Anda di halaman 1dari 16

1

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK DAN RUANG LINGKUPNYA


Dosen pengampu :

JASMIATI S,Sy M.H

DISUSUN OLEH :

ZARDAN TEDDY HARIANTA

TEGUH FIRNANDA

AL YUSNITA

AKIDAH AKHLAK

FAKULTAS HUKUM EKONOMI SYARIAH

UIN SUSKA RIAU


2

TAHUN AJARAN 2021

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur atas rahmat yang allah berikan dan inayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Akidah Akhlak dan Ruang Lingkup

Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Jasmiati S,Sy M.H yang telah membantu kami
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, 25 September 2021

Penulis
3

DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian.................................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Akidah Akhlak ..................................................................................... 6

B. Tujuan Akidah Akhlak ........................................................................................... 7

C. Ruang Lingkup Akidah .......................................................................................... 7

D. Aspek Akhlak ....................................................................................................... 8

E. Pengertian Prilaku ................................................................................................ 8

F. Pembelajaran dan Hasil Belajar ............................................................................. 10

G. Pembelajaran Akidah Akhlak ................................................................................ 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 13

B. Saran-saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang wujud Allah,
Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat, sifat-sifat maupun
perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan
sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam hatinya
dan tidak tercampuri oleh kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan segala
perintahnya dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada
Malaikat, Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar Allah.

Aqidah memiliki peranan penting dalam mendidik Mahasiswa, ruang lingkup aqidah yang
dapat membentuk akhlak mulia akan mengantarkan manusia Indonesia sebagai manusia yang
mampu dalam segala aspek kehidupan. Ruang lingkup dari aqidah yaitu: Ilahiyat, nubuwat,
ruhaniyat, dan sam’iyyat1 . Dari ruang lingkup aqidah yang dijadikan rujukankan terbentuknya
manusia berakhlakul karimah, berarti manusia dapat menghindari akhlak tercela sebagai
manifestasi dari ajaran-ajaran aqidah Islam.

Pendidikan aqidah akhlak mempunyai arti dan peranan penting dalam membentuk
tingkah laku mahasiswa seutuhnya. Sebab dengan pendidikan aqidah akhlak ini mahasiswa tidak
diarahkan kepada pencapaian kebahagiaan hidup di dunia saja, tetapi juga untuk kebahagiaan
hidup di akhirat. Dengan pendidikan aqidah akhlak mahasiswa diarahkan mencapai
keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan batiniah, keselarasan hubungan antara manusia
dalam lingkup sosial masyarakat dan lingkungannya juga hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dan dengan pendidikan aqidah akhlak pula mahasiswa akan memiliki derajat yang tinggi yang
melebihi makhluk lainnya. Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan aqidah
akhlak dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk tingkah laku
mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta pembiasaan
(psikomotorik).

Realita difakultas mahasiswa harus bersikap sopan terhadap dosen dan teman, dapat
melaksanakan sholat berjama’ah, mampu menciptakan lingkungan kampus yang bersih dan
nyaman, dan lain sebagainya. Ini dicapai tidak hanya dengan kemauan dosen, tetapi semangat
5

dari mahasiswa dan dukungan dari seluruh elemen yang ada di fakultas. Realita tersebut dapat
dikatakan baik, namun masih ada mahasiswa yang kurang tertib dan ini merupakan dinamika
mahasiswa yang masih memiliki keinginan untuk bersikap semaunya sendiri namun masih berada
dalam batas kewajaran. Disamping itu mahasiswa yang seharusnya tercermin dalam keseharian
dapat dilihat dari prilakunya dengan teman, dosen serta seluruh elemen yang ada di fakultas,
tentang cara bersosialisasi dan cara menanamkan apa yang sudah diajarkan oleh guru dikelas.
Melihat fenomena kenakalan mahasiswa masih dalam batas kewajaran, artinya dari kenakalan
tesebut masih bisa diselesaikan. Kenakalan yang terlihat adalah berkelahi sesama mahasiswa,
memakai baju kurang rapi, terlambat mengikuti shalat fardhu berjamaah dan lain sebagainya

Pembentukan perilaku keagamaan berawal dari keluarga dan perlu dilakukan sejak dini,
keluarga sebagai tempat belajar pertama anak. Antara aqidah akhlak dan perilaku keagamaan
akan berdampak pada berbagai hal, tergantung pada ke arah mana aqidah akhlak itu mendasari
aktifitas seseorang. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedudukan aqidah akhlak sebagai
landasan berbagai aktifitas seseorang, menentukan baik dan buruknya. Oleh karena itu,
pembentukan perilaku keagamaan yang baik menjadi penting artinya, yang dilakukan mulai sejak
usia dini hingga orang dewasa. Sehingga antara sekolah dan keluarga harus dapat bekerja sama
dalam menjalankan pendidikan aqidah akhlak, agar tidak mengalami kesulitan atau kendala
dalam membentuk perilaku keagamaan anak. guru hanya bisa mendampingi anak pada saat
disekolah saja dan sesampainya di rumah, orang tua/keluarga yang bertanggung jawab.

Atas dasar segala permasalahan dan pemikiran diatas, penulis amat tertarik untuk
meneliti permasalahan tersebut dengan judul “Implementasi Pendidikan Aqidah Akhlak Dalam
Membentuk Perilaku Keagamaan mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu: Bagaimana implementasi pendidikan Aqidah Akhlak dalam membentuk
perilaku keagamaan mahasiswa.

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu
Mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan Aqidah Akhlak dalam membentuk perilaku keagamaan
mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian
6

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis (Hasil penelitian ini diharakan dapat memberikan wawasan tentang
pendidikan Aqidah Akhlak dalam membentuk perilaku keagamaan siswa. )

2. Manfaat Praktis (Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pendidik
dan sekolah khususnya dalam membentuk perilaku keagamaan mahasiswa).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akidah Akhlak

Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata “aqadaya’qidu-aqdan”, berarti ikatan
perjanjian, sangkutan dan kokoh. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan
atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan.
Menurut istilah (terminologi) akidah ialah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati
seorang muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegang oleh setiap muslim sebagai
sumber keyakinan yang mengikat.

Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri menyatakan bahwa akidah adalah kumpulan dari hukum-
hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang
diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan keshalehannya
dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu benar serta berlaku selamanya. Seperti
keyakinan manusia akan adanya Sang Pencipta, keyakinan akan ilmu kekuasaan-Nya, keyakinan
manusia akan kewajiban ketaatan kepada-Nya dan menyempurnakan akhlak-yang dimaksud
aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah). Kata akhlak secara etimologi
berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq yang secara bahasa antara lain
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.

Pengertian aqidah secara terminologi (istilah) dikemukakan oleh para ahli diantaranya :

Menurut Imam Al-Ghazali menyatakan, apabila aqidah telah tumbuh pada jiwa seorang
muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya rasa bahwa hanya Allah sajalah yang paling berkuasa,
segala wujud yang ada ini hanyalah makhluk belaka. Menurut Abdullah Azzam, aqidah adalah
7

iman dengan semua rukunrukunnya yang enam. Berarti menurut pengertian ini iman yaitu
keyakinan atau kepercayaan akan adanya Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya,
Nabi-nabi-Nya, hari kebangkitan dan Qadha dan Qadar-Nya. Aqidah berarti pula keimanan.
Keimanan menurut Muhamnmad Naim Yasin terdiri dari tiga unsur:

a. Pengikraran dengan lisan,

b. Pembenaran dengan hati, dan

c. Pengamalan dengan anggota badan.

Berdasarkan pengertian-pengertian akidah akhlak di atas dapat dirumuskan bahwa


aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang
bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan
yang mengikat.

Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [‫ ]خلق‬jamaknya [‫ ]أخالق‬yang
artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah
melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan.
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang
baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu
berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.

Menurut pengertian di atas, jelaslah bahwa hakikat akhlak menurut Al-Ghazali harus
mencakup 2 syarat:

a. Perbuatan itu harus konstan yaitu dilakukan berulang kali (kontinu) dalam bentuk yang sama
sehingga dapat menjadi kebiasaan.

b. Perbuatan konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksi dari jiwanya tan
pertimbangan dan pikiran, yakni bukan adanya tekanan atau paksaan dari orang lain. Ciri-ciri
akhlak sebagai berikut ;

a. Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam diri sseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
8

b. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan
dalam keadaan tidak sadar, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu
perbuatan dalam keadaan sehat akal pikirannya.

c. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya tanpa adanya paksaan atau tekanan dari orang, yakni atas kemauan pikiran atau
keputusan dari yang bersangkutan.

d. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan sesungguhnya bukan main-main
atau bukan karena sandiwara.

e. Kelima, perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan ingin dipuji-
puji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

B. Tujuan Akidah Akhlak

Secara substansial Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada


siswa untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari
sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-
rasulNya, hari akhir, serta Qada dan Qadar Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk
dipraktikkan dan dibiasakan sejak dini oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang
melanda bangsa dan Negara Indonesia.

C. Ruang lingkup akidah

Aspek akidah

Dalam pembelajaran atau pendidikan akidah maka perlu memperhatikan aspek-aspek akidah,
yakni:
9

Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah,
alhamdulillaah, Allaahu Akbar, ta’awwudz, maasyaAllah, assalaamu’alaikum, salawat, tarji’, laa
haula walaa quwwata illaabillah, dan istighfaar.

1. Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Khaliq, ar-Rahmaan, ar-
Rahiim, as-Samai’, ar-Razzaaq, alMughnii, al-Hamiid, asy-Syakuur, al-Qudduus, ash-Shamad,
alMuhaimin, al-Azhiim, al-Kariim, al-Kabiir, al-Malik, alBaathiin,al-Walii, al-Mujiib, al-Wahhaab,
al-‘Aliim, azh-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-
Muhyi, al-Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir, al-Ghafuur, al-
Afuww, ash-Shabuur, dan al-Haliim.

2. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat Thayyibah, al-asma’ al-
husna dan pengenalan terhadap shalat lima waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

3. Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan Hari akhir serta Qada dan
Qadar Allah).

D. Aspek-aspek akhlak meliputi ;

1) Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana,
rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan
patuh, sidik, amanah, 16 tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian,
dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal.

2) Menghindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: hidup Kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,
khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah,
fasik, dan murtad.

E. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan lingkungan,
mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai
paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).Perilaku merupakan hasil daripada segala macam
10

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan.

Perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupPsikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat
bersifat sederhana maupun bersifat kompleks..Pada manusia, perilaku operan atau psikologis
inilah yang dominan. Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku
yang diperoleh perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif). Perilaku dari
pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah sebuah respon individu terhadap
stimus yang reaksinya bersifat sederhana atau kompleks. Dan sebagian besar perilaku adalah
dibentuk dan dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak. Perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup
berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal sperti
berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka
analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut,
baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung dari dalam dirinya (Notoatmojo,
2010). Sedangkan menurut Wawan (2011) Perilaku merupakan suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku
adalah kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi.

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (dalam Notoatmodjo, 2007) menyatakan
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan,


keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersedianya alat
pendukung, pelatihan dan sebagainya.
11

3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-undang, peraturan-


peraturan, pengawasan dan sebagainya menurut Notoatmodjo(2007)

Naluri yang menjadi pendorong tingkah laku manusia salah satunya adalah naluri bertuhan.
Yaitu berupa tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang mengaur dan
memberikan rahmat kepadanya, naluri ini disalurkan kedalam hidup beragama.24 Dengan
demikian, kebutuha manusia untuk beragama tidak dapat dihindarkan. Karena pada dasarnya
manusia akan merasakan ada sebuah kekuatan yang melebihi selain dirinya. Ketika ia sedang
berada dalam kesulitan dan orang-orang yang beriman akan menjalankan perintah Allah secara
Kaffah yang direalisasikan dalam perilaku.

Islam mengajarkan, baik buruk seseorang tergantung hatinya, bila hatinya baik maka akan
baik seluruh perilakunya dan bila hatinya buruk maka buruk pula seluruh perilakunya. Hati tidak
akan terlihat kebaikannya. Apabila pemiliknya hanya mengikuti hawa nafsunya saja, hal ini akan
menyebabkan hati tertutup dalam menerima pncaran cahaya kebenaran, sedangkan hati yang
selalu dituntun untuk meninggalkan kegelapan akan menjadi landasan bagi pola tingkah laku
yang baik.

Perilaku yang religius atau islami sepanjang ajaran agama berkisar pada perbuatan ibadah,
dan akhlak mulia baik secara vertikal maupun horizontal terhadap sesama makhluk. Adapun
Indikator perilaku menurut Moh. Ardani dalam bukunya antara lain sebagai berikut:

a. Hubungan individu dengan Allah diantaranya Shalat dan Shaum

b. Hubungan individu dengan sesame manusia antara lain berbuat baik kepada orang tua,
berbuat baik kepada guru, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada diri sendiri.

c. Hubungan individu dengan alam sekitar seperti menjaga kebersihan dan memelihara tanaman
dan hewan.

F. Pembelajaran dan Hasil belajar

1. Pengertian Pembelajaran
12

Pembelajaran berdasarkan makna klasikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari.


Perbedaan esensial istilah ini dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran dosen
mengajar, Mahasiswa belajar, sementara pada pembelajaran dosen mengajar diartikan sebagai
upaya dosen mengorganisasi lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam
perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi mahasiswanya untuk
mempelajarinya. Jadi subjek pembelajaran adalah mahasiswa. Pembelajaran berpusat pada
mahasiswa pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan
konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.10 Pembelajaran merupakan proses yang
diselenggarakan oleh dosen untuk membelajarkan mahasiswa dalam belajar bagaimana
memperoleh dan memproses pengetahuan ketrampilan dan sikap.

Sementara Bagne dalam bukunya Margaret E. Bell Blieder tentang belajar-membelajarkan


sebagaimana yang dikutip Abdurrahman Shaleh mengungkapkan bahwa pembela jaran diartikan
sebagai acara dan peristiwa eksternal yang dirancang oleh guru guna mendukung terjadinya
kegiatan belajar yang dilakukan oleh mahasiswa. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara mahasiswa dengan
lingkungan belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran dilukiskan sebagai upaya-upaya guru yang tujuannya
membantu mahasiswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran lebih menekankan kepada semua
peristiwa yang dapat berpengaruh secara langsung kepada efektivitas belajar mahasiswa Oleh
karena itu posisi dosen dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sebagai penyampai informasi
melainkan sebagai pengaruh dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar.

2. Pengertian hasil belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di kampus, kegiatan belajar merupakan kegiatan


yang pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
bagaimana proses belajar yang dialami oleh mahasiswa sebagai anak didik yang harus diingat,
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan
komprehensif.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


13

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seperti yang tertulis dalam buku psikologi
belajar oleh Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo supriyono ada 3 yaitu faktor-faktor stimulus
belajar, faktorfaktor metode belajar, dan faktor-faktor individual:

a. Faktor-faktor stimulus belajar meliputi: panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan


pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor-faktor metode belajar meliputi: kegiatan berlatih atau praktek, over learning dan dril,
resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan
dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi
insentif.

c. Faktor-faktor individual meliputi: Kematangan,faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis


kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi
kesehatan rohani, motivasi.

G. Pembelajaran Akidah Akhlak

Disebutkan dalam Peraturan Menteri Agama RI (Permenag) nomor 02 Tahun 2008, bahwa
akidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman
yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma’ al-Husna, serta
penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab
islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan pengamalannya dalam kehidupan sehari-
hari. Secara substansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada siswa untuk mempraktikkan al-akhlak alkarimah dan adab islam dalam
kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dan keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir serta qada dan qadar.

Ditegaskan juga dalam Permenag tersebut bahwa Al-akhlak alkarimah ini sangat penting
untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis multidimensional yang
melanda bangsa dan negara Indonesia.

Mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk membekali mahasiswa agar dapat :
14

1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian : pemupukan dan pengembangan


pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman mahasiswa tentang
akidah Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah subhanallah taala

. 2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Sebagai manifestasi dari
ajaran dan nilai-nilai akidah islam.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran akidah akhlak adalah agar
setiap mahasiswa memiliki pengertian baik buruknya suatu perbuatan, juga memiliki akidah yang
benar dan mantap dan dapat mengamalkannya sesuai dengan ajaran agama Islam dan selalu
berakhlakul karimah.

BAB III
15

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data penelitian sebagaimana dipaparkan dalam bab pendahuluan dan
bab pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut, Penerapan pendidikan
karakter pada mata pelajaran Akidah Akhlak dilakukan dengan melalui penanaman nilai religius,
tanggung jawab, demokratis dan disiplin.

Hambatan-hambatan dan solusi yang dihadapi dosen Akidah Akhlak dalam membina
karakter mahasiswa yaitu dipengaruhi oleh faktor individu, berdasarkan pengamatan peneliti,
cara mengatasinya yaitu dosen juga turut memperhatikan kondisi dan perkembangan kesehatan
fisik dan mental mahasiswa, kemudian membantu pengembangan sifat-sifat positif pada diri
mahasiswa seperti rasa percaya diri dan saling menghormati, memperbaiki kondisi dan terus
menerus memerikan motivasi pada mahasiswa.

Selain itu ada juga upaya yang dilakukan oleh dosen untuk mengatasi kendala-kendala
dalam menerapkan nilai-nilai karakter pada pembelajaran aqidah akhlak di kelas dimana upaya
tersebut berjalan dengan efektif. Diantara upaya tersebut yaitu, Memperketat peraturan-
peraturan kedisplinan, memberikan perhatian lebih kepada mahasiswa yang masih sulit
dinasehati, memberikan perhatian lebih kepada mahasiswa yang memiliki mental kurang,
menghimbau para wali kelas untuk mengajak mahasiswa memasuki ruang-ruang pasilitas
belajar, bekerjasama dengan orang tua,peserta didik untuk membuat komitmen terhadap peserta
didik, dosen tidak membolehkan mahasiswa untuk membawa HP ke kampus; dan menuntut
dosen Akidah Akhlak untuk meningkatkan kompetensi.

B. Saran-Saran

Berdasarkan pengamatan penulis, penerapan pendidikan karakter mahasiswa sudah


bagus dan mencakup semua ruang lingkup. Semoga dapat lebih dioptimalkan dengan kreatifitas-
kreatifitas baru dan pemberian teladan dari pengajar mengingat peran keteladanan dalam
pendidikan karakter sangatlah penting. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan oleh pihak
fakultas, dosen dituntut untuk tidak hanya menguasai materi saja. Namun hal yang penting lagi
adalah dosen harus menguasai materimateri yang berhubungan dengan tema-tema
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
16

• Abdullah, M. Yatimin , Studi Akhlak dalam Perspektif AlQur’an, (Jakarta: Amzah,


2007
• Depag RI, Pedoman Khusus Aqidah Akhlak, (Jakarta: Depag RI,2004)
• Mustafa, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia: Bandung, Cet.3, 2005
• Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009)
• Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali, 2009)
• Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010)
• Wikepedia, Pembelajaran dalam Dunia Pendidikan,
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran, diakses pada 23 November 2015, jam
10.24 WIB
• Tim Bina Karya, Bina Akidah dan Akhlak, Jakarta: Earlangga, 2009

Anda mungkin juga menyukai