Anda di halaman 1dari 13

MEMAHAMI BUDI PEKERTI JAWA

Makalah
Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu Umi Salamah, M.Pd.I.

Oleh:

Cholidatus Syarifah

(2018.77.26.057)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY AL-HIKAM
MALANG
Januari 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Memahami Budi Pekerti Jawa”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Bahasa Daerah di Sekolah
Tinggi Agama Islam Ma’had Aly Al-Hikam Malang.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi segenap civitas akademika Al-hikam khususnya bagi
kami sendiri.

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Budi Pekerti Jawa..........................................................................3
B. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti Jawa.............................................................6
C. Strategi Implementasi Budi Pekerti Di Sekolah..............................................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan pendidikan moral atau budi pekerti atau akhlaq sampai
saat ini menjadi fokus pembicaraan yang menarik untuk selalu dikaji dan
dicarikan solusinya. Hal tersebut dikarenakan sampai saat ini bangsa
Indonesia masih senantiasa dihadapkan pada berbagai permasalahan
sosial dan moral yang muncul, seperti (1) masih tingginya kasus tindakan
kekerasan, baik yang terjadi antar rekan pelajar atau mahasiswa, antar
masyarakat, dalam keluarga, maupun kekerasan yang dilakukan oleh
preman atau juga oknum penguasa, (2) perampokan secara sadis yang
disertai pemerkosaan dan pembunuhan, (3) meningkatnya dekadensi
moral, etika/ sopan santun para pelajar, (4) meningkatnya ketidakjujuran
pelajar, seperti menyontek, suka bolos, suka mengambil barang orang
lain, (5) berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, guru dan terhadap
figur-figur yang seharusnya dihormati, (6) timbulnya gelombang perilaku
yang merusak diri sendiri seperti perilaku seks bebas, penyalahgunaan
narkoba, perilaku bunuh diri, (7) semakin lunturnya sikap saling hormat-
menghormati dan rasa kasih sayang diantara manusia, serta semakin
meningkatnya sifat kejam dan bengis terhadap sesama, (8) maraknya
korupsi, kolusi dan nepotisme serta sebagai persoalan lainnya yang
mengarah pada terjadinya dekadensi moral bangsa.
Persoalan di atas mendeskripsikan bahwa orientasi pembangunan
nasional ke arah terbentuknya jati diri bangsa yang disiplin, jujur, ber
etos kerja tinggi, serta berakhlaq mulia belum dapat diwujudkan bahkan
cenderung menurun. Mencermati persoalan demikian, orang kemudian
berpaling pada pendidikan. Pendidikan nasional dianggap telah gagal
dalam menyemai moral serta karakter bangsa yang berbudi pekerti luhur.
Berangkat dari permasalahan di atas maka banyak pihak mulai
memikirkan kembali tentang perlunya pendidikan moral, pendidikan
watak atau pendidikan budi pekerti diajarkan di sekolah-sekolah. Oleh
karena itu, baik kurikulum berbasis kompetensi maupun kurikulum

1
tingkat satuan pendidikan tetap menempatkan pendidikan budi pekerti
sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam
pembelajaran. Namun demikian, sebagaimana dinyatakan dalam asumsi
kegagalan pendidikan budi pekerti di depan bahwa mengintegrasikan
suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah sebagian
besar guru. Karena diperlukan pengetahuan tentang budi pekerti Jawa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud budi pekerti Jawa?
2. Apa tujuan pendidikan budi pekerti Jawa?
3. Bagaimana strategi implementasi budi pekerti di sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian budi pekerti Jawa.
2. Untuk mendeskripsikan tujuan pendidikan budi pekerti Jawa.
3. Untuk mendeskripsikan strategi implementasi budi pekerti di sekolah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Budi Pekerti Jawa


Secara etimologis, istilah budi pekerti, atau dalam bahasa Jawa
disebut budi pakerti, dimaknai sebagai budi berarti pikir, dan pakerti
berarti perbuatan. Berangkat dari kedua makna kata budi dan pakerti
tersebut, Ki Sugeng Subagya mengartikan istilah budi pakerti sebagai
perbuatan yang dibimbing oleh pikiran, perbuatan yang merupakan
realisasi dari isi pikiran , atau perbuatan yang dikendalikan oleh pikiran.
Menurut Ensiklopedia Pendidikan, budi pekerti diartikan sebagai
kesusilaan yang mencakup segi-segi kejiwaan dan perbuatan manusia,
sedangkan manusia susila adalah manusia yang sikap lahiriyah dan
batiniyahnya sesuai dengan norma etik dan moral. Dalam konteks yang
lebih luas, Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional mengartikan istilah
budi pekerti sebagai sikap dan perilaku sehari-hari, baik individu,
keluarga, masyarakat, maupun bangsa yang mengandung nilai-nilai yang
berlaku dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan,
integritas, dan kesinambungan masa depan dalam suatu sistem moral, dan
yang menjadi pedoman perilaku manusia Indonesia untuk
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan bersumber pada falsafah
pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa
budi pekerti pada dasarnya merupakan sikap dan perilaku seseorang,
keluarga, maupun masyarakat yang berkaitan dengan norma dan etika.
Oleh karena itu, berbicara tentang budi pekerti berarti berbicara tentang
nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan
keburukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum, tata karma
dan sopan santun, atau norma budaya/adat istiadat suatu masyarakat atau
suatu bangsa.1

1
Ali Muhtadi, Strategi Untuk Mengimplementasikan Pendidikan Budi Pekerti
Secara Efektif Di Sekolah (Yogyakarta: FIP UNY, 2003), hlm.5.

3
Pendidikan budi pekerti sangat diperlukan manusia. Ellen G. White
menjelaskan bahwa pendidikan budi pekerti menjadi usaha paling
penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pendidikan budi pekerti
menjadi tujuan luar biasa dari suatu sistem pendidikan yang benar. Oleh
karena itu, pendidikan budi pekerti seharusnya mampu membawa peserta
didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara
afektif, hingga akhirnya masuk ke dalam pengalaman nilai secara nyata.
Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa budi pekerti
seseorang dapat mempengaruhi kesuksesannya. Satu diantaranya
berdasarkan penelitian yang dilakukan di Harvard University, Amerika
Serika menunjukkan bahwa ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-
mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis saja, tetapi
lebih pada kemampuan mengelola diri dan orang lain. Penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen
oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill.
Hasil penelitian lainnya yaitu marvin Berkowitz dari University of
Missouri-St. Louis, menunjukkan peningkatan motivasi peserta didik di
sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang
menerapkan pendidikan budi pekerti. Kelas-kelas yang secara
komprehensif terlibat dalam pendidikan budi pekerti menunjukkan
penurunan drastis pada perilaku negatif peserta didik yang dapat
menghambat keberhasilan akademik.
Pendidikan budi pekerti berkaitan erat dengan komponen-komponen
pengetahuan moral tradisi, penalaran moral, belas kasih, altruism, dan
kecenderungan moral. Kirshenbaum menjelaskan bahwa kecenderungan
moral meliputi berhati nurani , mencintai kebaikan, dapat menguasi diri,
rendah hati, kebiasaan moral dan kehendak baik. Hal itu sejalan dengan
pendapat Zuchdi yang mengungkapkan bahwa pendidikan budi pekerti
bersifat menyeluruh atau komprehensif, menyangkut banyak aspek yang
terkait menjadi satu kesatuan. Istilah komprehensif dalam pendidikan
budi pekerti tersebut mencakup berbagai aspek, antara lain : isi, metode,
proses, subjek, evaluasi.

4
Menemukan nilai luhur pendidikan budi pekerti dalam budaya
Indonesia tidaklah sulit. Intinya, nilai-nilai budi pekerti dapat ditemukan
dalam adat dan budaya setiap suku bangsa negeri ini. Satu diantaranya
adalah budaya masyarakat Jawa. Nilai-nilai luhur ini menjadi aspek
utama yang diinternalisasikan kepada generasi muda melalui pendidikan
budi pekerti.
Pelestarian budaya Jawa melalui pewarisan dari satu generasi
kepada generasi berikutnya sangat perlu dilakukan sebagai ikhtiar dalam
memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat sehingga
berbagai wujud budaya Jawa baik ide-ide, nilai-nilai, tata kelakuan, adat,
kebiasaan atau perilaku berpola, maupun wujud kebudayaan yang berupa
hasil karya tidak dipertentangkan dengan ajaran agama tertentu.
Tradisi dalam masyarakat Jawa yang sangat beragam menjadi
sebuah kebanggaan sekaligus tantangan untuk melestarikan dan
mewariskannya kepada generasi selanjutnya, baik secara lisan maupun
tulisan. Perkembangan zaman dapat menyebabkan berbagai dampak
perubahan pada tradisi yang ada di masyarakat Jawa . Namun demikian,
tidak semuanya tradisi mengalami perubahan dan bisa mempertahankan
eksistensinya.2
Pendidikan moral budi pekerti menjadi pokok pelajaran yang
diutamakan. Moral atau budi pekerti disini dalam arti kaidah-kaidah yang
membedakan baik atau buruk segala sesuatu. Tata karma, atau aturan-
aturan yang melarang atau menganjurkan sesorang dalam menghadapi
lingkungan alam dan sosialnya. Sumber dari kaidah-kaidah tersebut
didasari oleh keyakinan, gagasan, dan nilai-nilai yang berkembang
didalam masyarakat yang bersangkutan. Kaidah tersebut akan tampak
dalam manifestasi tingkah laku dan perbuatan anggota masyarakat.
Demikianlah makna dari ajaran kejawen yang sesunggungnya,
dengan demikian dapat menambah lebih jelas pemahaman terhadap
konsepsi pendidikan budi pekerti yang mewarnai kebudayaan Jawa. Hal

2
Kodrat Eko Putro Setiawan, Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti Masyarakat
Jawa Dalam Tradisi Maguti ( Madiun: Jurnal Pendidikan, 2020). hlm. 60-61.

5
ini dapat diteruskan kepada generasi muda guna membentuk watak yang
berbudi luhur dan bersedia menempa jiwa yang berkepribadian teguh.3

B. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti Jawa


Tujuan adalah sesuatu yang dituju atau sesuatu yang akan dicapai, ia
merupakan “dunia cita” yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan.
Suatu Kegiatan harus memiliki tujuan agar yang akan dicapai dari
kegiatan itu dapat diketahui, karena kegiatan tanpa tujuan akan berjalan
tanpa arah.
Dalam sistem pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan baik
tujuan kurikuler, maupun tujuan intruksional menggunakan klasifikasi
belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar dibagi menjadi tiga
ranah, yaitu ranah kognititf, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan dan
kemampuan untuk bertindak.
Menurut Haidar Putra Dauly, bahwa tujuan pendidikan budi pekerti
adalah untuk mengembangkan nilai sikap dan perilaku siswa yang
memancarkan akhlaq mulia/ budi pekerti luhur. Dengan kata lain dalam
pendidikan budi pekerti nilai-nilai yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai
akhlaq yang mulia, yaitu tertanamnya nilai-nilai akhlaq yang mulia ke
dalam diri peserta didik yang kemudian terwujud dalam tingkah lakunya.
Adapun tujuan budi pekerti sebagimana diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantoro adalah Ngerti-Ngerasa-Ngelakoni (Menyadari, Menginsyafi
dan Melakukan). Hal tersebut mengandung pengertian bahwa pendidikan
dan pengajaran yang menitikberatkan pada perilaku dan tindakan siswa
dalam mengapresiasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai budi
pekerti ke dalam tingkah laku sehari-hari.4
Menurut Cahyoto sebagaimana telah dikutip Nurul Zuriah, fungsi
atau kegunaan pendidikan budi pekerti adalah pertama, siswa memahami
3
Tjatur Winarto, Mengenal Ajaran Budi Pekerti Orang Jawa (Bandung:
Paguyuban Sekarjagad, 2017). hlm.2.
4
Su’dadah, Integrasi Nilai Moral Agama dengan Pendidikan Budi Pekerti
(Yogyakarta: Jurnal Kependidikan, 2014). hlm.138-139.

6
susunan pendidikan budi pekerti dalam lingkup etika bagi pengembangan
dirinya dalam bidang ilmu pengetahuan. Kedua, siswa memiliki landasan
budi pekerti luhur bagi pola perilaku sehari-hari yang didasari hak
kewajiban sebagai warga Negara. Ketiga siswa dapat mencari dan
memperoleh informasi tentang budi pekerti, mengolahnya dan
mengambil keputusan dalam menghadapi masalah nyata di masyarakat.
Dan keempat siswa dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang
lain untuk mengembangkan nilai moral.5

C. Strategi Implementasi Budi Pekerti Di Sekolah


Secara teknis, penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah
setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara
terpadu. Strategi pertama ialah dengan mengintegrasikan konsep
kurikulum pendidikan budi pekerti yang telah dirumuskan ke dalam
seluruh mata pelajaran yang relevan, terutama mata pelajaran agama,
kewarganegaraan, bahasa (baik bahasa Indonesia maupun bahasa
Daerah). Strategi kedua ialah dengan mengintegrasikan pendidikan budi
pekerti ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Strategi ketiga ialah
dengan mengintegrasikan pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan
yang diprogramkan atau direncanakan. Dan strategi ke empat ialah
dengan membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan
orangtua peserta didik.
Berkaitan dengan strategi implementasi pendidikan budi pekerti
dalam kegiatan sehari-hari, secara teknis dapat dilakukan melalui :
1. Keteladanan
Dalam kegiatan sehari-hari guru, kepala sekolah, staf
administrasi, bahkan juga pengawas harus dapat menjadi teladan atau
model yang baik bagi murid-murid di sekolah.
2. Kegiatan spontan

5
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 104.

7
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilaksanakan secara
spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat
guru mengetahui sikap/tingkah laku peserta didik yang kurang baik,
seperti berkelahi dengan temannya, meminta sesuatu dengan berteriak,
mencoret dinding, mengambil barang milik orang lain, berbicara
kasar, dan sebagainya.
3. Teguran
Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku
buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik
sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka
4. Pengkodisian lingkungan
Suasana sekolah dikondisikan sedemikian rupa melalui
penyediaan sarana fisik yang dapat menunjang tercapainya pendidikan
budi pekerti.
5. Kegiatan rutin
Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta
didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat.6

6
Ali Muhtadi, Strategi Untuk Mengimplementasika……….. , hlm.8-10.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Budi pekerti Jawa merupakan sikap dan perilaku sehari-hari, baik
individu, keluarga, masyarakat, maupun bangsa yang mengandung nilai-
nilai yang berlaku dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan
kesatuan, integritas, dan kesinambungan masa depan dalam suatu sistem
moral yang menjadi pedoman perilaku manusia dan menganut adat
istiadat Jawa.
Tujuan menerapkan budi pekerti jawa ialah untuk mengembangkan
nilai sikap dan perilaku siswa yang memancarkan akhlaq mulia/ budi
pekerti luhur.
Strategi implementasi pendidikan budi pekerti dalam kegiatan
sehari-hari yaitu keteladanan, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian,
dan kegiatan rutin.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari


kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi, dan penyusunanya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang dapat membangun
penulisan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Muhtadi, Ali. 2003. Strategi Untuk Mengimplementasikan Pendidikan


Budi Pekerti Secara Efektif Di Sekolah. Yogyakarta :FIP UNY.

Setiawan, K E P. 2020. Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti Masyarakat


Jawa Dalam Tradisi Maguti. Madiun: Jurnal Pendidikan.

Su’dadah. 2014. Integrasi Nilai Moral Agama dengan Pendidikan Budi


Pekerti. Yogyakarta: Jurnal Kependidikan.

Winarto, Tjatur. 2017. Mengenal Ajaran Budi Pekerti Orang Jawa.


Bandung: Paguyuban Sekarjagad.

Zuriah, Nurul. 2008. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam


Perspektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

10

Anda mungkin juga menyukai