Disusun Oleh:
Kelompok VI
Sofiyani : 190711024
Kelas 19-E1A-R1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dijawab dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian sikap professional?
2. Bagaimana ciri-ciri sikap professional?
3. Bagaimana proses pengembangan sikap professional?
4. Apa pengertian dari berlomba-lomba dalam kebaikan?
5. Apa manfaat berlomba dalam kebaikan?
6. Bagaimana isi kandungan Surat Al-Baqarah:148 dan surat Al-Fathir : 32
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian sikap professional
2. Mengetahui ciri-ciri sikap professional
3. Mengetahui proses pengembangan sikap professional
4. Mengetahui pengertian dari belomba-lomba dalam kebaikan
5. Mengetahui manfaat berlomba dalam kebaikan
6. Mengetahui isi kandungan dari surat Al-Baqarah:148 dan surat Al-Fathir : 32
7. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah kajian islam profesi
1.4 Sistematika Penulisan
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Dafatar isi
d. Bab I Pendahuluan
e. Bab II Pembahasan
f. Bab III penutup
g. Daftar pustaka
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Skill
Hal pertama yang dibutuhkan untuk menjadi profesional adalah skill. Seseorang
disebut sebagai profesional apabila ia terbukti sebagai orang yang ahli di bidangnya.
Tidak memandang bidang apapun. Mulai dari bidang yang paling sederhana hingga
yang paling elit. Kemampuan seorang profesional bisa dilihat dari keahliannya yang
di atas rata-rata dari orang lain. Selain itu kemauan bekerja keras dan pantang
menyerah dalam memecahkan masalah serta selelu berinovasi merupakan salah satu
kelebihan yang dimiliki oleh seorang profesional.
2. Pengetahuan
Hal pokok selanjutnya yang harus ada pada seorang profesional adalah pengetahuan
atau knowledge. Artinya, seseorang harus benar-benar menguasai atau setidaknya
3
memiliki wawasan atas ilmu yang berhubungan dengan bidangnya. Biasanya seorang
yang profesional akan selalu menambah ilmu yang mana tidak mudah puas dengan
pengetahuan yang dimilikinya saat ini.
3. Attitude
Sisi lain yang tidak kalah penting untuk seorang profesional adalah attitude. Artinya,
seseorang tersebut tidak sebatas pintar, namun juga mempunyai etika baik untuk
diterapkan di bidang masing-masing. Mampu bekerja baik mandiri maupun bekerja
secara kelompok, yang berarti dapat mengimbangi rekan kerja yang lainnya.
Melakukan sesuatu yang tidak semata hanya dilakukan karena uang, tetapi lebih
mengutamakan manfaat untuk bersama.
4
jika terjadi kesalahan atau penyimpangan, perawat dapat segera melaporkannya dan
melakukan perawatan untuk mencegah cedera lebih lanjut. Akuntabilitas dilakukan
untuk mengevaluasi efektivitas perawat dalam melakukan praktik keperawatan.
Akuntabilitas merupakan konsep yang sangat penting dalam praktik keperawatan.
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan yang
dilakukan, dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier,Erb,1991).
Fry ( 1990 ) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama,
yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan
perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik, dan undang-undang dapat
dibenarkan atau abasah. Akuntabilitas dapat dipandang dalam suatu kerangka system
hierarki, dimulai dari tingkat individu, tingkat institusi/professional, dan tingkat sosial
( Sulivan,Decker, 1988 ).
5. Pengambilan Keputusan yang Mandiri
Kebebasan perawat untuk bertindak melaksanakan tindakan keperawatan tanpa
kendali dari luar. Seorang perawat dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang
perawat, karena telah memperoleh pendidikan perawat, dan sudah menjadi sebagai
perawat profesional
6. Kolaborasi dengan disiplin lain
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus melakukan kolaborasi dengan
disiplin ilmu lain. Misal ada orang kecelakaan dan patah tulang, perawat
membutuhkan tenaga radiologi untuk melakukan rongent.
7. Pemberian pembelaan (advocacy)
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang berkaitan dengan upaya
melindungi hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advokasi
menurut ANA ( 1985 ) adalah “ melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompetendan melanggar etika
yang dilakukan oleh siapapun “.
Fry ( 11987 ) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal
yang memiliki penyebab/dampak penting. Definisi ini mirip dengan yang dinyatakan
Gadow ( 1983 ) bahwa “ advokasi merupakan dasar falafah dan ideal keperawatan
yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas
menentukan nasibnya sendiri “. Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai
10 atau 12 jam memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan
hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga
5
berposisi sebagai advokasi klien ( Curtin, 1986 ). Pada dasarnya peran perawat
sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan memberi bantuan kepada klien
atas keputusan apapun yang dibuat klien, memberi informasi berarti memberikan
penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan klien, memberi bantuan
mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran nonaksi. Dalam menjalankan
peran aksi perawat memberikan keyakinan kepada klien bahwa mereka bahwa mereka
mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau keputusan
sendiri dan tidak tertekan atas pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi
mengandung arti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak memengaruhi
keputusan klien ( Kohnke, 1982 ). Dalam menjalankan peran sebagai advokat,
perawat harus menghargai klien sebagai individu yang memiliki berbagai
karakteristik. Dalam hal ini perawat memberikan perlindungan terhadap martabat dan
manusiawi klien selama dalam keadaan sakit.
8. Memfasilitasi kepentingan pasien atau klien.
Tujuan Praktik Keperawatan Professional diantaranya adalah untuk membantu
individu agar mandiri, selain itu mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi
dalam bidang kesehatan, kemudian membantu individu mengembangkan potensi
untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain
dalam memelihara kesehatan, serta membantu individu memperoleh derajat kesehatan
secara optimal.
Selain itu, ada ciri suatu pekerjaan yang bersifat profesional harus mempunyai
ciri-ciri tertentu antara lain :
1. Orang-orang yang akan mengisi pekerjaan tersebut harus menjalani suatu persiapan
khusus dalam tempo tertentu untuk mempelajari serta mendapat pengetahuan yang
khusus mengenai konsep-konsep sekaligus prinsip pekerjaan tersebut.
2. Pekerjaan tersebut diakui oleh masyarakat sehingga mendapat tempat tersendiri.
3. Mempunyai organisasi profesi sebagai wadah dan sandaran hukum profesi, sehingga
segala ketentuan yang berkaitan dengan keprofesiannya dapat selalu ditingkatkan
karena adanya wadah untuk menyalurkan pikiran-pikiran dari setiap anggotanya,
seperti IDI dan PGRI.
4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab pekerjaan profesi tersebut.
5. Tenaga kerja profesional dituntut untuk mempunyai wawasan nasional yang luas,
sehingga pilihan jabatan dan kerjanya didasari oleh kemampuan serta pribadinya
6
(tidak sekedar ikut-ikutan), bersikap positif terhadap pekerjaannya dan mempunyai
motivasi untuk berkarya dengan sebaik-baiknnya.
Selanjutnya, Gray & Pratt ( 1991 ) dan Kozier, Erb dan Wilkinson ( 1995 )
mengemukakan bahwa karakteristik profesionalisasi yang menjadi landasan
dan tercermin pada praktik professional meliputi :
1. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
2. Penguasaan dan penggunaanpengetahuan teoritis
3. Kemampuan menyelesaikan masalah
4. Pengembangan diri secara berkesinambungan
5. Pendidikan formal
6. Sistem pengesahan terhadap kompetensi
7. Penguatan secara legal terhadap standar profesional
8. Praktik berdasarkan etik
9. Hukuman terhadap malpraktik
10. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
11. Perbedaan peran antara pekerjaan profesional dengan pekerjaan lain dan
membolehkan praktik yang otonom.
Dalam pelaksanaannya, hal ini akan menjadi tantangan bagi profesi keperawatan
untuk senantiasa mengembangkan dan mengaplikasikan sikap profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan citra perawat di Indonesia. Sikap
profesionalisme ini akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan citra
perawat yang beredar. Untuk menjadi perawat profesional dan mewujudkan pelayanan
yang berkualitas, maka perlu adanya landasan komitmen yang kuat dengan basis nilai
7
profesional yang tinggi. Sehingga sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat
akan tercermin dalam setiap langkahnya.
8
Dalam pelaksanaannya, pelayanan keperawatan harus memperhatikan kaidah etik
dan moral, sehingga pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan pun berkualitas.
Perawat perlu menerapkan nilai profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan
sehingga akan membangun dan meningkatkan citra perawat yang baik di mata
masyarakat. Nilai profesionalisme keperawatan merupakan nilai-nilai yang sudah
ditanamkan di dalam diri perawat sejak menempuh pendidikan sebagai wujud identitas
dan landasan dalam bertindak. Nilai profesional tersebut menjadi pondasi dalam
berhubungan dengan orang lain dan mengimplementasikan asuhan keperawatan (Potter
& Perry, 2005). Nilai profesionalisme mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi
dengan pasien dan menggunakan dirinya sebagai therapeutic use of self.
9
membutuhkan waktu panjang dan berbasis perguruan tinggi/universitas. Karena itu
peletakan fondasi perubahan pendidikan bukan hanya pendidikan vokasi semata, tetapi
juga lebih diarahkan pada pendidikan akademik (sarjana, magister, dan doktoral) dan
pendidikan profesi (ners, spesialis, dan konsultan).
10
percaya kepada profesi keperawatan. Untuk mewujudkan perawat yang profesional,
diperlukan penerapan nilai profesionalisme, perilaku atau sikap yang sesuai etika dan
moral yang baik, serta pelayanan dan asuhan keperawatan yang dilandasi oleh keilmuan
dan penelitian yang kuat agar terwujudnya pelayanan berkualitas dan pada akhirnya akan
meningkatkan citra perawat di Indonesia.
Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 148, Allah SWT berfirman, yang artinya,
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Berlomba dalam kebaikan atau fastabiqul khairat memiliki makna yang luas. Itu akan
melahirkan amalan yang terbaik. Seorang Mukmin akan terpacu memanfaatkan
waktunya untuk berbuat kebajikan. Sebesar apa pun itu, meskipun seberat zarah, Allah
11
Ta’ala akan membalasnya. Dengan segala daya yang dimiliki, berpaculah dalam amal
kebaikan sehingga diri kita akan meraih kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat kelak.
Tidak ada seorang pun manusia yang mengetahui kapan dan bagaimana akhir
kehidupannya. Yang pasti, setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Bila ajal
telah tiba, maka tak seorang pun mampu menolak atau menangguhkannya walau sesaat
pun. Karena itu, penting sekali bagi setiap orang beriman untuk memanfaatkan usia yang
tersisa di jalan kebaikan. Salah satu wujud fastabiqul khairat ialah bersegera dalam
beramal kebajikan dan ibadah, yang sunah dan terlebih lagi yang wajib. Jangan berleha-
leha, menunda ibadah hingga nanti. Semangat fastabiqul khairat juga dapat
mengejawantah dalam komitmen untuk meningkatkan kualitas amalan. Perbuatan-
perbuatan baik hari ini seyogianya lebih baik dan bermakna daripada waktu kemarin.
Begitu pula, amalan yang ditarget besok semestinya lebih berkualitas daripada hari ini.
Amalan-amalan itu hendaknya selalu dievaluasi, diperbaiki, dan ditingkatkan kualitas
serta kuantitasnya. Yang patut diperhatikan pula ialah kondisi diri masing-masing.
Misalnya, seseorang yang memiliki kelapangan harta atau bahkan kaya hendaknya
banyak-banyak bersedekah. Sementara itu, orang yang sedang mengalami kesempitan
finansial dapat meningkatkan ibadah shalat malam atau puasa sunah. Dengan demikian,
mereka seluruhnya dapat selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan sesuai
kemampuan masing-masing.
12
2.6 Arti dan kandungan surat Al- Baqarah ayat 148 & surat Al-Fathir ayat 32
1. Surat Al-Baqarah : 148
Lafal dan Arti
ِْ ْموَق لبتكواَ كاو ل لَهم َكو لٍّةَ هجِ ٍّ ل كُ َل ُك لُ كُ كك نت َ ل
ْ ْ كُونكواَ ام َنَي ا َاََيا ل ُ لَّ ِن ة لاَِم َ ل
لني ٍ َءيَ كِّ لِ ىلع ل
ِ ﴿ ٌر١٤٨﴾
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Kandungan Isi
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah,
Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah
memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Alloh subhaanahu
wa ta’aal memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepada-Nya
dengan menunjuk arah kiblat yang telah ditentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap
perintah Alloh, tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar
akan mencari dan membuat arah kiblat sendiei sesuai dengan keinginnanya.
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala alam
perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat
melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan. Allah
subhaanahu wa ta’aala akan dapat menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang patuh dan
taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang melanggar dan meninggalkan perintah-
Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan Allah akan membalasnya dengan pahala dan
surga, adapun manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah
neraka yang apinya selalu menyala-nyala.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Perbuatan baik
sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian juga perbuatan buruk atau jahat
sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil dan setimpal. Tidak ada satupun manusia di
hari kiamat yang dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah subhaanahu wa ta’aala.
13
Gambaran Surat Al Baqarah : 148
1. Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam kiblatnya Ka;bah, umat
Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis)
2. Setiap manusia supaya menggunakan akal dan kemampuan untuk berfastabaqul khairat
3. Umat islam tidak boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang lain )
4. Setiap orang kelak akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati – hati setiap
melakukan sesuatu
Perilaku yang mencerminkan Surat Al Baqarah : 148
1. Bersikap jujur
2. Mencintai kebaikan
3. Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal kehidupan akherat
4. Tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama islam
5. Berhati hati setiap melakukan sesuatu pekerjaan ( karena setiap pekerjaan akan dimintai
pertanggung jawaban )
6. Setiap melakukan sesuatu hendaknya mempunyai arah tujuan yang jelas ( yaitu mencari
ridlo Allah)
7. Banyak berlomba dalam kebaikan , yang kebaikan itu macamnya banyak sekali .
2. Surat Al –Faathir : 32
Lafal dan Arti
14
Berdasarkan Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke dalam tiga
derajat kedudukan manusia yaitu :
a) Golongan Dhoolimun li nafsih, yaitu golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya
diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah, dengan
meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Mereka yang menzalimi
diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup.
Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan
kejahatan lebih banyak kejahatannya
b) Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan , bersifat cermat dan senantiasa berhati-hati dengan melaksanakan
kewajiban dan menjauhi larangan-larangan-Nya Orang yang semacam ini kebaikan dan
keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak
pula berbuat salah.
c) Golongan Sabiqun bil khoirot, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif
dalam melakukan kebaikan yang wajib dan mengerjakan amalan-amalan yang sunat.
Hidupnya istiqomah dan menjauhi perkara-perkara yang syubhat dan ragu-ragu dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka yang beruntung, yaitu mereka yang dengan izin Allah
berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal shaleh.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak didasari
dengan iman (bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kepada kita walaupun
sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan mendapat nilai di
sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara lain menyatakan sebagai berikut:
1) Orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima amalannya
2) Orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya
3) Amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
4) Orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat
5) Orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka
6) Orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di dunia
saja.
Gambaran Surat Al-Faathir : 32
a) Allah mewariskan Al Qur ‘an kepada hamba – hambanya yang terpilih
b) Dalam Al Qur ‘an Allah menggolongkan hamba hambaNya (terkait dengan Al Qur
'an sebagai pegangan hidup) yaitu :
15
ظا ِل ٌم ِلنَ ْف ِس ِه
َ artinya dlolim terhadap dirinya sendiri
ِ ُم ْقت
ٌ َصد artinya orang yang seimbang
c) Antara perbuatan baik dan buruk ( golongan ini akan ditempatkan di “A’raf “ yaitu
tempat antara surga dan neraka , lalu dengan izin dan kasih sayang Allah mereka akan
dimasukkan ke surga )
d) سا بِ ٌق بِ ْال َخي َْرا ت
َ : artinya orang yang terus menerus melakukan kebaikan
e) Dari ketiga golongan tersebut diatas maka golongan yang ketigalah golongan yang
akan mendapat keberuntungan ( yaitu surga 'adn )
Perilaku yang mencerminkan Surat Al- Faathir : 32
a) Menerima Al Qur 'an dengan sepenuh hatidan menjadikan Al Qur ‘an sebagai
pegangan hidup
b) Menjalankan semua ajaran yang ada didalam Al Qur 'an
c) Cepat cepat melakukan perintah baik yang wajib maupun yang sunat , serta cepat –
cepat meninggalkan larangan baik yang haram maupun yang makruh
d) Selalu berkompetisi dalam ibadah ( tidak pernah berhenti )
e) Menghindari perbuatan dlolim ( aniaya)
f) Selalu mencari pahala dengan melakukan amal kebaikan
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi yang mulia di masyarakat karena
tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
sikap profesionalisme perawat sangat berpengaruh pada kesembuhan pasien.
Pelayanan keperawatan diberikan oleh perawat profesional dengan kompetensi yang
memenuhi standar. Di Indonesia, profesi perawat merupakan profesi penting yang
turut meningkatkan derajat kesehatan individu maupun derajat kesehatan masyarakat.
Berlomba-lomba dalam kebaikan adalah berusaha dengan sekuat tenaga atau
menyegerakan diri untuk berbuat hal- hal yang baik yang dilakukan semata- mata
untuk memenangkan atau mendapatkan Ridho ALLAH SWT. Secara umum kebaikan
adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Dalam
Surat Al Baqarah : 148 Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam
kiblatnya Ka;bah, umat Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis), Setiap manusia supaya
menggunakan akal dan kemampuan untuk berfastabaqul khairat, Umat islam tidak
boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang lain ), Setiap orang kelak
akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati – hati setiap melakukan
sesuatu. Dalam Surat Al –Faathir : 32 manusia terbagi menjadi 3 golongan : golongan
dholimun li nafsih, golongan mukhtasid, golongan sabiqun li khoirot.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/presentation/462825336/PPT-Pengembangan-Sikap-Profesional-
ISNANI
https://www.kompasiana.com/nabillaazahra/5ec21bdb097f367eb75dc433/menjadi-perawat-
profesional-untuk-meningkatkan-citra-perawat-di-indonesia
https://kumparan.com/berita-hari-ini/fastabiqul-khairat-berlomba-dalam-kebaikan-dan-
manfaatnya-bagi-umat-muslim-1v2t9tkigyR/full
https://ebooks.gramedia.com/id/buku/konsep-dasar-menuju-keperawatan-profesional-edisi-
revisi
iii