Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL, BERLOMBA – LOMBA


DALAM KEBAIKAN ( QS. SURAT AL – BAQOROH AYAT 148 DAN
QS. AL – FATIR AYAT 32 )
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kajian Islam Profesi dengan dosen
pengampu :
Drs. H. Munaseh M. Pd

Disusun Oleh:

Kelompok VI

Wahiyatie Ningrum :190711015

Ayu Octavia :190711032

Sofiyani : 190711024

Kelas 19-E1A-R1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2021
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الر ْحمٰ ِن‬
َّ ِ‫ِب ْس ِم هللا‬
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
memahami “Pengembangan Sikap Profesional, Berlomba – Lomba Dalam Kebaikan
(QS. Surat AL – Baqarah Ayat 148 dan QS. AL – Fatir Ayat 32 )”.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 21 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan....................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Sikap Profesional ......................................................................................... 3
2.2 Ciri-ciri sikap professional ............................................................................................... 4
2.3 Proses pengembangan sikap professional ........................................................................ 7
2.4 Pengertian berlomba-lomba dalam kebaikan ................................................................. 11
2.5 Manfaat berlomba dalam kebaikan ................................................................................ 12
2.6 Arti dan kandungan surat Al- Baqarah ayat 148 & surat Al-Fathir ayat 32............... 13
BAB III.................................................................................................................................... 17
PENUTUP ............................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi. Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi yang mulia di
masyarakat karena tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Tindakan yang dilakukan perawat memiliki aspek moral karena
sebagai professional perawat berperan sebagai agen bagi pasien. Perawat membantu
pasien untuk mendapatkan kembali kemampuannya untuk melakukan perawatan dirinya.
Dalam interaksi antara professional dan pasien, perawat-pasien sepakat bahwa pasien
adalah pasien dan perawat adalah profesional,maka professional akan bertindk sebagai
agen bagi pasiendan atas nama pasien untuk melaksanakan nilai-nilai dan tujuan pasien.
Contohnya, perawat merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan yang paling
dekat dengan pasien. Oleh karena itu, sikap profesionalisme perawat sangat berpengaruh
pada kesembuhan pasien. Ada banyak contoh kasus yang mencerminkan sikap
profeisonalisme perawat di Indonesia. Kasus- kasus itu dapat mengangkat atau
menjatuhkan citra perawat di Indonesia. Salah satu kasus yang membuat citra perawat
kurang baik yaitu kasus perawat yang lalai saat melakukan pemeriksaan kesehatan
pasiennya.

Berlomba-lomba dalam kebaikan adalah berusaha dengan sekuat tenaga atau


menyegerakan diri untuk berbuat hal- hal yang baik yang dilakukan semata- mata untuk
memenangkan atau mendapatkan Ridho ALLAH SWT. Secara umum kebaikan adalah
sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku
manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan
manusia. Berlomba-lomba dalam kebaikan sangat anjurkan dalam islam sebagaimana
firman Allah dalam surah al baqarah ayat 148. Berlomba-lomba dalam
kebaikan dilakukan karena mengharap ridha dari Allah bukan untuk mengaharap pujian
atau balasan dari manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dijawab dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian sikap professional?
2. Bagaimana ciri-ciri sikap professional?
3. Bagaimana proses pengembangan sikap professional?
4. Apa pengertian dari berlomba-lomba dalam kebaikan?
5. Apa manfaat berlomba dalam kebaikan?
6. Bagaimana isi kandungan Surat Al-Baqarah:148 dan surat Al-Fathir : 32
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian sikap professional
2. Mengetahui ciri-ciri sikap professional
3. Mengetahui proses pengembangan sikap professional
4. Mengetahui pengertian dari belomba-lomba dalam kebaikan
5. Mengetahui manfaat berlomba dalam kebaikan
6. Mengetahui isi kandungan dari surat Al-Baqarah:148 dan surat Al-Fathir : 32
7. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah kajian islam profesi
1.4 Sistematika Penulisan
a. Cover
b. Kata pengantar
c. Dafatar isi
d. Bab I Pendahuluan
e. Bab II Pembahasan
f. Bab III penutup
g. Daftar pustaka

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sikap Profesional


Profesional adalah seseorang yang memiliki pekerjaan atau profesi, kemudian ia
hidup dengan mengandalkan keahlian tinggi yang dimilikinya. Profesional juga bisa
diartikan dengan seseorang yang dalam kehidupannya mempraktikkan keahlian khusus
dan menjalankannya tidak untuk sekedar hobi atau bersenang-senang semata. Orang
disebut profesional jika memiliki tolak ukur perilaku di atas rata-rata manusia pada
umumnya. Umumnya, seorang profesional mempunyai tantangan serta tuntutan yang
cukup berat. Akan tetapi, ia memiliki citra atau pola perilaku yang baik karena apa yang
dilakukan adalah dalam rangka kepentingan masyarakat itu sendiri.

Perawat profesional adalah perawat yang bertanggungjawab dan berwenang


memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI, 2002). Profesional
diharapkan di dalam semua bidang. Karena perumpamaannya adalah jika di dalam
kehidupan ini setiap orang melakukan tugas dengan standar profesional tinggi, maka itu
akan dapat memperbaiki kualitas masyarakat itu sendiri. Sehingga, profesional dari
setiap orang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang karyawan
profesional merupakan karyawan yang dibayar dan menjalankan tugas sesuai dengan
arahan yang ada. Setidaknya terdapat tiga syarat profesional yang harus dimiliki oleh
seseorang profesional. Berikut ini adalah penjelasan mengenai syarat professional :

1. Skill
Hal pertama yang dibutuhkan untuk menjadi profesional adalah skill. Seseorang
disebut sebagai profesional apabila ia terbukti sebagai orang yang ahli di bidangnya.
Tidak memandang bidang apapun. Mulai dari bidang yang paling sederhana hingga
yang paling elit. Kemampuan seorang profesional bisa dilihat dari keahliannya yang
di atas rata-rata dari orang lain. Selain itu kemauan bekerja keras dan pantang
menyerah dalam memecahkan masalah serta selelu berinovasi merupakan salah satu
kelebihan yang dimiliki oleh seorang profesional.
2. Pengetahuan
Hal pokok selanjutnya yang harus ada pada seorang profesional adalah pengetahuan
atau knowledge. Artinya, seseorang harus benar-benar menguasai atau setidaknya

3
memiliki wawasan atas ilmu yang berhubungan dengan bidangnya. Biasanya seorang
yang profesional akan selalu menambah ilmu yang mana tidak mudah puas dengan
pengetahuan yang dimilikinya saat ini.
3. Attitude
Sisi lain yang tidak kalah penting untuk seorang profesional adalah attitude. Artinya,
seseorang tersebut tidak sebatas pintar, namun juga mempunyai etika baik untuk
diterapkan di bidang masing-masing. Mampu bekerja baik mandiri maupun bekerja
secara kelompok, yang berarti dapat mengimbangi rekan kerja yang lainnya.
Melakukan sesuatu yang tidak semata hanya dilakukan karena uang, tetapi lebih
mengutamakan manfaat untuk bersama.

2.2 Ciri-ciri sikap professional


Keperawatan Profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Otonomi dalam Pekerjaan


Perawat mempunyai kemandirian. Perawat mempunyai hak melakukann tugasnya
tanpa campur tangan dari luar.
2. Bertanggung Jawab dan Bertanggung Gugat ( Responsibilitas dan Akuntabilitas )
Perawat professional harus mampu menerima responsibilitas dan akuntabilitas atas
asuhan keperawatan yang telah ia berikan.
3. Responsibilitas ( tanggung jawab ) adalah eksekusi terhadap tugas-tugas yang
berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Pada saat memberikan obat, perawat
bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan klien dalam memberikannya dengan
aman dan benar, dan mengevaluasi respons klien terhadap obat tersebut. Perawat yang
selalu bertanggung jawab dalam melakukan tindakannya akan mendapatkan
kepercayaan dari klien atau profesi lainnya. Perawat yang bertanggung jawab akan
tetap kompeten dalam pengetahuan dan keterampilannya, serta selalu menunjukan
keinginan untuk bekerja berdasarkan kode etik profesinya.
4. Akuntabilitas ( tanggung gugat ) dapat bertanggung jawab segala hal yang
berhubungan dengan tindakan seseorang. Perawat bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri, klien, profesi, sesame karyawan dan masyarakat. Jika memberi dosis
obat yang salah kepada klien, perawat tersebut dapat di gugat oleh klien yang
menerima obat, oleh dokter yang memberikan tugas delegatif, dan oleh masyarakat
yang menuntut kemampuan profesionalnya. Agar dapat bertanggung gugat, perawat
harus bertindak professional serta berdasarkan kode etik profesinya. Dengan demikian

4
jika terjadi kesalahan atau penyimpangan, perawat dapat segera melaporkannya dan
melakukan perawatan untuk mencegah cedera lebih lanjut. Akuntabilitas dilakukan
untuk mengevaluasi efektivitas perawat dalam melakukan praktik keperawatan.
Akuntabilitas merupakan konsep yang sangat penting dalam praktik keperawatan.
Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan yang
dilakukan, dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut (Kozier,Erb,1991).
Fry ( 1990 ) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung dua komponen utama,
yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan
perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik, dan undang-undang dapat
dibenarkan atau abasah. Akuntabilitas dapat dipandang dalam suatu kerangka system
hierarki, dimulai dari tingkat individu, tingkat institusi/professional, dan tingkat sosial
( Sulivan,Decker, 1988 ).
5. Pengambilan Keputusan yang Mandiri
Kebebasan perawat untuk bertindak melaksanakan tindakan keperawatan tanpa
kendali dari luar. Seorang perawat dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang
perawat, karena telah memperoleh pendidikan perawat, dan sudah menjadi sebagai
perawat profesional
6. Kolaborasi dengan disiplin lain
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus melakukan kolaborasi dengan
disiplin ilmu lain. Misal ada orang kecelakaan dan patah tulang, perawat
membutuhkan tenaga radiologi untuk melakukan rongent.
7. Pemberian pembelaan (advocacy)
Istilah advokasi sering digunakan dalam konteks hukum yang berkaitan dengan upaya
melindungi hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advokasi
menurut ANA ( 1985 ) adalah “ melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompetendan melanggar etika
yang dilakukan oleh siapapun “.
Fry ( 11987 ) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal
yang memiliki penyebab/dampak penting. Definisi ini mirip dengan yang dinyatakan
Gadow ( 1983 ) bahwa “ advokasi merupakan dasar falafah dan ideal keperawatan
yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas
menentukan nasibnya sendiri “. Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai
10 atau 12 jam memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan
hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga

5
berposisi sebagai advokasi klien ( Curtin, 1986 ). Pada dasarnya peran perawat
sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan memberi bantuan kepada klien
atas keputusan apapun yang dibuat klien, memberi informasi berarti memberikan
penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan klien, memberi bantuan
mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran nonaksi. Dalam menjalankan
peran aksi perawat memberikan keyakinan kepada klien bahwa mereka bahwa mereka
mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau keputusan
sendiri dan tidak tertekan atas pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi
mengandung arti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak memengaruhi
keputusan klien ( Kohnke, 1982 ). Dalam menjalankan peran sebagai advokat,
perawat harus menghargai klien sebagai individu yang memiliki berbagai
karakteristik. Dalam hal ini perawat memberikan perlindungan terhadap martabat dan
manusiawi klien selama dalam keadaan sakit.
8. Memfasilitasi kepentingan pasien atau klien.
Tujuan Praktik Keperawatan Professional diantaranya adalah untuk membantu
individu agar mandiri, selain itu mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi
dalam bidang kesehatan, kemudian membantu individu mengembangkan potensi
untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain
dalam memelihara kesehatan, serta membantu individu memperoleh derajat kesehatan
secara optimal.
Selain itu, ada ciri suatu pekerjaan yang bersifat profesional harus mempunyai
ciri-ciri tertentu antara lain :
1. Orang-orang yang akan mengisi pekerjaan tersebut harus menjalani suatu persiapan
khusus dalam tempo tertentu untuk mempelajari serta mendapat pengetahuan yang
khusus mengenai konsep-konsep sekaligus prinsip pekerjaan tersebut.
2. Pekerjaan tersebut diakui oleh masyarakat sehingga mendapat tempat tersendiri.
3. Mempunyai organisasi profesi sebagai wadah dan sandaran hukum profesi, sehingga
segala ketentuan yang berkaitan dengan keprofesiannya dapat selalu ditingkatkan
karena adanya wadah untuk menyalurkan pikiran-pikiran dari setiap anggotanya,
seperti IDI dan PGRI.
4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab pekerjaan profesi tersebut.
5. Tenaga kerja profesional dituntut untuk mempunyai wawasan nasional yang luas,
sehingga pilihan jabatan dan kerjanya didasari oleh kemampuan serta pribadinya

6
(tidak sekedar ikut-ikutan), bersikap positif terhadap pekerjaannya dan mempunyai
motivasi untuk berkarya dengan sebaik-baiknnya.
Selanjutnya, Gray & Pratt ( 1991 ) dan Kozier, Erb dan Wilkinson ( 1995 )
mengemukakan bahwa karakteristik profesionalisasi yang menjadi landasan
dan tercermin pada praktik professional meliputi :
1. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
2. Penguasaan dan penggunaanpengetahuan teoritis
3. Kemampuan menyelesaikan masalah
4. Pengembangan diri secara berkesinambungan
5. Pendidikan formal
6. Sistem pengesahan terhadap kompetensi
7. Penguatan secara legal terhadap standar profesional
8. Praktik berdasarkan etik
9. Hukuman terhadap malpraktik
10. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
11. Perbedaan peran antara pekerjaan profesional dengan pekerjaan lain dan
membolehkan praktik yang otonom.

2.3 Proses pengembangan sikap professional


Perkembangan dunia keperawatan dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan
kemajuan peradaban manusia. Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan pengetahuan
dan teknologi dalam segala bidang, termasuk bidang kesehatan. Seiring perkembangan
dunia kesehatan yang kian pesat dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat
seputar dunia kesehatan, akan membuka pandangan masyarakat dalam mengkritisi dan
memantau berbagai aspek pelayanan kesehatan di Indonesia. Kemajuan ini akan
berpengaruh pula pada meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan
kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan (Blais, 2007).

Dalam pelaksanaannya, hal ini akan menjadi tantangan bagi profesi keperawatan
untuk senantiasa mengembangkan dan mengaplikasikan sikap profesionalisme dalam
pelayanan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan citra perawat di Indonesia. Sikap
profesionalisme ini akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan dan citra
perawat yang beredar. Untuk menjadi perawat profesional dan mewujudkan pelayanan
yang berkualitas, maka perlu adanya landasan komitmen yang kuat dengan basis nilai

7
profesional yang tinggi. Sehingga sikap etis profesional yang kokoh dari setiap perawat
akan tercermin dalam setiap langkahnya.

Keperawatan merupakan pelayanan profesional yang merupakan bagian integral


dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada
individu, kelompok, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh
proses kehidupan (Lokakarya Nasional, 1983). Pelayanan keperawatan diberikan oleh
perawat profesional dengan kompetensi yang memenuhi standar. Di Indonesia, profesi
perawat merupakan profesi penting yang turut meningkatkan derajat kesehatan individu
maupun derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan data jumlah sumber daya manusia
tenaga kesehatan yang didayagunakan pada fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh
Indonesia, jumlah tenaga perawat merupakan tenaga kesehatan terbesar yang mencapai
49% diantara lima tenaga kesehatan lain yaitu dokter umum, dokter spesialis, bidan,
farmasi dan dokter gigi (Infodatin Kemenkes RI, 2017). Berkaca dari jumlah tenaga
perawat yang sangat banyak, perlu adanya keseragaman penerapan nilai profesionalisme.
Sikap profesionalisme sekelompok atau sebagian perawat di Indonesia akan
menyumbang peran terhadap citra perawat di Indonesia. Masyarakat telah dipengaruhi
oleh citra perawat yang kurang baik seperti kurang ramah, judes, jutek, dan sebagainya,
padahal tidak semua perawat seperti itu. Banyak perawat profesional yang selalu
mengedepankan aspek profesionalisme dalam memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan.

Pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat profesional di Indonesia


dapat kita lihat jelas pada kondisi pandemic Covid-19 ini, dimana ini merupakan
tantangan besar yang dihadapi oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif selama 24 jam tanpa henti. Perawat selalu berdiri dengan gagah menerima
pasien yang datang, perawat terus memberikan pelayanan yang terbaik, walau harus
kerja lembur. Para perawat ini rela meninggalkan keluarganya untuk ikut terus
membantu proses penyembuhan pasien covid-19 dengan menjunjung tinggi kode etik
profesi walau nyawa sebagai taruhan. Di lain sisi, munculnya citra perawat yang kurang
baik dapat disebabkan oleh rendahnya ilmu pengetahuan perawat, kurangnya
pemahaman dan penelitian dalam keperawatan, rendahnya gaji perawat, dan kurangnya
profesi perawat yang menduduki jabatan tinggi pada institusi pendidikan (Nursalam,
2011).

8
Dalam pelaksanaannya, pelayanan keperawatan harus memperhatikan kaidah etik
dan moral, sehingga pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan pun berkualitas.
Perawat perlu menerapkan nilai profesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan
sehingga akan membangun dan meningkatkan citra perawat yang baik di mata
masyarakat. Nilai profesionalisme keperawatan merupakan nilai-nilai yang sudah
ditanamkan di dalam diri perawat sejak menempuh pendidikan sebagai wujud identitas
dan landasan dalam bertindak. Nilai profesional tersebut menjadi pondasi dalam
berhubungan dengan orang lain dan mengimplementasikan asuhan keperawatan (Potter
& Perry, 2005). Nilai profesionalisme mempengaruhi cara perawat dalam berinteraksi
dengan pasien dan menggunakan dirinya sebagai therapeutic use of self.

Menurut American Association of Colleges of Nursing (AACN, 2008) terdapat


nilai-nilai profesional yang menunjukkan perilaku etis dalam perawatan pasien. Nilai-
nilai tersebut antara lain altruism (memberikan perhatian dan kasih sayang kepada klien),
autonomy (membebaskan klien menentukan keputusannya sendiri), human dignity
(menghargai dan menghormati atas keunikan individu, keluarga, serta komunitas),
integrity (bertindak sesuai dengan kode etik keperawatan), dan social justice
(memberikan pelayanan profesional secara adil atau tanpa membeda-bedakan klien).

Pembentukan profesionalisme dalam diri seorang perawat juga dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor pendidikan dan
pengalaman, perspektif tentang nilai-nilai profesional, serta budaya (Parandeh,
Khaghanizade, Mohammadi, & Mokhtari Nouri, 2014). Pendidikan dan pengalaman
dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan nilai-nilai profesionalisme secara
positif karena dapat memberikan pembelajaran yang praktis, konseptual, dan etis.
Perspektif tentang nilai profesionalisme juga dapat mempengaruhi perawat dalam
pengambilan keputusan serta dalam menentukan cara perawat tersebut dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada kliennya. Budaya merupakan salah satu faktor
penting dalam mengembangkan nilai-nilai profesionalisme pada individu tersebut yaitu
penerapan pada nilai kesopanan dan menghormati orang lain. Diantara faktor pembentuk
nilai profesional tersebut, faktor yang paling mempunyai dampak yang besar yaitu nilai-
nilai yang tumbuh melalui faktor pendidikan. Karena perawat profesional dapat terwujud
bila bila profesionalisme keperawatannya dibangun oleh tiga fondasi, salah satunya yaitu
evidence based, dimana keperawatan harus memiliki keilmuan dan hasil-hasil penelitian
yang kuat atau disebut body of knowledge. Membangun ilmu keperawatan

9
membutuhkan waktu panjang dan berbasis perguruan tinggi/universitas. Karena itu
peletakan fondasi perubahan pendidikan bukan hanya pendidikan vokasi semata, tetapi
juga lebih diarahkan pada pendidikan akademik (sarjana, magister, dan doktoral) dan
pendidikan profesi (ners, spesialis, dan konsultan).

Pada jenjang Pendidikan keperawatan, mahasiswa keperawatan atau calon


perawat telah mempelajari dan menanamkan nilai-nilai profesional serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Melalui cara ini, calon perawat diharapkan sudah dapat
menerapkan nilai-nilai profesionalisme keperawatan sehingga ketika sudah menjadi
perawat profesional sudah tertanam dan terbiasa menerapkan nilai-nilai profesionalisme.
Jika nilai-nilai profesionalisme keperawatan sudah tertanam maka hal ini akan menjadi
kebiasaan positif dan nantinya akan mendorong terciptanya pelayanan keperawatan yang
berkualitas sehingga akan meningkatkan citra perawat di Indonesia.

Fondasi lainnya yang membangun profesionalisme keperawatan yaitu Quality of


Practice dan Patient Safety. Quality of Practice merupakan Fondasi ilmu yang kuat dan
hasil-hasil penelitian yang dimiliki oleh perawat akan meningkatkan kompetensi,
kemampuan berpikir kritis, kemampuan mengambil keputusan yang tepat dan
kepercayaan diri yang baik dalam praktik. Kemudian fondasi Patient Safety atau
keselamatan pasien, dimana kualitas pelayanan keperawatan akan berpengaruh pada
tingkat keamanan pasien. Jika pelayanan yang diberikan berkualitas, maka masyarakat
pun akan memperoleh tingkat keamanan yang tinggi. Untuk itu diperlukan adanya sistem
pendidikan yang efektif, standar praktik keperawatan, kode etik keperawatan, sertifikasi
perawat, dan kejelasan regulasi keperawatan. (Deden Darmawan, 2013)

Menurut Suhaemi (2004), sebuah profesi terutama perawat hanya dapat


memperoleh kepercayaan dari masyarakat atau citra baik, bila dalam diri para perawat
ada kesadaran kuat untuk mengindahkan nilai profesionalisme pada saat mereka
memberikan jasa pelayanan keperawatan kepada masyarakat. Tanpa nilai ini, sebuah
profesi terhormat akan terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan biasa dan tidak adanya
sikap respek maupun kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut. Hal-hal seperti
inilah yang harus lebih diperhatikan lagi terutama oleh perawat di Indonesia untuk selalu
menerapkan nilai profesional sebagai pegangan dalam memajukan profesi keperawatan.

Menjadi perawat profesional merupakan kunci untuk meningkatkan citra perawat


di Indonesia. Karena dengan kinerja profesionalitas yang nyatalah masyarakat akan

10
percaya kepada profesi keperawatan. Untuk mewujudkan perawat yang profesional,
diperlukan penerapan nilai profesionalisme, perilaku atau sikap yang sesuai etika dan
moral yang baik, serta pelayanan dan asuhan keperawatan yang dilandasi oleh keilmuan
dan penelitian yang kuat agar terwujudnya pelayanan berkualitas dan pada akhirnya akan
meningkatkan citra perawat di Indonesia.

2.4 Pengertian berlomba-lomba dalam kebaikan


Berlomba- lomba dalam kebaikan adalah berusaha dengan sekuat tenaga atau
menyegerakan diri untuk berbuat hal- hal yang baik yang dilakukan semata- mata untuk
memenangkan atau mendapatkan Ridho ALLAH SWT. Secara umum kebaikan adalah
sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku
manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan
manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi
kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih
jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,
dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh
mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah
hidupnya. Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika
tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup
secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak
akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk
setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat
serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya
merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau
tidak. Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing
manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik
sebagai manusia.

Dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 148, Allah SWT berfirman, yang artinya,
“Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Berlomba dalam kebaikan atau fastabiqul khairat memiliki makna yang luas. Itu akan
melahirkan amalan yang terbaik. Seorang Mukmin akan terpacu memanfaatkan
waktunya untuk berbuat kebajikan. Sebesar apa pun itu, meskipun seberat zarah, Allah

11
Ta’ala akan membalasnya. Dengan segala daya yang dimiliki, berpaculah dalam amal
kebaikan sehingga diri kita akan meraih kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat kelak.
Tidak ada seorang pun manusia yang mengetahui kapan dan bagaimana akhir
kehidupannya. Yang pasti, setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Bila ajal
telah tiba, maka tak seorang pun mampu menolak atau menangguhkannya walau sesaat
pun. Karena itu, penting sekali bagi setiap orang beriman untuk memanfaatkan usia yang
tersisa di jalan kebaikan. Salah satu wujud fastabiqul khairat ialah bersegera dalam
beramal kebajikan dan ibadah, yang sunah dan terlebih lagi yang wajib. Jangan berleha-
leha, menunda ibadah hingga nanti. Semangat fastabiqul khairat juga dapat
mengejawantah dalam komitmen untuk meningkatkan kualitas amalan. Perbuatan-
perbuatan baik hari ini seyogianya lebih baik dan bermakna daripada waktu kemarin.
Begitu pula, amalan yang ditarget besok semestinya lebih berkualitas daripada hari ini.
Amalan-amalan itu hendaknya selalu dievaluasi, diperbaiki, dan ditingkatkan kualitas
serta kuantitasnya. Yang patut diperhatikan pula ialah kondisi diri masing-masing.
Misalnya, seseorang yang memiliki kelapangan harta atau bahkan kaya hendaknya
banyak-banyak bersedekah. Sementara itu, orang yang sedang mengalami kesempitan
finansial dapat meningkatkan ibadah shalat malam atau puasa sunah. Dengan demikian,
mereka seluruhnya dapat selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan sesuai
kemampuan masing-masing.

2.5 Manfaat berlomba dalam kebaikan


Berlomba dalam kebaikan memiliki manfaat bagi siapa pun yang menerapkannya.
Manfaat-manfaat yang didapat adalah:
1. Waktu Tidak Terbuang Sia-sia
Waktu yang di habiskan umat Muslim saat berlomba dalam kebaikan tidak terbuang
sia-sia. Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk terus bergerak mengerjakan
sesuatu agar waktu dapat digunakan sebaik-baiknya untuk hidup di dunia.
2. Menyalurkan Energi pada Kegiatan Positif
Ketika umat Muslim terbiasa untuk melakukan perbuatan baik, mereka senantiasa
memiliki energi yang dapat tersalurkan kepada kegiatan positif.
3. Terhindar dari Godaan Setan
Setan memiliki banyak cara untuk menggoda manusia agar berpaling dari Allah SWT.
Oleh karena itu, ketika umat Muslim memilih untuk berlomba

12
2.6 Arti dan kandungan surat Al- Baqarah ayat 148 & surat Al-Fathir ayat 32
1. Surat Al-Baqarah : 148
 Lafal dan Arti

ِ‫ْ ْموَق لبتكواَ كاو ل لَهم َكو لٍّةَ هجِ ٍّ ل كُ َل‬ ‫ُك لُ كُ كك نت َ ل‬
‫ْ ْ كُونكواَ ام َنَي ا َاََيا ل‬ ‫ُ لَّ ِن ة لاَِم َ ل‬
‫لني ٍ َءيَ كِّ لِ ىلع ل‬
ِ ‫﴿ ٌر‬١٤٨﴾

Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
 Kandungan Isi
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah,
Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah
memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Alloh subhaanahu
wa ta’aal memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepada-Nya
dengan menunjuk arah kiblat yang telah ditentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap
perintah Alloh, tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar
akan mencari dan membuat arah kiblat sendiei sesuai dengan keinginnanya.
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala alam
perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat
melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan. Allah
subhaanahu wa ta’aala akan dapat menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang patuh dan
taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang melanggar dan meninggalkan perintah-
Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan Allah akan membalasnya dengan pahala dan
surga, adapun manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah
neraka yang apinya selalu menyala-nyala.

Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Perbuatan baik
sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian juga perbuatan buruk atau jahat
sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil dan setimpal. Tidak ada satupun manusia di
hari kiamat yang dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah subhaanahu wa ta’aala.

13
 Gambaran Surat Al Baqarah : 148
1. Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam kiblatnya Ka;bah, umat
Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis)
2. Setiap manusia supaya menggunakan akal dan kemampuan untuk berfastabaqul khairat
3. Umat islam tidak boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang lain )
4. Setiap orang kelak akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati – hati setiap
melakukan sesuatu
 Perilaku yang mencerminkan Surat Al Baqarah : 148
1. Bersikap jujur
2. Mencintai kebaikan
3. Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal kehidupan akherat
4. Tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama islam
5. Berhati hati setiap melakukan sesuatu pekerjaan ( karena setiap pekerjaan akan dimintai
pertanggung jawaban )
6. Setiap melakukan sesuatu hendaknya mempunyai arah tujuan yang jelas ( yaitu mencari
ridlo Allah)
7. Banyak berlomba dalam kebaikan , yang kebaikan itu macamnya banyak sekali .
2. Surat Al –Faathir : 32
 Lafal dan Arti

ِ ‫ظا ِل ٌم ِلنَ ْف ِس ِه َو ِم ْن ُهم ُّم ْقت‬


َ ‫َصد ٌ َو ِم ْن ُه ْم‬
‫سا ِب ٌق‬ َ ‫طفَ ْينَا ِم ْن ِع َبا ِدنَا فَ ِم ْن ُه ْم‬ ْ ‫َاب الَّذِينَ ا‬
َ ‫ص‬ َ ‫ث ُ َّم أ َ ْو َرثْنَا ْال ِكت‬
)٣٢:‫ير﴿ َفاطر‬ ُ ‫ض ُل ْال َك ِب‬
ْ َ‫َّللاِ ذَلِكَ ه َُو ْالف‬
َّ ‫ت ِبإِذْ ِن‬ِ ‫ِب ْال َخي َْرا‬
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-
hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara
mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
 Kandungan isi
Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Qur’an yang berisikan 45 ayat. Tergolong surat
makiyah maka isi ayat ini lebih kepada menerangkan tentang tingkatan-tingkatan seorang
muslim dalam mengamalkan kitab (Al Qur’an). Di ayat ini disebutkan tiga golongan yang
menerima kitab.

14
Berdasarkan Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke dalam tiga
derajat kedudukan manusia yaitu :
a) Golongan Dhoolimun li nafsih, yaitu golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya
diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah, dengan
meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Mereka yang menzalimi
diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup.
Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan
kejahatan lebih banyak kejahatannya
b) Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan , bersifat cermat dan senantiasa berhati-hati dengan melaksanakan
kewajiban dan menjauhi larangan-larangan-Nya Orang yang semacam ini kebaikan dan
keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak
pula berbuat salah.
c) Golongan Sabiqun bil khoirot, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif
dalam melakukan kebaikan yang wajib dan mengerjakan amalan-amalan yang sunat.
Hidupnya istiqomah dan menjauhi perkara-perkara yang syubhat dan ragu-ragu dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka yang beruntung, yaitu mereka yang dengan izin Allah
berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal shaleh.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak didasari
dengan iman (bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kepada kita walaupun
sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan mendapat nilai di
sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara lain menyatakan sebagai berikut:
1) Orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima amalannya
2) Orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya
3) Amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
4) Orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat
5) Orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka
6) Orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di dunia
saja.
 Gambaran Surat Al-Faathir : 32
a) Allah mewariskan Al Qur ‘an kepada hamba – hambanya yang terpilih
b) Dalam Al Qur ‘an Allah menggolongkan hamba hambaNya (terkait dengan Al Qur
'an sebagai pegangan hidup) yaitu :

15
‫ظا ِل ٌم ِلنَ ْف ِس ِه‬
َ artinya dlolim terhadap dirinya sendiri
ِ ‫ُم ْقت‬
ٌ ‫َصد‬ artinya orang yang seimbang

c) Antara perbuatan baik dan buruk ( golongan ini akan ditempatkan di “A’raf “ yaitu
tempat antara surga dan neraka , lalu dengan izin dan kasih sayang Allah mereka akan
dimasukkan ke surga )
d) ‫سا بِ ٌق بِ ْال َخي َْرا ت‬
َ : artinya orang yang terus menerus melakukan kebaikan
e) Dari ketiga golongan tersebut diatas maka golongan yang ketigalah golongan yang
akan mendapat keberuntungan ( yaitu surga 'adn )
 Perilaku yang mencerminkan Surat Al- Faathir : 32
a) Menerima Al Qur 'an dengan sepenuh hatidan menjadikan Al Qur ‘an sebagai
pegangan hidup
b) Menjalankan semua ajaran yang ada didalam Al Qur 'an
c) Cepat cepat melakukan perintah baik yang wajib maupun yang sunat , serta cepat –
cepat meninggalkan larangan baik yang haram maupun yang makruh
d) Selalu berkompetisi dalam ibadah ( tidak pernah berhenti )
e) Menghindari perbuatan dlolim ( aniaya)
f) Selalu mencari pahala dengan melakukan amal kebaikan

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi yang mulia di masyarakat karena
tujuan utama asuhan keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
sikap profesionalisme perawat sangat berpengaruh pada kesembuhan pasien.
Pelayanan keperawatan diberikan oleh perawat profesional dengan kompetensi yang
memenuhi standar. Di Indonesia, profesi perawat merupakan profesi penting yang
turut meningkatkan derajat kesehatan individu maupun derajat kesehatan masyarakat.
Berlomba-lomba dalam kebaikan adalah berusaha dengan sekuat tenaga atau
menyegerakan diri untuk berbuat hal- hal yang baik yang dilakukan semata- mata
untuk memenangkan atau mendapatkan Ridho ALLAH SWT. Secara umum kebaikan
adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Dalam
Surat Al Baqarah : 148 Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam
kiblatnya Ka;bah, umat Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis), Setiap manusia supaya
menggunakan akal dan kemampuan untuk berfastabaqul khairat, Umat islam tidak
boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang lain ), Setiap orang kelak
akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati – hati setiap melakukan
sesuatu. Dalam Surat Al –Faathir : 32 manusia terbagi menjadi 3 golongan : golongan
dholimun li nafsih, golongan mukhtasid, golongan sabiqun li khoirot.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kusnanto.2004.pengantar profesi dan praktik keperawatan profesinal.Jakarta:Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Puspitaningrum,ike.2017.Peningkatan Kualitas Personal Dan Profesional Perawat Melalui


Perkembangan Keprofesian Berkelanjutan.Yogyakarta:Grup Penerbitan CV Budi Utama

Wahidin,Khairul.2010.performance dan strategi pengenbangan profesi guru. Cirebon:UMC


Press

https://www.scribd.com/presentation/462825336/PPT-Pengembangan-Sikap-Profesional-
ISNANI

https://www.kompasiana.com/nabillaazahra/5ec21bdb097f367eb75dc433/menjadi-perawat-
profesional-untuk-meningkatkan-citra-perawat-di-indonesia

https://kumparan.com/berita-hari-ini/fastabiqul-khairat-berlomba-dalam-kebaikan-dan-
manfaatnya-bagi-umat-muslim-1v2t9tkigyR/full

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/konsep-dasar-menuju-keperawatan-profesional-edisi-
revisi

iii

Anda mungkin juga menyukai