukum dalam kehidupan sehari-hari."
4. Ibnu Al-Qayyim
Ibnu Al-Qayyim menggambarkan kaidah fiqhiyyah sebagai "prinsip-prinsip
hukum yang digunakan untuk mengambil keputusan hukum dalam situasi yang
tidak memiliki petunjuk hukum yang eksplisit dari Al-Quran dan hadis."
5. Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah menjelaskan kaidah fiqhiyyah sebagai "kumpulan prinsip-
prinsip umum yang digunakan oleh para ulama untuk memahami, menafsirkan, dan
mengaplikasikan hukum-hukum Islam dalam berbagai situasi."
Secara umum, para ahli sepakat bahwa kaidah fiqhiyyah adalah seperangkat
prinsip-prinsip hukum Islam yang digunakan untuk mengambil keputusan hukum
dalam berbagai konteks, terutama ketika tidak ada petunjuk hukum yang eksplisit
dalam Al-Quran atau hadis. Kaidah-kaidah ini membantu para ulama dalam
merumuskan aturan-aturan hukum yang sesuai dengan ajaran Islam dan kebutuhan
masyarakat.
4
7. Kaidah Kepercayaan
Kaidah ini menyatakan bahwa perbuatan atau tindakan seseorang
diasumsikan dilakukan dengan itikad baik, kecuali ada bukti sebaliknya. Ini
mempromosikan asumsi positif terhadap niat seseorang dalam hukum Islam.
Kaidah-kaidah fiqhiyyah ini memberikan kerangka kerja yang penting dalam
merumuskan, menafsirkan, dan mengaplikasikan hukum Islam. Mereka membantu
para ulama dalam menjawab pertanyaan hukum yang kompleks dan merawat
konsistensi, keadilan, dan relevansi hukum Islam dalam berbagai situasi. Kesemua
kaidah-kaidah ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami hukum
Islam dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.3
3
Ibrahim, Duski. "Al-QawaId Al-Fiqhiyah (Kaidah-Kaidah Fiqih)." Palembang: Noerfikri (2019).
4
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Dinamika dan Elastisitas Hukum Islam, Tintamas, Jakarta, cetakan kedua, 1982, hal.
11
5
BA B III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kaidah-kaidah fiqhiyyah adalah seperangkat prinsip-prinsip hukum Islam
yang digunakan oleh para ulama untuk merumuskan, menafsirkan, dan
mengaplikasikan hukum-hukum Islam dalam berbagai situasi. Dalam kesimpulan,
beberapa poin penting yang dapat diambil dari pengertian kaidah-kaidah fiqhiyyah
adalah:
1. Kaidah-kaidah fiqhiyyah adalah alat penting dalam hukum Islam yang membantu
mengisi celah hukum, mengadaptasi hukum Islam dengan perubahan zaman, dan
menjaga kohesi dalam hukum Islam.
2. Prinsip-prinsip dasar dalam kaidah-kaidah fiqhiyyah mencakup keutamaan
mencegah kerusakan, mengutamakan kepentingan umum, tidak ada keputusan
hukum tanpa bukti, dan menjunjung tinggi keadilan.
3. Kaidah-kaidah ini digunakan dalam proses pengambilan keputusan hukum ketika
tidak ada pedoman hukum yang eksplisit dalam Al-Quran atau hadis, atau ketika
situasi baru muncul.
4. Kaidah-kaidah fiqhiyyah membantu menjaga relevansi dan adaptabilitas hukum
Islam dalam berbagai situasi dan mempromosikan prinsip-prinsip dasar ajaran
Islam seperti keadilan, kesejahteraan, dan keadilan.
5. Pengertian kaidah-kaidah fiqhiyyah berasal dari karya-karya para ulama usul
fiqih, tradisi lisan, karya-karya ahli fiqih, dan merujuk kepada sumber-sumber
utama hukum Islam seperti Al-Quran dan hadis.
Dengan demikian, kaidah-kaidah fiqhiyyah memiliki peran kunci dalam pemahaman
dan penerapan hukum Islam, membantu menjawab tantangan hukum yang timbul
dalam konteks yang beragam, dan memastikan bahwa hukum Islam tetap relevan,
adil, dan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.
6
DAFTAR PUSTAKA
Abdul haq. Dkk, “formulasi Nalar Fiqih”, Surabaya: Santri Salaf, 2009, hal,3.
Muin, dkk, "Ushul Figil !", Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam
1986, hal, 181
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy. Dinamika dan Elastisitas Hukum Islam, Tintamas, Jakarta,
cetakan kedua, 1982, hal. 11