Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PENDIDIKAN AQIDAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Hadits Tarbawi
Dosen Pengampuh: Dr. Mastang Ambobaba, S.Ag, M.Ag

Disusun oleh
Kelompok 2:
Iksan Ahaya (20223066)
Inayah Mahdiyyah Ododay (20223063)
Marda Gay (20223065)
Muhammad Rayhan (20223071)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Hadits Tarbawi. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.

Manado, 15 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
A. Hadits Ibadah.......................................................................................................4
B. Terjemahan Hadits Ibadah.................................................................................4
C. Mufrodhat Hadits Ibadah....................................................................................4
D. Takhrij Al-Hadits.................................................................................................5
E. Penjelasan Hadits Ibadah....................................................................................8
A. Hadits Akhlak.....................................................................................................10
B. Terjemahan Hadits Akhlak...............................................................................10
C. Mufradat Hadits Akhlak...................................................................................11
D. Takhrij Al Hadits Akhlak..................................................................................11
E. Penjelasan Hadits Akhlak..................................................................................15
A. Hadits Kewirausahaan.......................................................................................16
B. Terjemahan Hadits Kewirausahaan.................................................................16
C. Mufrodat Hadits Kewirausahaan.....................................................................16
D. Takhrij Al-Hadits Kewirausahaan...................................................................17
E. Penjelasan Hadits Kewirausahaan....................................................................27
BAB III...........................................................................................................................29
PENUTUP.......................................................................................................................29
A. Kesimpulan.........................................................................................................29
B. Saran...................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam datang membawa aqidah tauhid, melepaskan
manusia dari keterikatan kepada berhala, serta benda-benda
lain sebagai makhluk Allah SWT. Aqidah membawa
manusia kepada kebebasan dari segala ketergatungan kepada
apapun, menuju ketundukan kepada Allah SWT. Penanaman
aqidah ini dilakukan oleh Rasulullah SAW, namun pada
mulanya hanya sebagian kecil yang mampu melepaskan
budaya nenek moyangnya, berani mengingkari leluhur
mereka, dan menuju keyakinan baru “Aqidah Islam”. Semua
utusan Allah membawa pesan yang sama yakni tauhid bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah.
Selain para ulama, andil orang tua tak kalah penting
dalam membentuk pribadi muslim sejak dini. Orang tua
sebagai seorang muslim haruslah memiliki akidah yang kuat
dan berkualitas, serta memahami materi dan metode
penyampaiannya, sehingga orang tua dapat membekali anak-
anaknya dengan keilmuan yang didukung oleh keyakinan
yang kuat dan tepat, sehingga terbentuk kepribadian muslim
sejati. Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha untuk
mempersiapkan anak didik agar mampu hidup secara mandiri
dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan
sebaik-baiknya. Orang tua memiliki kepentingan untuk
mewariskan nilai, norma hidup dan kehidupan generasi
penerusnya.
Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan; proses, perbuatan dan cara mendidik. Aktivitas

1
kependidikan Islam timbul sejak adanya manusia itu sendiri
(Nabi Adam dan Hawa), bahkan ayat al-Qur’an yang pertama
kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah bukan
perintah tentang sholat, puasa, dan lainnya, tetapi justru
perintah iqra’ (membaca, merenung, menelaah, meneliti atau
mengaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan
manusia yang merupakan inti dari aktivitas pendidikan.
Mulai dari sinilah manusia memikirkan, menelaah dan
meneliti bagaimana pelaksanaan pendidikan itu, sehingga
muncullah pemikiran dan teori-teori pendidikan Islam. Oleh
karena itu, menurut Abd al-Gani ‘Ubud, seperti yang dikutip
Muhaimin menyatakan bahwa tidak mungkin ada kegiatan
pendidikan Islam dan sistem pengajaran Islam, tanpa teori-
teori atau pemikiran pendidikan Islam.
Pendidikan aqidah dalam tulisan ini difokuskan pada
kajian hadits yang berkaitan dengan pendidikan aqidah serta
usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk menumbuhkan
potensi kodrati anak melalui metode-metode tertentu, agar
mereka menjadi manusia muslim yang meyakini keesaan
Allah, serta dapat mengamalkan aqidah yang dimiliki dalam
rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadits Ibadah beserta terjemhannya?
2. Bagaimana hadits Akhlak beserta terjemhannya?
3. Bagaimana hadits Kewirausahaan beserta terjemhannya?
4. Bagaimana mufrodhat hadits Ibadah, hadits akhlak dan
hadits kewirausahaan?
5. Bagimana takhrij al hadits ibadah, hadits akhlak dan
hadits kewirausahaan?

2
6. Bagaimana penjelasan hadits ibadah, hadits akhlak, dan
hadits kewirausahaan?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui redaksi dan terjemahan dari hadits
ibadah
2. Untuk mengetahui redaksi dan terjemahan dari hadits
akhlak
3. Untuk mengetahui redaksi dan terjemahan dari hadits
kewirausahaan
4. Untuk mengetahui mufrodhat hadits ibadah, hadits
akhlak, dan hadits kewirausahaan
5. Untuk mengetahui takhrij hadits ibadah, hadits akhlak,
dan hadits kewirausahaan
6. Untuk mengetahui penjelasan tentang hadits ibadah,
hadits akhlak dan hadits kewirausahaan

3
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hadits Ibadah

‫ عن َسَّو اٍر‬,‫ ثنا ِإْس َم اِع يل‬،‫ َيْعِنْي اْلَيْش ُك ِر ي‬- ‫َح َّد َثَنا ُم َؤ َّمٌل ْبِن ِهَشاِم‬
‫َأِبْي َح ْم َز ة‬
، ‫َقاَل َأُبْو َداُو َد َو ُهَو َسَّو اٌر بن َداُو َد أبو َح ْم َز َة الُم َز ِنٌّي الَّصْيَر ِفٌّي‬
‫ َقاَل َرُس وُل‬: ‫ قَاَل‬: ‫ عن َج َّده قال‬،‫ عن َأِبْيِه‬،‫عن َع ْمِر و بن ُش َعْيٍب‬
‫ ُم ُر وا َأْو اَل َد ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو ُهْم َأْبَناُء َسْبِع‬: ‫ِهَّللا َص َلى هّللا عليه وسلم‬
‫ َو َفَّر ُقوا َبْيَنُهْم‬، ‫سِنيَن َو اْض ِرُبوُهْم َع َلْيَها َو ُهْم َأْبَناُء َعْش ِر‬
‫ِفي اْلَم َض اِج ِع‬

B. Terjemahan Hadits Ibadah


Suruhlah anak-anak kalian untuk
melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh
tahun! Pukullah mereka untuk melaksanakan shalat
ketika berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat
tidur di antara mereka!

C. Mufrodhat Hadits Ibadah

a. ‫ = مُروا َأْو اَل َد ُك م‬Perintahkanlah anak-anak mu

b. ‫ = الصالة ب‬Melaksanakan sholat

c. ‫ = وهم أبناء سبع ِس ِنيَن‬Sedang mereka berusia

tujuh tahun

d. ‫ = َو اْض ِرُبوُهْم َع َلْيَها‬Dan pukullah mereka karena

tinggalkan sholat

e. ‫ = َو ُهْم َأْبَناُء عشر‬Sedang mereka berusia 10 tahun

f. ‫ = َو َفَّر ُقوا َبْيَنُهْم‬Dan pisahkanlah antara mereka

4
g. ‫ = ِفي اْلَم َض اِج ع‬Ditempat tidurnya

D. Takhrij Al-Hadits

Pada hadits ini kelompok kami melakukan penelusuran


hadits melalui kitab Mu’jam Al Mufahros, yang ditulis oleh
Arnold Jhon Wensinck pada juz 5, halaman 129, dengan
menggunakan kata kunci ‫فرق‬. Dalam petunjuk tersebut hadits
kami terdapat dalam 1 kitab Sunan Abu Dawud, Juz 1, kitab
sholat, halaman 173, hadits ke 495. Dan kitab Musnad Ahmad
bin Hambal jilid 2, halaman 180 dan 187.
Namun kelompok kami hanya menemukan hadits ini di kitab
Abu Dawud Juz 1, kitab sholat, halaman 173, hadits ke 495.
Hadits ini masuk dalam hadits ………….

5
Mu’jam juz 5, halaman 129, kata kunci ‫فرق‬

6
kitab Sunan Abu Dawud, Juz 1, kitab sholat, halaman 173, hadits ke 495.

7
E. Penjelasan Hadits Ibadah
Isi kandungan hadis dalam (Syarah Riyadhush Shalihin Jilid
1 2004, 675) adalah sebagai berikut: Ibadah amaliyah dalam
Islam yang pertama kali diajarkan kepada anak setelah tauhid
adalah sholat. Para orangtua harus membiasakan anak-anaknya
untuk mengajarkan sholat serta mengajarkannya hukum-hukum
dan etikanya, sebagaimana dinukli oleh al-Baghawi.
Dalam kitab Syarbus Sunnah (II/407), dari asy-Syafi’i: “Para
orangtua, baik bapak maupun ibu, harus mendidik mereka serta
mengajarkannya thaharoh dan sholat kepada anak-anak mereka,
dan memukul mereka karena tidak melakukan hal itu jika mereka
sudah dewasa. Anak laki-laki yang sudah bermimpi basah atau
anak perempuan yang sudah haid atau genap berusia 15 tahun,
maka mereka ini sudah harus mengerjakannya.
Pukulan merupakan salah satu cara mendidik, khususnya jika
pukulan itu mendatangkan manfaat atau mencegah yang tidak
baik yang dilakukan setelah diberi nasehat dan bimbingan.
Tetapi pukulan itu harus mendidik dan tidak boleh melukai, dan
hendaknya hindari pukulan di wajah. Dalam kitab Syarbus
Sunnah (II/407), al-Baghawi mengatakan: “di dalam hadis
tersebut terdapat dalil yang menunjukkan bahwa sholat anak-
anak setelah dia mengerti adalah sah.1
Manusia tumbuh melalui fase-fase kehidupan, dimulai dari
anak kecil yang belum mumayyiz (belum bisa membedakan
antara yang baik dan buruk), terdapat perkataan ulama tentang
usia ini: “mereka adalah anak yang belum bisa membedakan
antara kurma dan bara api begitu juga antara kebaikan dan
keburukan”. Maka anak seperti ini belum dibebankan kepada
mereka kewajiban apapun dari pada syariat, Akan tetapi apabila
mereka sudah bisa melakukan suatu perbuatan, maka orang tua
1
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

8
harus membimbingnya. Apabila orang tua mereka tahu bahwa
mereka bisa menghafal al Qur’an, maka hendaklah ia membantu
mereka menghafal, jika ia tahu bahwa mereka suka sholat maka
janganlah ia melarangnya, akan tetapi orang tua harus
memotivasinya untuk sholat dan sholat, dengan catatan bahwa
mereka tidak dipertintahkan dan atau dibebankan kepada mereka,
karena mereka belum pantas untuk diperintah dan dibebankan.2
Setelah itu, ia akan berpindah menuju usia tamyiz,
patokannya adalah sebagaimana perkataan sebagian ulama:
“Tidak ada batas tertentu, tapi dengan sikap anak itu”. Apabila
seorang anak telah mampu membedakan antara hal yang
merugikan dan bermanfaat, maka diaktakan ia telah masuk usia
tamyiz. Dan sebagian ulama berpendapat: “Tamyiz dimulai dari
umur tujuh tahun”. Dan pendapat ini lebih tepat sebagaimana
hadist Rasulullah saw di atas.
Perintah Rasulullah saw diatas merupakan perintah yang
sangat lembut, membimbing dan menyemangati, tanpa ada
hukuman. Dan dari hadist ini kita dapat mengetahui bahwa
Rasulullah saw memerintahkan untuk memotivasi tanpa
mengancam, tanpa memukul, tanpa mencela, tanpa menghina,
dan tanpa hukuman apapun, sampai ia berumur 10 tahun.
Perlu diperhatikan bahwa, bahwa wajib bagi orang tua
selama 3 tahun, memerintahkan anak-anak mereka untuk sholat,
walaupun sebenarnya sholat belum wajib atas mereka. Artinya
bahwa orang tua wajib memerintahkan sholat kepada mereka,
tapi hukum sholat belum wajib atas mereka. Artinya lagi bahwa
apabila orang tua tidak memerintahkan anak-anaknya untuk
sholat pada umur ini, maka orang tua berdosa, dan apabila anak-
anak tersebut tidak sholat, maka mereka tidak berdosa. Dan

2
Haerul Akmal, M.H Mendidik Anak Sholat Ala Rasulullah SAW

9
usahakan untuk selalu memerintahkan anak untuk sholat setiap
kali waktu sholat datang.
Apabila mereka sudah mencapai umur 10 tahun, dan mereka
meninggalkan sholat, tetap mereka tidak berdosa. Akan tetapi
apabila mereka meninggalkan sholat pada umur 10 tahun, maka
wajib untuk dipukul. Hal tersebut untuk membiasakan mereka,
agar kelak ketika sudah dewasa, mereka sudah terbiasa untuk
sholat.
Dari umur 10 tahun sampai anak balilgh, mulailah dididik
dengan hukuman, dan diantara bentuk hukuman itu adalah
pukulan. Dengan tujuan agar anak tersebut mau melaksanakan
sholat. Seperti inilah cara mendidik untuk sholat, yang diajarkan
oleh baginda Nabi Muhammad SAW.

A. Hadits Akhlak

‫َح َّد َثَنا َأْح َم ُدْبُن َح ْنَبٍل َثَنا َيْح َيى ْبُن َسِع ْيٍد َعْن ُم َح َّم ٍد ْبِن َع ْم ُر و َعْن َأِبْي َس َلَم َة‬
‫ َأْك َمُل اْلُم ْؤ ِمِنْيَن‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َعْن َأِبْي ُهَر ْيَر َة َقاَل‬
‫ِإْيَم اَناَأْح َس َنُهْم ُخ ُلَقا َو ِخ َياُر ُك ْم ِخ َياُر ُك ْم ِلِنَس ا ِٔىُك ْم‬

B. Terjemahan Hadits Akhlak

“Ahmad bin hanbal telah menceritakan kepada kami yahya


bin said telah menceritakan kepada kami dari muhammad bin
amar dari abu selamah dari abu hurairah berkata rasulullah
saw bersabda sempurnanya dia adalah mereka yang beriman
yang sebaik baik mereka dan yang paling baik di antara kalian
adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.”

10
C. Mufradat Hadits Akhlak

a. ‫ = َح َّد َثَنا‬Telah menceritakan kepada kami


b. ‫ = َع ْبُد ِهَّللا ْبُن َيِزيَد‬Abdullah Bin Yazid dia berkata
c. ‫ = َح َّد َثَنا‬Telah menceritakan kepada kami
d. ‫ = َسِع يٌد‬Sa'id dia berkata
e. ‫ = َح َّد َثِني‬Telah menceritakan kepadaku
f. ‫ = اْبُن َع ْج اَل َن‬Ibnu A’jln
g. ‫ = َع ِن اْلَقْع َقاِع ْبِن َحِكيٍم‬dari Al Qa’qa bin hakim
h. ‫ = َع ْن أِبي َص اِلٍح‬Dari Abu Shaleh
i. ‫ = َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة َقاَل‬Dari Abu Hurairah dia berkata
j. ‫ = َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬Rasulullah SAW bersabda
k. َ ‫ = َك َم ُل اْلُم ْؤ ِمِنيَن‬Orang mukmin
l. ‫ = إيَم اًنا َأْح َس ُنُهْم ُخُلًقا‬Yang paling sempurna imannya adalah yg
paling baik akhlaknya

D. Takhrij Al Hadits Akhlak

Pada hadits ini kelompok kami melakukan penelusuran


hadits melalui kitab Mu’jam Al Mufahros, yang ditulis oleh
Arnold Jhon Wensinck pada juz 2, halaman 75, dengan
menggunakan kata kunci ‫خلق‬. Dalam petunjuk tersebut hadits
kami terdapat dalam beberapa kitab, diantaranya kitab Sunan
Abu Dawud, Juz 3, kitab Sunnah, halaman 225, hadits ke 286.
Dan kitab Musnad Ahmad bin Hambal jilid 2, halaman 250,
472, dan 522. kitab Musnad Ahmad bin Hambal jilid 5, halaman
89 dan 99. kitab Musnad Ahmad bin Hambal jilid 6 halaman 47
dan 99.
Namun kelompok kami hanya menemukan hadits ini di kitab
Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hambal Jilid 6.
Hadits ini masuk dalam hadits ………….

11
Mu’jam juz 2, halaman 75,, kata kunci ‫خلق‬.

12
Sunan Abu Dawud, Juz 3, sunnah, halaman 225, hadits ke 286

kitab Musnad Ahmad bin Hambal jilid 5, halaman 89 dan 99.

13
Kitab Musnad Ahmad bin Hambal jilid 6 halaman 47 dan 99.

14
E. Penjelasan Hadits Akhlak

Dari penjelasan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa


seseorang yang mempunyai keimanan paling sempurna adalah
apabila orang tersebut memiliki akhlak yang baik, karena dari akhlak
yang baik akan menimbulkan hati yang bersih untuk beribadah dan
menambah keimanan seseorang kepada Tuhannya. Bahkan akhlak
yang baik menjadi penyebab terbanyak masuknya seorang hamba ke
dalam surga, karena dengan begitu seorang hamba akan selalu
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab “Khulqun” yang
berarti, Suatu keadaan jiwa yang dapat melakukan tingkah laku
tanpa membutuhkan banyak akal dan pikiran dan dikhususkan untuk
sifat dan karakter yang tidak dapat dilihat oleh mata. Sedangkan Al-
Qurthubi berkata, Akhlak adalah sifat manusia dalam bergaul dengan
sesamanya, ada yang terpuji dan ada yang tercela. Adapun yang
terpuji, adalah : lapang dada, lembut, sopan, sabar, saling mencintai,
dan sebagainya. Sedangkan tercela adalah kebalikannya.
Ibnu Al-Mubarak rahimahullah meriwayatkan ketika
mendefinisikan tentang akhlak yang baik ia berkata, “Yaitu bermanis
muka, melakukan kebaikan, dan menahan diri dari perbuatan buruk.
Akhlak menempati kedudukan yang luhur dalam Islam, bahkan di
antara misi utama agama ini adalah menyempurnakan akhlak yang
mulia.3
Di antara hal yang dapat dijadikan petunjuk dan indikasi
ketakwaan seseorang adalah perilaku dan akhlak yang baik terhadap
siapa saja dan dalam segala hal.
Akhlak menjadi faktor yang sangat penting dan bahkan
menentukan posisi seseorang, apakah ia berada dalam kemuliaan

3
Muhammad ibn Shālih al-Utsaymīn, Makārim al-Akhlāq, hlm. 13

15
atau sebaliknya kehinaan, baik di sisi Allah maupun dalam
pergaulannya di antara manusia.

A. Hadits Kewirausahaan

‫اْخ َبَر َنا ِهَشاٌم َعْن َأِبْيِه َعْن َأِبْي ُهَر ْيَر َة َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُه َقاَل ِبٰه َذ ا حدثنا َأُبٔو ُنْع َم اِن َقاَل‬
‫ثنا َح ّم اُد بُن َز يٍد َعْن َأُّيْو َب عن َناِفٍع عن اْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُهَم ا َقاَل َسِم ْعُت الَّنِبَّي‬
‫َص َلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو حدثنا َعْبُد ِهَّللا ْبُن ُم ْسِلَم َة َعْن َم اِلٍك عن َناِفٍع عن اْبِن ُع َم َر‬
‫َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُهَم اَأَّن َر ُس وُل ِهَّللا َص َلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل َو ُهَو َع َلى اْلِم ْنَبِر َو َذ َك َر‬
‫الَّصَد َقَةَو الَّتَعُّفَف َو اْلَم ْس َٔىَلَة اْلَيَد الُعْلَيا َخ ْيٌر ِم َن اْلَيِد الُّس ْفَلى َفا ْلَيُد اْلُعْلَيا ِهَي اْلُم ْنِفَقِة‬
‫َو الُّس ْفَلى ِهَي الَّس أِىَلِة‬

B. Terjemahan Hadits Kewirausahaan

“Hisyam telah mengkabarkan kepada kami dari bapaknya


dari Abu Hurairah Radhiyallahu berkata dengan ini Abu
Nu'man telah menceritakan kepada kami beliau berkata
Hammad bin zaid telah menceritakan kepada kami dari Ayyub
dari Nafi, dari Ibnu Umar Radhiyallahuma berkata aku
mendengar Nabi Muhammad saw, Abdullah bin Muslimah telah
menceritakan kepada kami dari Malik bin Nafi dari Abdullah bin
Umar Radhiyallahuma sesungguhnya Nabi Muhammad saw
bersabda beliau berada di atas mimbar beliau menyebutkan
tentang sedekah,kesucian,dan meminta minta, "tangan yang
diatas itu lebih baik daripada tangan yang di bawa dan tangan
yang diatas adalah tangan yang sering bersedekah dan tangan
yang di bawa adalah tangan yang sering meminta minta".

C. Mufrodat Hadits Kewirausahaan

a. ‫ = اْلُع ْلَيا اْلَيُد‬Tangan yang diatas


b. ‫ = َخْيٌر‬Lebih baik

16
c. ‫ = الُّس ْفَلى اْلَيِد ِم ْن‬Dari pada tangan yang dibawa
d. ‫ = اْلُع ْلَيا َفاْلَيُد‬Tangan yang diatas
e. ‫ = اْلُم ْنِفَقُة ِهَي‬Adalah yang memberi
f. ‫ = َو الُّس ْفَلى‬Sedangkan yang dibawa
g. ‫ = الَّساِئَلُة ِهَي‬Adalah yang meminta

D. Takhrij Al-Hadits Kewirausahaan

Pada hadits ini kelompok kami melakukan penelusuran


hadits melalui kitab Mu’jam Al Mufahros, yang ditulis oleh
Arnold Jhon Wensinck pada juz 2, halaman 475, dengan
menggunakan kata kunci ‫ُّس ْفَل‬. Dalam petunjuk tersebut hadits
kami terdapat dalam 1
kitab Shohih Bukhari Juz 2, kitab Alwashoya, halaman 1.076,
hadits ke 2.563. , Kitab Shohih Bukhari Juz 1, kitab Zakat,
halaman 553, hadits ke 1.347, Kitab shohih Bukhari juz 4, kitab
Ar-Raqaq, halaman 2.593, hadits ke 6.055.
Kitab Shohih Muslim juz 2, Kitab Zakat, bab ke 32,halaman 716,
hadits ke 94 dan 95. Kitab Shohih Muslim juz 2, Kitab Zakat,
bab ke 32, halaman 717, hadits ke 96. Kitab Shohih Muslim juz
2, Kitab Zakat, bab ke 32, halaman 717, hadits ke 97. Dan Kitab
Shohih Muslim juz 2, Kitab Zakat, bab ke 32, halaman 721,
hadits ke 106.
Kitab Sunan Abu Dawud juz 1 kitab zakat, halaman 385 hadits
ke 1.648.
Kitab Sunan An-Nasa’i jilid 5, kitab zakat, halaman 60, hadits ke
50, Kitab Sunan An-Nasa’i jilid 5, kitab zakat, halaman 61,
hadits ke 52, Kitab Sunan An-Nasa’i jilid 5, kitab zakat, halaman
72, hadite ke 63.
Hadits ini masuk dalam hadits ………….

17
Mu’jam juz 2, halaman 475,, kata kunci ‫ُّس ْفَل‬

18
Kitab bukhari, juz 2, kitab ‫الوصايا‬, hal.1.076, hadits ke 2.563

Kitab Shohih Bukhari Juz 1, kitab Zakat, halaman 553, hadits ke 1.347

19
Kitab shohih Bukhari juz 4, kitab Ar-Raqaq, halaman 2.593, hadits ke
6.055.

20
Kitab Shohih Muslim juz 2, Kitab Zakat, bab ke 32,halaman 716, hadits ke
94 dan 95.

Kitab Shohih Muslim juz 2, Kitab Zakat, bab ke 32, halaman 717, hadits ke
96.

21
Kitab Shohih Muslim juz 2, Kitab Zakat, bab ke 32, halaman 717, hadits ke
97.

Dan Kitab Shohih Muslim juz 2, Kitab Zakat, bab ke 32, halaman 721,
hadits ke 106.

22
Kitab Sunan Abu Dawud juz 1 kitab zakat, halaman 385 hadits ke 1.648.

23
Kitab Sunan An-Nasa’i jilid 5, kitab zakat, halaman 60, hadits ke 50

24
Kitab Sunan An-Nasa’i jilid 5, kitab zakat, halaman 61, hadits ke 52

25
Kitab Sunan An-Nasa’i jilid 5, kitab zakat, halaman 72, hadite ke 63.

26
E. Penjelasan Hadits Kewirausahaan
‫َاْلَيُد اْلُع ْلَيا َخْيٌر ِم َن اْلَيِد الُّس ْفَلى‬
“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di
bawah”

Yaitu orang yang memberi lebih baik daripada orang yang


menerima, karena pemberi berada di atas penerima, maka
tangan dialah yang lebih tinggi sebagaimana yang disabdakan
oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .4

Al-Yadus Suflâ (tangan yang dibawah) memiliki beberapa


pengertian:
Makna Pertama, artinya orang yang menerima, jadi maksudnya
adalah orang yang memberi lebih baik daripada orang yang
menerima. Namun ini bukan berarti bahwa orang yang diberi
tidak boleh menerima pemberian orang lain. Bila seseorang
memberikan hadiah kepadanya, maka dia boleh menerimanya,
seperti yang terjadi pada Shahabat yang mulia ‘Umar bin
Khaththab Radhiyallahu anhu ketika beliau Radhiyallahu anhu
menolak pemberian dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepadanya:5

‫ َو الُّس ْفَلى ِهَي‬،‫ َاْلَيُد اْلُع ْلَيا ِهَي اْلُم ْنِفَقُة‬،‫َاْلَيُد اْلُع ْلَيا َخْيٌر ِم َن اْلَيِد الُّس ْفَلى‬
‫الَّساِئَلُة‬

4
https://almanhaj.or.id/13036-tangan-di-atas-lebih-baik-dari-tangan-di-bawah.
5

27
“Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di
bawah. Tangan di atas yaitu orang yang memberi infak dan
tangan di bawah yaitu orang yang minta-minta.”
Makna yang kedua ini terlarang dalam syari’at bila seseorang
tidak sangat membutuhkan, karena meminta-minta dalam
syari’at Islam tidak boleh, kecuali sangat terpaksa. Ada
beberapa hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
melarang untuk meminta-minta, di antaranya sabda Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫ َح َّتٰى َيْأِتَي َيْو َم اْلِقَياَم ِة َلْيَس ِفْي َو ْج ِهِه ُم ْز َع ُة َلْح ٍم‬، ‫َم ا َيَز اُل الَّرُجُل َيْس َأُل الَّناَس‬

“Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain


sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak
ada sepotong daging pun di wajahnya.”
Hadits ini merupakan ancaman keras yang menunjukkan
bahwa meminta-minta kepada manusia tanpa ada kebutuhan itu
hukumnya haram. Oleh karena itu, para Ulama mengatakan
bahwa tidak halal bagi seseorang meminta sesuatu kepada
manusia kecuali ketika darurat.

28
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah amaliyah dalam Islam yang pertama kali
diajarkan kepada anak setelah tauhid adalah sholat. Para
orangtua harus membiasakan anak-anaknya untuk
mengajarkan sholat serta mengajarkannya hukum-hukum
dan etikanya, sebagaimana dinukli oleh al-Baghawi.
Apabila mereka sudah mencapai umur 10 tahun, dan
mereka meninggalkan sholat, tetap mereka tidak berdosa.
Akan tetapi apabila mereka meninggalkan sholat pada umur
10 tahun, maka wajib untuk dipukul. Hal tersebut untuk
membiasakan mereka, agar kelak ketika sudah dewasa,
mereka sudah terbiasa untuk sholat.
Kata “Akhlak” berasal dari bahasa Arab “Khulqun”
yang berarti, Suatu keadaan jiwa yang dapat melakukan
tingkah laku tanpa membutuhkan banyak akal dan pikiran
dan dikhususkan untuk sifat dan karakter yang tidak dapat
dilihat oleh mata.
seseorang yang mempunyai keimanan paling sempurna
adalah apabila orang tersebut memiliki akhlak yang baik,
karena dari akhlak yang baik akan menimbulkan hati yang
bersih untuk beribadah dan menambah keimanan seseorang
kepada Tuhannya. Bahkan akhlak yang baik menjadi
penyebab terbanyak masuknya seorang hamba ke dalam
surga, karena dengan begitu seorang hamba akan selalu
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-
Nya.
Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- mengabarkan
tentang keutamaan sedekah dan kesamaan terhadap sikap
meminta-minta. Beliau menjelaskan bahwa orang yang

29
memberi dan menginfakkan hartanya di jalan ketaatan lebih
utama dari mereka yang meminta-minta harta kepada orang
lain.

B. Saran
Dari pembahasan di atas, kelompok dapat
menyimpulkan bahwa orangtua harus membiasakan anak-
anaknya untuk mengerjakan sholat, mengajarkan/
memberikan contoh bagaimana ber-akhlak yang baik
kepada anak sedini mungkin serta mengajarkan untuk tidak
meminta-minta agar dapat terciptanya manusia yang
berkualitas.

30
DAFTAR PUSTAKA

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Haerul Akmal, M.H Mendidik Anak Sholat Ala Rasulullah SAW
Muhammad ibn Shālih al-Utsaymīn, Makārim al-Akhlāq, hlm. 13
https://almanhaj.or.id/13036-tangan-di-atas-lebih-baik-dari-tangan-di-
bawah.

iii

Anda mungkin juga menyukai