Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL, BERLOMBA – LOMBA DALAM

KEBAIKAN (KAJIAN Q.S AL-BAQARAH AYAT 148 DAN QS AL FATIR AYAT 42)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Islam Profesi

Dosen pengampu

Disusun oleh :

Kelompok 6

- Andri Solehudin 190711062

- Dini Fajri Hasanah 190711069

- Marion Benusu 190711082

- Sri Rahayu 190711083

SEMESTER 5C

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala kemampaun

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL, BERLOMBA – LOMBA

DALAM KEBAIKAN (KAJIAN QS AL BAQARAH AYAT 148 DAN QS AL FATIR

AYAT 42“ ini dengan lancar pada mata kuliah Kajian Islam Profesi. Kehidupan yang layak

dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh setiap masyarakat,

mereka selalu berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara-cara yang tidak

semestinya dan bias berakibat buruk. dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT

atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan

Nabi besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalah-Nya, yang telah membawa zaman

kegelapan kezaman keterang benderang, dan atas do’a restu dan dorongan dari berbagai

pihak-pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi dalam pembuatan makalah

ini.

Penulis dapat menyadari bahwa banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini,oleh

karena itu penulis sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini

lebih baik lagi. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat

memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.

Cirebon, 17 Oktober 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB 2.........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A. PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL...........................................................3

1. Pengertian Perawat Profesional...............................................................................3

2. Pengembangan Profesi Menurut Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. 4

3. Pengembangan Sikap Profesional Perawat di Rumah Sakit....................................5

B. PENGERTIAN BERKOMPETISI ATAU BERLOMBA-LOMBA.........................17

1. Pengertian Berkompetisi atau Berlomba-Lomba...................................................17

2. Pengertian Kebaikan..............................................................................................18

3. Lafal, Arti  Dan Kandungan Ayat-Ayat  Tentang Kompetisi Atau Berlomba

Dalam Kebaikan...............................................................................................................18

ii
BAB 3.......................................................................................................................................24

PENUTUP...............................................................................................................................24

A. Kesimpulan................................................................................................................24

B. Saran..........................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan, islam pun

memberikan penjelasan – penjelasan lewat Al- Qur’an maupun hadits yang berkaitan

tentang pentingnya Kesehatan. Forman Allah berkaitan tentang menjaga Kesehatan :

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri.” Keperawatan merupakan salah satu profesi yang

memberikan pelayanan Kesehatan. Berkaitan dengan hal tersebut kami.

Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang

tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati

bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-

Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya

melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga,

mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.

Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan

sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu

harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah,dan berkompetisi dalam meraih

kebaikan untuk kehidupan yang akan datang dengan cara menginfakkan harta yang

kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir

kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar

ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengembangan sikap professional ?

2. Apa itu berlomba lomba dalam kebaikan ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentanf sikap professional

2. Untuk mengetahui dan memahami berlomba – lomba dalam kebaikan

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL

1. Pengertian Perawat Profesional

Menurut KBBI, arti kata perawat adalah tenaga kesehatan profesional yang

bertugas memberikan perawatan pada klien atau pasien baik berupa aspek biologis,

psikologis, sosial maupun spritual dengan menggunakan proses keperawatan.

Perawat profesional menurut pedoman hidup islami warga Muhammadiyah,

adalah perawat yang dalam melakukan asuhan keperawatan profesional mempunyai

peluang menerapkan kebutuhan keamanan, keselamatan pasien dan diri perawat.

Perawat profesional menurut PPNI, perawat yang melakukan tindakan

keperawatan menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kukuh dari berbagai

disiplin ilmu, terutama ilmu keperawatan, selain berbagai ilmu dasar dan sosial

sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan (KDIK;1992).

Dengan demikian seorang professional adalah orang yang melakukan suatu

pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian

yang tinggi. Atau seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan

mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan

tertentu yang menuntut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama

sebagai sekedarnya, untuk mengisi waktu.

3
Profesional adalah istilah bagi seseorang yang menawarkan jasa atau layanan

sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima

gaji sebagai upah atas jasanya. Seorang profesional tentunya harus mempunyai

keahlian yang didapatkan melalui suatu proses pendidikan yang berkualitas dan di

samping itu terdapat juga unsur semangat pengabdian dalam melaksanakan suatu

kegiatan kerja. Dalam melakukan tugas profesi, seorang profesional harus dapat

bertindak objektif, yang artinya harus membuang rasa malas, malu maupun enggan

bertindak dan mengambil keputusan.Seorang yang profesional juga adalah seorang

yang mempunyai dedikasi yang tinggi dalam pekerjaan yang dia pegang/kerjakan,

tekun, tepat waktu dan bertanggung jawab atas pekerjaannya tersebut. Lebih rincinya,

bertanggung jawab di sini berarti dia harus mengerjakan sesuatu secara detil, baik itu

jenis, bentuk dan tujuan dia mengerjakan sebuah pekerjaan tersebut, itulah yang

dianggap sebagai istilah “Learning by doing”.

2. Pengembangan Profesi Menurut Pedoman Hidup Islami Warga

Muhammadiyah

a) Profesi merupakan bidang pekerjaan yang dijalani setiap orang sesuai dengan

keahliannya yang menuntut kesetiaan (komitmen), kecakapan (skill), dan

tanggunggjawab yang sepadan sehingga bukan semata-mata urusan mencari

nafkah berupa materi belaka.

b) Setiap anggota Muhammadiyah dalam memilih dan menjalani profesinya di

bidang masing-masing hendaknya senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai

kehalalan (halalan) dan kebaikan (thayyibah), amanah, kemanfaatan, dan

kemaslahatan yang membawa pada keselamatan hidup di dunia dan akhirat.

4
c) Setiap anggota Muhammadiyah dalam menjalani profesi dan jabatan dalam

profesinya hendaknya menjauhkan diri dari praktik-praktik korupsi, kolusi,

nepotisme, kebohongan, dan hal-hal yang batil lainnya yang menyebabkan

kemudharatan dan hancumya nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan kebaikan

umum.

d) Setiap anggota Muhammadiyah di mana pun dan apapun profesinya hendaknya

pandai bersyukur kepada Allah di kala menerima nikmat serta bershabar serta

bertawakal kepada Allah manakala memperoleh musibah sehingga memperoleh

pahala dan terhindar dari siksa.

e) Menjalani profesi bagi setiap warga Muhammadiyah hendaknya dilakukan dengan

sepenuh hati dan kejujuran sebagai wujud menunaikan ibadah dan kekhalifahan di

muka bumi ini.

f) Dalam menjalani profesi hendaknya mengembangkan prinsip bekerjasama dalam

kebaikan dan ketaqwaan serta tidak bekerjasama dalam dosa dan permusuhan.

g) Setiap anggota Muhammadiyah hendaknya menunaikan kewajiban zakat maupun

mengamalkan shadaqah, infaq, wakaf, dan amal jariyah lain dari penghasilan yang

diperolehnya serta tidak melakukan helah (menghindarkan diri dari hukum)

dalam menginfaqkan sebagian rejeki yang diperolehnya itu.

3. Pengembangan Sikap Profesional Perawat di Rumah Sakit

a. Gambaran Sikap Perawat

Dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit perawat diharapkan

menerapkan sikap yang profesional.Sikap profesional seorang perawat sering menjadi

indikator pemenuhan harapan atau hal yang diinginkan pasien. Sikap ramah, sopan,

komunikatif, tidak tergesa-gesa dan kesegeraan membantu yang ditunjukkan perawat

adalah sebagian hal sederhana yang diperhatikan pasien ketika mereka melakukan

5
tindakan. Adapun sikap profesional perawat yang diharapkan oleh pasien di Rumah

yakni :

1. Bertutur lembut dalam berkomunikasi

2. Bisa bekerjasama dengan pasien dan keluarga

3. Mampu mengontrol emosi

4. Selalu siap apabila diperlukan

5. Respon tanggap yang baik

6. Ramah dan sopan

7. Memiliki perhatian terhadap pasien

8. Memberi informasi yang jelas tentang terapi sesuai kewenangan

Dalam melakukan prosedur tindakan komunikasi perawat di Rumah Sakit

masih dirasakan kurang. Perawat kurang menjelaskan segala sesuatu terkait dengan

tindakan yang akan dilakukan, dalam wawancara diambil satu contoh tindakan yaitu

melakukan injeksi obat pada pasien.

Perawat memang terlihat sopan dan menyampaikan kata permisi kepada

pasien saat melakukan injeksi namun perawat tidak menjelaskan jenis obat, indikasi

ataupun efek samping obat yang diberikan kepada pasien. Perawat hanya menjelaskan

jika pasien bertanya dan jawaban perawat menurut sebagian pasien masih kurang

detail sehingga pasien terkesan masih belum merasa puas.

Keharusan perawat untuk memberikan penjelasan sesuai dengan hak pasien

sebenarnya telah tertulis pada pedoman kerja komite etika Rumah Sakit,yang

menyatakan bahwa setiap pasien berhak mendapat informasi yang benar dan jelas

tentang penyakitnya serta tindakan yang akan dan setelah dilakukan namun hal

tersebut belum diterapkan oleh perawat.

6
Masih kurangnya penerapan sikap profesional perawat dapat disebabkan oleh

banyak faktor. Dalam penelitian ini tergali dua faktor utama yang menjadi penyebab

penurunan penerapan sikap profesional perawat di Rumah Sakit, yaitu:

1) Banyaknya perawat senior yang berhenti di rumah sakit yang dianggap

sebagai penyebab tidak tertransfernya nilai-nilai positif dalam memberikan

pelayanan keperawatan kepada pasien kepada perawat-perawat baru.

2) Faktor penghargaan dan kesejahteraan yang dirasakan belum sesuai dengan

pekerjaan yang telah dilakukan.

Penampilan sikap yang kurang profesional yang ditunjukkan perawat

menyebabkan perawat maupun rumah sakit secara institusi akan mendapatkan

keluhan pasien. Pada Rumah Sakit keluhan pasien umumnya terkait dengan sikap

perawat dan kualitas pelayanan yang dirasakan pasien belum sesuai dengan biaya

perawatan yang mereka keluarkan.

Apa yang menjadi keluhan pasien pada dasarnya telah diketahui oleh perawat,

namun yang menarik adalah mengapa keluhan tersebut tidak diantisipasi agar tidak

terjadi lagi. Dari beberapa data yang tergali tentang keluhan pasien terhadap sikap

perawat Rumah Sakit dapat disarikan sebagai berikut:

1. Perawat kurang mengunjungi pasien

2. Kurangnya komunikasi dengan pasien

3. Sikap yang ketus

4. Kurang ketanggapan dalam memberikan pelayanan

5. Kurang perhatian terhadap pasien

7
Ada beberapa hal yang tergali dan itu dianggap sebagai faktor yang berperan

Melatarbelakangi munculnya suatu keluhan pasien, yaitu terkait dengan:

a) penyampaikan informasi ke pasien yang masih kurang; dan

b) perawat yang terkadang kurang bisa mengendalikan emosi.

Kedua hal ini berhubungan dengan kesibukan perawat yang relatif tinggi

karena rasio perawat dan pasien yang tidak seimbang, dalam arti bahwa adanya

keterbatasan jumlah tenaga perawatan.

 Sikap perawat yang diharapkan pasien di rumah sakit

Perawat dituntut untuk menerapkan sikap yang profesional dalam memberikan

pelayanan kepada pasien. Mampu berkomunikasi efektif dan mampu untuk

bekerjasama dengan sejawat, dengan tim dan dengan pasien menjadi bagian dari

sikap profesional perawat. Perawat juga diharapkan bersikap ramah kepada

pasien, mampu mengendalikan emosi, senantiasa siap, tanggap dan responsif.

Sikap profesional perawat dapat dilihatdari kemampuannya dalam menerapkan

karakteristik sikap profesional yaitu mandiri dalam berpikir, kerendahan hati

(humility), keberanian, ketekunan, empati, tidak berat sebelah, dan eksplorasi

pikiran dan perasaan. Karakteristik sikap profesional ini kurang terlihat pada

perawat yang bekerja di ruang perawatan di Rumah Sakit, misal sikap empati dan

eksplorasi pikiran/perasaan pada saat pasien atau keluarga datang ke pos

perawatan untuk menyampaikan permasalahan yang kurang mereka mengerti,

perawat terkesan kurang serius mendengarkan apa yang diutarakan pasien atau

keluarga, dan cenderung menjawab seadanya. Perawat selayaknya menerapkan

sikap profesional pada saat melakukan asuhan keperawatan. Dalam hasil

penelitian Abdulwahab dan Gain ditemukan fakta bahwa seorang registered

nurses(ners) lebih banyak menunjukkan sikap positif dibandingkan dengan

8
mahasiswa keperawatan, dan perawat yang baru lulus. Temuan tersebut

menunjukkan bahwa sikap profesional sedikit banyaknya dipengaruhi oleh

pengalaman klinik dan tingkat pendidikan seorang perawat.

Dalam melakukan suatu prosedur tindakan, perawat kurang memberikan

informasi tentang apa yang akan diberikan. Pada penelitian ini contoh tindakan

yang diambil adalah pemberian injeksi, perawat tidak menjelaskan jenis obat,

indikasi dan atau efek samping obat yang diberikan. Dalam praktik keperawatan

perawat harus menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan tertentu

dan meminta persetujuan kepada pasien meski umumnya tidak dalam bentuk

tertulis. Memberikan informasi tentang prosedur tindakan atau terapi yang akan

diberikan merupakan tanggung jawab perawat. Informasi tentang prosedur apa

yang akan dilakukan, terapi apa yang akan diberikan merupakan hak pasien

sebelum dia memutuskan untuk menerima atau menolak tindakan atau

terapitersebut. Perawat yang melakukan prosedur tindakan injeksi kurang

memperhatikan tanggung jawab ini. Perawat akan memberikan penjelasan

umumnya hanya apabila ditanyakan oleh pasien atau keluarga dan itu pun

menurut pasien hanya seadanya saja.

Hal ini mengindikasikan perawat di Rumah Sakit masih kurang dalam

menerapkan sikap yang profesional. Ada beberapa hal yang dapat

menyebabkannya seperti yang tergali dalam penelitian, yaitu :

a. Belum sepenuhnya tertransfer nilai-nilai positif dalam pelayanan dari perawat

seniorkepada perawat junior;

b. Masih belum sesuainya penghargaan dan kesejahteraan yang diperoleh

perawat dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga mempengaruhi

penampilan kerja.

9
Belum tertransfernya nilai-nilai positif dalam pelayanan dari perawat senior

dikarenakan banyaknya perawat senior yang mengundurkan diri atau berhenti dari

rumah sakit. Faktor utama yang terkait dengan fenomena banyaknya perawat yang

berhenti, lebih dikarenakan faktor kesejahteraan secara finansial. Selain itu adanya

penerimaan calon pegawai negeri sipil dan tawaran menjadi perawat honorer di

RSUD dengan imbalan yang relatif sama dengan lama hari kerja yang lebih

pendek hingga 7 hari kerja dan menurut mereka lebih terbuka peluang menjadi

pegawai negeri sipil daerah. Berikut gambaran perbedaan antara RSUD dengan

Rumah Sakit Swasta dalam hal imbalan, lama hari kerja dan kesempatan karier,

Perbedaan ini menunjukkan “pesona” RSUD yang menyebabkan banyak perawat

Rumah Sakit Swasta yang mengundurkan diri dan bekerja di RSUD. Data

penelitian juga mengungkap faktor yang menyebabkan munculnya sikap yang

menjadi keluhan pasien yaituketidakstabilan emosi perawat karena kesibukan

yang tinggi dikaitkan dengan rasio perawat-pasien yang belum sesuai. Rasio

pasien dengan perawat pada suatu rumah sakit mempengaruhi kepuasan pasien.

 Pembinaan Sikap Profesional Perawat

a. Pembinaan memerlukan perencanaan yang sistematik

Data mengungkap bahwa manajer mengetahui bahwa pembinaan

selayaknya direncanakan. Namun dengan alasan terbatasnya waktu karena

manajer ikut memberikan dalam pelayanan langsung ke pasien maka

perencanaan pembinaan tidak dirumuskan. Kegiatan pembinaan harus

direncanakan dan terarah meliputi kajian kebutuhan pembinaan,

pengidentifikasian tujuan pembinaan, rencana metode dan waktu yang

digunakan, melaksanakan rencana dan mengevaluasi keefektifan pembinaan.

10
Perencanaan pembinaan dapat dirumuskan bersama dan meliputi langkah

kegiatan, sumber daya, penetapan waktu, dan indikator dari setiap tujuan yang

telah diidentifikasi. Manajer tidak merumuskan secara sistematikperencanaan

pembinaan sikap profesional perawat di Rumah Sakit karena alasan terbatasnya

waktu luang manajer. Namun pemahaman yang masih rendah tentang langkah

dan hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pembinaan dapat pula

menjadi faktor yang berperan hingga belum dirumuskannya perencanaan

pembinaan. Manajer seharusnya melakukan perencanaan sebagai suatu langkah

dalam mempersiapkan program pembinaan dan menjadi acuan dalam

pelaksanaan program tersebut, dan mereka dapat melibatkan anggotanya yang

dinilai mampu untuk diajak berdikusi dalam merumuskan perencanaan.

Perencanaan pembinaan dapat dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan.

Pengidentifikasian kebutuhan pembinaan salah satunya dengan melakukan

penilaian sikap. Manajer perawat di Rumah Sakit pada dasarnya telah

melakukan langkah penilaian sikap perawat melalui pengamatan langsung,

ataupun mendengar pendapat perawat yang lain, meski di antara manajer

menyadari bahwa penilaian sikap perawat sebaiknya berdasarkan penilaian

objektif per individu perawat, misalnya raport individu. Penilaian merupakan

menjadi bukti dari analisis kebutuhan sebelum pembinaan karyawan dimulai,

darihal ini organisasi maupun manajer dapat melihat apa yang dibutuhkan staf

lewat pembinaan. Penilaian yang telah dilakukan dapat dikembangkan apabila

dilakukan dengan baik. Penilaian berguna sebagai identifikasi tentang hal yang

terkait dengan potensi, kemampuan, dan kelemahan dari staf perawat di Rumah

Sakit yang bermanfaat untuk menentukan tujuan dan rencana pembinaannya.

11
b. Perlunya standar pembinaan dan metode yang lebih proaktif

Pembinaan yang baik memerlukan pedoman standar yang ditetapkan dan

diberlakukan secara institusi. Menurut responden manajer Rumah sakit belum

memiliki pedoman standar dalam melakukan pembinaan. Pembinaan dilakukan

hanya berdasarkan pada pengalaman pribadi dan bersifat otodidak saja.

Pedoman standar dalam pembinaan perlu ada untuk mencegah persepsi yang

salah atau berbeda di antara manajer dan mencegah subyektifitas manajer

terhadap staf, serta agar pembinaan memiliki arah dan target yang jelas.

Prosedur pelaksanaan pembinaan sikap menurut manajer meliputi tahapan

pemanggilan untuk penyampaian teguran secaralisan hingga pemberian surat

peringatan. Pembinaan sikap dilakukan apabila ada kesalahan yang dilakukan

olehperawat dan cenderung bersifat insidentil. Data mengungkapkan bahwa

dalam ruang perawatan umumnya manajer hanya memberikan teguran lisan

saja, hal serupa juga diungkapkan perawat, bahwa umumnya memang dalam

bentuk teguran dan itu kadang dilakukan di depan sejawat perawat lain.

Perawat sebenarnya mengharapkan agar manajer tidak hanya menegur

langsung di hadapan sejawat lain, akan lebih baik melakukan klarifikasi

kesalahan secara tertutup berdua dengan perawat yang dianggap bermasalah.

Selain itu manajer diharapkan memberikan arahan, contoh nyata dan masukan

yang membangun bila menemukan kesalahan.

Dalam pembinaan akan lebih baik jika manajer lebih mengarah pada

mengembangkan hal-hal positif dari staf, pada sisi ini manajer harusnya

menggali kesulitan apa yang dirasakan staf dan potensi apa yang miliki untuk

diberdayakan. Peran pembina adalah memberdayakan staf untuk

12
mengembangkan keterampilan dan meningkatkan performa mereka. Peran

seperti ini kurang dimunculkan oleh manajer perawat diRumah Sakit.

Pembinaan yang dilakukan hanya berdasarkan pengalaman atau otodidak saja

dan itu akan sangat tergantung pada kapasitas yang dimiliki oleh manajer.

Jikakemampuan manajer mumpuni maka besar kemungkinan pembinaan

memberikan hasil positif, begitu juga sebaliknya jika kemampuan manajer

dalam membina kurang baik, maka hasilnya akan kurang baik juga. Pilihan

metode pembinaan pun cenderung tidak ada inovasi. Pilihan metode

mempertimbangkan keterampilan, motivasi dan kapasitas yang dimiliki oleh

manajer.

Latar belakang pendidikan manajer di Rumah Sakit bervariatif dari

pendidikan vokasi hingga yang profesional, dengan lama waktu dan

pengalaman kerja yang bervariatif pula. Karakteristik ini memungkinkan

perbedaan dalam pilihan dan pemahaman tentang metode pembinaan yang

dipilih. Institusi perlu menstandarkan pemahaman manajer tentang metode

yang tepat dalam pembinaan dan peran seorang pembina agar tidak ada

kesenjangan di antara manajer. Dalam melakukan pembinaan sikap perawat

diperlukan hubungan yang saling mendukung antara manajer, staf perawat dan

institusi. Selain itu kepercayaan dan empati merupakan aspek yang penting

dalam keberhasilan pelaksanaan pembinaan. Pembinaan dapat dilakukan

dengan berbagai metode dan pilihan metode tergantung pada fakta hasil kajian

manajer terhadap staf. Sullivan dan Decker membagi pembinaan staf perawat

dalam dua, yaitu : Orientasi dan Model Preseptor. Orientasi umumnya

diarahkan agar staf perawat dapat beradaptasi dengan standar kerja, situasi dan

bagaimana merawat pasien, sedangkan model preseptor menunjang orientasi

13
dan sosialisasi yang mengarahkan staf perawat pada mekanisme pembentukan

perawat yang kompeten.

Manajer di ruang perawatan secara umum melakukan orientasi yang

dikhususkan untuk perawat baru yang dilakukan pada saat-saat awal perawat

bekerja, umumnya hal yang diorientasikan berkisar pada tindakan keperawatan

yang sering dilakukan, tentang dokter yang visit dan tentang kegiatan

administrasi perawat, berkenaan dengan sikap profesional masih kurang

ditekankan. Dalam praktik keperawatan pembinaan perawat dapat dilakukan

dengan model preseptor agar seorang manajer dapat membina sikap staf

perawat mereka dengan intensif. Namun model preseptor ini memerlukan staf

perawat senior yang berkompeten dalam aspek afektif, kognitif dan

psikomotor. Seorang preseptor dalam praktik keperawatan diseleksi

berdasarkan kompetensi klinik, keterampilan organisasi, kemampuan

membimbing dan mengarahkan orang lain, dan minat mereka untuk

mengembangkan staf perawat yang lain. Dengan sumber daya yang ada di

Rumah Sakit, pengunaan metode pembinaan dengan model preseptor mungkin

menjadi hal yang baru dan memerlukan kajian lebih lanjut. Model preseptor

memerlukan hal-hal yang ditekankan dalam pembinaan dapat diaplikasikan

oleh staf.

c. Perlu evaluasi yang terstruktur dalam program pembinaan

Evaluasi diperlukan untuk menilai keefektifan tindakan yang telah

dilakukan dan untuk meningkatkan program, mengidentifikasi elemen dari

program tersebut yang harus ditingkatkan. Dalam program pembinaan perawat,

kriteria evaluasi yang ditetapkan secara umum ada dua hal yaitu; pengetahuan

dan perubahan perilaku. Proses evaluasi dapat dilakukan melalui fakta yang

14
didapatkan melalui interview, survey dan atau rekaman program. Dalam

evaluasi pembinaan sikap di Rumah Sakit penilaian dilakukan melalui

pengamatan dan pendapat dari perawat lain namun tidak ada ditetapkan

indikator yang baku untuk menilai hasil pembinaan. Tidak adanya indikator

baku ini sangat terkait dengan ketidakjelasan rencana yang dilakukan dan

model pembinaan yang bersifat insidentil. Menurut manajer hal yang dinilai

adalah hasil kerja, kinerja yang meningkat dan tidak ada komplain utamanya

daripasien. Hal ini berarti evaluasi berorientasi pada hasil bukan pada proses

dan pencapaianatau sikap profesional apa yang telah ditunjukkan oleh staf

perawat yang di bina. Perawat umumnya tidak menyampaikan umpan balik

terhadap pembinaan yang ada. Hal ini karena perawat merasa sungkan, dan

takut disalahartikan, selain itu karena merasa masih junior. Pemberian umpan

balik dari staf kepada manajer merupakan hal yang berat bagi staf yang masih

muda dan baru, ketakutan umpan balik akandimaknai salah oleh manajer dan

perasaan sungkan menjadi sebagian faktor penyebab staf perawat tidak

memberikan umpan balik kepada manajer. Dalam pemberian umpan balik yang

efektif, harus disampaikan secara akurat. Pemberian umpan balik dari staf

kepada manajer yang disertai perasaan ragu, takut ataupun sambil bercanda

menyebabkan apa yang dimaksudkan tidak jelas/tidak tercapai sehingga kurang

mendapat perhatian dari manajer yang kurang peka. Selain itu cara manajer

berkomunikasi dengan para stafnya menentukan jumlah umpan balik yang akan

mereka dapatkan. Berkenaan dengan proses monitoring setelah pembinaan

dilakukan manajer ketika bekerja dan tidak secara khusus, dalam monitoring

manajer melibatkan perawat senior yang dipercaya sebagai penanggung jawab

shif.

15
Monitoring diperlukan untuk memantau sejauh mana hal-hal yang

ditekankan dalam pembinaan dapat diaplikasikan oleh staf. Pada sisi ini akan

membandingkan apakah sesuai yang rencana tujuan yang ditetapkan

sebelumnya, apakah rencana dapat dicapai. Sedangkan follow-uppembinaan

belum pernah dilakukan oleh manajer. Pelaksanaan follow-upmerupakan hal

yang sangat penting. Follow upberguna untuk memastikan bahwa perubahan

sikap memang dilakukan oleh staf perawat.

d. Faktor yang berpengaruh dalam proses pembinaan

Data hasil penelitian mengidentifikasi beberapa hal yang menurut manajer

menjadi faktor yang dapat mempengaruhi proses pembinaan yang dilakukan,

yaitu: faktor lingkungan kerja, kelengkapan fasilitas, diri individu perawat

selanjutnya faktor dukungan dari manajemen dan kesiapan manajer sebagai

pembina. Tolentino, mengidentifikasi faktor-faktor dari pembina dengan yang

dibina berhubungan dengan keberhasilan pembinaan, yaitu; kesamaan

persepsi,gender, pengetahuan dan penerimaan, ras/kesukuan, dan focus of

relationship. Keberhasilan suatu pembinaan sikap akan lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor individu baik manajer maupun dari staf perawat. Staf

perawat di Rumah Sakit Sari Mulia yang umumnya perawat-perawat dengan

masa kerja yang relatif baru. Karakteristik perawat baru umumnya lebih mudah

untuk diarahkan dan memiliki minat untuk menambah pengalaman kerja. Hal

ini akan menunjang untuk pelaksanaan pembinaan yang baik. Namun itu perlu

kesinergisan dan kesamaan persepsi dengan manajer sebagai pembina. Faktor

individu manajer seperti kesiapan konsep dan keterampilan serta motivasi

dalam melakukan pembinaan juga hal yang menentukan.

16
Faktor individu perawat dan manajer terkadang dipengaruhi oleh

kesesuaian antara apa yang telah dilakukan dengan penghargaan atau

kesejahteraan apa didapatkan. Kompensasi berupa penghargaan dan

kesejahteraan merupakan faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan

mengapa individu mau bekerja pada suatu organisasi, dan hal ini perlu agar

karyawan mau bekerja kompetitif dan mempertahankan karyawan yang

berkompeten. Faktor lain seperti lingkungan kerja yang kondusif, kelengkapan

fasilitas/sarana yang memadai serta dukungan positif dari pimpinan menjadi

juga faktor yang mempengaruhi pembinaan staf. Faktor-faktor yang

teridentifikasi di atas dapat menjadi faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam proses pembinaan sikap profesional perawat.

B. PENGERTIAN BERKOMPETISI ATAU BERLOMBA-LOMBA

1. Pengertian Berkompetisi atau Berlomba-Lomba

Kompetisi atau berlomba-lomba adalah kata kerja intransitive yang berarti

tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata

lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu

pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi

tertentu.

Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas

mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu

atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari

struktur reward dalam suatu situasi.

Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang

antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek

yang sama.

17
2. Pengertian Kebaikan

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan

menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika

tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut

nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.

Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang

ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu,

dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan

yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai

tujuan akhir untuk arah hidupnya.

Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika

tidak, manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang

mengatakanhidup secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi

dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras

dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir.

Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut

kesempurnaan. Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik

manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak. Tingkah laku atau

perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia ke arah

tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai

manusia.

3. Lafal, Arti  Dan Kandungan Ayat-Ayat  Tentang Kompetisi Atau Berlomba

Dalam Kebaikan

a. Surat Al-Baqarah : 148

18
ِ ْ‫وا يَأ‬
ِّ‫ت بِ ُك ُم هّللا ُ َج ِميعا ً إِ َّن هّللا َ َعلَى ُكل‬ ْ ُ‫ت أَ ْينَ َما تَ ُكون‬
ِ ‫وا ْالخَ ي َْرا‬
ْ ُ‫َولِ ُكلٍّ ِوجْ هَةٌ هُ َو ُم َولِّيهَا فَا ْستَبِق‬

١٤٨﴿ ‫﴾ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬

Artinya :

Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.

Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada

pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )

Kandungan Isi:

Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul

Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah

dalam shalat. Allah SWT memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam

beribadah kepada-Nya dengan menunjuk arah kiblat yang telah ditentukan. Manusia

yang taat dan patuh terhadap perintah Allah, tentu akan melaksanakan dengan penuh

taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiei

sesuai dengan keinginnanya.

Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan

atas segala alam perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada

yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari

pembalasan. Allah SWT akan dapat menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang

patuh dan taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang melanggar dan

meninggalkan perintah-Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan Allah akan

membalasnya dengan  pahala dan surga, adapun manusia yang lalai dan meninggalkan

perintah Allah maka tempatnya adalah neraka yang apinya selalu menyala-nyala.

19
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk

menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi.

Perbuatan baik sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian juga

perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil dan

setimpal. Tidak ada satupun manusia di hari kiamat yang dapat meloloskan diri dari

pengadilan Allah SWT.

 Gambaran Surat Al Baqarah : 148

a. Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam kiblatnya Ka’bah,

umat Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis)

b. Setiap manusia supaya menggunakan akal dan kemampuan untuk

berfastabaqul khairat

c. Umat islam tidak boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang

lain )

d. Setiap orang kelak akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati –

hati setiap melakukan sesuatu

 Perilaku yang mencerminkan Surat Al Baqarah : 148

a. Bersikap jujur

b. Mencintai kebaikan

c. Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal kehidupan

akherat

d. Tetap berpegang teguh terhadap  keyakinan dalam beragama islam

e. berhati hati setiap melakukan sesuatu pekerjaan ( karena setiap pekerjaan akan

dimintai pertanggung jawaban  )

f. setiap melakukan sesuatu hendaknya mempunyai arah tujuan yang jelas ( yaitu

mencari ridlo Allah)

20
g. banyak berlomba dalam kebaikan , yang kebaikan itu macamnya banyak

sekali.

b. Surat Al –Faathir : 32

ٌ ِ‫ص ٌد َو ِم ْنهُ ْم َساب‬


‫ق‬ َ ‫ثُ َّم أَوْ َر ْثنَا ْال ِكت‬
ِ َ‫َاب الَّ ِذينَ اصْ طَفَ ْينَا ِم ْن ِعبَا ِدنَا فَ ِم ْنهُ ْم ظَالِ ٌم لِّنَ ْف ِس ِه َو ِم ْنهُم ُّم ْقت‬

)٣٢:‫ت بِإ ِ ْذ ِن هَّللا ِ َذلِكَ هُ َو ْالفَضْ ُل ْال َكبِيرُ﴿فَاطر‬


ِ ‫بِ ْالخَ ْي َرا‬
Artinya :

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di

antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka

sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula)

yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah

karunia yang amat besar.

Kandungan isi

Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Qur’an yang berisikan 45 ayat.

Tergolong surat makiyah maka isi ayat ini lebih kepada menerangkan tentang

tingkatan-tingkatan seorang muslim dalam mengamalkan kitab (Al Qur’an). Di ayat

ini disebutkan tiga golongan yang menerima kitab.

Berdasarkan Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke

dalam tiga derajat kedudukan manusia yaitu :

a) Golongan Dhoolimun li nafsih, yaitu golongan yang selalu mendholimi dan

menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada

Allah, dengan meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya.

Mereka yang menzalimi diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al

Qur’an sebagai pedoman hidup. Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan

kejahatan. Antara kebaikan dan kejahatan lebih banyak kejahatannya.

21
b) Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya

berada pada pertengahan , bersifat cermat dan senantiasa berhati-hati dengan

melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan-larangan-Nya Orang yang

semacam ini kebaikan dan keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka

banyak berbuat baik, tetapi banyak pula berbuat salah.

c) Golongan Sabiqun bil khoirot, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif

dalam melakukan kebaikan yang wajib dan mengerjakan amalan-amalan yang

sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi perkara-perkara yang syubhat dan ragu-

ragu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang beruntung, yaitu mereka yang

dengan izin Allah berbuat kebaikan hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal shaleh.

Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak didasari

dengan iman (bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kepada kita

walaupun sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan

mendapat nilai di sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara lain menyatakan

sebagai berikut :

b. Orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima

amalannya

c. Orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya

d. Amal perbuatan orang kafir akan sia-sia

e. Orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat

f. Orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka

g. Orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di

dunia saja.

 Gambaran Surat Al-Faathir : 32

a. Allah  mewariskan Al Qur ‘an kepada hamba – hambanya yang terpilih

22
b. Dalam Al Qur ‘an Allah  menggolongkan   hamba hamba Nya ( terkait

dengan  Al  Qur 'an sebagai pegangan hidup)  yaitu:

‫ ظَا لِ ٌم لِّنَ ْف ِسه‬artinya dlolim terhadap dirinya sendiri

ِ ‫ ُم ْقت‬artinya orang yang seimbang


‫َص ٌد‬
c. Antara perbuatan baik dan buruk ( golongan ini  akan ditempatkan di  “A’raf

“ yaitu tempat antara surga dan neraka , lalu dengan izin dan kasih sayang

Allah mereka akan dimasukkan ke surga ) 

d.         -    ‫ق بِ ْالخَ ْي َرا ت‬


ٌ ِ‫ َسا ب‬  :  artinya orang yang terus menerus melakukan kebaikan

e.     Dari ketiga golongan tersebut diatas maka golongan yang ketigalah golongan

yang akan mendapat keberuntungan  ( yaitu surga 'adn ).

 Perilaku yang mencerminkan Surat Al- Faathir : 32

b. Menerima Al Qur 'an dengan sepenuh hatidan menjadikan Al Qur ‘an sebagai

pegangan hidup

c. Menjalankan semua ajaran yang ada didalam Al Qur 'an

d. Cepat cepat melakukan perintah baik yang wajib maupun yang sunat, serta 

cepat – cepat meninggalkan larangan baik yang haram maupun yang makruh

e. Selalu berkompetisi dalam ibadah ( tidak pernah berhenti )

f. Menghindari perbuatan dlolim ( aniaya)

g. Selalu mencari pahala dengan melakukan amal kebaikan

23
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat adalah tenaga kesehatan profesional yang bertugas memberikan

perawatan pada klien atau pasien baik berupa aspek biologis, psikologis, sosial

maupun spritual dengan menggunakan proses keperawatan.

Seorang professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan purna

waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang tinggi.

Atau seorang professional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktikkan

suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang

menuntut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai

sekedarnya, untuk mengisi waktu.

Kompetisi atau berlomba-lomba adalah kata kerja intransitive yang berarti

tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata

lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu

pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi

tertentu. Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk

menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang

tinggi.

B. Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

DPP PPNI. (2018). Kode Etik Keperawatan. Jakarta: Indonesia. DPP PPNI.

Abdurrahman, asjmuni. 2000. Pedoman Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah.

Jakarta:Indonesia. Suara Muhammadiyah.

Ilmi, Bachrul. 2008. Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Kejuruan Kls XI.

Bandunng:Indonesia. Grafindo Media Pratama.

Amin, yanuar. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, Jakarta:Indonesia. Kemenkes RI.

Tjaronosari, Herdinandita, Edith. 2018. Etika Profesi, Jakarta:Indonesia. Kemenkes RI.

Qonitah,Ummu, 2014. “Memahami Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kompetiris dalam

kebaikan”, http://mudah-belajarbahasaarab.blogspot.com/2014/12/berlomba-lomba-dalam-

kebaikan.html?m=1 ,diakses pada 14 oktober 2021.

Husin, 2009. “Pembinaan Sikap Profesional Perawat Dalam Pelayanan Keperawatan di

Rumah Sakit”, http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/naskah%20publikasi/HUSIN_wps.pdf

,diakses pada 14 oktober 2021.

KBBI online (2021). Perawat. Diunduh dari http://kbbi,web.id/perawat.

25

Anda mungkin juga menyukai