Anda di halaman 1dari 11

FIQIH IBADAH DAN MUAMALAH

(Definisi, Objek Kajian, Ruang Lingkup, Sejarah, dan Kegunaan Fiqih)

Dosen Pengajar :

Marhamah Saleh, M.A.

Disusun oleh :
Ratna Fitia 11180110000059
Ismi Hera Humairah 11180110000041
Eriska Razilhija 11180110000107

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019M/1440H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Fiqih merupakan ilmu yang sangat penting di kehidupan manusia,


terutama umat Islam. Agar manusia dapat mengetahui dan memahami hukum-hukum
syara’ yang berlaku. Sehingga terciptanya kedamaian dan ketentraman dalam
kehidupan umat muslim.

Maka dari itu, umat Islam diharapkan mampu mengetahui dan mempelajari
aspek-aspek yang terdapat dalam ilmu fiqih, serta mampu menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI FIQIH
Fiqih menurut bahasa yaitu ‫ فِ ْقهًا‬- ُ‫ فَقِهَ – يَ ْفقَه‬1, yang artinya paham atau tahu betul
tentang sesuatu.
Menurut Istilah Fiqih yaitu Ilmu yang membahas tentang hukum atau
perundang-undangan Islam berdasarkan atas Al-Quran, Hadis, Ijma’, dan Qiyas. Fiqih
berhubungan dengan hukum perbuatan setiap mukallaf. Yaitu hukum: Wajib/Fardhu,
haram, mubah, makruh, sah, batal, berdosa, berpahala, dan sebagainya. Keputusan
yang dihasilkan dari pemikiran dan pemahaman hukum agama harus selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman tempat dan tidak boleh/ berhenti
atau membeku. Para ahli di dalam Ilmu fikih disebut fuqaha.2
Menurut para ahli fikih (fuqaha) adalah mengetahui hukum- hukum syara’
yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf). Menurut ahli ushul fikih
adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang bersifat far’iyyah/ cabang
yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terperinci dan jelas).3
Adapun menurut H. Sulaiman Rasjid, sebelum mempelajari ilmu fiqih, perlu
diketahui Mabadi’ (pokok-pokok) yang sepuluh, yaitu4:
1. Ta’rifnya: arti kata fiqih menurut bahasa Arab ialah paham atau pengertian,
menurut istilah ilmu untuk mengetahui hukum-hukum syara’ yang pada perbuatan
anggota, diambil dari dalil-dalilnya yang tafsili atau terinci.
2. Yang mengatur: Nabi Muhammad Saw., dan yang menyusunnya seperti susunan
yang ada sekarang ini adalah Imam Abu Hanifah
3. Namanya: ilmu fiqih
4. Nisbatuhu (bandingannya dengan ilmu lain): ilmu untuk mengetahui perbedaan
hukum-hukum agama (syara’) dengan ilmu-ilmu lain.
5. Maudu’nya: Tempat berlaku ilmu fiqih ialah ada perbuatan-perbuatan yang
mungkin mengakibatkan hukum-hukum yang lima.
6. Hukumnya: hukum belajar fiqih adalah fardhu ‘ain, sekadar untuk mengetahui
ibadah yang sah atau tidak, dan selebihnya (lain dari itu) fardhu kifayah.
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Ciputat: PT. MAHMUD YUNUS WA DZURRIYYAH,
2007), hlm. 321
2
M. Abdul Mujieb, dkk, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1995), hlm. 60
3
Zainuddin, Djedjen, Fikih Madrasah Aliyah Kelas X, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2002), hlm. 5
4
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Biru Algensindo, 2011), hlm. 11

3
7. Tujuannya (buahnya) : Buah dari mengamalkan dan mengetahui ilmu fiqih adalah
mendapatkan keridhoan Allah swt. Yang menjadi jalan kebahagiaan dunia dan
akhirat.
8. Kelebihannya: fiqih melebihi segala ilmu, seperti sabda Rasulullah saw:
‫َم ْن ي ُِر ِد هللاُ خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِى ال ِّد ْي ِن‬
Artinya : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik
disisiNya, dijadikannya orang itu ahli agama (ahli fiqih).”
9. Pengambilannya: Fiqih diambil dari Al-Quran, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas
10. Masailnya (yang diperbincangkannya): kalimat-kalimat yang mengandung
hukum, langsung atau tidak langsung.

B. RUANG LINGKUP FIQIH


Fiqih Islam mencakup seluruh perbuatan manusia, karena kehidupan manusia
meliputi segala aspek. Fiqih Islam membahas hukum-hukum yang Allah syari’atkan
kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan
mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah mereka.maka fikih islam datang
memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan manusia beserta
hukum-hukumnya.5
Adapun aspek-aspek tersebut yaitu6:
1. Fiqih Ibadah
Hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Kholiknya. Seperti
wudhu, sholat, puasa, haji, dan yang lainnya.
2. Fiqih Al-Akhwal Asy-Syakhsiyah
Hukum-hukum yang mengatur pembentukkan dan pembinaan rumah tangga,
seperti masalah perkawinan, talak, rujuk, nafkah, nasab, waris.
3. Fiqih Muamalah
Hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lain, baik yang
menyangkut harta kekayaan maupun hak-hak.

4. Fiqih Siyasah Syar’iyah

5
Ibid.
6
Afif Abdul Wahab, Pengantar Studi Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1995), hlm.
18

4
Hukum-hukum yang mengatur hubungan hakim atau penguasa dan rakyatnya
secara timbal balik.
5. Fiqih Al-Uqubah
Hukum-hukum yang mengatur hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan.
Yakni, mengatur ketertiban dan ketentraman ummat.
6. Fiqih As-Siyar
Hukum-hukum yang mengatur hubungan Negara dan Negara seperti masalah
perjanjian, perdamaian dan peperangan.
7. Fiqih Adab dan Akhlak
Hukum-hukum yang mengatur norma-norma (al-akhlak), masalah baik buruk dan
sebagainya.

Menurut Prof. T.M. Hasbi Ash-Shiddieq, pembahasan fiqih dibagi menjadi


delapan pokok pembahasan, yaitu:7
1. Ibadah
Dalam bab ini, dikaji beberapa sistem ibadah hamba kepada Allah SWT., yaitu
tentang wudhu, tayamum, istinja’, mandi janabat, shalat, zakat, puasa, haji, dan
dalil-dalil yang memerintahkan nya dan juga disertai contoh pelaksaan semua
ibadah yang dimaksud.
2. Al-Akhwal Asy-Syakhsiyah
Dalam bab ini dibicarakan masalah-masalah yang dapat dikelompokkan ke dalam
kelompok persoalan pribadi (perorangan), kekeluargaan dan harta warisan.
3. Muamalah Madaniyah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dikelompokkan ke
dalam kelompok persoalan harta kekayaan, harta milik, dan harta kebutuhan, serta
cara mendapatkan dan menggunakan harta benda.
4. Muamalah Maliyah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta kekayaan milik bersama, baik
masyarakat kecil maupun besar, seperti Negara (perbendaharaan Negara= Baitul
Mal).

5. Jinayat dan Uqubah


7
Op.Cit, hlm.6-10

5
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan pelanggaran, kejahatan,
pembalasan, denda, hukuman, dan sebagainya.
6. Murafa’ah atau Mukhashamah
Dalam bab ini, dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan peradilan dan pengadilan.
7. Ahkam Dusturiyah
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan ketatanegaraan.
8. Ahkam Dauliyah (Hukum Kenegaraan dan Internasional)
Dalam bab ini dibicarakan dan dibahas masalah-masalah yang dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok masalah hukum kenegaraan dan hubungan
Internasional.

C. SEJARAH FIQIH
Sejarah dalam perkembangan Fiqih, dibagi menjadi enam periode, yaitu8:
1. Periode Risalah
Periode dimulai sejak kerasulan Muhammad saw., sampai wafatnya nabi saw
(11 H/ 632 M). Sumber hukum ketika itu adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi dan
penentuan hukum sepenuhnya berada di tangan Rasulullah. Pengertian Fiqih pada
masa itu identik dengan syara’, karena penentuan hukum terhadap suatu masalah
seluruhnya kembali kepada Rasulullah saw.
Periode awal ini dibagi menjadi periode Mekkah dan Periode Madinah. Pada
periode Mekkah, risalah Nabi lebih banyak tertuju pada masalah akidah. Ayat
hukum yang turun pada periode ini tidak banyak jumlahnya, hal ini masih dalam
mewujudkan revolusi akidah untuk mengubah sistem kepercayaan menuju
penghambaan kepada Allah semata.
Pada Periode Madinah, ayat-ayat tentang hukum turun secara bertahap dan
seluruh persoalan baik yang menyangkut masalah ibadah maupun muamalah
diturunkan oleh Allah SWT. Periode Madinah disebut juga sebagai periode
revolusi sosial dan politik.

2. Periode Khulafaurrasyidin
8
Ibid, hlm.13-19

6
Periode ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad sampai Muawiyah bin
Abu Sufyan memegang pemerintahan Islam pada tahun 41 H atau 661 M. Sumber
Fiqih pada periode ini disamping Al-Quran dan Sunnah Nabi juga ditandai dengan
munculnya berbagai ijtihad para sahabat. Pada masa ini, khususnya setelah Umar
bin Khattab menjadi Khalifah (13H / 634M), Ijtihad merupakan upaya yang luas
dalam memecahkan berbagai persoalan hukum yang muncul. Dalam
menyelasaikan persoalan-persoalan baru itu para sahabat pertama kali merujuk
pada Al-Quran. Jika yang dicari tidak dijumpai dalam Al-Quran, mereka mencari
jawabannya dalam Sunnah Nabi saw., Namun jika dalam Sunnah Rasulullah tidak
dijumpai pula jawabannya, mereka melakukan ijtihad.
3. Periode Awal Pertumbuhan Fiqh
Pada masa ini, dimulai pada abad pertengahan abad ke-1 sampai abad ke-2H,
periode ketiga ini merupakan titik awal pertumbuhan fiqh, sebagai salah satu
disiplin ilmu dalam Islam. Dengan bertebarannya para sahabat ke berbagai daerah
semenjek masa Khulafaurasyidin Usman bin Affan, munculnya berbagai fatwa
dan ijtihad hukum yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai
dengan situasi dan kondisi masyarakat. Karena situasi dan kondisi masyarakat
tidak sama dengan saat ayat-ayat al-Qur’an di turunkan, penggunaan nalar lebih
dominan dalam berijtihad.
4. Periode Keemasan
Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai pada pertengahan abad ke-4 H.
Dalam periode sejarah peradaban islam, periode ini termasuk dalam periode
kemajuan islam pertama (700-1000). Ciri khas dalam periode ini yang menonjol
adalah semangat ijtihad yang tinggi dikalangan ulama sehingga berbagai
pemikiran tentang ilmu pengetahuan berkembang, tidak dalam dalam bidang ilmu
agama saja, tetapi juga dalam bidang ilmu pengetahuan lain. Pada awal periode
keemasan ini, pertentangan antara ahlul hadis dan ahlul ra’i. masing-masing
aliran, menimbulkan semangat berijtihad dan mengawali munculnya mashab-
mashab fikih, yaitu mashab Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hambali. Upaya tersebut
membahas persoalan yang akan terjadi dikenal dengan istilah fiqih taqdiri (fiqih
hipotesis).
5. Periode Tahrir, Takhrij dan Tarjih
Periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7
H. Yang dimaksudkan dengan Tahrir, Takhrij, Tarji adalah upayayang dilakukan
7
ulama masing-masing mashab dalam mengomentari, memperjelas dan mengulas
pendapat para imam mereka. Periode ini ditandai dengan melemahnya semangat
ijtihad dikalangan ulama fiqih. Menurut Mustafa Ahmad Az-zarqo terdapat tiga
faktor yang mendorong munculnya pernyataan bahwa ijtihad telah tertutup
pertama kali, yaitu :
a. Dorongan para hakim atau Qodi untuk menyelesaikan perkara di pengadilan
dengan merujuk salah satu mahdzab fiqih yang disetujui khalifah saja
b. Munculnya sikap ta’asub yang berakibat pada sikap kejumudan dan taqlid
dikalangan murid imam mahdzab
c. Munculnya gerakan pembukuan pendapat masing-masing mahdzab
6. Periode Kemunduran Fiqih
Periode ini dimulai pada pertengahan abad ke-7 H – muncul majalah al-ahkam
al-adliyah (hukum perdata kerajaan Turki Utsmani) pada 26 Sya’ban 1293.
Periode ini merupakan lanjutan dari perkembangan fiqih yang semakin menurun
dari periode sebelumnya. Dalam sejarah perkembangan fiqih, periode ini dikenal
juga dengan periode taqlid secara membabi buta.
Menurut Mustafa Ahmad Az-Zarqo menyatakan bahwa, perkembangan fiqih
yang menonjol di periode ini adalah :
a. Munculnya upaya pembukuan terhadap berbagai fatwa, sehingga banyak
bermunculan buku yang memuat fatwa ulama yang berstatus sebagai pemberi
fatwa resmi (mufti) dalam berbagai mahdzab.
b. Munculnya berbagai produk fiqih sesuai dengan keinginan penguasa Turki
Utsmani, seperti diberlakukan istilah Attaqoddum (kadaluarsa) di pengadilan.
c. Di akhir periode ini, muncuk gerakan kodifikasi (pembukuan) hukum fiqih
Islam sebagai mahdzab resmi pemerintah.

D. OBJEK KAJIAN FIQH


Objek kajian fiqih adalah segala perbuatan manusia, perkataan, dan tindakan
mukallaf (orang muslim yang mampu dibebani hukum, sudah baligh, tidak gila). Dari
segi hukum, termasuk hukum-hukum yang mensifati para mukallaf itu sendiri, seperti
wajib, sunnah, makruh, mubah, haram, dan lain sebagainya. Contohnya seorang

8
fuqaha membahas tentang bagaimana mukallaf melaksanakan shalat, puasa, zakat,
naik haji, dan lainlain yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah.9

E. KEGUNAAN FIQH
Adapun kegunaan fiqih sebagai berikut10
A. Mengetahui dan memahami cara-cara dan pelaksanaan hukum Islam baik yang
menyangkut aspek ibadah, maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup
dalam kehidupan pribadi dan sosial.
B. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik,
sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran Islam baik dalam
hubungan manusia dengan Allah swt, dengan diri manusia itu sendiri, sesame
manusia dan makhluk lainny maupun hubungan dengan lingkungannya.
C. Pemahaman dan pengetahuan mengenai ilmu fiqih agar dijadikan pedoman hidup
dalam bermasyarakat, serta dapat menumbuhkan ketaatan beragama, tanggung
jawab dan disiplin yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari baik secara pribadi
maupun sosial dengan dilandasi hukum Islam
D. Mengarahkan dan mengantarkan manusia agar dapat memahami pokok-pokok
hukum Islam dan tatacara pelaksanaan nya untuk diaplikasikan dalam kehidupan
sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara
Kaffah (sempurna).

BAB III
9
Niswar Journalis, Pengertian dan Objek Kajian Ilmu Fiqih, diakses dari
http://niswarjournalis.blogspot.com/2017/06/pengertian-dan-obyek-kajian-ilmu-fikih.html, pada tanggal 8
Maret 2019
10
Bakhrul Ulum, Mata Pelajaran Fiqih, diakses dari digilib.uinsby.ac.id pada 7 Maret 2019.

9
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu Fiqih merupakan ilmu yang sangat penting di kehidupan manusia,
terutama umat Islam. Agar manusia dapat mengetahui dan memahami hukum-hukum
syara’ yang berlaku. Sehingga terciptanya kedamaian dan ketentraman dalam
kehidupan umat muslim.
Ilmu fiqih secara istilah yaitu, Ilmu yang membahas tentang hukum atau
perundang-undangan Islam berdasarkan atas Al-Quran, Hadis, Ijma’, dan Qiyas. Fiqih
berhubungan dengan hukum perbuatan setiap mukallaf. Yaitu hukum: Wajib/Fardhu,
haram, mubah, makruh, sah, batal, berdosa, berpahala, dan sebagainya.
Selain itu, terdapat banyak dasar-dasar yang mewajibkan untuk mempelajari
ilmu fiqih, agar perbuatan atau tindakan manusia sesuai dengan hukum-hukum syara’.
Maka dari itu, umat Islam diharapkan mampu mengetahui dan mempelajari aspek-
aspek yang terdapat dalam ilmu fiqih, serta mampu menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

10
Journalis, Niswar. Pengertian dan Objek Kajian Ilmu Fiqih, Diakses pada 8 Maret
2019. URL: http://niswarjournalis.blogspot.com/2017/06/pengertian-dan-obyek-kajian-ilmu-
fikih.html.

Mujieb, M. Abdul Mujieb, dkk. 1995 Kamus Istilah Fiqih. Jakarta: PT Pustaka
Firdaus.

Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Biru Algensindo.

Ulum, Bakhrul. Diakses pada 7 Maret 2019. URL: Mata Pelajaran Fiqih, diakses dari
digilib.uinsby.ac.id.

Wahab, Afif Abdul. 1995. Pengantar Studi Perbandingan Mazhab. Jakarta: Darul
Ulum Press.

Yunus, Mahmud. 2007. Kamus Arab Indonesia. Ciputat: PT. MAHMUD YUNUS
WA DZURRIYYAH.

Zainuddin, Djedjen. 2002. Fikih Madrasah Aliyah Kelas X. Semarang: PT Karya Toha
Putra.

11

Anda mungkin juga menyukai