Anda di halaman 1dari 20

METODOLOGI ANALISIS KONTRASTIF BESERTA APLIKASINYA

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Linguistik Kontrastif

Disusun Oleh:

1. Qudsi Mutawakil 112502008


2. Risman Ginarwan 112502008
3. Silva Fauziah 112502008
4. Siti Masyitoh 1125020103
5. Siti Shofa Sholihah 1125020107
6. Wita Nuraini 112502011

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan laporan makalah ini.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada Nabi
Muhammad SAW yang menjadi tauladan umat manusia yang merindukan keindahan
syurga-Nya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa banyak mengalami kesulitan,


terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bantuan dari
berbagai pihak dan kesungguhan dalam penyusunan makalah yang berjudul
Metodologi Analisis Kontrastif,akhirnya dapat diselesaikan tepat waktu.

Kami menyadari, sebagai insan akademik yang pengetahuannya tidak


seberapa dan masih perlu banyak belajar mengenai teknik penulisan, maka makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif demi terwujudnya makalah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang, serta berdayaguna.

Besar harapan kami, mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat


bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.

Bandung, 16 Februari 2015

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
D. Kegunaan Makalah.................................................................................... 2

BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................... 3

A. Pengertian Metodologi Analisis Kontrastif............................................... 6


B. Langkah-Langkah Analisis Kontrastif ......................................................
C. Aplikasi Analisis Kontrastif ......................................................................

BAB III: PENUTUP............................................................................................ 10

A. Simpulan ................................................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi seseorang yang mempelajari linguistik akan menemukan istilah
dwibahasawan, dwibahasawan merupakan seseorang yang mampu berbicara dua
bahasa, hampir semua manusia memiliki kemampuan tersebut. Bahasa yang pertama
kali digunakan dan dikuasai ialah bahasa ibu atau diistilahkan dengan B1, 1 bahasa ini
merupakan bahasa yang digunakan oleh seseorang dalam lingkungan sosialnya.
Kemudian ketika seseorang berinteraksi dengan dunia luar atau dengan masyarakat
luas tidak menutup kemungkinan ia akan mempelajari bahasa kedua (B2).
Diantara faktor yang menjadi kurang berhasilnya pengajaran bahasa asing atau
bahasa kedua (B2) adalah adanya interferensi bahasa ibu (B1) terhadap bahasa asing
(B2) yang sedang dipelajari.2 Kebiasaan berbahasa ibu sebagai bahasa pertama dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar bahasa asing sebagai bahasa kedua.
Pengetahuan bahasa pertama yang telah dimiliki oleh seseorang yang sedang
mempelajari bahasa asing akan ditransfer kepada bahasa yang sedang dipelajarinya.
Semua gejala bahasa yang mirip, baik dalam bentuk, arti maupun distribusinya
diduga akan mempercepat proses belajar, sedangkan gejala bahasa yang berbeda
diduga akan dapat menghambat proses belajar bahasa asing.
Untuk menemukan dan menggambarkan problem yang dihadapi oleh para
pembelajar bahasa asing dapat diadakan perbandingan di antara kedua bahasa itu,
sehingga akhirnya dapat membuat suatu diagnosis (ramalan) terhadap kemungkinan
kesukaran para pembelajar secara tepat kemudian dapat menerka dan
menggambarkan pola-pola yang akan menyebabkan kesukaran.

1
Ruha Alifah, Analisis dan Linguistik Kontrastif. Terbaca dalam http://ruhalifah.blogspot.com.
Diakses pada Minggu, 14 Februari 2015, pukul 19.13 WIB.
2
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif, (Bandung: Angkasa, 2009), hal.6

1
Mengingat akan pentingnya peranan Analisis Kontrastif bagi para pengajar
bahasa Asing tentunya pemahaman terhadap analisis kontrastif akan sangat
dibutuhkan. Pemahaman tersebut dapat dilakukan dengan cara mendalam apabila
diadakan pengkajian secara menyeluruh terhadap berbagai segi analisis kontrastif.
Untuk kepentingan tersebut, dibutuhkanlah metode atau langkah-langkah yang perlu
diupayakan oleh para pengajar bahasa Asing. Sehingga dalam makalah ini, kami
mencoba memaparkan hal tersebut dengan judul Metodologi Analisis Kontrastif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metodologi analisis kontrastif?
2. Bagaimana langkah-langkah analisis kontrastif?
3. Bagaimana aplikasi analisis kontrastif?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian metodologi analisis kontrastif.
2. Mengetahui langkah-langkah analisis kontrastif.
3. Mengetahui aplikasi analisis kontrastif.

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan agar dapat memberikan kegunaan baik
secara teoretis maupun praktis. Secara teoretik, makalah ini berguna sebagai
pengetahuan mengenai metodologi analisis kontrastif. Secara praktis, makalah ini
diharapkan bermanfaat bagi:

2
1. Penulis, sebagai wahana pengembangan ilmu pengetahuan dan konsep keilmuan
serta pemahaman khususnya mengenai metode dan langkah-langkah analisis
kontrastif beserta aplikasinya.
2. Pembaca/guru, sebagai media informasi dan pengetahuan mengenai metode dan
langkah-langkah analisis kontrastif, baik secara teoretik maupun praktik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Metodologi Analisis Kontrastif


Secara etimologi, metodologi analisis kontrastif terdiri dari tiga kata yaitu
kata metodologi, analisis, dan kontastif. Secara leksikal, metodologi berasal dari kata
methodos dan logos, yaitu ilmu tentang metode atau uraian metode.3 Mawardi juga
menyebutkan metodologi merupakan implikasi dari metode, namun bukan kumpulan
dari metode ataupun deskripsi metode tersebut.4 Sedangkan kata metode itu sendiri
berasal dari bahasa latin yaitu methodos, dengan akar kata meta dan hodos. Meta
berarti menuju, melalui, mengikuti, atau sesudah dan hodos berarti jalan, cara, atau
arah. Metode dapat diartikan juga sebagai alat, cara-cara, suatu strategi untuk
memahami realitas, atau suatu langkah yang sistematis untuk memecahkan rangkaian
masalah atau sebab akibat berikutnya. Sehingga masalah tersebut menjadi sederhana
serta dapat dipecahkan dan dipahami dengan mudah.5 Metode juga dapat diartikan
sebagai suatu prosedur atau cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun mengenai kata yang kedua yakni analisis, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya.6 Dan kata selanjutnya yaitu kontrastif.
Kontrastif merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu kata contrastive, yang
mana menurut Tarigan dalam bukunya Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, kata
contrastive merupakan kata keadaan yang diturunkan dari kata kerja to contrast.7
Sementara itu kata to contrast dijelaskan dalam The American College Dictionary

3
Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian,
(Bandung: Refika Aditama, 2010), hal.1
4
Mawardi, Kritik Sastra Teori, Metode, dan Aplikasinya (buku daras), (Lembaga Penelitian UIN
Sunan Gunung Djati Bandung, 2013), hal 130-131
5
Ibid.
6
KBBI Offline
7
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, Op. Cit., hal.217

4
sebagai berikut:8 contrast : to set in opposition in order to show unlikeness;
compare by observing differences menempatkan dalam oposisi atau pertentangan
dengan tujuan memperlihatkan ketidaksamaan; mempertimbangkan dengan jalan
memperhatikan perbedaan-perbedaan.
Setelah memahami beberapa pengertian dasar mengenai gabungan kata
metodologi analisis kontrastif, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan metodologi analisis kontrastif adalah langkah-langkah kerja dalam
menyelediki perbandingan antara dua bahasa atau lebih.

B. Langkah-Langkah Analisis Kontrastif


Berikut penjelasan mengenai langkah-langlah analisis kontrastif menurut
Tarigan:9
Langkah pertama, memperbandingkan atau perbandingan. B1 dan B2 yang
akan dipelajari para siswa diperbandingkan. Adapun hal-hal yang akan
diperbandingkan adalah objek kajian linguistik, misalnya fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik kedua bahasa. Aliran linguistik yang sering digunakan dalam
memperbandingkan bahasa pertama dan kedua tersebut adalah linguistik struktural.
Kadang-kadang digunakan juga linguistik generatif yang terkenal dengan
kesemestaan linguistiknya.
Langkah kedua, memprediksi atau memperkirakan. Berdasarkan identifikasi
perbandingan pada langkah pertama di atas, maka disusunlah perkiraan kesulitan
belajar yang akan dihadapi oleh para siswa dalam belajar B2. Kesulitan belajar inilah
salah satu sumber dari kesalahan belajar atau kesalahan berbahasa.
Langkah ketiga, penyusunan atau pengurutan bahan pengajaran. Perbandingan
struktur bahasa menghasilkan identifikasi perbedaan antara dua bahasa. Identifikasi
perbedaan antara dua bahasa dipakai sebagai dasar memperkirakan kesulitan belajar

8
Ibid., hal. 218
9
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Agkasa, 2011),
hal.25-26

5
dan kesalahan berbahasa. Hal yang terakhir dipakai sebagai dasar untuk menentukan
urutan atau susunan bahan pengajaran B2.
Langkah keempat, cara penyampaian bahan. Siswa yang belajar B2 sudah
mempunyai kebiasaan tertentu dalam bahasa ibunya. Kebiasaan ini harus diatasi agar
tidak lagi mengintervensi ke dalam B2. Pembentukan kebiasaan dalam B2 dilakukan
dengan penyampaian bahan pelajaran yang telah disusun berdasarkan langkah
pertama, kedua, dan ketiga dengan cara-cara tertentu. Cara-cara yang dianggap sesuai
antara lain: peniruan, pengulangan, latih-runtun (drills), dan penguatan (hadiah dan
hukuman). Dengan cara ini diharapkan para siswa mempunyai kebiasaan ber-B2 yang
kokoh dan dapat mengatasi kebiasaan dalam ber-B1.
Apabila kita perhatikan keempat langkah di atas, dapat dipahami bahwa
langkah pertama itu berkaitan dengan aspek linguistic dan tiga langkah selanjutnya
merupakan aspek psikologi. Di mana aspek linguistic inilah yang banyak digunakan
dalam metode anakon. Dalam hal ini, tersirat dua hal penting, yaitu: apa yang akan
diperbandingkan; dan bagaimana cara membandingkannya. Adapun aspek psikologis
membahas mengenai kesukaran belajar, cara menyusun bahan pelajaran dan cara
menyampaikan bahan pelajaran atau jika dikhususkan aspek psikologis ini lebih
menekankan kepada teori belajar.10
Oleh karena itu, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ellis yang dikutip oleh
Tarigan dalam buku lainnya yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa, para ahli
menyatakan bahwa Analisis konstratif memiliki dua aspek, yakni aspek linguistik dan
psikologis.11
Melalui perbandingan antara dua bahasa banyak hal yang dapat diungkapkan.
Beberapa diantara kemungkinan menurut Tarigan adalah:12

10
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis konstratif Bahasa, Op. Cit., hal.19
11
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, Op. Cit., hal.27
12
Ibid. Hal.28-29

6
Tiada perbedaan: struktur atau sistem aspek tertentu dalam kedua bahasa
tidak ada perbedaan sama sekali (konsonan /I, m, n/ diucapkan sama dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris).
Fenomena konvergen: dua butir atau lebih dalam B1 menjadi satu dalam B2
(Bahasa Indonesia: padi, beras, nasi menjadi rice dalam bahasa Inggris).
Ketidakadaan: butir atau sistem tertentu dalam B1 tidak terdapat dalam B2.
Misalnya, sistem penjamakan dengan penanda -s/-es dalam bahasa Inggris
tidak ada dalam bahasa Indonesia; sebaliknya sistem penjamakan dengan
pengulangan kata dalam bahasa Indonesia (rumah-rumah, daun-daun, ikan-
ikan) tidak ada dalam bahasa Inggris.
Beda distribusi: butir tertentu dalam B1 berbeda distribusi dengan butir yang
sama dengan B2. Misalnya fonem // dalam bahasa Indonesia menduduki
posisi awal, tengah, dan akhir kata, sedangkan dalam bahasa Inggris hanya
menduduki posisi tengah dan akhir kata.
Tiada persamaan: butir tertentu dalam B1 tidak memiliki kesamaan dalam
B2. Misalnya, predikat kata sifat dalam bahasa Indonesia tidak terdapat
dalam bahasa Inggris; misalnya: Dia kaya (bahasa Indonesia) menjadi He is
rich (bahasa Inggris).
Fenomena divergen: satu butir tertentu dalam B1 menjadi dua butir dalam
B2. Misalnya, kata we (Inggris) dapat menjadi kita atau kami dalam bahasa
Indonesia.

Sementara pada langkah kedua sampai terakhir berkaitan dengan aspek


psikologi. Walaupun dari aspek psikologis ini kurang banyak diperhatikan dalam hal
analisis kontrastif. Tapi aspek ini sangat mempunyai hubungan antara pengajar
bahasa dengan siswa yang akan mempelajari B2. Maka dari langkah-langkah anakon
di atas, langkah terakhirlah yang dipandang lebih utama, dikarenakan hal ini sangat
berhubungan langsung dengan metode penyampaian materi kebahasaannya.

7
Tarigan menjelaskan bahwa cara menyampaikan suatu pengajaran bisa
melalui; peniruan dalam hal fonem, peniruan kata atau kalimat, tekanan kata, ataupun
tekanan kalimat. Atau dengan metode latihan runtun, drill, serta melalui metode
penguatan dengan memberi pujian/ reward, atau hukuman. Semua hal itu disebut
sebagai pendekatan stimulus-responsif.13
Terdapat beberapa penjelasan yang berhubungan dengan teori belajar. Pada
hal ini tentunya yang berhubungan dengan cara menyampaikan bahan pengajaran.
Dalam psikologi belajar kita mengenal teori assosiatif learning (belajar asosiatif).14
Maksudnya bahwa suatu pembelajaran terjadi apabila suatu koneksi atau asosiasi
terlaksana antara dua hal atau benda.
Seperti halnya seseorang mendengar kata meja dan kemudian terpikir kata
kursi, karena kedua kata tersebut sering digunakan berpasangan. Hal ini disebut
sebagai assosiation by contigunj. Atau jika seseorang mendengar kata kitab dan
terpikir kata buku, karena kedua kata tersebut mempunyai makna sama. Hal ini
disebut sebagai assosiation by similitary. Lalu jika seseorang mendengar kata
senangdan terpikir kata susah, karena mempunyai makna berlawanan. Hal ini
disebut sebagai association by contrast.15
Untuk mempermudah seorang pengajar Bahasa Asing dalam mengajarkan
bahasa kedua (B2) kepada siswa, Tarigan menjelasakan beberapa metode pengajaran
bahasa, diantaranya:16

1. Metode Terjemahan Tata Bahasa


Metode ini lebih menekankan kepada praktik latihan utamanya adalah
penerjemahan dari dan ke dalam bahasa target atau bahasa sasaran. Dengan
menggunakan teknik pengajaran latihan-latihan terdiri atas kata-kata, frasa-

13
Ibid., Hal. 23
14
Ibid., Hal. 62
15
Ibid.
16
Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa 1, (Bandung: Angkasa, 2009), hal. 81.
Lihat pula, Samsunuwuyati Marat, Psikolinguistik: Suatu Pengantar, (Bandung: Refika Aditama,
2011), hal. 97-98

8
frasa, kalimat-kalimat dalam B2 yang diterjemahkan oleh pembelajar ke
dalam bahasa sasaran untuk mempraktikkan butir atau kelompok butir
ketatabahasaan tertentu.
2. Metode Langsung (direct method)
Metode langsung biasanya lebih melibatkan penyajian kelas terhadap teks
yang dilakukan oleh guru. Teks dalam hal ini biasanya berbentuk narasi yang
disajikan oleh guru. Kemudian guru menguraikan teks-teks tersebut dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan teks tersebut
kepada siswa. Sementara itu para siswa membaca terlebih dahulu teks tersebut
sebagai latihan praktik.
3. Metode Audiolingual
Metode audiolingual lebih menekankan kepada keterampilan siswa dalam hal
menyimak dan berbicara.
4. Metode Kognitif
Metode ini lebih menekankan terhadap aspek penekanan atau control bahasa
dalam segala manifestasinya sebagai suatu system yang berhubungan dan
bermakna. Dalam arti lain bahwa segala hal yang telah dipelajari oleh siswa
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Responsi Fisik Total
Metode ini lebih mengutamakan penataan dan pematuhan perintah yang
diberikan oleh guru yang melibatkan supaya siswa dapat melakukan perintah
tersebut secara langsung. Sebagai contoh jika guru memerintahkan berdiri!
maka siswa harus berdiri, begitupun seterusnya.
6. Pendekatan Bahasa Masyarakat
Metode pendekatan bahasa masyarakat lebih menekankan terhadap terapeutik
yang dirancang untuk memudahkan pembelajar ke dalam kemandirian dan
kepercayaan dalam bahasa sasaran.

9
7. Pengajaran Bahasa Komunikatif
Pengajaran bahasa komunikatif lebih menekankan kepada setiap siswa supaya
para pembelajar terampil berbahasa dan dapat berkomunikasi dengan baik
dalam bahasa sasaran.

C. Aplikasi Analisis Kontrastif


Dalam analisis kali ini, kami mengambil dari sebuah Makalah yang
berjudul:17
Bentuk Dan Perbedaan Kalimat Gender dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab
(Mudzakkar dan Muannats).
Berikut pembahasan analisis kontrastif gender tersebut:
1. Bahasa Arab
Berdasarkan jenisnya kata benda dapat dibedakan menjadi kata benda jenis
laki-laki (Mudzakkar) dan kata benda jenis perempuan (Muannats). Pembagian kata
benda berdasarkan jenis dalam bahasa Arab adalah sangat penting karena hal ini akan
menyangkut pada pemakaian dhamir (kata ganti) dan juga pemakaian fiil (kata
kerja).
Mudzakkar adalah kata benda yang menunjukkan arti laki-laki baik manusia,
atau hewan, ataupun benda mati yang dikategorikan sebagai Mudzakkar.
Muannats adalah kata benda yang menunjukkan arti perempuan baik
manusia, atau hewan, ataupun benda mati yang dikategorikan sebagai Muannats.
Pada asalnya semua isim adalah Mudzakkar kecuali ada tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa isim tersebut adalah Muannats.
Isim Mudzakkar ataupun Muannats ada dua macam yaitu hakiki dan majazi.
Isim Mudzakkar hakiki ( ) isim ini adalah yang secara nyata terlihat
jenisnya. Contoh :

17
http://gaweansuhad.blogspot.com/2014/06/analisis-kontrastif-gender-muannats.html, diakses
pada tanggal 14 Februari 2015, pukul 20.45

10
Haamidun Hamid
Abun Ayah
Jaddun Kakek
Rojulun Laki-laki

Isim Mudzakkar majazi ( ) majazi artinya kiasan. Isim Mudzakkar


majazi ini adalah isim yang oleh orang Arab dianggap laki-laki. Contoh :
Baytun Rumah
Masjidun Masjid
Baabun Pintu
Kitaabun Buku

Isim Muannats hakiki ( ) merupakan isim yang secara hakikat atau


kenyataan memang berjenis perempuan. Contoh :
Zainab Zainab
Salmaa Salma
Ummun Ibu
Bintun Anak perempuan

Isim Muannats majazi ( ) merupakan isim yang dikiaskan atas


dianggap sebagai perempuan. Contoh :
Haqiibatun Tas
Naafidzatun Jendela
Haafilatun Bus
Safinatun Kapal

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa suatu isim adalah Muannats.
Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut :

11
1. Berakhiran ta bulat atau ta tertutup atau ta marbuuthoh (). Ini merupakan tanda
yang paling banyak kita jumpai pada isim yang berjenis perempuan. Untuk mengubah
isim Mudzakkar menjadi Muannats, tambahkan huruf ta marbutoh atau akhiran atun.
Akhiran atun ini jika waqof dibaca -ah. Contoh :
Muslimun Laki-laki muslim
Thoolibun Pelajar laki-laki
Mudarrisun Guru laki-laki
Menjadi :
Muslimatun Wanita muslim
Thoolibatun Pelajar perempuan
Mudarrisatun Guru perempuan

2. Alif bengkok atau alif maqsuuroh, yaitu ya tanpa titik ( )merupakan satu tanda
dari sebagian isim Muannats kecuali alif maqsuuroh pada nama laki-laki. Contoh :
Jauaa Haus
Kaslaa Malas

3. Bagian tubuh yang berpasangan umumnya dianggap sebagai isim Muannats,


sedangkan bagian yang tunggal biasanya dianggap sebagai Mudzakkar.
Contoh yang Mudzakkar :
Rosun Kepala
Wajhun Wajah
Anfun Hidung

Contoh yang Muannats :


aynun Mata
Udzunun Telinga
Yadun Tangan

12
2. Bahasa Indonesia
a. penanda jenis kelamin yang ditandai dengan vokal yang melekat pada akhir kata,
baik pada suku kata terbuka maupun pada suku kata yang tertutup. Dan kasus yang
ditemukan disini adalah serapan yang diambil dari bahasa Sansekerta dan bahasa
Inggris.

3. Bahasa Sansekerta
Kata penanda gender yang diserap dari bahasa Sansekerta, contoh :
Laki-laki Perempuan
Putra Putri
Dewa Dewi
Pramugara Pramugari
Penandaanya adalah vokal terakhir suku terbuka yang merupakan bagian dari
morfem, yaitu -a mengacu pada gender maskulin dan -i mengacu pada gender
feminin.

4. Bahasa Inggris
Kata penanda yang ditemukan dalam bahasa Inggris , contoh :
Laki-laki Perempuan
Aktor Aktris

Pada bahasa asalnya ( bahasa Inggris ) actor act or : act (verb) : berbuat;
bertindak, (noun) : perbuatan, tindakan -or merupakan morfem yang mengacu pada

gender maskulin. Sedangkan actress act ress : -ress merupakan penanda gender
feminin. Namun dalam serapan bahasa Indonesia pada morfem aktor, bukanlah
termasuk dua morfem sebagai mana asalnya, namun hanya satu morfem aktor. Suku
kata act or tidak akan ada maknanya, karena bahasa Indonesia tidak memiliki kata
dasar act dan sufiks or, keduanya dianggap dua silabe, bukan dua morfem. Jadi aktor

13
merupakan kata penanda gender serapan dengan suku tertutup begitu pula pada kata
penanda gender femininnya aktris.
b. Penanda jenis kelamin yang ke dua, ditandai dengan akhiran (sufiks), penanda ini
merupakan serapan dari bahasa Sansekerta dan bahasa Arab.

5. Bahasa Sansekerta
Akhiran -wan dan -wati, dalam bahasa Sansekerta -wan (-van) : sebuah
imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku pria, sedangkan -wati (-vati) : sebuah
imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita. Akhiran atau sufiks -wan dan -
wati kini telah menjadi afiks dalam bahasa Indonesia.
Laki-laki Perempuan
Wartawan Wartawati
Dermawan Dermawati
Wisudawan Wisudawati

6. Bahasa Arab
Pada bahasa Arab, sufiks -in berfungsi sebagai penanda gender laki-laki dan
sufiks -at sebagai penanda gender perempuan, dalam bahasa Arab kata yang
berakhiran -in dan -at menunjukkan bentuk jamak untuk nomina dengan jumlah
lebih dari dua, seperti pada kata muslimin, kata ini terdiri dari dua morfem muslim dan

-in muslimin. Begitu pula dalam bahasa Indonesia, mengacu pada makna jamak,

artinya para penganut agama islam : laki-laki muslim serta muslim dan -at
muslimat artinya perempuan muslim. Begitu pula pada kata mukminin (para)
mukmin : dan mukminat perempuan mukmin dan lain-lain.
Sufiks -in dan -at pula telah menjadi bagian dari afiks bahasa Indonesia.
Ruskhan menggunakan pangkal + sufiks pada pembentukan kata-kata tersebut diatas.

14
Laki-laki Perempuan
Muslimin Muslimat
Mukminin Mukminat
Shalihin Shalihat

15
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan pada pembahasan
sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Metodologi Analisis Kontrastif adalah langkah-langkah kerja dalam
menyelediki perbandingan antara dua bahasa atau lebih.
2. Langkah-langkah Analisis Kontrastif ada empat langkah, yaitu:
merbandingkan dua bahasa, memprediksi tingkat kesukaran, menyusun
bahan pengajaran, dan cara penyampaian bahan ajar.
3. Aplikasi Analisis Kontrastif dalam makalah ini berdasarkan aspek linguistik.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis menyadari bahwasannya makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun dari penyajian. Oleh
sebab itu kami sangat menanti kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
untuk penyusunan dan penyajian yang lebih baik di masa yang akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alifah, Ruha. Analisis dan Linguistik Kontrastif. Terbaca dalam

http://ruhalifah.blogspot.com.

Djajasudarma, Fatimah. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.

Bandung: Refika Aditama, 2010.

http://gaweansuhad.blogspot.com/2014/06/analisis-kontrastif-gender-muannats.html

KBBI Offline

Marat, Samsunuwuyati. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Refika

Aditama, 2011.

Mawardi. Kritik Sastra Teori, Metode, dan Aplikasinya. Lembaga Penelitian UIN

Sunan Gunung Djati Bandung, 2013.

Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Angkasa, 2009.

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan

Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2011.

Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa, Bandung: Penerbit

Angkasa, 2009.

17

Anda mungkin juga menyukai