Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUTORIAL KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Disusun oleh :
1. Febiola (21118070)
2. Fernika Restiani (21118071)
3. Hayati Oktafiani (21118072)
4. Ifrohati Fitri (21118073)
5. Indriana Eka Yulianti (21118074)
6. Jumisi (21118075)
7. Khotibul Umam (21118076)
8. Kiki Meilinda Sari (21118077)
9. Kiki Rizki Amelia (21118078)
10.Lusiana Sari (21118079)
11.Mei Anggraeni (21118080)
12. Meilinda Aristiani (21118081)
13. Messi Ayu Carolin (21118082)

Dosen Pembimbing : Suratun., S.Kep., NS., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU HUKUN KESEHATAN & TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK
2018/2019
KASUS 2 TUTORIAL

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke IGD dengan keluhan mengalami luka
bakar/combustio di daerah muka. Kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit pasien
memperbaiki motornya. Pada saat kejadian listrik di rumah pasien padam. Pasien
memperbaiki motor dengan penerangan lilin. Pada saat pasien membuka tangki bensin dan
ingin melihat isi bensin, api dari lilin menyambar bensin dan terjadilah kebakaran. Api ikut
membakar pasien mulai dari muka, kedua lengan, kedua ekstremitas bawah tekena sebagian.
Leher, dada, dan punggung tidak terpapar api. Setelah kejadian pasien dibawa ke puskesmas,
dari puskesmas pasien langsung dibawa ke RS.
Di IGD dilakukan pemeriksaan fisik dengan hasil: Keadaan umum lemah, pasien mengalami
penurunan kesadaran, tanda vital Frekuensi pernapasan 40x/m (cepat dan dangkal, terdapat
penggunaan otot bantu napas, wheezing dan ronchi tidak ada), Tekanan darah 100/60 mmHg,
denyut nadi 110x/menit, suhu tubuh dingin terutama di ujung ekstremitas, CRT > 3 detik
pada kaki kanan dan kiri, sianosis pada kaki dan tangan (+), akral dingin. Rambut kepala
masih utuh (tidak ikut terbakar), konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, alis dan bulu
mata hangus terbakar, bulu hidung terbakar, muka sampai leher melepuh terbakar, luka bakar
derajat II 5%. Luka bakar grade II pada tangan kanan dan kiri 15%, paha kanan dan kiri
7,5%, tungkai kanan dan kiri 7,5 %. Berat badan pasien kurang lebih 70 Kg. Saturasi oksigen
pasien 92 %. Dari hasil pengkajian pasien didiagnosa medis trauma inhalasi luka bakar grade
II TBSA 35%
Kemudian dilakukan intubasi dengan ETT ukuran 7,5 kedalaman 20 cm tersambung dengan
jackson rees O2 10 liter. Dan dilakukan resusitasi cairan dengan pemasangan IV line 2 jalur.
dan sekarang terpasang infus RL dengan cairan masih masuk 4534 cc (6 jam setelah
kejadian)

Tahap 1 (Istilah)
1. Combustio (Lusiana Sari)
2. Ekstremitas ( Messi Ayu)
3. Wheezing (Kiki Rizki)
4. Ronchi (Kiki Mei)
5. Sianosis (hayati)
6. Konjunctiva (Umam)
7. Sklera (meilinda aristiani)
8. Anemis(Febiola)
9. Grade (Mei Anggraeni)
10. Saturasi oksigen (ifro)
11. Trauma Inhalasi (Indri)
12. Inthubasi ( Fernika )
13. jackson Rees(Jumisi)
Jawaban Step 1
1. Combustio (Lusiana Sari)
Jawaban : Luka Bakar (Kiki Rizki)
2. Ekstremitas ( Messi Ayu)
Jawaban : Ekstremitas adalah anggota gerak misalnya kaki (dijawab Lusiana Sari)
3. Wheezing (Kiki Rizki)
Jawaban : Mengi, atau disebut juga wheezing, adalah suara khas yang dihasilkan
ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit. (Ifroh)
4. Ronchi (Kiki Mei)
Jawaban : Ronchi merupakan suara napas tambahan yang bernada rendah yang terjadi
akibat adanya penyumbatan jalan napas biasanya akibat adanya lendir. Ronkhi dapat
terjadi pada inspirasi (saat mengambil napas) maupun ekspirasi.(Jumisi)
5. Sianosis (hayati)
Jawaban : Sianosis adalah kondisi ketika jari tangan, kuku, dan bibir tampak berwarna
kebiruan karena kurangnya oksigen dalam darah. Sianosis umumnya disebabkan oleh
suatu kondisi atau penyakit yang memerlukan penanganan segera dari dokter. (Messi
Ayu )
6. Konjunctiva (Umam)
Jawaban : Konjungtiva ini merupakan selaput bening yang melapisi seluruh bagian
terdepan mata dan menjadi pelindung pada mata. Saat terjadi konjungtivitis atau
peradangan, mata akan terlihat merah dan berair serta terasa perih (Indri)
7. Sklera (meilinda aristiani)
Jawaban : Jawaban: Sklera adalah bagian berwarna putih dan keras pada bola mata
(Mei Anggraeni)
8. Amenis (Febiola)
Jawaban : Kondisi ketika darah tidak memiliki sel darah merah sehat yang cukup.
yang disebabkan oleh kurangnya sel darah merah atau sel darah merah yang tidak
berfungsi di dalam tubuh. Ini menyebabkan aliran oksigen berkurang ke organ tubuh.
(Fernika)

9. Grade (Mei Anggraeni)


Jawaban : Dalam kasus luka bakar kata grade itu berarti (tingkat) keparahan atau
seberapa dalam kulit yang terdampak dimana digunakan untuk membagi sebuah
ukuran/tingkat keparahan dari luka bakar, serta membagi jenis luka bakar tersebut.
(Meilinda Aristiani)
10. Saturasi oksigen ( Ifrohati Fitri)
Jawaban :Merupakan tolak ukur kesehatan untuk menentukan besarnya kadar oksigen
dalam alliran darah. (Umam)
11. Trauma Inhalasi (Indri)
Jawaban : Trauma Inhalasi merupakan komplikasi yang terjadi pada luka bakar
dengan presentase sekitar 10 sampai 20% pasien dan secara signifikan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas (Wallker,et all., 2015) , dulunya diketahui dengan luka
bakar traktur respirasi, sangat erat dengan kaitannya dengan luka bakar pada leher dan
kepala. 45% pasien dengan luka bakar pada wajah memiliki trauma inhalasi. (Hayati)
12. Inthubasi ( Fernika )
Jawaban :Intubasi adalah prosedur medis untuk memasukkan alat bantu napas berupa
tabung ke dalam tenggrorokan (trakea) melalui mulut atau hidung.(oleh Lusiana Sari)
13. Jackson Rees(Jumisi)
Jawaban : Jackson rees merupakan modifikasi dari Mapleson E dikenal sebagai
Jackson Rees. Pada respirasi spontan, mekanisme bantuan dari kantung dibiarkan
terbuka penuh. (Kiki meilinda)
Tahap 2 (Pertanyaan Seputar Kasus)
1. Bagaimana penanganan utama dari kasus di atas? ( Messi Ayu )
2. Apa saja target resusitasi yang dicapai dalam trauma inhalasi? (Kiki Rizki)
3. Apa tujuan di lakukan intubasi dg ETT ukuran 7,5? (Indri)
4. Bagaimana cara mengatasi pasien saat mengalami penurunan kesadaran (Lusiana
Sari)
5. Ada 3 mekanisme yang dapat menyebabkan cedera pada trauma inhalasi yaitu ?
(Hayati)
6. Apa pertimbangan awal klien pada kasus tersebut sehingga dilakukan intubasi ?
(Umam)
7. Bagaimana cara Edukasi dan Promosi Kesehatan pada kasus tersebut?(Jumisi)
8. Apa saja jenis-jenis luka bakar? (Kiki meilinda)
9. Mengapa Pada kasus terdapat dinyatakannya ada luka bakar derajat II 5% dan bisa
dilihat pada hasil pemeriksaan fisik mana yang menunjukkan bahwa bisa dinyatakan
nya luka bakar derajat II 5%? (Meilinda aristiani)
10. Apa tujuan dilakukannya resusitasi cairan pada kasus diatas? (Mei Anggraeni)
11. Bagaimana hasil pemfis pd kasus tersebut?(Febiola)

Tahap 3 (Menjawab Pertanyaan Tahap 2)


1. Bagaimana penanganan utama dari kasus di atas? ( Messi Ayu )Jawaban : Pertolongan
pertama untuk menangani luka bakar adalah memadamkan api ataupun mengangkat
benda yang masih membara dari penderita, yang dilanjutkan dengan pelepasan baju
atau kain yang menempel pada kulit yang terbakar.Penderita selanjutnya dapat
mendinginkan luka bakar dengan air mengalir dan mengonsumsi parasetamol untuk
meredakan sakit. Jika luka bakarnya parah, penderita disarankan untuk mendapat
pengobatan lanjutan di rumah sakit (Kiki Rizki)
2. Apa saja target resusitasi yang dicapai tv dalam trauma inhalasi? (Kiki Rizki)
Jawaban : Pada pasien penderita trauma inhalasi, target resusitasi yang tercapai yaitu
urin output, tekanan darah sistolik, ekstremitas, sensoris dan base deficit < 2. Terapi
suportif lain yaitu pemberian nutrisi dengan target kalori lebih tinggi dan target
protein 1,5 - 2,5 gr/kg BB. Selain itu juga dilakukan pencegahan infeksi,
escharotomy, koreksi koagulopati (Sheridan RL, 2018) ( Messi Ayu Carolin )
3. Apa tujuan di lakukan intubasi dg ETT ukuran 7,5? (Indri)
Jawaban : Tujuan Intubasi adalah membantu agar saluran pernapasan pasien tetap
terbuka dan mencegah pasien mengalami kekurangan oksigen akibat gagal napas.
( Lusiana Sari)
4. Bagaimana cara mengatasi pasien saat mengalami penurunan kesadaran (Lusiana
Sari)
Jawaban : Penanganan penurunan kesadaran tergantung pada penyebabnya. Pada
penurunan kesadaran yang disebabkan oleh efek samping obat-obatan, dokter akan
meresepkan obat penggantinya. Sedangkan bila penyebab penurunan kesadaran
adalah cedera kepala, dokter mungkin perlu segera melakukan operasi.Perlu
diketahui, tidak semua penyebab penurunan kesadaran bisa diatasi, misalnya
penurunan kesadaran yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer. Namun, dokter dapat
memberikan obat atau terapi untuk meredakan gejala dan membantu pasien agar bisa
beraktivitas. (ifroh)
5. Ada 3 mekanisme yang dapat menyebabkan cedera pada trauma inhalasi yaitu ?
(Hayati)
Jawaban :Ada 3 mekanisme yang dapat menyebabkan cidera trauma inhalasi yaitu
kerusakan jaringan karena suhu yang sangat tinggi/bahan iritan, iritasi paru-
paru/hipoksemia dan asfiksia. (Umam)
6. Apa pertimbangan awal klien pada kasus tersebut sehingga dilakukan intubasi ?
(Umam)
Jawaban : Pertimbangan awal pada klien sehingga dilakukan intubasi yaitu muka
terbakar, rambut hidung hangus, penurunan tingkat kesadaran, napas cepat dan
dangkal, terdapat penggunaan otot bantu napas, wheezing, sianosis pada kaki dan
tangan dan pada intinya terdapat gangguan pada jalan napas akibat trauma inhalasi.
(hayati)
7. Bagaimana cara Edukasi dan Promosi Kesehatan pada kasus tersebut?(Jumisi)
Jawaban :
a. Edukasi Pasien. Kebanyakan kasus luka bakar merupakan kasus ringan yang dapat
ditangani di rumah, namun pasien harus diedukasi kasus di mana harus mencari
pertolongan medis:
b. Luka bakar yang melibatkan wajah, tangan/jari, daerah genitalia, dada, dan
leherJika luka bakar melibatkan daerah persendian (contoh: lutut, bahu)Jika luka
bakar dalam (kedalaman parsial atau penuh) atau luka bakar yang luas (> 7,5
cm)Jika pasien berusia <5 tahun atau >70 tahunJika ada tanda-tanda infeksi
sekunder seperti: demam (suhu > 38oC), daerah kulit kemerahan, nyeri, bernanah.
(Febiola)
8. Apa saja jenis-jenis luka bakar? (Kiki meilinda)
Jawaban :
a. Luka bakar termal: luka bakar yang disebabkan oleh api, uap, ataupun cairan
mendidih. Luka bakar melepuh adalah luka bakar yang paling umum pada anak-
anak dan orang dewasa.
b. Luka bakar setrum: luka bakar yang disebabkan oleh kontak langsung dengan
sumber listrik atau kilat.
c. Luka bakar akibat zat kimia: luka bakar yang disebabkan oleh kontak langsung
dengan zat kimia rumahan atau industri, baik dalam bentuk cairan, padat, ataupun
gas.
d. Luka bakar radiasi: luka bakar yang disebabkan oleh sinar matahari, alat tanning
(menggelapkan) kulit, x-ray, atau terapi radiasi untuk pengobatan kanker.
e. Luka bakar gesekan: luka bakar yang diakibatkan oleh kontak dengan permukaan
keras, seperti ketika kulit terseret di aspal atau karpet. Biasanya, luka bakar jenis
ini dampaknya adalah goresan ataupun lecet pada kulit. Luka bakar jenis ini
paling sering terjadi pada atlet. ( Fernika restiani )
9. Mengapa Pada kasus terdapat dinyatakannya ada luka bakar derajat II 5% dan bisa
dilihat pada hasil pemeriksaan fisik mana yang menunjukkan bahwa bisa dinyatakan
nya luka bakar derajat II 5%? (Meilinda aristiani)
Jawaban : Jika dilihat dari pengertian luka bakar derajat II sendiri yaitu lukabakar
derajat II (partial thickness burns) merupakan luka bakar yang
kedalaman mencapai dermis biasanya ditemukan nyeri, pucat jika
ditekan, dan ditandai adanyabulla berisi cairan eksudat yang
keluar daripembuluh darah karena permeabilitas dindingya meningkat. Dan
pada kasus bisa dilihat dari hasil pemeriksaan fisik yaitu muka sampai leher melepuh
terbakar yang menunjukkan lokasi luka bakar derajat II 5% hanya pada muka sampai
leher (Mei Anggraeni)
10. Apa tujuan dilakukannya resusitasi cairan pada kasus diatas? (Mei Anggraeni)
Jawaban : Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan
terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema
adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar (Meilinda Aristiani)
11. Bagaimana hasil pemfis pd kasus tersebut?(Febiola)
Jawaban : Pemeriksaan fisik dengan hasil: Keadaan umum lemah, pasien mengalami
penurunan kesadaran, tanda vital Frekuensi pernapasan 40x/m (cepat dan dangkal,
terdapat penggunaan otot bantu napas, wheezing dan ronchi tidak ada), Tekanan darah
100/60 mmHg, denyut nadi 110x/menit, suhu tubuh dingin terutama di ujung
ekstremitas, CRT > 3 detik pada kaki kanan dan kiri, sianosis pada kaki dan tangan
(+), akral dingin. Rambut kepala masih utuh (tidak ikut terbakar), konjunctiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, alis dan bulu mata hangus terbakar, bulu hidung terbakar,
muka sampai leher melepuh terbakar, luka bakar derajat II 5%. Luka bakar grade II
pada tangan kanan dan kiri 15%, paha kanan dan kiri 7,5%, tungkai kanan dan kiri 7,5
%. Berat badan pasien kurang lebih 70 Kg. (Jumisi)
Tahap 4 (Pathway)

Luka bakar

Kontak dengan permukaan kulit Asap

Trauma
Kerusakan integritas
inhalasi
kulit atau jaringan

Konsentrasi Co
meningkat
Tekanan darah dalam ruangan
menurun karena
kadar oksigen
berkurang CO dihurup berlibih dalam tubuh sehingga O2 menipis

Trauma pada jalan


napas atas karena
temperatur panas
Kadar oksigen dalam
dan PH asam
darah dan jaringan
menurun

Terdengar
wheezing
Terjadi penurunan
kesadaran

Bersihan jalan
napas tidak efektif
Kompensasi tubuh
takikardi dan takipnea

Pola napas tidak efektif


Tahap 5 (Merumuskan Learning Objective(LO))
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari trauma inhalasi ( Messi Ayu Carolin )
2. Mahasiswa mampu mengetahui 3 komponen trauma inhalasi (Kiki Rizki)
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi trauma Intubasi (Lusiana Sari)
4. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang trauma inhalasi (kiki
meilinda)
5. Mahasiswa mampu mengetahui faktor risiko trauma inhalasi ( Fernika restiani )
6. Mahasiswa mampu mengetahui epidemiologi pada trauma inhalasi (hayati)
7. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang sering terjadi pada trauma inhalasi
(meilinda aristiani)
8. Mahasiswa mampu mengetahui manajemen cidera/trauma inhalasi (Umam)
9. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinis yang terjadi pada trauma
inhalasi(Jumisi)
10. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi klinis trauma inhalasi (ifroh)
11. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi trauma inhalasi (Indri)
12. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan trauma inhalasi (Febiola)
13. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari trauma inhalasi (Mei Anggraeni)\

Tahap 6 (Belajar Mandiri)

Tahap 7 (Menjawab LO)


1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari trauma inhalasi ( Messi Ayu Carolin )
Jawaban: Trauma inhalasi merupakan cedera saluran napas yang sering menjadi
penyebab kematian korban kebakaran. Kondisi ini umumnya dialami oleh orang yang
terjebak dalam kebakaran di ruang tertutup. Asap kebakaran dalam jumlah besar
masuk ke dalam saluran napas, memicu iritasi dan peradangan di saluran pernapasan.
Akibatnya, saluran napas dapat mengalami pembengkakan. Saluran napas menjadi
amat sempit sehingga oksigen tak dapat masuk ke dalam paru. Hal ini bisa
mengakibatkan kematian.
2. Mahasiswa mampu mengetahui 3 komponen trauma inhalasi (Kiki Rizki)
Jawaban: Trauma inhalasi sendiri meliputi 3 komponen:
a. Keracunan sistemik karena gas carbonmonoksida dan hydrogren cyanide (HCN)
b. Obstruksi jalan nafas atas karena efek panas dan edema
c. Injuri pada saluran nafas bawah, karena zat kimia dan partikel. Pada pasien ini
tidak dapat diperiksa kadar karbonmonoksida darah, karena tidak tersedia di RS
perujuk. Namun dengan pemberian oksigen konsentrasi tinggi, kadar CO akan
mudah dieliminasi dalam 3-4 jam (Sheridan RL, 2018) (International Society of
Burn Injury, 2016)
3. Mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi derajat etiologi trauma inhalasi (Lusiana
Sari)
Jawaban: Kerusakan jaringan akibat trauma suhu atau termal, terkena cairan panas
serta tersengat aliran listrik tegangan tinggi atau electrical injury high voltage.
4. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang trauma inhalasi (kiki
meilinda)
Jawaban:
a. Laboratorium
b. Pulse Oximetry. Digunakan untuk mengukur saturasi hemoglobin yang meningkat
palsu akibat ikatan CO terhadap hemoglobin, sehingga kadar karboksihemoglobin
seringkali diartikan sebagai oksihemaglon.
c. Analisa Gas Darah. Untuk mengukur kadar karboksihemoglobin, keseimbangan
asam basa, dan kadar sianida. Sianida dihasilkan dari kebakaran rumah tangga dan
biasanya terjadi peningkatan kadar laktat plasma.
d. Elektrolit. Untuk memonitor abnormalitas elektrolit sebagai hasil dari resusitasi
cairan dalam jumlah besar.
e. Darah Lengkap. Hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan biasanya terjadi sesaat
setelah trauma. Hematokrit yang menurun secara progresif akibat pemulihan
volume intravaskular. Anemia berat biasanya terjadi akibat hipoksia atau
ketidakseimbangan hemodinamik. Peningkatan sel darah putih untuk melihat
adanya infeksi.
f. Foto Thorax. Biasanya normal dalam 3-5 hari, gambaran yang dapat muncul
sesudahnya termasuk atelektasis, edema paru, dan ARDS.
g. Laringoskopi dan Bronkoskpi Fiberoptik. Keduanya dapat digunakan sebagai alat
diagnostik maupun terapeutik. Pada bronkoskopi biasanya didapatkan gambaran
jelaga, eritema, sputum dengan arang, petekie, daerah pink sampai abu-abu karena
nekrosis, ulserasi, sekresi, mukopurulen. Bronkoskopi serial berguna untuk
menghilangkan debris dan sel-sel nekrotik pada kasus-kasus paru atau jika suction
dan ventilasi tekanan positif tidak cukup memadai.
5. Mahasiswa mampu mengetahui faktor risiko trauma inhalasi ( Fernika restiani )
Jawaban: Luka bakar digambarkan dengan kedalaman, keparahan, dan gen penyebab.
Keparahan cedera luka bakar diklasifikasikan berdasarkan pada resiko mortilitas dan
resiko kecacatan fungsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan cedera
termasuk sebgai berikut :
a. Kedalaman luka bakar. Umumnya luka bakar mempunyai kedalaman yang tidak
sama. Setiap area mempunyai tiga zona cedera yaitu:
 zona koagulasi terjadi kematian seluler
 zona statis disebut are pertengahan, tempat terjadinya gannguan suplay darah,
inflamasi, dan cedera jaringan
 zona hiperemia merupakan area terluar, berhubungan dengan luka bakar derajat
I yang seharusnya sembuh dalam seminggu.
b. Keparahan luka bakar. Cedera luka bakar dapat berkisar dari lepuh kecil sampai
luka bakar masif derajat III. Luka bakar dikategorikan kedalam luka bakar :

 Cedera luka bakar minor/ ringan


 Cedera ketebalan partial <15% dari luas permukaan tubuh total orang dewasa,
<10% luas permukaan tubuh total anak-anak, atau cedera ketebalan penuh <2%
luas permukaan tubuh total.Biasanya mendapat perawatan awal di
UGD,kemudian dipulangkan dengan instruksi dibagian rawat jalan.
 Cedera luka bakar sedang/ moderat/ pertengahan
 Cedera ketebalan partial dengan 15% sampai 25% dari luas permukaan tubuh
total (LPTT) pada orang dewasa, 10% sampai 20% LPTT pada anak-anak, atau
cedera dengan ketebalan penuh kurang dari 10%LPTT yang tidak berhubungan
dengan komplikasi. Umumnya ditangani dibagian rawat inap.
 Cedera luka bakar berat/mayor. Biasanya dibawa ke fasilitas perawatan luka
bakar khusus, setelah mendapatkan perawatan kedaruratan ditempat
kejadian.Cedera luka bakar mayor adalah : cedera ketebalan partial >25%LPTT
orang dewasa atau 20%LPTT anak-anak cedera ketebalan penuh 10%LPTT atau
lebih. Luka bakar yang mengenai tangan, wajah, mata, telinga, kaki, dan
perineum cedera inhalasi cedera listrik, luka bakar yang berkaitan dengan cedera
lain misalnya: cedera jaringan lunak, fraktur, trauma lain.(long.C Barbara,1996).
c. Lokasi luka bakar
Luka bakar pada kepala, leher, dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi
akar wajah menyebabkan abrasi kornea.Luka bakar telinga membuat mudah
terserang kondritis aurikular dan rentan terhadap infeksi serta kehilangan jaringan
lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendian sering membutuhkan terapi
fisik dan okupasi yang lama dan memberikan dampak kecacatan fisik
menetap.Luak bakar pada perineum membuat midah terserang infeksi akibat
autokontaminasi oleh urine dan feses.Luka bakar sirkumferensial ekstremitas
dapat menyebabkan efek seperti penebalan pembuluh darah dan mengarah pada
gangguan vaskular distal. Luka bakr sirkumferensial toraks dapat mengarah kpada
inadekuat ekspansi dinding dada da nfinsufisiensi pulmonal.
d. Agen penyebab luka bakar
Pada situasi misalnya kebakaran, gunung meletus,atau ledakan mobil akan
mengakibatkan pasien tidak hanya mengalami luka bakar, tetapi juga menghirup
udara panas/ keracunan monoksida (CO) sehingga mengakibatkan pasien
mengalami gangguan pada saluran napas yang dapat menyebabkan kegagalan
pernapasan sehingga menimbulkan kematian.
Luka bakar pada trauma inhalasi dibagi menjadi 3 kategori (Meyer & Salber):
 Trauma panas pad saluran napas.
karena luka bakar pada wajah termasuk bibir dan rambut hidung dan leher
akan menunjukkan tanda-tanda sulit bicara dan menelan serta
mengalami dipsnea, stridor karena adanya edema pada saluran napas yang
menyebabkan obstruksi jalan napas.
 Trauma kimia pada saluan napas dan parenkim paru
 Keracunan kimia sistemik biasanya keracunan CO dala mruan gtertutup karena
CO mengikat hb lebih cepat dari pada O2 sehingga mengakibatka hipoksia
yang cepat pada otak.
e. Ukuran luka bakar
f. Ukuan luka bakar (presentase cedera pada kulit) ditentuka ndengan dua metode
yaitu :
 Rule of nine. Digunakan sebagai alat untuk memperkirakan ukuan luka bkar
yang cepat.Dasar dari perhitungan ini denga nmembagi tubuh kedalam bagian-
bagia nanatomi,yang setiap bagian mencerminkan 9% dari LPT,tidak
membutuhka ndiagram untuk menentukan presentaseLPT yang mengalami
cedera.
 Diagram bagan Lund & Browder. Ditujukan untuk menetukan keluasan luka
bakar yang terjadi pada anak-anak dan bayi dimana dalam bagian ini usia yang
berbeda mempunya ikeluasan yang berbeda.Bagan ini memberikan penilaian
yang lebih akuat.
g. Usia korban luka bakar. Usia klien mempengaruhi keparahan dan keberhasilan
dalam perawatan luka bakar.
6. Mahasiswa mampu mengetahui epidemiologi pada trauma inhalasi (hayati)
Jawaban: Menurut data World Health Organization (WHO), 90 persen luka bakar
terjadi pada sosial ekonomi rendah di negara-negara berpenghasilan mengenah ke
bawah, daerah yang umumnya tidak memiliki infrasktukturi yang memadahi untuk
men mencegah terjadinya kebakaran. Di amerika serikat, kurang lebih 1,25 juta
kejadian lula bakar per tahun yang dibawa ke unit gawat darurat. Diantara jumlah ini,
63.000 menderita luka bakar ringan sedangkan 6000 lainnya harus dirawat inap.
7. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi yang sering terjadi pada trauma inhalasi
(meilinda aristiani)
Jawaban: Komplikasi tersering akibat trauma inhalasi yaitu acute respiratory distress
syndrome atau gagal napas. Trauma luka bakar di saluran napas atas akan
menyebabkan edema laring
yang dapat mempersempit jalan napas 12-24 jam setelah cedera. Pada kasus ini,
pasien diobservasi dalam 24 jam; apabila terjadi edema laring mungkin memerlukan
tindakan intubasi
8. Mahasiswa mampu mengetahui manajemen cidera/trauma inhalasi (Umam)
Jawaban: Terdapat 2 Manajemen trauma inhalasi berdasarkan menurut waktu yaitu
manajemen dini paska paparan (0-72 jam) dan manajemen lanjut paska paparan (3-21
hari)
a. Manajemen dini paska paparan (0-72 jam) berfokus pada riwayat dan pemeriksaan
fisik untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko trauma jalan napas dan dengan
gangguan fungsi jalan napas. Evaluasi jalan napas sangat penting untuk mengenali
tanda-tanda untuk dilakukannya intubasi pada pasien dengan luka bakar yang
parah.
b. Manajemen lanjut paska paparan (3-21 hari) berfokus pada terapi hygine bronkial
yang merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa modalitas
yang digunakan untuk membersihkan saluran pernapasan dari sekresi dan debris.
Tindakan tersebut terdiri dari induksi batuk, fisioterapi dada, ambulasi dini,
suction, bronkoskopi terapeutik dan farmakologi. Rangkaian dari beberapa
tindakan tersebut bertujuan untuk mengurangi sekresi yang sulit dikeluarkan jalan
napas setelah trauma inhalasi. (Agus Roy Rusly Hariantana Hamid et al., 2020)
9. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinis yang terjadi pada trauma
inhalasi(Jumisi)
Jawaban:
Oleh karena onset terjadinya tidak segera dan sering tidak ditangani sesegera
mungkin, maka perlu diketahui tanda-tanda yang dapat mengarahkan kita untuk
bertindak dan harus mencurigai bahwa seseorang telah mengalami trauma inhalasi
antala lain.
a. Luka bakar pada wajah
b. .Alis mata dan bulu hidung hangus
c. Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaring
d. Sputum yg mengandung arang atau karbon
e. Wheezing,sesak dan suara serak
f. Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api
g. Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan
h. Tanda-tanda keracunan co(karboksihemoglobin lebih dari 10% setelah berada
dalam lingkungan api) seperti kulit bewarna pink sampai
merah,takikardi,takipnea,sakit kepala,mual,pusing, pandangan kabur,
halusinasi,ataksia,kolaps sampai koma.
10. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi klinis trauma inhalasi (Ifrohati Fitri)
Jawaban:  Komplikasi trauma inhalasi (ifroh) .
a. Trauma paru berat, edema dan ketidakmampuan untuk oksigenisasi atau ventilasi
yang adekuat dapat menyebabkan kematian.
b. Keracunan CO dan inhalasi dari hasil pembakaran yang lain secara bersamaan
dapat menyebabkan hipoksemia, trauma organ dan morbilitas.

11. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi trauma inhalasi (Indri)


Jawaban: Trauma inhalasi diklasifikasikan menjadi 3, antara lain : 
a. Trauma pada saluran nafas bagian atas ( trauma supraglotis)Trauma saluran nafas
atas dapat menyebabkan ancaman hidup melalui obstruksi jalan nafas sesaat
setelah trauma. Jika proses ini ditangani secara benar, edema saluran nafas dapat
hilang tanpa sekuele beberapa hari.
b. Trauma pada saluran nafas bawah dan parenkim paru (trauma subglotis). Trauma
ini dapat menyebabkan lebih banyak perubahan signifikan dalam fungsi paru dan
mungkin akan susah ditangani. Trauma subglotis merupakan trauma kimia yang
disebabkan akibat inhalasi hasil-hasil pembakaran yang bersifat toksik pada
luka bakar. Asap memiliki kapasitas membawa panas yang rendah, sehingga
jarang didapatkan trauma termal langsung pada jalan nafas bagian bawah dan
parenkim paru, trauma ini terjadi bila seseorang terpapar uap yang sangat panas.
c. Toksisitas sistemik akibat inhalasi gas toksik seperti karbon monoksida (CO) dan
sianida.Inhalasi dari gas toksik merupakan penyebab utama kematian cepat akibat
api, meskipun biasanya trauma supraglotis, subglotis dan toksisitas sistemik
terjadi bersamaan. Intoksikasi CO terjadi jika afinitas CO terhadap
hemoglobin lebih besar dari afinitas oksigen terhadap hemoglobin, sehingga
ikatan CO dan hemoglobin membentuk suatu karboksihemoglobin dan
menyebabkan hipoksia.
12. Mahasiswa mampu mengetahui pengobatan trauma inhalasi (Febiola)
Jawaban: Tutup luka bakar dengan kain kering dan bersih, kantung plastik, atau
plastik pembungkus makanan yang terbuat dari PVC. Plastik PVC mudah mengikuti
kontur tubuh bermanfaat untuk meminimalkan kontaminasi dengan melindungi luka
dari infeksi sekunder dan memberikan proteksi yang baik selama transportasi rujukan.
Pendinginan luka yang benar serta penutupan luka yang baik sangat membantu dalam
mengurangi intensitas nyeri luka bakar. Jangan lupa untuk memberi pasien analgesia
yang cukup, morfin im atau iv 2.5 – 5mg yang diteruskan dengan infus kontinyu 0.5-1
mg/ jam (Infusion/ Syringe Pump) masih merupakan pilihan dengan obeservasi yang
baik . Pada luka bakar dengan riwayat shock lebih baik diberikan Ketamin dosis kecil,
dosis analgesia yaitu 0.25-0.5mg/kgBB iv atau im.
13. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi dari trauma inhalasi (Mei Anggraeni)
Jawaban: Inhalasi trauma adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kerusakan pada mukosa saluran pernapasan akibat paparan iritasi yang menyebabkan
manifestasi klinis dari gangguan pernapasan. Menurut lokasi anatomi, trauma inhalasi
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu kerusakan saluran pernapasan bagian atas,
menurunkan saluran pernapasan, dan toksisitas sistemik)

DAFTAR PUSTAKA

David, S. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Dalam : Surabaya Plastik
Surgery. Http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com.,2008
David, S. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Dalam : Surabaya Plastik
Surgery. Http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com.,2008
American Collage Surgeon. Penilaian awal dan pengelolaannya dalam Advanced
Trauma Life Support for Doctora. Edisi ke-delapan. Jakarta: IKABI. 2008.
Horne, M., Pamela L. (2000). Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam basa. EGC :
Jakarta
Kristantry, P. (2009). Asu8hanm Keperawatan Gawat Darurat . Jakarta: CV. Trans
Info Media.
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3615339/5-gangguan-kesehatan-akibat-
asap-kebakaran
LAPORAN KASUS : TATALAKSANA PASIEN LUKA BAKAR BERAT
DENGAN TRAUMA INHALASI DI UNIT PERAWATAN INTENSIF, Jurnal ilmiah
WIDYA kesehatan dan lingkungan Volume 2 nomor 1 November 2020
Haryono, W., Sakti, T., & Hidayat, N. (2021). Tinjauan Penanganan Luka Bakar Akut
Karena Api disertai Kecurigaan Trauma Inhalasi pada Geriatri : Laporan Kasus. 48(3), 161–
165.
Agus Roy Rusly Hariantana Hamid, I Gusti Putu Hendra Sanjaya, Gede Wara
Samsarga, & Ni Made Ratih Purnama Dewi. (2020). Pathophysiology And Management Of
Inhalation Trauma In Burn Patients: Literature Review. Jurnal Plastik Rekonstruksi, 7(2), 44–
50. https://doi.org/10.14228/jprjournal.v7i2.290
https://id.scribd.com/doc/77334668/Referat-Trauma-Inhalasi
Argenta, L.,C., Inhalation Injuri, Basic Science for Surgeon : A Review, Saunders,
North Carolina, 2004.
Snell, RS., Cavitas Thoracis, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian
1, Edisi 3, EGC, 1997
https://spesialis1.anestesi.fk.unair.ac.id/emergency-management-of-major-burn-pre-
hospital-approach-and-patient-transfer.html
Agus Roy Rusly Hariantana Hamid,dkk., 2020., “PATHOPHYSIOLOGY AND
MANAGEMENT OF INHALATION TRAUMA IN BURN PATIENTS: LITERATURE
REVIEW “ Jurnal Plastik Rekonstruksi, 2020; Vol 7 No 2, 44-50
Sumber : Argenta, L.,C., Inhalation Injuri, Basic Science for Surgeon : A Review,
Saunders, North Carolina, 2004.

Anda mungkin juga menyukai