Anda di halaman 1dari 17

HOME CARE MASYARAKAT PESISIR

DERMATITIS SEBORIK

OLEH:

INTAN ARSITA : S. 0019.P2.020


SRI ASMINA BASRI : S. 0019.P2.039
ASRI AZIS : S. 0019.P2.008
BUDIAWAN : S. 0019.P2.011

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


JURUSAN S1 KEPERAWATAN
2019
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan masalah ........................................................................2
C. Tujuan penulisan .......................................................................... 2
D. Manfaat penulisan ........................................................................ 3

Bab II Tinjauan Teori


A. Pengertian dermatitis seborik .................................................... 4
B. Epidemiologi dermatitis seborik ................................................ 4
C. Etiologi dermatitis seborik ......................................................... 5
D. Pathofisiologi dermatitis seborik ............................................... 5
E. Komplikasi dermatitis seborik ................................................... 5
F. Gejala klinis dermatitis seborik ................................................. 6
G. Pemeriksaan diagnostic dermatitis seborik .............................. 7
H. Penatalaksanaan dermatitis seborik ......................................... 7

Bab III Laporan Kasus .................................................................................. 9

BAB IV Home Care ....................................................................................... 10

BAB V Penutup .............................................................................................. 14

Daftar Pustaka ............................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dermatitis seboroik adalah gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik,


berketombe, dan berwarna kemerahan. Peradangan ini biasanya terjadi di kulit
kepala.Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering
dialami oleh bayi dan orang dewasa usia 30-60 tahun. Ketika terjadi pada bayi,
kondisi ini disebut cradle cap. Dermatitis seboroik ditandai dengan kulit kepala
yang tampak berkerak dan bersisik.

Dermatitis seboroik bukan penyakit menular dan sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya. Walaupun penyebabnya belum dapat dipastikan, namun
orang dengan daya tahan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS,
diketahui lebih rentan mengalaminya.Dermatitis seboroik dapat ditangani
sendiri dengan sampo antiketombe yang dijual bebas. Bila dermatitis seboroik
tidak membaik hingga mengganggu kenyamanan, serta menimbulkan rasa malu
atau cemas, penderita perlu memeriksakan diri ke dokter.Selain itu, jika
dematitis seboroik tidak berhasil ditangani secara mandiri atau sampai
menyebabkan infeksi kulit, segera periksakan diri ke dokter. Bila sudah terjadi
infeksi pada kulit, dokter akan memberikan obat untuk mengatasi infeksi
tersebut.

Dermatitis seboroik (seborrheic dermatitis) menyebabkan kulit mengelupas,


memerah, dan bersisik. Masalah ini juga dikenal sebagai ketombe (jika terjadi
pada kulit kepala), eksem seboroik, psoriasis seboroik, atau cradle cap (jika
terjadi pada bayi). Selain kulit kepala, dermatitis juga sering terjadi pada wajah.
Meskipun bukan indikator kebersihan tubuh yang buruk, tidak dapat menular

1
dari orang satu ke orang lain, serta tidak berbahaya bagi tubuh, dermatitis
seboroik bisa cukup memalukan. Untungnya, ada beberapa cara untuk
mengatasinya.Umumnya pengelupasan terjadi di kulit kepala. Meskipun
demikian, hal itu juga dapat terjadi di bagian tubuh lainnya, terutama wajah,
yang berminyak. Adanya minyak menyebabkan sel-sel kulit mati saling merekat
dan membentuk bercak bersisik kekuningan.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa pengertian dari dermatitis seborik


B. Apa epidemiologi dari dermatitis seborik
C. Apa etiologi dari dermatitis seborik
D. Apa pathofisiologi dari dermatitis seborik
E. Apa komplikasi dari dermatitis seborik
F. Apa gejala klinik dari dermatitis seborik
G. Apa pemeriksaan diagnostik dari dermatitis seborik
H. Apa penatalaksanaan dari dermatitis seborik

C. TUJUAN
D. Mengetahui pengertian dari dermatitis seborik
E. Mengetahu epidemiologi dari dermatitis seborik
F. Mengetahu etiologi dari dermatitis seborik
G. Mengetahu pathofisiologi dari dermatitis seborik
H. Mengetahu komplikasi dari dermatitis seborik
I. Mengetahu gejala klinik dari dermatitis seborik
J. Mengetahu pemeriksaan diagnostik dari dermatitis seborik
K. Mengetahu penatalaksanaan dari dermatitis seborik

2
D. MANFAAT

Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit dermatitis seborik serta


mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
dermatitis serobik berdasarkan NANDA-I, NOC, DAN NIC

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Dermatitis seboroik merupakan kelainan inflamasi kronik kulit kepala
yang mengalam iremisi dan eksaserbasi dengan area seboroik tempat
predileksi. (ArifMuttaqin&Kumala Sari, 2011).

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang


menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh
dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah,
kulit kepala, telinga, badan bagianatas dan fleksura (inguinal, danaksila).

B. EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umumnya
menyerang sekitar 1-3% populasi di amerikaserikat, dimana 3-5% pasien
terdiri dari orang muda. Data di rumah sakit Mangunkusumo tahun 2000
samapai 2002 menunjukan insiden rata-rata dermatitis seboroik sebesar
8,3% dari jumlah kunjungan rasio pria dibandingkan wanita 1,5 : 1.

Kejadian penyaki tmenunjukan dua puncak, satu pada bayi baru lahir
hingga usia 3bulan, dan lainnya pada orang dewasa berusia 30-60 tahun.
Pria lebih sering terkena dari pada wanita pada semua kelompok umur dan
dapat mengenai semua ras.

4
C. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui pasti. Factor
predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik di dapat
secara genetic, keadaan psikologi (stress), prubahan hormone, personal
hygiene, dan keringat yang berlebihan. Dermatitis inil ebih sering
menyerang daerah-daerah yang mengandung glandula sebasea.
Salah satu factor predisposisi adalah pertumbuhan jamur
pityrosporumovale pada kulit kepala ditemukan pada daerah seboroik pada
tubuh yang kaya akan lipid sebasea, mengakibatkan reaksi imun tubuh
terhadap sel jamur di permukaan kulit sehingga terjadi inflamasi, akibat
produk metabolitnya yang masuk kedalam epidermis maupun karena sel
jamur itu sendiri melalui aktivasi sel limfosit T dan pulau langerhans.

D. PATOFISIOLOGI PATWAYRESPON MASALAH KEPERAWATAN


Seboroik merupakan keadaan terjadinya produksi sebum (secret dar I
kelenjar sebasea) yang berlebihan pada daerah-daerah di mana kelenjar
tersebut berada dalam jumlah yang besar (wajah, kulitkepala, alismata,
kelopak mata, kedua sisi hidung serta bibir bagia natas, daerah malar [pipi],
telinga, aksila, dibawah payudara, lipat paha dan lipatan gluteus di
daerahpantat). Dengan adanya kondisi anatomis dimana secara predileksi
didaerah tersebut banyak dipasok kelenjar sebasea atau yang terletak di
antara lipatan kulit tempat bakteri dalam jumlah besar.

E. KOMPLIKASI

Dermatitis membandel seperti seboroik dengan diare kronis dan


kegagalan tumbuh (penyakit leiner) yang dapat menunjukkan disfungsi
sistem kekebalan tubuh. Dermatitis seboroik dapat bersama-sama

5
dengan akne yang berat. Jika meluas dapat menjadi eritroderma, yang
pada bayi disebut penyakit Leiner.

F. GEJALA KLINIK
a. Adanya tanda-tanda radang akut kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
dan gangguan fungsi kulit.
b. Lesi berupa eritema, dengan sisik-sisik yang beminyak agak
kekuningan dengan rasa gatal yang ringan.
c. Bentuk paling ringan adalah pitiriasis sika (ketombe, dandruff) yang
hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan kasar, banyak
pada remaja. Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides,
dapat disertai eritema dan krusta tebal
d. Pada bentuk yang berat terdapat bercak-bercak berskuama dan
berminyak, disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi,
glabela, telinga posaurikular, dan leher.
e. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup krusta kotor dan
berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris epitel yang lekat pada kulit disebut cradle cap.
f. Pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di alis mata,
kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak skuama
kekuningan. Dapat pula terjadi blefaritis, yaitu pinggiran kelopak mata
merah disertai skuama halus.
g. Tempat predileksi adalah kepala, dahi, glabela, telinga posaurikular,
liang telinga luar, leher, lipatan nasolabial, daerah sternal, aerola
mammae, lipatan pada bawah mammae pada wanita, interskapuler,
umbilikus, lipat paha, dan daerah anogenital. Pada daerah pipi, hidung,
dan dahi.

6
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan
tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
b. Pemeriksaaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis
seboroikadalahpemeriksaanhistopatologi.Gambaranhistopatologiberga
ntungpada stadium penyakit: akut, subakut, ataukronis.
c. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopic.

H. PENATALAKSANAN
Penatalaksanaan yang dapat di lakukansebagaiberikut:
a. Penatalaksanaan farmakologis
1. Sistemik : dapat diberikan anti histamine ataupun sedatif. Pada
keadaan yang berat dapat diberikan kortikosteroid sistemik
(prednisolon 20-30mg sehari).
2. Topikal :pada pitiriasis sika dan oleosa, 2-3 kali/ minggu kulit kepala
dikeramasi selama 5-15 menit, dengan selenium sulfida dalam
bentuk sampo atau losio, krim. Jika terdapat skuama dan krusta yang
tebal, dilepaskan. Obat lain yang dapat dipakai dalam bentuk krim:
1) Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim
pragmatar
2) Resorsin 1-3%
3) Sulfur presiipitarum 4-15%, dapat digabung dengan asam
salisil 3-6%
4) Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison. Pada kasus lebi
berat dipakai kortikosteroid yang lebih besar, misalnya
betametason-valerat.

7
b. Penatalaksanaan non-farmakologis
1. Bila dermatitis seboroik berat, pencucian kulit kepala setiap hari
akan mempercepat penyembuhandan di biarkan selama 5 hingga
10 menit. Lesi kulit kepala sebaiknya dikendalikan dengan shampo
anti seboroik (selenium sulfid, sulfur, asam salisilat, seng pirition,
tar).
2. Penting juga untuk menghindari kelelahan, keringat berlebihan dan
stres emosional. Selain itu, kebersihan pribadi sangat perlu untuk
dijaga.
3. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengontrol, bukan
menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan
skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol
infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
4. Hindarikebiasaanmenggarukataumenggosokbagian yang gatal.

8
BAB III
LAPORAN KASUS

Seorang perawat melakukan kunjungan di rumah warga Ds. Y pada tanggal 16


November 2019 dan didapatkan kasus seorang ibu rumah tangga berinisial S
yang berumur 32 tahun menegeluh gatal pada kulit kepala dan terkelupas, klien
juga mengatakan gatalnya makin parah ketika berkeringat dan berkurang ketika
di garuk pasien merasa tidak nyaman dengan hal itu. Berdasarkan hasil
observasi perawat di temukan bahwa kulit kepala klien kemerahan dan
terkelupas.

9
BAB IV
HOME CARE

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Anamnesa :
1. Identitas :Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur, sering
terjadi pada bayi dan orang dewasa. Padabayiterjadipadausia 3 bulan
setelah kelahiran dan pada orang dewasa 30-60 tahun. Lebih banyak
terjadi pada pria dibandingkan wanita.
2. Keluhan :pasien sering mengeluh adanya kemerahan, peningkatan suhu
tubuh, nyeri pada kasus tertentu, kulit kering agak kekuningan,
ketombe dengan rasa gatal, rambut rontok dibagian verteks dan frontal
kepala, kelopak mata merah.
3. Riwayat penyakit sekarang :adanya lesi berupa eritema, dengan sisik-
sisik yang berminyak agak kekuningan dengan rasa gatal yang ringan,
ketombe, yang hanya mengenai kulit kepala berupa skuama halus dan
kasar. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan
rontok, dengan adanya pruritus. Skuama halus dapat terlihat di alis
mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak skuama
kekuningan, kelopak mata merah disertai skuama halus.
4. Riwayat penyakit dahulu :kaji apakah adanya infeksi mikroorganisme
(pytirosporumovale).
5. Riwayat kesehatan keluarga :kaji apakah keluarga juga mempunyai
riwayat dermatitis seboroik.
6. Riwayat psikologis :adanya stress emosional.
7. Pola ADL :

10
 Nutrisi : pada keadaan yang berat anak-anak mungkin mengalami
gangguan tumbuh kembang akibat dari pemasukan nutrisi yang
tidak adekuat. Ketidaknyamanan dari adanya lesi membuat anak
rewel sehingga menyebabkan gangguan pemasukan nutrisi
(makanan maupun minuman).
 Eliminasi : biasanya tidak ditemukan masalah
 Hygiene : kebersihan diri pada awalnya harus dikaji, karena
kebersihan diri yang kurang juga sebagai salah satu predisposisi,
termasuk didalamnya untuk menghindari keringat berlebihan.
 Aktivitas : dapat tergantung pada distribusi lesi yang ada, dan atau
jenis dermatitis seboroiknya (ketombe, kulit kering dengan
eksudat, dan lain-lain).
 Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
- Ketombe yang hanya mengenai kulit kepala
- Lesi berupa eritema, skuama, krusta tebal yang sering
meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikular, dan leher.
- Pada bayi, skuama yang kekuningan dan kumpulan debris
epitel yang lekat pada kulit (cradle cap)
- Pada daerah supraorbital skuama halus dapat terlihat di alis
mata, skuama kekuningan. Dapat pula pinggiran kelopak
mata merah disertai skuama halus.
2. Palpasi
- Kulit teraba hangatdankasar.
 Persistem
1) B1 (Breathing):pneumonia.
2) B2 (Blood):septikemi, hipotermia, dekompensasi kordis,
trombophlebitis.

11
3) B3 (Brain):nyeri (pruritus).
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel): diare.
6) B6 (Bone and Integumen): pruritus, eritema, turgor kulit
buruk, pitiriasis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan lapisan kulit

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
Kerusakan integritas kulit b.d kerusakan lapisan kulit
NOC :
Respon pengobatan
- Perubahan gejala yang diharapkan
(dari skala 1:sangat terganggu menjadi skala 4:sedikit terganggu atau
skala 5:tidak terganggu)
- Dampak buruk
(dari skala 2:cukup berat menjadi skala 4:ringan atau skala 5:tidak
ada)

NIC :

1. Pengecekan kulit
Aktivitas:
- Lakukan langkah-langkah untuk mencegah krusakan lebih lanjut
- Ajarkan anggota keluarga mengenai tanda-tanda kerusakan kulit,
dengan tepat
2. Pemberian obat kulit

12
Aktivitas
- Tentukan kondisi kulit pasien di area mana obat akan diberikan
- Sebarkan obat di atas kulit sesuai kubutuhan
- Ajarkan dan monitor tehnik pemberian mandiri

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada tahap Implementasi, tindakan keperawatan dilakukan sesuai
dengan rencana intervensi yang telah ditetapkan, berdasarkan NOC dan
NIC

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Tahap Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan
mengacu pada kriteria hasil pada rencana keperawatan.

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis seboroik merupakan kelainanin flamasi kronik kulit kepala
yang mengalami remisi dan eksaserbasi dengan area seboroik tempat
predileksi. (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2011).
Dermatitis seboroik adalah penyakit papulos kuamosa kronis yang
menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh
dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah,
kulit kepala, telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, danaksila).
Dermatitis seboroik bukan penyakit menular dan sampai saat ini belum
diketahui penyebabnya. Walaupun penyebabnya belum dapat dipastikan,
namun orang dengan daya tahan tubuh yang lemah, seperti penderita
HIV/AIDS, diketahui lebih rentan mengalaminya. Dermatitis seboroik dapat
ditangani sendiri dengan sampo antiketombe yang dijual bebas. Bila
dermatitis seboroik tidak membaik hingga mengganggu kenyamanan, serta
menimbulkan rasa malu atau cemas, penderita perlu memeriksakan diri ke
dokter. Selain itu, jika dematitis seboroik tidak berhasil ditangani secara
mandiri atau sampai menyebabkan infeksi kulit, segera periksakan diri ke
dokter. Bila sudah terjadi infeksi pada kulit, dokter akan memberikan obat
untuk mengatasi infeksi tersebut.

B. Saran
Setelah mempelajari asuhan keperawatan dermatitis seborik Mahasiswa
mampu memahami tentang penyakit dermatitis seborik serta mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah dermatitis serobik berdasarkan
NANDA-I, NOC, DAN NIC

14
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeus Calpius

Price, Sylvia A, dkk. 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis dalam Proses-proses


Penyakit. Jakarta : EGC

Rudolph, Abraham M, dkk. 2006. Buku Ajar PEDIATRI. Jakarta : EGC

Wong, Donna L, dkk, 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Smeltzer dan Bare. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Taylor Cynthia. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Lubis, Nova Zairina. 2014. Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen


Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminRumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Periode Tahun 2010-2012. Sumatera Utara.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41341. Tanggal terbit:
02 Juni 2014.

15

Anda mungkin juga menyukai