Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

PENDIDIK PERSPEKTIF HADITS


Disusun untuk memenuhi mata kuliah Hadits Tarbawi
Yang diampu oleh:
Bapak Yuliyanto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

1. Nia Ermawati 223111077


2. Miftakhul Huda Arrofi 223111092
3. Sabila Thursina Hudan 223111110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum warahmatullahi wabarakatu

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang. Dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tujuan Pendidikan Islam
menurut Perspektif Hadits”.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita


baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang senantiasa kita harapkan syafaatnya
kelak di yaumul qiyamah. Aamiin Ya Rabbal ‘alamin.

Adapun makalah telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya


dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Oleh karena itu kami juga ingin menyampaikan rasa terimakasih dalam
pembuatan makalah ini. Akhirnya kita bersama-sama mengharapkan semoga dari
makalah ini diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari anda kami tunggu untuk perbaikan
makalah ini nantinya.

Surakarta, 6 Maret 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................1

C. Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Definisi Pendidik ..................................................................................................2

B. Klasifikasi Pendidik...............................................................................................5

C. kedudukan Pendidik .............................................................................................6

D. Tugas Pendidik ....................................................................................................9

E. Fungsi Pendidik .................................................................................................13

F Syarat Pendidik ...................................................................................................16

G. Kompetensi Pendidik .........................................................................................17

H. Keutamaan Pendidik ..........................................................................................20

I. Hadist Tentang Pendidik......................................................................................23

1. Hadist Ibnu Majah Nomor 225........................................................................23

2. Hadist Ibnu Majah Nomor 224........................................................................26

3. Hadist At-Timidzi Nomor 2244.......................................................................31

BAB III PENUTUP...................................................................................................36

A. KESIMPULAN...................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................37

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pendidikan telah ditekankan berulang kali dalam Al-Qur'an
dan hadis. Hadis Nabi Muhammad juga menekankan nilai pengetahuan. Dalam
Alquran dan hadis dijelaskan secara eksplisit betapa pentingnya sehingga
pendidikan itu dihukumkan sebagai sebuah keawajiaban bagi tiap muslim
karena dengan pendidikan itulah dapat mengatar seseorang mendekatkan diri
kepada Allah, Sang Pencipta alam semesta ini. Dalam hadis terdapat beberapa
kata yang menunjuk kepada term pendidikan yaitu ta'lim, dari akar 'alima
(untuk mengetahui,menyadari, untuk memahami, belajar), tarbiyah, dari kata
raba (meningkatkan tumbuh, memelihara), ta'dib, dari akar kata addaba (untuk
menjadi berbudaya, halus, santun). Hadis juga menegaskan bahwa terdapat dua
elemen penting yang diperlukan dalam perumusan dasara dan hakikat
pendidikan Islam yaitu, tujuan pendidikan dan faktor-faktor pendidikan. Peran
pendidik sebagai pelayan anak didik yakni mediator dan fasilitator.

Pendidik harus selalu belajar dan sikapnya yang demokratis. Anak didik
yang sukses adalah yang mempunyai rasa butuh terhadap ilmu dan mampu
mengembangkan bakat yang dimilikinya. Materi ajar diutamakan etika atau
adab dan berdoa sebagai pengamalan ilmu yang dimiliki. Pengajar boleh
menerima honor, bahkan berhak menerima honor jika kondisi anak didik layak
dipungut biaya. Metode adalah suatu cara atau langkah untuk mengetahui
memahami dan mengerjakan. Metode pendidikan merupakan suatu komponen
penting dalam menyelesaikan suatu pengajaran dalam pendidikan. Sebagai alat
untuk mencapai tujuan pendidikan. Penggunaan metode yang tepat dapat
membuat materi pelajaran dapat dijangkau atau dimanfatkan secara efektif juga
efisien. Agar terlaksananya suatu metode pengajaran maka harus termuat
tujuan pendidikan untuk membuat berbagai strategi dalam metode pendidikan.
Metode pengajaran itu lebih dari pada sebagai alat untuk menyampaikan bahan
ajar atau materi tetapi juga sebagai alat.

1
untuk membantu peserta didik mendapatkan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pendidikan akhlak dan adab, pendidikan agama, serta nilai-nilai
kehidupan yang diinginkan atau diperlukan dalam hidup. Guru sebagai
pendidik merupakan suatu amanah yang sangat berat untuk dilaksanakan.
Dikatakan berat, karena guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta
didiknya ke arah yang positif dan lebih baik, dari semua aspek yang ada pada
peserta didik baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk itu,
keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial. Hal ini
disebabkan kewajibannya tidak hanya mentransferkan ilmu pengetahuan saja,
tetapi juga dala mengintegrasikan nilai-nilai etis.Dengan demikian dapat kita
pahami bahwa pendidik merupakan tulang punggung dalam kegiatan
pendidikan terutama yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar
mengajar.Tanpa adanya peran pendidik atau guru maka proses belajar
mengajar tidak akan berjaralan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penulisan ini
sebagai berikut:
1. Apa Definisi pendidik?
2. Bagaimana pengetahuan umum tentang pendidik?
3. Apa saja hadits-hadits yang berkaitan dengan pendidik dalam Pespektif
hadis?
4. Bagaimana kritik sanad dan matan dari hadits-hadits yang berkaitan dengan
Pendidik dalam perspektif hadist?
5. Bagaimana asbabul wurud hadits-hadits yang berkaitan dengan metode
pendidik dalam perspektif hadist tersebut?
6. Apa syarah atau pemahaman mengenai hadits-hadits yang berkaitan dengan
definisi pendididik dalam perspektif hadist tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian pendidik.
2. Mengetahui pengetahuan umum tentang pendidik.

2
3. Mengetahui hadits-hadits yang berkaitan dengan pendidik dalam perspektif
hadis.
4. Mengetahui kritik sanad dan matan dari hadits-hadits pendidik dalam
perspektif hadist.
5. Mengetahui syarah atau pemahaman mengenai hadits-hadits yang berkaitan
dengan Definisi pendidik dalam perspektif hadistersebut.
6. Mengetahui syarah atau pemahaman mengenai hadits-hadits yang berkaitan
dengan Definisi pendidik dalam perspektif hadist tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendidik Dalam Perspektif Hadits


Pengertian Pendidik
Kata pendidik didalam bahasa arab terdapat beberapa kata yang
mendekati secara makna, kata tersebut seperi ustadz berarti teacher atau
guru, professor (gelar akademik/ jenjang di bidang intelektual). selain itu,
ada kata muallim yang berarti teacher (guru), trainer (pemandu). selanjunya
kata kata mudarris berarti teacher (guru), instructure (pelatih), dan lecturer
(dosen). Dan kata muaddib berarti educator (pendidik) atau teacher in
qur‘anic school (guru dalam lembaga pendidikan Alquran).1

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pendidik berarti orang


yang mendidik.2 Hal tersebut sejalan dengan definisi pendidik menurut
W.Charlase Case, menurutnya pendidik adalah Pembimbing dalam proses
pembelajaran .3 sedangkan, pendidik menurut Suryosubrata (1983: 26)
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaan, maupun berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba
dan khalifah Allah SWT, dan mampu sebagai makhluk sosial sekaligus
makhluk individu yang mandiri..4

Pendidik sering kali di sama artikan dengan profesi guru, hal ini
memang ada kemiripan yaitu sama-sama sebagai seorang pengajar,
pembimbing dan sebagainya. Namun, keduanya bisa berbeda makna,
Pendidik merupakan hipernim yaitu kata yang memiliki makna yang lebih
1
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam Kajian Filosofis Pendidikan Islam Berdasarkan
Telaah Atas Al-Quran, Hadits, Dan Pemikiran Ahli Pendidikan ( Malang: Madani Kelompok Intrans
Publishing.2017)hlm.
2
https://kbbi.web.id/pendidik, diakses pada: 31/03/2023 pukul 22:55
3
Suwanto, M.Pd.i, Kompetensi Pendidik :Suatu Konsep Teori dan Relevansinya dengan
Karakteristik Pendidik Abad 21 (Yogyakarta: CV.Bintang Semesta Media,2022). Hlm. 5
4
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam Kajian Filosofis Pendidikan Islam Berdasarkan
Telaah Atas Al-Quran, Hadits, Dan Pemikiran Ahli Pendidikan ( Malang: Madani Kelompok Intrans
Publishing.2017)

4
luas, dimana  “pendidik” merupakan padanan dari kata educator dalam
bahasa inggris yang diambil dari Kamus Webster yang artinya adalah
pendidik, spesialis dibidang pendidikan, atau ahli pendidikan. Sedangkan,
guru merupakan kata hiponim yaitu kata yang memiliki makna sempit dari
kata pendidik, guru merupakan padanan dari kata “teacher” dalam bahasa
inggris yang diambil dari Kamus Webster berarti seseorang yang mengajar,
khususnya disekolah.5

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah


orang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepadapeserta didik baik
jasmani maupun rohani agar mencapai kedewasaan, dan mampu
melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi.6

Klasifikasi pendidik
Pendidik dalam lingkup Islam memiliki jangkupan yang luas,
berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an pendidik dalam pendidikan Islam dibagi
menjadi empat yaitu :

a. Allah SWT
Allah merupakan pendidik sejati, dimana Allah SWT sang maha
mengetahui membimbing manusia sebagai ciptaannya. Allah SWT selalu
membimbing manusia mulai dari lahir sampai tutup usia.

b. Rasulullah SAW
Rasulullah SAW diutus Oleh Allah SWT ke dunia tidak lain untuk
membina dan mendidik manusia agar sempurna akhlaknya. Rasulullah
menjadi pendidik dan suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia.
c. Orang Tua
Pendidik yang ketiga yaitu Orang tua, Orang tua menjadi pendidik untuk
sang anak. Orang tua memiliki tanggung jawab sebagai pendidik.
d. Guru (Orang Lain)

5
https://www.kosngosan.com/2017/12/pengertian-kualifikasi-kompetensi-pendidik-umum.html,
Diakses pada 08/04/2023 pukul 11:38
6
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam Kajian Filosofis Pendidikan Islam Berdasarkan
Telaah Atas Al-Quran, Hadits, Dan Pemikiran Ahli Pendidikan ( Malang: Madani Kelompok Intrans
Publishing.2017)

5
Pendidik yang ke empat yaitu Orang lain, hal ini dapat dilihat dari sebuah
kisah, yaitu kisah Nabi Musa a.s yang berguru kepada Nabi Khidir a.s
yang tercantum pada QS. Al- Khafi ayat 60-82.7

Kedudukan Pendidik dalam pandangan Islam


Islam sangat menghargai dan memuliakan para pendidik atau guru.
Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan pendidik atau
guru setingkat di bawah Nabi dan Rasul. Mengapa demikian? Karena
pendidik atau guru sangat berkaitan dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan
Islam sangat menghargai pengetahuan. Ada penyebab khas mengapa orang
Islam amat menghargai pendidik atau guru, yaitu pandangan bahwa ilmu
(pengetahuan) semuanya bersumber pada Tuhan :

Ilmu datang dari Tuhan, guru pertama adalah Tuhan. Pandangan


yang menembus langit ini telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa
ilmu itu tidak terpisah dari Allah; ilmu tidak terpisah dari guru; maka
kedudukan guru atau pendidik amat tinggi dalam Islam. Jadi Islam sangat
menghormati dan memuliakan kedudukan pendidik atau guru dikarenakan
terkait dengan ilmu pengetahuan, juga adanya hadits Nabi yang
menegaskan bahwasannya orang yang berilmu melebihi orang yang
beribadah puasa dan sholat malam, tinta ulama lebih berharga daripada
darah syuhada, dan lain sebagainya. Yaitu disebutkan bahwa: “jadilah
engkau seorang guru, atau pelajar, atau pendengar, atau pencinta, dan
janganlah kamu menjadi orang yang kelima, sehingga engkau menjadi
rusak”. Hadits lain menyebutkan bahwa: “tinta seorang ilmuwan/ulama
lebih berharga daripada darah para syuhada”. 8 Dalam hal ini ada dukungan
wahyu baik dari Al-Qur’an maupun Hadits Nabi.9

Pandangan di atas selanjutnya menghasilkan bentuk hubungan


yang khas antara guru dan murid dalam Islam yang pada hakikatnya
adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai nilai
kelangitan. Akan tetapi akhir-akhir ini kedudukan pendidik atau guru
7
Ibid. hlm.34
8
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, hlm 85
9
Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 19

6
mengalami kemerosotan, karena pengaruh perkembangan paham
materialisme dan pragmatisme di mana-mana. Di samping itu juga karena
perilaku, akhlak dan moral sebagian pendidik atau guru sendiri yang ikut
mendukungnya. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya kemerosotan
akhlak dan budi pekerti peserta didik dewasa ini. Padahal tugas pendidik
atau guru adalah mengembangkan potensi, pembawaan dan fitrah peserta
didik, sekaligus membentuk dan mengarahkannya sesuai dengan visi dan
misi Islam.10

Sebenarnya tingginya kedudukan pendidik dalam Islam merupakan


realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan,
pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang belajar adalah
calon pendidik, dan yang mengajar adalah pendidik. Maka, tidak boleh
tidak, Islam pasti memuliakan pendidik. Tak terbayangkan terjadinya
perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang yang belajar dan
mengajar, tidak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya
pendidik. Karena Islam adalah agama, maka pandangan tentang pendidik,
kedudukan pendidik, tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan.11

Hubungan guru dengan murid di Barat, tidak lebih hanya sekedar


hubungan pemberi dan penerima jasa (pengetahuan), mereka mengikat
hubungannya dengan ikatan ekonomi. Mereka hanya mementingkan nilai-
nilai materi atau ekonomi saja, tidak lebih dari itu. Menurut Ahmad Tafsir,
hubungan guru-murid dalam Islam dewasa ini sedikit demi sedikit mulai
berubah, nilai-nilai ekonomi sedikit demi sedikit mulai masuk, sehingga
yang terjadi sekarang adalah : (a) kedudukan guru dalam Islam semakin
merosot, (b) hubungan guru-murid semakin kurang nilai kelangitan,
penghargaan (penghormatan) murid tehadap guru semakin turun, (c) harga
karya mengajar semakin tinggi, sehingga menurutnya perlu perenungan
yang mendalam.12 Dari beberapa hadis juga dapat dilihat bahwa Nabi
Muhammad SAW juga memposisikan pendidik di tempat yang mulia dan

10
Ibid, hlm. 19
11
Muhammad Ali, Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam, hlm 85
12
Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 20-21

7
terhormat. Dia menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi,
sementara makna ulama adalah orang yang berilmu. Dalam perspektif
pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah
pewaris para nabi.13

Dalam dunia pendidikan, pendidik adalah bapak rohani (spiritual


father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dan ilmu,
pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh
karena itu pendidik mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam. Al-
Ghozali menukil pernyataan para ulama yang menyatakan bahwa pendidik
merupakan pelita segala zaman, orang yang hidup dengannya akan
mendapatkan pancaran cahaya keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada
pendidik niscaya manusia seperti binatang sebab: “pendidik adalah upaya
mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan (baik binatang buas
maupun binatang jinak) kepada sifat insaniyah dan ilahiah”. Berdasarkan
penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidik bukan hanya hanya
mengajar dan mentrasfer ilmu pengetahan saja, akan tetapi lebih luas lagi
yaitu sebagai orangtua atau bapak rohani (spiritual father) yang
memberikan suri tauladan, membina mental dan jiwa serta
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik.14

Tugas Pendidik
Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu
yang sangat mulia. Posisi ini menyebabkan Islam menempatkan orang-
orang yang beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila
dibanding dengan manusia lainnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah
(Q.S. Al Mujadalah/58 : 11). Secara umum, tugas pendidik adalah
mendidik. Dalam Ahmad Tafsir (2004: 78), mendidik adalah tugas yang
amat luas, dan mengajar adalah sebagian dari tugas pendidik. Dalam
pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah mendidik dengan
cara mengajar di samping sebagai motivator dan fasilitator.15

13
Muhammad Ali, Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam, hlm 85
14
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, hlm 85
15
Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 21

8
Menurut Roestiyah N.K. yang dikutip oleh Djamarah bahwa
pendidik dalam mendidik anak didik bertugas untuk:
1. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,
kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
2. Membentuk kepribadian anak didik yang harmonis, sesuai citacita
dan dasar negara kita pancasila.
3. Menyiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik sesuai
undang-undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No II
Tahun 1983.
4. Sebagai perantara dalam belajar.
5. Pendidik sebagai pembimbing untuk membawa anak didik
kedalam kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak
dapat membentuk anak didik menurut sekehendaknya.
6. Pendidik sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
7. Pendidik sebagai penegek disiplin.
8. Pendidik administrator dan manajer.
9. Pendidik sebagai suatu profesi.
10. Pendidik sebagai perencana kurikulum.
11. Pendidik sebagai pemimpin.
12. Pendidik sebagai sponsor kegiatan anak-anak.16

Dalam undang- undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan


Dosen, Pasal 1, ayat 1 dan2 sebagai berikut:

1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
danmengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2. Dosen adalah pendidik profesional dengan tugas
utamamentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.17

16
Muhammad Ali, Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam, hlm. 93-94
17
Abdul Haris, Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam, hlm. 90-91

9
Menurut Ag. Soejono tugas pendidik adalah :

1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik


dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui
pergaulan, angket dan sebagainya.
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang
baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar
tidak berkembang.
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan
cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, ketrampilan agar
anak didik memilihnya dengan tepat.
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan anak didik berjalan dengan baik.
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik
menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.18

S. Nasution merumuskan tugas pendidik menjadi tiga:

1. Sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan


tugasnya ini maka pendidik harus memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang bahan yang akan diajarkan. Sebagai tindak
lanjutnya dari tugas ini maka seorang pendidik tidak boleh berhenti
belajar, karena pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta
didiknya terlebih dahulu harus dia pelajari.
2. Pendidik sebagai model yaitu dalam bidang studi yang
diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pendidik menjadi model
atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran
tersebut.
3. Pendidik yang menjadi model sebagai pribadi, ia berdisiplin,
cermat berpikir, mencintai pelajarannya, atau yang menghidupkan
idealisme dan luas dalam pandangannya (wacananya).19

18
Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 21
19
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam (Kajian Filosofis Pendidikan Islam Berdasarkan
Telaah Atas Al-Qur’an, Hadits, dan Pemikiran Ahli Pendidikan), hlm. 37-38

10
Menurut Atiyah Al Abrasy, tugas guru atau pendidik adalah

1. Guru harus mengetahui karakter murid.


2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam
bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya.
3. Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan
dengan ilmu yang diajarkannya.20

Menurut Ramayulis tugas pendidik dibagi menjadi dua


1. Tugas pendidik secara umum dan tugas pendidik secara khusus.
Secara umum tugas pendidik yaitu sebagai “waratsat al-anbiya”,
yaitu sesuatu misiyang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh
pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia
dan akhirat, yang kemudian menjadikan manusia (peserta didik)
berkepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal saleh dan
bermoral tinggi.
2. Tugas pendidik secara khusus tugas pendidik yaitu, sebagai
pengajar (instruksional), sebagai pendidik (educator), dan sebagai
pemimpin (managerial). Sebagai pengajar (instruksional) yang
bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakannya,
dan memberikan penilaian setelah program itu dilaksananakan.
Sebagai pendidik (educator) yang mengerahkan peserta didik pada
tingkat kedewasaan yang berkepribadian islami. Lalu, sebagai
pemimpin (managerial) yang memimpin dan mengendalikan diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut
upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan,
partisipasi atas program yangyang dilakukan itu.21

Menurut A.D. Marimba, tugas pendidik dalam pendidikan Islam


adalah membimbing dan mengenal kebutuhan atau kesanggupan peserta
didik, menciptakan situasi yang kondusif bagi berlangsungnya proses
kependidikan, menambah dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki

20
Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 21-22
21
Abdul Haris, Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam, hlm. 92

11
guna ditransformasikan kepada peserta didik, serta senantiasa membuka
diri terhadap seluruh kelemahan atau kekurangannya.22

Sedangkan menurut Al-Rasyidi mengemukakan tugas pendidik


dapat dijabarkan dalam beberapa pokok pikiran, yaitu : (a) sebagai
pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program pengajaran,
melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan
penilaian setelah program tersebut dilaksanakan, (b) sebagai pendidik
(edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan penciptaannya,
dan (c) sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan
diri (baik diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi
atas program yang dilakukan.23

Menurut Zakiah Drajat, “tugas guru meliputi, pertama, tugas


pengajaran atau guru sebagai pengajar, kedua, tugas bimbingan dan
penyuluhan atau guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan,
ketiga,tugas administrasi atau guru sebagai “pemimpin” (manajer
kelas)”.24

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali dalam Abdurrahman (1992:


239), tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan, serta membawa hati manusia untuk taqarrub ilallah. Para
pendidik hendaknya mengarahkan peserta didik untuk mengenal Allah
lebih dekat melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidik dituntut untuk
dapat mensucikan jiwa peserta didiknya. Hanya dengan melalui jiwa-jiwa
yang suci manusia akan dapat dekat dengan Khaliqnya. Berkenaan dengan
konsep ini, an-Nahlawi menyimpulkan bahwa selain bertugas mengalihkan
berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, tugas utama
yang perlu dilakukan pendidik adalah tazkiyah an-nafs, yaitu
mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada

22
Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 22
23
Ibid, hlm 22
24
Abdul Haris, Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam, hlm. 92

12
Khaliq-nya, menjauhkannya dari kejahatan, dan menjaganya agar tetap
berada pada fitrahnya yang hanif.25

Fungsi Pendidik
Berdasarkan pendapat para ahli sungguh banyak fungsi guru yang
diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah yang
menerjunkan diri menjadi guru. Semua fungsi yang diharapkan dari guru
seperti diuraikan dibawah ini, sebagai:
1. Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-
betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah.
2. Inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapa memberikan petunjuk (ilham)
bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus
bertolak dari teori-teori belajar, dari penaglaman pun bisa dijadikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan
teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak
didik.
3. Informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan
ilmu pengeahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi
informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai
kuncinya, ditopang dengan bahan yang akan diberikan kepada anak
didik.
4. Organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari
guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan
kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun

25
Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 22

13
kalender akademik dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan,
sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi belajar pada diri
anak didik.
5. Motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar
bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi,
guru dapat menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak
didik malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Peranan
guru sebagai motivator sangat penting dalam intrkasi edukatif,
karena menyangkut esensi pekerjaan pendidik yang membutuhkan
kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi
dan sosialisasi diri.
6. Inisiator, dalam perannya sebagai inisiator, guru harus dapat
menjadi pencetus ideide kemajuan dalam pendidikan pengajaran.
proses intraksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
pendidikan.
7. Fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.
Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas
yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar
yang kurang memadai akan menyebabkan anak didik malas belajar.
8. Pembimbing, peranan guru yang tak kalah pentingnya dari semua
peranan yang telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing.
Peranan ini harus lebih dipentingkan. Karena kehadiran guru di
sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia
dewasa. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan
dalam menghadapi perkembangan dirinya.
9. Demonstrator, dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan
pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang
memiliki intelegensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang
sukar dipahami anak didik. Guru harus berusaha membantunya,
dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis,

14
sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak
didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak
didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan
efisien.
10. Pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan
baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan
guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas
yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi
edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan
menghambat kegiatan pengajaran. Kelas yang terlalu padat dengan
anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih
banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif
yang optimal.
11. Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan dalarn berbagai bentuk dan
jenisnya, baik media nonmaterial maupun materil. Media berfungsi
sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi
edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan
dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran.
12. Supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan
menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik
supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan
perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena
posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena
pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan-
keterampilan yang dimilikinya. atau karena memiliki sifat-sifat
kepribadian yang menonjol daripada orang-orang yang
disupervisinya. Dengan sernua kelebihan yang dimiliki, ia dapat
melihat, menilai atau mengadakan pengawasan terhadap orang atau
sesuatu yang disupervisi.

15
13. Evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang
baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh
aspek ekstrinsik dan intrinsik.26

Dalam Islam, pendidik sekurang-kurangnya memiliki dua fungsi mulia

1. Fungsi penyucian, artinya sebagai pemelihara diri, pengembang,


serta pemelihara fitrah manusia.
2. Fungsi pengajaran, artinya sebagai penyampai ilmu pengetahuan
dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan
seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari
itu peranan pendidik.27

Syarat-Syarat Pendidik
Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu:
1. Harus beragama.
2. Mampu bertanggung jawab atas kesejahteraan agama.
3. Tidak kalah dengan guru-guru umum lainnya dalam membentuk
Negara yang demokratis.
4. Harus memiliki perasaan panggilan murni.28

Menurut pendapat HM. Arifin, pendidik harus memenuhi syarat-syarat


agar usahanya mendidik dapat berhasil:

1. Mengerti ilmu mendidik sebaik-baiknya, sehingga segala tindakannya


dalam mendidik itu disesuaikan dengan jiwa peserta didiknya.
2. Memiliki bahasa yang begitu baik dan menggunakannya sebaik-baik
mungkin sehingga dengan bahasa itu peserta didik tertarik kepada
pelajarannya, dan dengan bahasanya itu dapat menimbulkan perasaan
yang halus pada peserta didik.
3. Mencintai peserta didiknya. Sebab cinta senantiasa mengandung arti
menghilangkan kepentingan diri sendiri untuk keperluan orang lain.29

26
M. Ramli, Hakikat Pendidik dan Peserta Didik, hlm. 72-74
27
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam (Kajian Filosofis Pendidikan Islam Berdasarkan
Telaah Atas Al-Qur’an, Hadits, dan Pemikiran Ahli Pendidikan), hlm. 35
28
Muhammad Ali, Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam, hlm. 88-89

16
Ahmat Tafsir menjelaskan, bahwa untuk menjadi seorang pendidik harus
memiliki syarat- syarat sebagai berikut:

1. Tentang Umur, harus sudah Dewasa.


2. Kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani.
3. Keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai
ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar).
4. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.30

Menurut M. Ali seperti dikutip User Utsman, ada lima syarat yang harus
dipenuhi oleh seseorang yang ingin menjadi pendidik, yaitu:

1. Memiliki keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu


pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3. Adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.31

Kompetensi Pendidik
Kompetensi guru (pendidik) adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah,
namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor
latarbelakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar.32
Menurut Rusman menganai empat kompetensi tersebut:
1. Kompetensi Pedagogik, artinya guru harus mampu mengelola kegiatan
pembelajaran, mulai dari merencanalan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manejemen

29
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam (Kajian Filosofis Pendidikan Islam Berdasarkan
Telaah Atas Al-Qur’an, Hadits, dan Pemikiran Ahli Pendidikan), hlm. 39
30
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, hlm 89
31
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam (Kajian Filosofis Pendidikan Islam Berdasarkan
Telaah Atas Al-Qur’an, Hadits, dan Pemikiran Ahli Pendidikan), hlm. 38
32
M. Ramli, Hakikat Pendidik dan Peserta Didik, hlm. 80-81

17
kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum,
melaksanakan kurikulum, dan mengevaluasi kurukulum, serta memiliki
pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan
dan perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih
bermakna dan berhasil guna. Hal-hal yang harus dimiliki terkait dengan
kompetensi pedagogik adalah:
a. Memiliki wawasan landasan pendidikan.
b. Memiliki pemahaman terhadap peserta didik.
c. Memiiki pengetahuan untuk mengembangkan kurikulum dan
silabus.
d. Mampu menyusun perencanaaan pembelajaran.
e. Mampu melakasanakan pembelajaran yang dialogis.
f. Mampu memanfaatkan sarana teknologi.
g. Mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran.
h. Mampu mengembangkan potensi peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian, artinya guru memiliki sikap kepribadian yang
mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa. Dengan
kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani,
sehingga mampu melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing MadyaMangun
Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru memberi teladan/contoh, di
tengah memberikan karsa, dan dibelakang memberikan
dorongan/motivasi) Hal-hal yang terkait dengan kompetensi kepribadian
antara lain:
a. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
b. Berakhlak mulia.
c. Arif dan bijaksana.
d. Demokratis.
e. Mantab.
f. Berwibawa.
g. Stabil.
h. Dewasa.

18
i. Jujur.
j. Sportif.
k. Menjadi teladan bagi peserta didik.
3. Kompetensi Profesional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang
luas berkenaan dengan bidang studi yang akan diajarkan serta mampu
memilih model, strategi, dan metode yang tepat serta mampu
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun harus memiliki
pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan kependidikan. Hal-
hal yang terkait dengan kompetensi ini adalah:
a. Menguasai materi secara luas dan mendalam sesuai dengan
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
b. Menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau
seni yang relevan yang secara konseptual kohern dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran dan atau kelompok pelajaran
yang akan diampu.
c. Menguasai iklim belajar di kelas, diantaranya yaitu memiliki
keterampilan interpersonal, khususnya kemampuan untuk
menunjukkan empati, penghargaan kepada anak didik dan
ketulusan.
4. Kompetensi Sosial, artinya setiap guru harus manunjukan kemampuan
berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun sesama
teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas
Hal-hal yang terkait dengan kompetensi ini adalah:
1. Mampu melakukan komunikasi secara lisan dan tulis.
2. Mampu menggunakan teknologi, komunikasi dan informasi
secara baik.
3. Mampu bergaul secara baik dengan sesame sejahwat, pimpinan,
peserta didik dan masyarakat.

19
4. Mampu bergaul secara santun dengan berbagai elemen
masyarakat. Menerapkan persaudaraan sejati dan memiliki
semangat kebersamaan.33
Menurut Hamruni, pendidik yang profesional harus memiliki kompetensi-
kompetensi sebagai berikut:
1. Penguasaan materi al-Islam yang komperehensif serta wawasan dan
bahan pengayaan, terutama pada bidang-bidang tugasnya.
2. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode dan teknik)
pendidikan Islam, termasuk kemampuan evaluasinya.
3. Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan
Islam.
5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak
langsung yang mendukung kepentingan tugasnya. 34

Keutamaan Pendidik
1. Ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT.
Kedudukan pendidik dalam pandangan masyarakat sangatlah mulia,
seorang pendidik di anggap sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Oleh
karena itu kita harus menghargai seorang pendidik/guru, sama seperti
menghargai orangtua kita, seperti kata SHSDWDK ³Orang Tua adalah
guruku di rumah, dan Guru adalah orangtuaku di sekolah¥ Karenanya
juga kita bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
2. Terbebas dari kutukan Allah SWT.
Dalam sebuah hadits yang artinya :” Abu Hurairah meriwayatkan
bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda :” Ketahuilah! Bahwa
sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk kecuali zikir kepada
Allah dan apa yang terlibat dengannya, orang yang tahu (guru) atau
orang yang belajar”.

33
Abdul Haris, Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam, hlm. 95-97
34
M. Ramli, Hakikat Pendidik dan Peserta Didik, hlm. 81

20
Dalam hadis ini ditegaskan bahwa orang yang tahu (guru, pendidik)
adalah orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan
keutamaan yang sangat berharga. Dari hadis ini dapat dipahami bahwa
tidak semua orang yang berpredikat guru dijamin Rasulullah SAW.
selamat dari kutukan. Guru yang beliau maksudkan adalah guru yang
berilmu, mengamalkan ilmunya dan mengajarkannya dengan ikhlas
untuk mendapatkan keridaan Allah.
3. Didoakan oleh penduduk bumi.
Dalam sebuah hadits yang artinya :” Abu Umamah al-Bahiliy berkata:
diceritakan kepada Rasulullah saw. dua orang laki-laki, yang satu 'abid
(orang yang banyak beribadah) dan yang satu lagi 'alim (orang yang
banyak ilmu). Maka Rasulullah saw. bersabda: kelebihan seorang alim
daripada orang yang beribadah adalah bagaikan kelebihanku daripada
seorang kamu yang paling rendah. Kemudian Rasulullah saw. berkata
(lagi): Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi
sampai semut yang berada dalam sarangnya serta ikan berselawat
(memohon rahmat) untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada
manusia (pendidik, guru).”
Informasi dalam hadis di atas mencakup bahwa Allah memberikan
rahmat dan barakah kepada guru. Selain itu, malaikat dan penduduk
langit dan bumi termasuk semut yang berada dalam sarang, ikan yang
berada dalam laut mendoakan keaikan untuk guru yang mengajar
orang lain. Ini semua adalah keutamaan yang diberikan oleh Allah
kepada guru.
4. Mendapatkan pahala berkelanjutan
Dalam sebuah hadits yang artinya : “ Abu Hurairah meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Apabila manusia telah meninggal
dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah,
ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya”.
Dalam hadis di atas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu
diberi pahala oleh Allah pada seseorang kendatipun ia sudah
meninggal dunia. Yaitu; (1) sedekah jariyah (wakaf yang lama

21
kegunaannya), (2) ilmu yang bermanfaat, dan (3) doa yang
dimohonkan oleh anak yang saleh untuk orang tuanya. Sehubungan
dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang
diajarkan oleh seseorang ('âlim, guru) kepada orang lain dan tulisan
(karangan) yang dimaksudkan oleh penulis untuk dimanfaatkan orang
lain. Pahala yang berkelanjutan merupakan salah satu keutamaan yang
bakal diperoleh oleh pendidik (guru).35

B. Hadits Tentang Pendidik


1. Hadits Ibnu Majah No.225 36

35
M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, hlm 85-88
36
https://hadits.tazkia.ac.id/

22
‫س َع ْن‬ ِ َ‫الزب ِرق‬
ٍ ‫ان َع ْن بَ ْك ِر بْ ِن ُخَنْي‬ ْ ِّ ‫اف َح َّد َثنَا َد ُاو ُد بْ ُن‬ َّ ‫َح َّد َثنَا بِ ْش ُر بْ ُن ِهاَل ٍل‬
ُ ‫الص َّو‬

َ َ‫يد َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْم ٍرو ق‬


‫ال َخَر َج‬ َ ‫َعْب ِد الرَّمْح َ ِن بْ ِن ِزيَ ٍاد َع ْن َعْب ِد اللَّ ِه بْ ِن يَِز‬
ِ ‫ات َي ْوٍم ِم ْن َب ْع‬
‫ض ُح َج ِر ِه فَ َد َخ َل الْ َم ْس ِج َد فَِإ َذا‬ ِ
َ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َذ‬
ِ ُ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
‫حِب‬
ْ ‫ُه َو َْل َقَتنْي ِ ِإ ْح َدامُهَا َي ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن َويَ ْدعُو َن اللَّهَ َو‬
‫اُأْلخَرى َيَت َعلَّ ُمو َن َويُ َعلِّ ُمو َن‬

‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ُكلٌّ َعلَى خَرْيٍ هَُؤ اَل ِء َي ْقَرءُو َن الْ ُق ْرآ َن َويَ ْدعُو َن‬
َ ُّ ‫ال النَّيِب‬
َ ‫َف َق‬
ِ‫َأعطَاهم وِإ ْن َشاء مَنعهم وه اَل ِء يَتعلَّمو َن وِإمَّنَا بع‬ ‫ِإ‬
‫س‬
َ ‫ل‬
َ ‫ج‬
َ ‫ف‬
َ ‫ا‬ ‫م‬
ً ِّ‫ت ُم َعل‬
ُ ‫ث‬
ْ ُ َ ُ َ َ ‫َ َ َ ُ ْ َ َُؤ‬ َ ْ ُ ْ َ‫اللَّهَ فَ ْن َشاء‬
)‫َم َع ُه ْم (رواه ابن ماجه‬
Artinya : "Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Hilal Ash Shawwafi
berkata, telah menceritakan kepada kami Dawud bin Az Zibirqan dari Bakr
bin Khunais dari Abdurrahman bin Ziyad dari Abdullah bin Yazid dari
Abdullah bin 'Amru ia berkata; Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam keluar dari salah satu kamarnya dan masuk ke dalam masjid. Lalu
beliau menjumpai dua halaqah, salah satunya sedang membaca Al Qur`an
dan berdo'a kepada Allah, sedang yang lainnya melakukan proses belajar
mengajar. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Masing-
masing berada di atas kebaikan, mereka membaca Al Qur`an dan berdo`a
kepada Allah, jika Allah menghendaki maka akan memberinya dan jika
tidak menghendakinya maka tidak akan memberinya. Dan mereka sedang
belajar, sementara diriku di utus sebagai pengajar, "lalu beliau duduk
bersama mereka".
(H.R. Ibnu Majah)
a. Pemahaman Hadits
Hadits tersebut dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad SAW
merupakan seorang guru atau pendidik. Dalam riwayat Ath-Thayalisi
disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda “wainnama bu’itstu
mu’alliman wa hadzaa afdhal” yang artinya sesungguhnya aku diutus

23
sebagai seorang guru dan ini lebih utama. Maka Rasulullah SAW duduk dan
memilih kelompok yang sedang belajar mengajar. Rasulullah bahkan
menjadikan ilmu dan belajar sebagai hak dalam bertetangga, maka seorang
tetangga wajib menghilangkan buta huruf tetangga yang lain.
Pendidik dalam hadits tersebut adalah Rasulullah sendiri yang
berperan sebagai seorang pengajar.
b. Sanad
Rantai sanad dari hadits diatas sebagai berikut:
1) Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash bin Wa’il
2) Abdullah bin Yazid
3) Abdur Rahman bin Ziyad bin An’um
4) Bakar bin Khunais
5) Daud bin Az Zibriqan
6) Bisyir bin Hilal
c. Kritik Sanad
1) Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash bin Wa’il
Ibnu Hajar Al Atsqalani : Shahabat
Adz Dzahabi : Shahabat

2) Abdullah bin Yazid


Yahya bin Ma’in : Tsiqah
Ibnu Hiban : disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Al ‘Ajli : Tsiqah
Adz Dzahabi : Tsiqah
Ibnu Hajar : Tsiqah

3) Abdur Rahman bin Ziyad bin An’um


Ahmad bin Hambal : Laisa bi Syai’
Yahya bin Ma’in : Dha’if
Ya’kub bin Sufyan : La Ba’sa Bih
Abu Zur’ah : Dha’if
An Nasa’i : Dha’if
Ibnu Kharasy : Matruk

24
As Saji : Dha’if
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani : Dha’if
Adz Dzahabi : mereka mendha’ifkannya

4) Bakar bin Khunais


Adz Dzahabi : Wahin
Yahya bin Ma’in : La Ba’sa Bih
Ad Daruquthni : Matruk
An Nasa’i : Dha’if
Abu Dawud : Laisa bi Syai’
Al ‘Ajli : Tsiqah

5) Daud bin Az Zibriqan


Ya’kub Ibnu Syaibah : Matruk
Abu Zur’ah : Matruk
Al Bukhari : Muqaaribul Hadits
Abu Dawud : Dha’if
An Nasa’i : Laisa bi Tsiqah
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani : Matruk
Adz Dzahabi : mereka mendha’ifkannya
6) Bisyir bin Hilal
Ibnu Hajar : Tsiqah
An Nasa’i : Tsiqah
Adz Dzahabi : tidak menyebutkannya
Abu Hatim : Mahalussidq
Ibnu Hiban : disebutkan dalam ‘Ats Tsiqat’
d. Asbahbul wurud
Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dari salah
satu kamarnya dan masuk ke dalam masjid. Lalu beliau menjumpai dua
halaqah, salah satunya sedang membaca Al Qur`an dan berdo'a kepada
Allah, sedang yang lainnya melakukan proses belajar mengajar. Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda

25
2. Hadits Ibnu Majah No.22437

‫ص َدقَةُ بْ ُن َخالِ ٍد َح َّد َثنَا عُثْ َما ُن بْ ُن َأيِب َعاتِ َكةَ َع ْن َعلِ ِّي‬ ِ
َ ‫َح َّد َثنَا ه َش ُام بْ ُن َع َّما ٍر َح َّد َثنَا‬
‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َعلَْي ُك ْم‬ ِ ُ ‫ال قَ َال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ‫اس ِم َع ْن َأيِب َُأم َامةَ ق‬ ِ ‫يد عن الْ َق‬
ْ َ َ ‫بْ ِن يَِز‬
‫صَب َعْي ِه الْ ُو ْسطَى َوالَّيِت تَلِي‬
ْ ‫ضهُ َأ ْن يُْرفَ َع َومَجَ َع َبنْي َ ِإ‬
ُ ‫ض َو َقْب‬
ِ ‫هِب‬
َ َ‫َ َذا الْع ْل ِم َقْب َل َأ ْن يُ ْقب‬
ِ ‫اَأْلج ِر َواَل َخْيَر يِف َساِئِر الن‬ ِ ‫اِإْل بهام ه َك َذا مُثَّ قَ َ مِل‬
‫َّاس‬ ْ ‫ال الْ َعا ُ َوالْ ُمَت َعلِّ ُم َش ِري َكان يِف‬ َ َ َْ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Ammar] berkata:
telah menceritakan kepada kami [Shadaqah bin Khalid] berkata: telah
menceritakan kepada kami [Utsman bin Abu 'Atikah] dari [Ali bin Yazid]
dari [Al Qasim] dari [Abu Umamah] ia berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Hendaknya kalian berpegang teguh dengan
ilmu ini sebelum dicabut, dan dicabutnya adalah dengan diangkat -beliau
menggabungkan antara dua jarinya: jari tengah dan telunjuk seperti ini-
kemudian bersabda: "Seorang alim dan penuntut ilmu bersekutu dalam
pahala, dan tidak ada kebaikan pada mayoritas manusia."
a. Syarah Hadits
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mendorong umat Islam
untuk memegang teguh ilmu pengetahuan sebelum ilmu tersebut dicabut
dari mereka. Nabi menggambarkan pencabutan ilmu tersebut dengan cara
mengangkat dua jari (jari tengah dan telunjuk) dan mengatakan bahwa
seorang alim dan penuntut ilmu akan bersekutu dalam pahala, sementara
mayoritas manusia tidak memiliki kebaikan. Dalam konteks hadits ini,
"mayoritas manusia" merujuk pada orang-orang yang tidak berusaha untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
Pendidik dalam hadits tersebut terlihat pada Rasulullah yang berusaha
mengajarkan tentang berpegang teguh dengan ilmu sebelum ilmu dicabut
dan beliau menggunakan media yang berupa 2 jari yaitu jari telunjuk dan
jari tengah

37
https://hadits.tazkia.ac.id/

26
b. Rantai Sanad
Hadits diatas memiliki rantai sanad sebagai berikut :
1) Hisyam bin ‘Ammar bin Nushair bin Maisarah bin Aban
2) Shadaqah bin Khalid
3) Utsman bin Abi Al ‘Atikah
4) Ali bin Yazid bin Abi Hilal
5) Al Qasim bin ‘Abdur Rahman
6) Shadiy bin ‘Ajlan
c. Kritik Sanad
• Shadiy bin ‘Ajlan
Ibnu Hajar Al Atsqalani : Sahabat
Adz Dzahabi : Shahabat
• Al Qasim bin ‘Abdur Rahman
Ya’kub Ibnu Syaibah : Tsiqah
Ibnu Hajar Al Atsqalani : Shuduuq banyak digharibkan
Adz Dzahabi : Shuduuq
• Ali bin Yazid bin Abi Hilal
Abu Zur’ah : Laisa bi Qowi
Abu Hatim : Dha’iful Hadits
Al Bukhari: Mungkarul Hadits
An Nasa’i : Laisa bi Tsiqah
Al Azdi : Matruk
Ad Daruquthni : Matruk
Al Hakim : Dzahibul Hadits
Ibnu Hajar : Dha’if
• Utsman bin Abi Al ‘Atika
Yahya bin Ma’in : Laisa bi Qowi
Abu Hatim : La Ba’sa Bih
Ya’qub bin Sufyan : Dha’iful Hadits
Abu Daud : Shalih
An Nasa’i : Dha’if
Al Hakim : Laisa bi Qowi

27
Al ‘Ajli : La Ba’sa Bih
Ibnu Hajar : Shaduuq
• Shadaqah bin Khalid
Ahmad bin Hambal : Tsiqah
Dahim : Tsiqah
Yahya bin Ma’in : Tsiqah
Ibnu Sa’d : Tsiqah
Ibnu Numar : Tsiqah
Al ‘Ajli : Tsiqah
Abu Hatim : Tsiqah
Abu Zur’ah : Tsiqah
An Nasa’i : Tsiqah
Ibnu Hajar Al Atsqalani : Tsiqah
• Hisyam bin ‘Ammar bin Nushair bin Maisarah bin Aban
Yahya bin Ma’in : Tsiqah
Al ‘Ajli : Tsiqah
Abu Hatim : Kaisun
An Nasa’i : La Ba’sa Bih
Ad Daruquthni : Shaduuq
Ibnu Hibban : Disebutkan dalam ‘Ats Tsiqaat
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani : Shaduuq
Adz Dzahabi : Hafidz
d. Kritik Matan
 Ibnu Majah 21259

‫اع ةَ َح َّدثَيِن َعلِ ُّي بْ ُن‬ ِ ِ


َ َ‫ َح َّدثَنَا َأبُو الْ ُمغ َرية َح َّدثَنَا ُم َع ا ُن بْ ُن ِرف‬:٢١٢٥٩ ‫مسند أمحد‬
‫ال لَ َّما َك ا َن يِف َح َّج ِة‬ َ َ‫اهلِ ِّي ق‬ ِ ‫يد عن َأيِب ُأمام ةَ الْب‬
َ ََ
ِ
ْ َ َ ‫يد َح َّدثَيِن الْ َقاس ُم َم ْوىَل بَيِن يَِز‬ َ ‫يَِز‬
‫اس‬ ٍ َّ‫ض ل بْ َن َعب‬
َ ْ ‫ف الْ َف‬ ٌ ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو ُه َو َي ْو َمِئ ٍذ ُم ْر ِد‬ ِ ُ ‫اع قَام رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ ِ ‫الْ َو َد‬
‫ض الْعِْل ُم َو َقْب َل َأ ْن‬ ِ ِ
َ َ‫َّاس ُخ ُذوا م ْن الْع ْل ِم َقْب َل َأ ْن يُ ْقب‬ ُ ‫ال يَا َأيُّ َه ا الن‬ َ ‫َعلَى مَجَ ٍل‬
َ ‫آد َم َف َق‬
ِ َّ ِ
‫ين َآمنُ وا اَل تَ ْس َألُوا َع ْن‬ َ ‫يُْرفَ َع الْع ْل ُم َوقَ ْد َك ا َن َأْن َز َل اللَّهُ َع َّز َو َج َّل { يَ ا َأيُّ َه ا الذ‬
ِ
َ ‫َأ ْشيَاءَ ِإ ْن ُتْب َد لَ ُك ْم تَ ُسْؤ ُك ْم َوِإ ْن تَ ْسَألُوا َعْن َها ح‬
ُ‫ني يَُن َّز ُل الْ ُق ْرآ ُن ُتْب َد لَ ُك ْم َع َف ا اللَّه‬

28
ِ ِِ ِ ِ ِ ‫عْنها واللَّه َغ ُف‬
َ ‫يم } قَ َال فَ ُكنَّا قَ ْد َك ِر ْهنَا َكث ًريا م ْن َم ْس َألَته َو َّات َقْينَ ا َذ َاك ح‬
‫ني‬ ٌ ‫ور َحل‬ ٌ ُ َ ََ
‫َأعَرابِيًّا َفَر َش ْونَاهُ بِ ِر َد ٍاء قَ َال‬
ْ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال فََأَتْينَ ا‬ ِ
َ ‫َأْن َز َل اللَّهُ َعلَى نَبِيِّه‬
‫اجبِ ِه اَأْلمْيَ ِن قَ َال مُثَّ ُق ْلنَ ا لَ هُ َس ْل‬ِ ‫اش يةَ الْب ر ِد خا ِرج ةً ِمن ح‬ ِ ِ ْ َ‫ف‬
َ ْ َ َ ْ ُ َ ‫ت َح‬ ُ ْ‫اعتَ َّم بِ ه َحىَّت َرَأي‬
ِ ِ ِ َ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم قَ َال َف َق‬
َ ‫ف يُْرفَ ُع الْع ْل ُم منَّا َو َبنْي‬َ ‫ال لَ هُ يَ ا نَيِب َّ اللَّه َكْي‬ َ َّ ‫النَّيِب‬
‫ال َفَرفَ َع‬ َ َ‫ف َوقَ ْد َت َعلَّ ْمنَا َما فِ َيها َو َعلَّ ْمنَا نِ َساءَنَا َو َذ َرا ِريَّنَا َو َخ َد َمنَا ق‬ ُ ‫صاح‬
ِ ‫َأظْه ِرنَا الْم‬
َ َ ُ
ِ ‫ض‬ ِ ِ
‫ال‬َ ‫ال َف َق‬ َ َ‫ب ق‬ َ َ‫ت َو ْج َه هُ مُحْ َرةٌ م ْن الْغ‬ ْ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم َرْأ َس هُ َوقَ ْد َعل‬ َ ُّ ‫النَّيِب‬
‫ص بِ ُحوا‬ ِ ‫ك ه ِذ ِه الْيه ود والنَّص ارى ب َأظْه ِر ِهم الْم‬ َ ‫َأي ثَ ِكلَْت‬
ْ ُ‫ف مَلْ ي‬ ُ ‫ص اح‬ َ َ ْ ُ َ ‫ك ُُّأم َ َ َ ُ ُ َ َ َ َنْي‬ ْ
ِِ ِ ِ ‫ِإ‬ ِ ِِ ‫حِب ٍ مِم‬
ُ‫ب مَحَلَتُه‬ َ ‫َيَت َعلَّ ُقوا َ ْرف َّا َج اءَْت ُه ْم ب ه َأنْبيَ اُؤ ُه ْم َأاَل َو َّن م ْن َذ َه اب الْع ْلم َأ ْن يَ ْذ َه‬
‫ث ِمَرا ٍر‬ َ ‫ثَاَل‬
Musnad Ahmad 21259: Telah bercerita kepada kami [Abu Al Mughirah]
telah bercerita kepada kami [Mu'ain bin Rifa'ah] telah bercerita kepadaku
['Ali bin Yazid] telah bercerita kepadaku [Al Qasim, budak Bani Yazid] dari
[Abu Umamah Al Bahili] berkata: Saat haji wada', Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam berdiri, saat itu beliau memboncengi Al Fadhl bin 'Abbas
diatas unta, beliau bersabda: "Wahai sekalian manusia! Ambillah ilmu
sebelum dicabut dan dilenyapkan. Allah AzzaWaJalla telah menurunkan:
'Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu bertanya suatu hal, bila
diperlihatkan bagimu akan menyusahkanmu, dan bila kamu menanyakannya
saat Al Quran turun akan diperlihatkan padamu, Allah memaafkannya dan
Allah Maha Pengampun lagi Penyantun.' Berkata Abu Umamah: Kami tidak
suka banyak tanya pada beliau dan kami menjaga diri untuk tidak
menanyakan banyak hal hingga Allah subhanahu wata'ala menurunkan
wahyu kepada nabiNya. Kemudian kami mendatangi seorang badui, kami
memakaikan selendang padanya. Selendang pun ia kenakan hingga aku
melihat tepi selendang keluar dari alis sebelah kanannya. Kami lalu berkata
padanya: Bertanyalah pada Nabi ShallallahuAlaihiWasallam. si badui
bertanya: Wahai Nabi Allah! Bagaimanakah ilmu dilenyapkan dari kami
sementara ditengah-tengah kami ada mushaf, kami mempelejarinya dan
mengajarkannya pada istri-istri, anak cucu dan para pembantu kami. Nabi

29
shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat kepala dan muka beliau memerah
karena marah kemudian bersabda: "Hai celakalah ibumu! Orang-orang
yahudi dan nasrani ditengah-tengah mereka banyak lembaran, namun
mereka tidak berpegangan pada satu huruf pun yang dibawa oleh para nabi-
nabi mereka. Dan sesungguhnya diantara salah satu tanda hilangnya ilmu
adalah meninggalnya orang-orang yang berilmu." Beliau mengucapkannya
sebanyak tiga kali.

 Ibnu Majah 142

ِ ‫ َأخبرنَا َأبو الْمغِري ِة ح َّد َثنَا اَأْلوز‬:١٤٢ ‫سنن الدارمي‬


‫اع ُّي َع ْن حَيْىَي بْ ِن َأيِب َكثِ ٍري َع ْن َأيِب‬ َْ َ َ ُ ُ ََ ْ
ُ‫ب َْأهلُه‬ َ ‫ضهُ َأ ْن يَ ْذ َه‬
ِ ٍ ِ
َ َ‫ال َعْب ُد اللَّه بْ ُن َم ْسعُود َت َعلَّ ُموا الْع ْل َم َقْب َل َأ ْن يُ ْقب‬
ُ ‫ض َو َقْب‬ َ َ‫ال ق‬َ َ‫قِاَل بَةَ ق‬
‫ع َو َعلَْي ُك ْم بِالْ َعتِ ِيق‬ َ ‫َأاَل َوِإيَّا ُك ْم َوالتَّنَطُّ َع َوالت‬
َ ‫َّع ُّم َق َوالْبِ َد‬
Sunan Darimi 142: Telah mengabarkan kepada kami [Abu Al Mughirah]
telah menceritakan kepada kami [Al `Auza'i] dari [Yahya bin Abu Katsir]
dari [Abu Qilabah] ia berkata; [Abdullah bin Mas'ud] radliallahu 'anhu
berkata; " Pelajarilah ilmu sebelum ia dicabut. Dan, dicabutnya ilmu dengan
cara ulama diwafatkan. Oleh karena itu, tinggalkanlah bid'ah, bersilat lidah
dan sikap sering mengada-ada dan melampui batas hingga persoalan
menjadi rumit. Dan, berpegang teguhlah kepada sesuatu yang kuno, yaitu
sunnah dan atsar (ucapan sahabat)

 Ibnu Majah No. 143

‫ان َع ْن مَحَّ ِاد بْ ِن َزيْ ٍد‬


ِ ‫ ح َّدثَنَا سلَيما ُن بن حر ٍب وَأبو النُّعم‬:١٤٣ ‫سنن الدارمي‬
َ ْ ُ َ َْ ُ ْ َ ْ ُ َ

ُ‫ضه‬
ُ ‫ض َو َقْب‬
ِ ٍ
َ َ‫ال ابْ ُن َم ْسعُود َعلَْي ُك ْم بِالْع ْل ِم َقْب َل َأ ْن يُ ْقب‬ َ َ‫وب َع ْن َأيِب قِاَل بَةَ ق‬
َ َ‫ال ق‬ َ ُّ‫َع ْن َأي‬
‫َأح َد ُك ْم اَل يَ ْد ِري َمىَت يُ ْفَت َق ُر ِإلَْي ِه َْأو يُ ْفَت َق ُر‬ ‫ِ ِ ِإ‬ ِِ
ْ ِ‫ب ب‬
َ ‫َأص َحابه َعلَْي ُك ْم بالْع ْل ِم فَ َّن‬ َ ‫َأ ْن يُ ْذ َه‬
ِ َ‫ِإىَل ما ِعْن َده ِإنَّ ُكم ستَ ِج ُدو َن َأْقواما ي ْزعُمو َن َأنَّهم ي ْدعُونَ ُكم ِإىَل كِت‬
‫اب اللَّ ِه َوقَ ْد‬ ْ َ ُْ ُ َ ًَ َ ْ ُ َ

30
ِ ِ
َ ‫َنبَ ُذوهُ َو َراءَ ظُ ُهو ِره ْم َف َعلَْي ُك ْم بِالْع ْل ِم َوِإيَّا ُك ْم َوالتَّبَد‬
‫ُّع َوِإيَّا ُك ْم َوالتَّنَطُّ َع َوِإيَّا ُك ْم‬

‫َّع ُّم َق َو َعلَْي ُك ْم بِالْ َعتِ ِيق‬


َ ‫َوالت‬
Sunan Darimi 143: Telah mengabarkan kepada kami [Sulaiman bin Harb]
dan [Abu An Nu'man] dari [Hamad bin Zaid] dari [Ayub] dari [Abu
Qilabah] ia berkata; [Ibnu Mas'ud] pernah berkata; " Hendaklah kalian
mempelajari ilmu sebelum dicabut. Dan, dicabutnya ilmu dengan cara
meninggalnya ulama. Hendaklah kalian menjadikan ilmu Sebagai
perbekalan, sebab salah seorang diantara kalian tidak pernah tahu, kapan ia
membutuhkannya. Sesungguhnya kalian akan menemui satu komunitas
yang mengklaim diri mereka mengajak kalian kepada Al Qur`an, padahal
mereka telah meletakkan Al Qur`an di belakang punggung mereka
(meninggalkan ALqur`an). Karena itu, bekalilah kalian semua dengan ilmu.
Tinggalkanlah bid'ah, bersilat lidah dan sikap sering mengada-adadan
melampui batas hingga masalah menjadi rumit. Dan, berpegang teguhlah
kepada sunnah dan atsar".

3. Hadits At-Tirmidzi No.224438

‫ب َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْ ُن‬ ِ‫ ح َّدثَنَا حُم َّم ُد بن ح امِتٍ الْم ْكت‬:٢٢٤٤ ‫س نن الرتم ذي‬
ُ ُ َ ُْ َ َ
ِ ِ ٍ
‫ت َعطَ اءَ بْ َن ُق َّر َة‬ ُ ‫ثَ ابِت َح َّد َثنَا َعْب ُد ال رَّمْح َ ِن بْ ُن ثَ ابِت بْ ِن َث ْوبَ ا َن قَ ال مَس ْع‬
‫ول‬َ ‫ت َر ُس‬ ِ ُ ‫قَال مَسِ عت عب َد اللَّ ِه بن ضمر َة قَال مَسِ عت َأب ا هري ر َة ي ُق‬
ُ ‫ول مَس ْع‬ َ َ ْ َُ َ ُ ْ َْ َ َ ْ َْ ُ ْ
‫الد ْنيَا َم ْلعُونَ ةٌ َم ْلعُ و ٌن َم ا فِ َيه ا ِإاَّل‬
ُّ ‫ول َأاَل ِإ َّن‬ ُ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُق‬ ِ
َ ‫اللَّه‬
‫ِذ ْكر اللَّ ِه وما وااَل ه وعامِل‬
‫َريب‬ ِ ‫يث َح َس ٌن غ‬ٌ ‫يسى َه َذا َح ِد‬ َ
ِ ‫ال َأبو‬
‫ع‬ ُ َ ‫ق‬
َ ‫م‬
ٌ ِّ
‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ت‬
َ‫م‬ُ ‫َأو‬
ْ ٌ َ َ ُ َ ََ ُ
Sunan Tirmidzi 2244: Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin
Hatim Al Muktib] telah menceritakan kepada kami ['Ali bin Tsabit] telah
menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban] berkata:
Aku telah mendengar ['Atho` bin Qurroh] berkata: aku telah mendengar
38
https://hadits.tazkia.ac.id/

31
['Abdullah bin Dlamrah] berkata: aku telah mendengar [Abu Hurairah]
berkata: aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
"Ketahuilah sesungguhnya dunia itu terlaknat dan segala isinya pun juga
terlaknat, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang berkaitan dengannya,
dan orang yang alim atau orang yang belajar."
a. Syarah Hadits
Dunia dan semua yang ada di dalamnya itu terlaknat maksudnya
menjauhkan dari Allah karena bisa membuatnya sibuk dengannya jauh dari
Allah kecuali ilmu yang bermanfaat yang bisa menunjukkan kepada Allah
dan ma'rifat kepada-Nya, mencari kedekatan dan keridhoan-Nya, dzikrulloh
dan juga yang semisalnya dari ibadah-ibadah yang bisa mendekatkan
kepada Allah. maka inilah maksud dari dunia, karena sesungguhnya Allah
hanya memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertaqwa dan menta'ati-
Nya, dan terus menerus dzikir kepada-Nya sebagaimana perkataan ibnu
mas'ud : "ketaqwaan kpd Allah yg sebenar-benarnya taqwa adalah berdzikir
maka janganlah lupa“ sesungguhnya Allah mensyariatkan sholat adalah
untuk mengingat-Nya, begitu juga dengan haji dan towaf. Sebaik-baik ahli
ibadah adalah yang banyak dzikirnya kepada Allah dalam beribadah dan ini
semuanya bukanlah termasuk dunia yang dicela dan inilah maksud dari
penciptaan dunia dan ahli dunia sebagaimana firman Allah : " dan tidaklah
kuciptakan jin dan manusia kecuali agar menyembah-Ku “
Pembiasaan dzikir berpengaruh terhadap motivasi belajar para
pendidik yang meliputi menciptakan kedisiplinan belajar santri,
menciptakan ketenangan belajar pendidik, memudahkan pemahaman
terhadap pengetahuan.
b. Rantai Sanad
1) Abdur Rahman bin Shakhr
2) Abdullah bin Dlamrah
3) Atha’ bin Qurrah
4) Abdur Rahman bin Tsabit bin Tsauban
5) Ali bin Tsabit
6) Muhammad bin Hatim bin Sulaiman

32
c. Kritik Sanad
• Abdur Rahman bin Shakhr
Ibnu Hajar Al Atsqalani : Shahabat
• Abdullah bin Dlamrah
Ibnu Hiban : Disebutkan dalam ‘Ats Tsiqah
Al ‘Ajli : Tsiqah
• Atha’ bin Qurrah
Ibnu Hiban : Disebutkan dalam ‘Ats Tsiqah
Adz Dzahabi : Watsiq
• Abdur Rahman bin Tsabit bin Tsauban
Yahya bin Ma’in : Shalih
Ibnul Madini : Laisa bihi Ba’s
Abu Zur’ah: Laisa bihi Ba’s
Al ‘Ajli : Laisa bihi Ba’s
Dahim : Tsiqah
Abu Hatim : Tsiqah
An Nasa’i : Dha’if
Ibnu Hiban : Disebutkan dalam ‘Ats Tsiqaat
Ibnu Hajar Al Atsqalani : Shaduuq, tertuduh Qadariyah
• Ali bin Tsabit
Ahmad bin Hambal : Tsiqah Shaduq
Abu Daud : Tsiqah
Yahya bin Ma’in : Tsiqah
Abu Zur’ah : La Ba’sa Bih
Al ‘Ajli : Dimentikahkannya
Al Azdi : Mendha’ifkannya
Ibnu Hajar : Shaduuq, banyak salah
• Muhammad bin Hatim bin Sulaiman
An Nasa’i : Tsiqah
Ad Daruquthni : Tsiqah
Abu Hatim : Shaduuq

33
Ibnu Hibban : Disebutkan dalam ‘Ats Tsiqaat
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani : Tsiqah
Adz Dzahabi : Tsiqah
d. Kritik Matan
 H. R. Ibnu Majah Nomor 4102

‫ِّم ْش ِق ُّي َع ْن ابْ ِن ثَ ْوبَ ا َن َع ْن‬ ٍ ٍ


َ ‫الرقِّ ُّي َح َّدثَنَا َأبُو ُخلَْي د عُْتبَ ةُ بْ ُن مَحَّاد الد‬
ٍ ‫ح َّدثَنَا علِي بن ميم‬
َّ ‫ون‬ ُ ْ َ ُ ْ ُّ َ َ
‫ول اللَّ ِه‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫السلُويِل ِّ قَ َال َح َّدثَنَا َأبُو ُهَر ْي َر َة قَ َال مَس ْع‬
َ ‫ت َر ُس‬ َ ‫َعطَاء بْ ِن ُقَّر َة َع ْن َعْبد اللَّه بْ ِن‬
َّ ‫ض ْمَر َة‬

‫الد ْنيَا َم ْلعُونَ ةٌ َم ْلعُ و ٌن َم ا فِ َيه ا ِإاَّل ِذ ْك َر اللَّ ِه َو َم ا َوااَل هُ َْأو‬ ُ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َو ُه َو َي ُق‬
ُّ ‫ول‬ َ
‫َعالِ ًما َْأو ُمَت َعلِّ ًما‬
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Maimun Ar Raqqi telah
menceritakan kepada kami Abu Khulaid 'Utbah bin Hammad Ad Dimasyqi
dari Ibnu Tsauban dari 'Atha bin Qurrah dari Abdullah bin Dlamrah As
Saluli dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah dia
berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya, kecuali
dzikir kepada Allah dan yang berhubungan dengannya, atau seorang yang
'alim dan mengajarkan ilmunya."

 H. R. Darimi Nomor 324

ِ ِ ِ ٍ َ‫َأخبرنَا عب ُد اللَّ ِه بن حُمَ َّم ٍد ح َّدثَنَا ابن مَي‬


َ ‫ان َع ْن ابْ ِن ثَ ْوبَا َن َع ْن َأبِيه َع ْن َعْبد اللَّه بْ ِن‬
‫ض ْمَرةَ َع ْن‬ ُْ َ ُْ َْ َ َ ْ
ِ
ُ‫الد ْنيَا َم ْلعُونَةٌ َم ْلعُو ٌن َما ف َيها ِإاَّل ُمَت َعلِّ َم خَرْيٍ َْأو ُم َعلِّ َمه‬ ٍ ‫َك ْع‬
ُّ ‫ب قَ َال‬
Telah mengabarkan kepada kami [Abdullah bin Muhammad] telah
menceritakan kepada kami [Ibnu Yaman] dari [Ibnu Tsauban] dari
[ayahnya] dari ['Abdullah bin Dlamrah] dari [ka'ab] ia berkata: "Dunia itu
terlaknat, dan terlaknat segala isinya kecuali pemburu kebaikan atau
pengajarnya".

34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. pendidik adalah orang bertanggung jawab memberikan bimbingan
kepadapeserta didik baik jasmani maupun rohani agar mencapai
kedewasaan, dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di

35
bumi. Islam sangat menghargai dan memuliakan para pendidik atau guru.
Pendidik dibagi menjadi 4: Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Orang
Tua, Orang Lain. lainnya. Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik
2. H. R. Ibnu Majah Nomor 225, Pendidik dalam hadits tersebut adalah
Rasulullah sendiri yang berperan sebagai seorang pengajar.
3. H. R. Ibnu Majah Nomor 224, Pendidik dalam hadits tersebut terlihat
pada Rasulullah yang berusaha mengajarkan tentang berpegang teguh
dengan ilmu sebelum ilmu dicabut dan beliau menggunakan media yang
berupa 2 jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah
4. H. R. Tirmidzi Nomor 2244, Pembiasaan dzikir berpengaruh terhadap
motivasi belajar para pendidik yang meliputi menciptakan kedisiplinan
belajar santri, menciptakan ketenangan belajar pendidik, memudahkan
pemahaman terhadap pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA
Syamsul Kurniawan, Filsafat Pendidikan Islam Kajian Filosofis Pendidikan
Islam Berdasarkan Telaah Atas Al-Quran, Hadits, Dan Pemikiran Ahli
Pendidikan ( Malang: Madani Kelompok Intrans Publishing.2017)

https://kbbi.web.id/pendidik, diakses pada: 31/03/2023 pukul 22:55

36
Suwanto, M.Pd.i, Kompetensi Pendidik :Suatu Konsep Teori dan Relevansinya
dengan Karakteristik Pendidik Abad 21 (Yogyakarta: CV.Bintang Semesta
Media,2022). Hlm. 5

M. Indra Saputra, Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.
hlm 85

https://www.kosngosan.com/2017/12/pengertian-kualifikasi-kompetensi-pendidik-
umum.html Diakses pada 08/04/2023 pukul 11:38

Mukroji, Hakekat Pendidik Dalam Pandangan Islam, hlm. 19

Muhammad Ali, Hakikat Pendidik Dalam Pendidikan Islam, hlm 85

Abdul Haris, Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam, hlm. 90-91

M. Ramli, Hakikat Pendidik dan Peserta Didik, hlm. 72-74

https://hadits.tazkia.ac.id/

37

Anda mungkin juga menyukai