Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN AGAMA

PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN ISLAM

DOSEN PENGAMPU:

Dr. GUSMANELI S.Ag.,M.Pd

KELOMPOK 13 :

SALSABILLAH DEBYANSAH

MUHAMMAD FARHAN

ABBAS BISMA RAZZAAQ

HANIF

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan benar dan
tepat pada waktu nya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat di susun dengan
baik dan rapi.

Judul dari tugas makalah yang di bahas ini adalah “Lingkungan Pendidikan
Islam”.Tujuan tugas ini di buat adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan
Islam dan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentu nya bagi kami maupun
pembaca. Kami berharap tugas ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan juga
kami sebagai mahasiswa.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna ,oleh karena itu kritik
dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
dalam menyusun tugas ini dari awal sampe akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha yang kita lakukan.

JAMBI, 01 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................................2
C. TUJUAN.........................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
KAJIAN TEORI............................................................................................................................................3
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN..........................................................................................................3
B. PENGERTIAN PENDIDIKKAN..........................................................................................................4
C. MACAM-MACAM LINGKUNGAN PENDIDIKAN.............................................................................6
1. Keluarga....................................................................................................................................6
2. LINGKUNGAN MASYARAKAT....................................................................................................9
3. LINGKUNGAN SEKOLAH..............................................................................................................12
D. ALAT PENDIDIKAN.......................................................................................................................18
BAB III......................................................................................................................................................21
PENUTUPAN............................................................................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................................................21
B. Saran...........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Islam memiliki peran sterategis dalam upaya pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan Islam memiliki tujuan untuk membentuk manusia beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan yang Esa. Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan Islam
merupakan bagian integral yang tidak mungkin dipisahkan dari sistem pendidikan nasional.
Bahkan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan nasional, sejalan dengan
nilai-nilai Islam. Penanaman dan peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan dilakukan
dalam upaya membentuk umat Islam berakhlaq mulia. Dengan kata lain, pendidikan Islam
diharapkan mampu menjadi perisai bagi umat Islam dari sikap dan perilaku negatif.

Pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik, manakala didukung oleh lingkungan
yang baik. Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan
amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang
diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam. Pendidikan Islam dapat berjalan
dengan baik apabila lingkungan di dalamnya benar-benar mendukung pada pembentukan
akhlak alkarimah. Penanaman akhlak dalam lingkungan pendidikan Islam sangat sejalan
dengan tujuan utama pendidikan Islam. Karena, tujuan pendidikan Islam sama seperti tujuan
Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam diturunkan, yaitu untuk menyempurnakan akhlak
manusia.

Setidaknya, ada beberapa lingkungan pendidikan Islam yang dapat dijadikan sebagai
tempat belajar, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan-lingkungan
ini merupakan kesatuan yang dapat menjadi pendorong bagi proses perkembangan pendidikan
Islam. Dalam ungkapan berbeda, peserta didik dapat berhasil dalam proses pembelajaran
pendidikan Islam dan memiliki akhlak yang baik, apabila ketiga lingkungan pendidikan
tersebut menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada setiap peserta (anak) didik.

Selama ini lingkungan pendidikan masih belum dianggap penting oleh sebagian
orang. Kalaupun ada salah satu yang dianggap penting hanya lingkungan pendidikan sekolah.
Sementara untuk lingkungan pendidikan keluarga dan masyarakat kerap tidak dianggap.
Padahal, keduanya berperan penting dalam pendidikan. Lingkungan keluarga dan masyarakat

1
yang tidak baik dapat mengakibatkan seorang anak atau peserta didik menjadi tidak baik,
meskipun lingkungan sekolah mengajarkan dan menunjang untuk membangun perilaku baik.

Dengan demikian, mengesampingkan lingkungan pendidikan keluarga dan


masyarakat tentu dapat berakibat fatal bagi pendidikan itu sendiri. Bukan tidak mungkin
tujuan pendidikan untuk menciptakan peserta didik memiliki moralitas luhur menjadi tidak
tercapai. Maka tidak salah jika dikatakan lingkungan pendidikan keluarga dan masyarakat pun
lingkungan pendidikan yang sama penting dengan pendidikan sekolah.

Lingkungan-lingkungan pendidikan memiliki peran penting terhadap output peserta


didik. Baik dan tidak saja peserta didik tidak hanya ditentukan oleh guru yang mengajarnya
saja, tetapi juga oleh lingkungan-lingkungannya. Karena itu, pengkajian terhadap lingkungan
pendidikan penting untuk dilakukan. Mengesampingkannya berarti menghilangkan salah satu
unsur penting dalam dunia pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu lingkungan pendidikan islam?


2. Apa saja macam-macam lingkungan pendidikan ?
3. Apa pengaruh macam-macam lingkungan pendidikan tersebut terhadap peserta didik?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui defenisi lingkungan islam


2. Agar menambah wawasan mengenai macam-macam lingkungan pendidikan
3. Memperjelas bahwa macam-macam lingkungan pendidikan tersebut dapat membawa
pengaruh bagi peserta didik.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Dalam lingkungan manusia


hidup dan berinteraksi kepada sesamanya. Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam semesta dengan
segala isinya, maupun berupa non-fisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, adat
istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang.
Lingkungan-lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan
direncanakan oleh manusia.
Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan
hanyalah alam sekitar di luar diri manusia atau individu. Secara harfiah lingkungan dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam
jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan
beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa
diminta dan direncanakan oleh manusia.
Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam buku M. Ngalim Purwanto
menjelaskan bahwa lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang
dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau
life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Menurut Mohammad Surya, lingkungan adalah segala hal yang merangsang
individu, sehingga individu turut terlibat dan mempengaruhi perkembangannya.1
Menurut Zakiah Daradjat, dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan
geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain,
lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang
senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan
manusia, atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh manakah
seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya

1
Mohamad Surya. 2014. Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasinya (Bandung: Alfabeta). h. 34.
pengaruh pendidikan kepadanya. Selanjutnya, dia juga menjelaskan bahwa pengetahuan
tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan alat untuk dapat mengerti, memberikan
penjelasan dan mempengaruhi anak secara lebih baik. Misalnya, anak manja biasanya berasal
dari lingkungan keluarga yang anaknya tunggal atau anak yang yang nakal di sekolah
umumnya di rumah mendapat didikan yang keras atau kurang kasih sayang dan mungkin juga
karena kurang mendapat perhatian gurunya.2
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu
yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah
seluruh yang ada , baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak atau
tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang membuat hubungan dengan seseorang.

B. PENGERTIAN PENDIDIKKAN

Sedangkan pendidikan pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awalan “pe”
dan akhiran “an”, yang berarti proses pengubahan sikap dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan. Sedangkan arti mendidik adalah memelihara dan
memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. 3 Istilah pendidikan merupakan
terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang berarti pendidikan dan paedagogia yang
berarti pergaulan dengan anak-anak. Sedangkan manusia yang memiliki tugas membimbing
dan mendidik disebut paedagogos. Kata ini berasal dari paedos yang berarti anak dan agoge
yang berarti membimbing atau memimpin.4

Dari istilah di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan manusia
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing atau memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Dengan kata lain, pendidikan
ialah bimbingan yang diberikan secara sengaja oleh manusia dewasa kepada anak-anak dalam
pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani, agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

Dalam bahasa Arab pendidikan diartikan sebagai tarbiyah. Kata ini berasal dari tiga
asal kata, pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, rabiya-yarba yang
berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan,
menuntun, menjaga dan memelihara.5 Dari ketiga asal kata ini, Abdurrahman al-Bani,
sebagaimana dikutip oleh Abdurrahman an-Nahlawi, menyimpulkan pendidikan (tarbiyah)
terdiri dari tiga unsur. Pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh.
Kedua, mengembangkan seluruh potensi anak. Ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan
potensi anak menuju kebaikan. Melalui ketiga hal ini pendidikan dapat dimaknai sebagai
proses pembentukkan fitrah dan potensi manusia menuju kepada kebaikan. Pembentukan
tersebut dapat terwujudkan manakala didukung oleh lingkungan pendidikan yang baik.

Berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak
didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya. Satu
diantaranya dengan cara mengajarnya yaitu mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain, yakni memberikan contoh (teladan)
agar ditiru, membiasakan, memberikan pujian dan hadiah, dan lain-lain.

Pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan
oleh pendidik atau guru kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan
kepribadian baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal maupun non-formal yang
berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai
insaniyah atau ilahiyah.6

Jadi, dari beberapa penjelasan tentang pengertian lingkungan dan pendidikan, penulis
dapat simpulkan bahwa lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim,
geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan
penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk
menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan
ilahiyah. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka
peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan itu tidak selamanya
bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang karena
bisa saja merusak perkembangannya.

Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan


pendidikan islam. Karena perkembangan jiwa anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sikapnya, akhlaknya, dan perasaan

5
agamanya. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan itu.
Dikatakan negatif apabila lingkungan menghambat keberhasilan. Pengaruh tersebut terutama
datang dari teman sebaya dan masyarakat lingkungannya.

Lingkungan pendidikan memiliki pengaruh signifikan dalam proses pendidikan.


Lingkungan itu berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar secara berkelanjutan.
Maka, agar proses belajar mengajar menjadi baik, dibutuhkan lingkungan pendidikan yang
baik. Jika proses belajar mengajar yang didik memiliki moralitas luhur pasti dapat
diwujudkan. Tujuan pendidikan semacam ini, selaras dengan ajaran Islam. Karena, pembawa
ajaran Islam, Muhammad saw. diutus Tuhan dalam rangka menyempurnakan moralitas
manusia.

C. MACAM-MACAM LINGKUNGAN PENDIDIKAN

Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur
lingkungan yang keduaanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak
selalu berlangsung pendidikan walaupun didalamnya terdapat faktor-faktor yang mendidik.
Pergaulan semacam itu dapat terjadi dalam:7

1. Hidup bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-saudara lainnya dalam
suatu keluarga
2. Berkumpul dengan teman-teman sebaya
3. Bertempat tinggal dalam satu lingkungan kebersamaan di kota, di desa, atau dimana
saja.

Diantara ketiga pergaulan diatas, sudah jelas Keluarga merupakan lingkungan sosial
yang paling awal yang kemudian dilengkapi dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan
lingkungan masyarakat secara lebih luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa, adat
istiadat, kebiasaan, hasil seni, peraturan, merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh
yang cukup berarti bagi perkembangan individu.

Beberapa lingkungan pendidikan di luar sekolah yang sudah banyak ditemui, yaitu:8

1. Keluarga

Keluarga merupakan suatu sosial terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai
makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap
awal proses sosialiasi dan perkembangan individu. Keluarga merupakan masyarakat alamiah
yang pergaulan diatara golongannya bersifat khas. Di lingkungan ini terletak dasar-dasar
pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan
pergaulan yang berlaku didalamnya.

Menurut Mohammad Surya dalam bukunya menjelaskan bahwa dari sekian banyak
faktor -faktor yang mengkodidisikan penyesuaian diri, tidak ada satupun faktor yang lebih
penting selain daripada faktor rumah dan keluarga karena keluarga merupakan satuan
kelompok sosial yang terkecil. Dan lingkungan yang paling awal bagi perkembangan individu
adalah Rahim ibu yang kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas, seperti pola
dan kualitas pertumbuhan dan perkembangan individu lingkungan tersebut. Lingkungan alam
tempat individu dilahirkan dan dibesarkan akan banyak mempengaruhi kondisi perkembangan
individu.

Interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah dalam keluarga yang
kemudian akan dikembangkan di masyarakat. Terdapat beberapa karakteristik kehidupan
keluarga yang merupakan penyesuaian diri, yaitu:9

a. Susunan keluarga, yaitu besar kecilnya keluarga, siapa yang lebih berkuasa, jumlah
anak, perbandingan anak perempuan, dan laki – laki, dan sebagainya.
b. Peranan-peranan sosial dalam keluarga yaitu setiap peranan sosial yang dimainkan
oleh setiap anggota keluarga. Peranan sosial ini dipengaruhi oleh sikap dan harapan
orang tua terhadap anaknya, faktor umur, jenis kelamin dan lainnya.

Pendidikan keluarga adalah juga pendidikan masyarakat, karena disamping keluarga


itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat, juga karena
pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk
kehidupan anak-anak itu di masyarakat kelak. Pendidikan yang tidak mau mengikuti derap
langkah kemajuan masyarakat. Dengan demikian nampaklah adanya hubungan erat antara
keluarga dengan masyarakat.

Pada zaman dahulu umumnya orang hidup dalam satu rumah yang besar. Di dalam
rumah yang besar itu hiduplah beberapa keluarga menjadi satu. Suatu keluarga mempunyai
peraturan-peraturan dan tata tertib sendiri yang diatur dan dikepalai oleh seorang kepala
keluarga. Segala kebutuhan, hidup dibuat sendiri oleh anggota-anggota keluarga masing-
masing secara gotong royong. Demikian pula pendidikan yang diberikan kepada anak-anak
dalam keluarga itu umumnya merupakan kelanjutan adat istiadat yang mereka terima dari
nenek moyang yang merupakan tradisi statis dan hampir tidak berubah-ubah. Di samping itu,
diajarakan pula kepada anak-anak mereka segala sesuatu yang lazimnya diperbuat atau
dikerjakan oleh orang-orang tua dan orang-orang dewasa dan keluarga itu.

Lain halnya dengan keluarga pada zaman sekarang. Kesatuan dan kekeluargaan
secara famili ini (keluarga besar) sekarang telah terpencar menjadi keluarga yang kecil-kecil,
dan fungsinya terhadap pendidikan anakpun berubah pula. Keluarga yang tadinya merupakan
kesatuan yang menghasilkan segala kebutuhan mereka, menjadi kesatuan yang memakai
semata-semata. Tugas bercengkrama dalam keluarga diantara anggota-anggota keluarga
dengan anak-anaknya kelihatan makin mundur karena timbulnya perkumpulan-perkumpulan
modern, seperi perkumpulan-perkumpulan pemuda, kesenian dan olah raga. Oleh karena itu,
waktu bagi anak-anak untuk berada di rumah makin sedikit. Anak-anak muda sudah tidak
puas lagi mencari kesenangan dam hiburan hanya dalam lingkungan keluarga sendiri. Mereka
lebih suka menyibukkan diri mereka didalam perkumpulan tersebut. Karena pada zaman
sekarang, pesatnya kemajuan dunia di segala bidang yang menyebabkan tidak terhitungnya
jumlah macam pekerjaan yang masing-masing memerlukan bakat dan kemampuan yang
berbeda-beda dari para pekerjanya. Spesialisasi dalam lapangan penghidupan makin
diperlukan.

Di dalam keluarga yang sudah demikian teroraknya seperti sekarang ini keluarga
yang akrab dan kecil itu tinggallah berfungsi menurunkan dan mendidik anak-anak dalam
suasana kerukunan yang tidak mereka jumpai dalam satu golongan yang lain manapun.
Fungsi inilah yang tetap dipegang oleh keluarga pada zaman sekarang ini.

Oleh karena itu, kunci pendidikan dalam rumah tangga atau keluarga sebenarnya
terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan
agama bagi anak. Mengapa? karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam
pembentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama
dalam rumah tangga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak
mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi
basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.

Keluarga bahagia dan sejahtera yang dijiwai oleh pancaran sinar tauhid tidaklah
begitu saja tercipta dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses sosialisasi, sehingga nilai-
nilai universal itu menjadi milik keluarga menunjuk pada semua faktor dan proses yang
membuat setiap manusia menjadi selaras dalam hidup di tengah-tengah orang lain.

Islam memandang, bahwa keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh


pada pembentukan kepribadian anak. Hal ini disebabkan:

1. Tanggug jawab orang tua pada anak bukan hanya bersiat duniawi, melainkan ukhrawi dan
teologis. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam membina kepribadian anak
merupakan amanah dari Tuhan. Sebagaimana terdapat dalam Q.S Tahrim ayat 6, yang
berbunyi:
‫ؤ َم ُْز وَ نُي ىي‬
َ ‫ص م لَّل َاَ م ه‬ ‫غ ّ َل ظ‬ ‫سم‬ ‫علَْ ي‬ ‫وقُ ْىد‬ ‫َوا ْه ِل ْي ُك ْم‬ ‫ُق ْٓىا َا ْنُف‬ ‫ا ٓيَُاي َها الَ ذِ ْي َن ا َم ُن ْىا‬
‫س‬
‫ْ فَ ُعل ْى‬ ‫َ ز‬ ‫ع ْ ىنَي َّل ا‬ َ َ ‫َان ًرا‬ ‫ُك‬
‫لِِ ى َكة‬
‫َن‬ ‫ْ م‬ ٓ ‫ها هالَن‬ ‫ْم‬
‫ا‬ ‫ا‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
2. Orang tua disamping memberikan pengaruh yang besifat empiris pada setiap hari, juga
memberikan pengaruh hereditas dan genesitas, yakni bakat dan pembawaan serta
hubungan darah yang melekat pada diri anak.
3. Anak lebih banyak tinggal atau berada di rumah dibandingkan di luar rumah
4. Orang tua atau keluarga sebagai lebih dahulu memberikan pengaruh, dan pengaruh yang
lebih dahulu ini pengaruhnya lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang datang
belakangan

Di dalam keluarga, yang bertindak sebagai pendidik dalam rumah tangga ialah ayah
dan ibu si anak serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan kakak.Tetapi yang paling bertanggung jawab
diantara mereka (ada kakek, nenek, misalnya) adalah ayah dan ibu.

2. LINGKUNGAN MASYARAKAT

Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam
masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian
mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap
masyarakat.
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah,
mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak
jelas dan keanekaragaman bentuk kehudupan sosial serta berjenis-jenis budaya. Masyarakat

diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-
pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta
dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.

Di masyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya
dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam
bertindak dan bersikap. Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan
aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi mudanya. Penularan-
penularan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan ini sudah merupakan proses pendidikan
masyarakat.

Beberapa lingkungan masyarakat yang dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Asrama

Setiap asramaa mempunyai suasana tersendiri yang diwarnai oleh para


pendidik atau pemimpinnya dan oleh sebagian besar anggota asrama berasal dari
manasaja. Jenis dan bentuk asrama berdasarkan pengadaanya yaitu:

a. Asrama santunan yatim piatu sebagai tempat menampung anak-anak yang


kehilangan orang tua, ataupun kadang orang tua yang tidak merawat anaknya.
b. Asrama tampungan, anak-anak dididik oleh orang tua angkat, karena orang
tua sendiri tidak mampu atau karena orang tuanya menitipkan pendidikan dan
pemelihraan anak kepadanya.
c. Asrama untuk anak-anak nakal atau mempunyai kelainan fisik ataupun
mental, maupun keduanya sekaligus.

Dalam lingkungan asrama ini pembina akan mengusahakan suasana asrama


seperti suasana rumah yang harmonis, dimana terdapat kasih sayang, lemah lembut,
serta 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun). Dalam lingkunga asrama kita akna
semakin mengenal banyak orang dan beragam kepribadian.
b. Perkumpulan remaja

Pada umumnya anak-anak di atas umur 12 tahun membutuhkan kumpulan-


kumpulan atau organisasi-organisasi yang dapat menyalurkan hasrat dan kegiatan
yang meluap-luap dalam diri mereka. Menjelang umur tiga belasan anak berada dalam
fase puber, yang mulai menampakkan perubahan-perubahan dalam bentuk fisiknya
dan menunjukkan tanda-tanda keresahan atau kegelisahan dalam kehidupan mental

atau batinnya. Ia mulai meningkat remaja dan merasakan adanya kebutuhannya untuk
menjadi seorang manusia dewasa, yang dapat berdiri sendiri, menemukan sendiri
nilai-nilai dan membentuk cita-cita sendiri bersama-sama dengan remaja lainnya.

Pada masa ini gambaran tentang orang tua (ayah dan ibu), guru, ulama atau
pemimpin-pemimpin masyarakat lainnya amat besar artinya bagi mereka. Tokoh itu
mungkin dapat dijadikan sebagai "idola", tokoh identifikasi yang akan mereka
teladani. Tokoh identifikasi itu bisa ayah, ibu, guru atau meluas kepada tokoh-tokoh
lain yang menonjol dalam masyarakat. Identifikasi ini merupakan sebuah proses yang
cukup bermakna bagi perkembangan sosial anak. Melalui proses identifikasi itulah
seorang anak mengembangkan kepribadiannya yang kemudian menjadi perwatakan
khas yang dimilikinya.

Keluarga, masjid dan sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan kadang-


kadang kurang memberikan peluang terhadap dorongan anak untuk mengembangkan
diri secara sendiri atau ke arah berdiri sendiri. Anak-anak muda itu ingin
memperlihatkan kejantanannya, membuktikan kemampuan dan menjelajahi serta
mencoba segala sesuatu untuk membuktikan kebolehannya dengan cara-cara dan
pandangannya sendiri atau kelompoknya. Berkenan dengan itu, dalam suatu
lingkungan sering terjadi "perbenturan" antara mereka dengan pandangan serta tatanan
masyarakat "kolot" atau pandangan atau tatanan yang telah mapan dalam
lingkungannya. Benturan-benturan itu tidak mengurangi kebutuhannya untuk dapat
berdiri sendiri secara wajar dan upayanya untuk tetap melaksanakan segala rencana
dan angan-angannya, bahkan mungkin menjadi lebih bersemangat lagi untuk
melakukan percobaan-percobaan.
Di sinilah terletak kesempatan yang baik bagi perkumpulan-perkumpulan
remaja untuk mengorganisir dirinya dan menyalurkan segala kehendak hati, keinginan
dan angan-angan sebagai pembuktian bahwa mereka pun patut "mendapat pengakuan
masyarakat lingkungannya". Melalui perkumpulan-perkumpulan itu mereka
memperoleh kesempatan dan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang
mematangkan diri mereka. Melalui pengalaman-pengalaman itu mereka menemukan
dirinya sendiri, menyadari batas-batas kemampuan dan upaya-upaya yang dapat
disumbangkannya, dan terjadilah saling didik mendidik di antara sesamanya. Sudah
barang tentu dalam segala kegiatannya mereka senantiasa harus bekerja sama dengan
keluarga atau orang tua, pemimpin keagamaan dan pemimpin sekolah atau para guru.
Yang beragama Islam membentuk atau memasuki perkumpulan-perkumpulan remaja
yang berdasarkan Islam sehingga memungkinkan mereka untuk menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam lingkungannya secara aktual.

c. Lingkungan kerja

Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke lingkungan kerja


memakan waktu yang lama. Lingkungan kerja merupakan suatu lingkungan baru yang
menuntut berbagai penyesuaian. Dalam lingkungan itu mereka bergaul dengan orang-
orang dewasa lain yang berbeda dari yang pernah mereka alami. Kini mereka bergaul
dengan orang-orang dewasa yang "asing" dan telah berpengalaman dalam
lapangannya.

Dalam pergaulan dengan orang-orang yang sama-sama berada dalam


lingkungan kerja terbuka kesempatan untuk saling pengaruh mempengaruhi,
karenanya segala tingkah laku orang dewasa di lingkungan kerja itu dapat berpengaruh
besar atas perkembangan tersebut. Disamping pengaruh-pengaruh yang positif
terdapat pula pengaruh-pengaruh yang negatif. Bagi anak-anak muda yang tadinya
mengalami perkembangan yang wajar dan agamis, ketika masa puber, pengaruh
negatif itu dapat lebih mudah mereka atasi.

Kehidupan modern dewasa ini menuntut lebih banyak ketahanan fisik


maupun mental. Di atas pundak mereka terpikul kewajiban-kewajiban yang lebih
berat. Itulah sebabnya maka masa pendidikan untuk mereka lebih lama dan lebih
berbobot dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Tuntutan mutu pendidikan yang
lebih berbobot tersebut meliputi segi pengetahuan, akhlak dan bermacam-macam
keterampilan.

Itulah beberapa lingkungan di luar sekolah yang dapat memberi pendidikan dan
pengajaran kepada seseorang. Berikut adalah lingkungan sekolah sebagai lingkungan
pendidikan.

3. LINGKUNGAN SEKOLAH

Kegiatan pendidikan pada mulanya dilaksanakan dalam lingkungan keluarga dengan


menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidikan utama, dengan semakin dewasanya anak
semakin banyak hal-hal yang dibutuhkannya untuk dapat hidup di dalam masyarakat secara
layak dan wajar. Sebagai respon dalam memenuhi kebutuhan tersebut muncullah usaha untuk
mendirikan sekolah di lingkungan keluarga.

Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya besar


sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun
mempunyai fungsi sebagi pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Dengan
sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan
bidang dan bakatnya si anak yang berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan
bangsanya.

Sekolah sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, maka
dari itu, sekolah sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, lebih-lebih
mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagi pengganti orang
yang harus ditaati.

Dalam perkembangan fisik dan psikologi anak, selanjutnya anak itu memperoleh
pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang berbeda
status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan kepribadian. Lambat laun ia membebaskan
diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan
masyarakat luas.

1) Perbedaan antara rumah dan sekolah

Zakiah Daradjat dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam


membedakan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi suasana, tanggung jawab,
maupun kebebasan dan pergaulan.10

a. Suasana
Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi anggota baru
dalam rumah tangga, yang sangat disambut oleh anggota keluarga. Sedangkan di
lingkungan sekolah tempat anak belajar, ia dihadapkan dengan guru-guru yang
diganti setiap pelajaran dan teman sekelas yang beragam latarbelakangnya.
b. Tanggung jawab
Tanggung jawab mendidik diberikan kepada orang tua, tanpa dielakkan.
Biasanya orang tua memberi contoh melalui perkataan, perbuatan dan tingkah laku
menuju kebaikan agar dapat ditiru oleh anaknya. Sedangkan di sekolah guru
memiliki tanggung jawab mendidik dan melatih otak anak serta memberi teladan
menuju perbuatan rasa keimanan dan takwa.
c. Kebebasan
Di rumah anak diberi kebebasan yang semestinya ia dapat selama tidak
melanggar norma kesopanan dan tidak membawa mudhorat bagi dirinya dan
lingkungan sekitarnya. Sedangkan di sekolah, anak diatur sesuai dengan peraturan
sekolah tersebut, mulai dari jam masuk kelas, istirahat, jam pulang dan masih
banyak lagi.
d. Pergaulan
Di rumah merupakan lingkungan paling kecil dalam memahami karater
seseorang, ruang lingkup orang yang harus dipahami hanya beberapa. Sedangkan
di sekolah, banyak karakter teman yang harus dipahami oleh anak, agar tidak
terjerat pergaulan bebas.

2) Pengaruh rumah terhadap sekolah


Suasana dalam rumah termasuk faktor penting dalam pendidikan anak. Baik
buruknya suasana rumah, rukun tidaknya orang tua, ataupun hubungan dengan saudara
kandung lainnya. Kerap kali kemunduran dalam belajar diakibatkan oleh perceraian
orang tua atau meninggalnya salah satu orang tua. Oleh sebab itu hendaknya guru di
sekolah memahami keadaan yang dihadapi oleh sang anak.
3) Harapan keluarga dan masyarakat beragama dari sekolah
Pada dasarnya sekolah harus mampu mewujudkan cita-cita masyarakat dan
keluarga. Sekolah juga bisa menjadi wadah bagi anak untuk menutut ilmu agama. Tak
jarang anak lahir dari keluarga yang hanya memiliki pengetahuan dasar mengenai
agama. Jika sudah terjalin keserasian antara pendidikan di sekolah dan masyarakat
serta keluarga akan mempermudah dalam hal transfer ilmu, baik itu ilmu umum
maupun ilmu agama.
4) Membina Hubungan Antara Rumah dan Sekolah.

Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antara


rumah dan sekolah. Pengaruh sekolah segera terasa di rumah. Orang tua harus
melepaskan anaknya beberapa jam lamanya dan menyerahkannya kepada pimpinan
guru. Ibu harus menyesuaikan waktu dengan keperluan anaknya, agar anaknya jangan
terlambat sampai ke sekolah. Ia harus menyediakan pakaian yang baik, supaya
anaknya tidak malu terhadap anak lain. Sekembalinya dari sekolah anak itu bercerita
tentang ibu guru, kawan-kawannya, sekolahnya. Anak membawa suasana sekolah ke
dalam rumahnya. Antara rumah dan sekolah tercipta hubungan, karena antara kedua
lingkungan itu terdapat obyek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak.

Dapat dimengerti betapa pentingnya kerja sama antara kedua lingkungan itu.
Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Orang tua
harus mengenal anaknya, sekolah dan guru. Keadaan anak biasanya diketahui orang
tua dari: daftar nilai, surat peringatan, kunjungan kepada guru di sekolah, pertemuan
dengan orang tua murid dan guru memahami murid-murid.

a) Daftar Nilai

Daftar nilai sebenamya laporan guru kepada orang tua tentang kemajuan
anaknya mengenai pelajaran, kelakuan dan kerajinannya. Laporan itu tidak diberikan
dalam bentuk kata-kata, akan tetapi berupa angka-angka. Dari angka-angka itu orang
tua dapat mengetahui dalam pelajaran mana anaknya pandai dan dalam mata pelajaran
mana anaknya ketinggalan. Angka kurang misalnya memberi peringatan kepada anak
supaya ia lebih giat bekerja. Sebaliknya angka itu memperingatkan orang tua agar
lebih memperhatikan anak itu dalam hal belajar. Sikap anak terhadap daftar nilai
berbeda-beda, bergantung kepada umurnya. Anak kelas satu kebanyakan belum tahu
akan arti angka-angka yang diterimanya. Anak umur 6-8 tahun menyangka, bahwa
guru sesuka hati saja memberi angka itu. Anak-anak umur 9 - 13 tahun menganggap
nilai itu sebagai ukuran kepandaiannya. Daftar nilai berpengaruh terhadap anak.
Daftar nilai yang baik umumnya menggiatkan semangat belajar, sebab hasil baik
memperbesar kepercayaan kepada diri sendiri. Daftar nilai yang buruk pun kadang-
kadang merupakan pendorong untuk mencapai angka-angka yang lebih baik, akan
tetapi bisa juga melemahkan semangat belajar. Sebab itu baiklah guru-guru berhati-
hati memberi angka. Jangan mempergunakan angka itu untuk menakut-nakuti atau
hukuman.

b) Surat peringatan

Daftar nilai yang buruk kadang-kadang disertai dengan surat peringatan yang
mengandung "ancaman", bahwa anak yang bersangkutan mungkin tidak akan naik
kelas, atau lainnya. Surat itu harus ditandatangani oleh orang tua untuk kemudian
dikembalikan kepada guru. Maksudnya supaya orang tua jangan terkejut, jika anak
itu kelak tidak naik kelas. Dengan demikian orang tua akan lebih memperhatikan
pelajaran anaknya. Mungkin anak itu selama ini tidak sempat belajar, karena
terlampau banyak pekerjaan lain, atau karena tidak ada lampu dan buku atau karena
anak itu terpengaruh oleh anak yang berperangai buruk. Hal lain yang mengharuskan
sekolah mengirimkan surat kepada orang tua ialah apabila seorang anak bolos, nakal
dan sebagainya. Orang tua harus memberitahukan, apabila anaknya sakit atau tidak
dapat bersekolah karena sesuatu hal yang penting. Akan tetapi ada kalanya orang tua
tidak tahu bahwa anaknya tidak masuk sekolah.

c) Kunjungan Kepada Guru

Sekolah tidak dapat mengharap banyak dari orang tua untuk datang
mengunjunginya. Barulah orang tua mengunjungi sekolah, jika mereka perlu,
misalnya meminta tempat untuk anaknya atau berusaha agar anaknya yang tinggal
kelas dinaikkan. Sebenarnya orang tua harus tahu, bahwa kepala sekolah atau guru
kelas (wali kelas) bersedia menerimanya untuk membicarakan kesulitan-kesulitan
mengenai pendidikan anaknya. Guru mungkin dapat mencarikan jalan untuk
mengatasi kesulitan itu dan di sekolah anaknya itu akan lebih diperhatikan.

d) Pertemuan Guru-guru dengan Orang Tua Murid

Kebanyakan orang tua, lebih-lebih di kota, jarang sekali mengunjungi


sekolah. Mungkin ia pernah melihat sekolah itu dari luar tetapi itu belum cukup. Ia
harus juga mengenal gedung itu dari dalam, seperti ruangan sekolah tempat anaknya
belajar bertahun-tahun, guru dan sarana-sarana belajar lainnya. Tujuan petama
pertemuan ialah memperkenalkan sekolah kepada orang tua, memperlihatkan
kepadanya apa yang terjadi di dalam sekolah, agar tercapai hubungan yang erat antara
orang tua dengan guru-guru. Kerja sama dalam mendidik anak memerlukan sikap
kenal mengenal antara guru dengan orang tua.

Banyak hal yang dapat dibicarakan tentang perkembangan dan kemajuan


yang telah dicapai, kesulitan-kesulitan yang dialami serta cara-cara mengatasinya dan
hal-hal yang patut dilakukan orang tua berkenaan dengan bakat atau kemampuan
anaknya dan sebagainya. Di antara keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh
dari pertemuan itu adalah:

1. Orang tua dan para guni saling kenal mengenal.


2. Orang tua mengenal lingkungan dan suasana tempat anaknya belajar.
3. Minat orang tua terhadap pelajaran anaknya bertambah besar.
4. Orang tua mendapat penerangan tentang soal-soal pendidikan, khususnya
mengenai masalah-masalah yang menyangkut anaknya sendiri.
5. Perselisihan antara rumah dengan sekolah, jika ada, dapat diatasi dan
diselesaikan dengan penuh pengertian.
6. Semangat orang tua dapat dibangkitkan untuk menyumbangkan tenaganya
dalam pembangunan dan kemajuan sekolah sesuai dengan rencana bersama
demi kepentingan anak-anak.

e. Memahami Murid-murid
Guru akan semakin mudah mendidik anak-anak di sekolah, apabila pribadi
anak itu dipahaminya benar-benar. Oleh karena itu baik sekali apabila ia mengunjungi
setiap orang tua muridnya, setidak-tidaknya orang tua murid yang anaknya
menimbulkan kesukaran dalam pendidikan, misalnya yang berkelakuan buruk, malas,
mundur pelajarannya, keras kepala dan sebagainya. Kunjungan itu banyak faedahnya,
antara lain :
1. Dalam percakapan dengan orang tua banyak diperoleh keterangan-
keterangan tentang anak itu.
2. Guru berkenalan dengan orang tua. Kelakuan anak kerapkali
membayangkan pribadi orang tua.
3. Orang tua menghargai perbuatan guru terhadap pendidikan anaknya. Ini
mempererat hubungan orang tua dengan sekolah.
4. Guru mengenal keadaan dan suasana dalam rumah tangga anak itu.
Lingkungan rumah besar pengaruhnya terhadap kelakuan seorang anak.
5. Guru dapat memberi petunjuk-petunjuk untuk memperbaiki kelakuan anak-
anak. Ini harus dilakukan dengan bijaksana, jangansampai menyinggung
hati orang tua.

Pandangan guru dan pendapat orang tua tentang seorang anak kadang-kadang
berlainan. Kelakuan anak di rumah seringkali jauh berbeda dengan disekolah. Di
rumah ia malas, keras kepala, di sekolah ia rajin dan patuh, kelakuannya baik pula,
atau sebaliknya.
D. ALAT PENDIDIKAN

Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat dan metode. Istilah
lain dari alat pendidikan yang dikenal hingga saat ini adalah media pendidikan, Audio Visual
Aids (AVA), alat peraga, sarana dan prasarana pendidikan dan sebagainya. Alat atau media

pendidikan meliputi segala sesuatu yang dapat membantu proses pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh karena pendidikan Islam mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan
akhlak, maka alat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat pendidikan ilmu sedangkan alat untuk
pembentukan akhlak adalah pergaulan. Dalam pergaulan edukatif, guru dapat menyuruh atau
melarang murid mengerjakan sesuatu. Ia dapat menghukum anak sebagai koreksi terhadap
tingkah lakunya yang salah dan memberi hadiah sebagai pendorong untuk berbuat yang lebih
baik lagi. Hukuman berupa pukulan umpamanya dapat digunakan bagi anak umur sepuluh
tahun ke atas bila ia meninggalkan sembahyang.

Dalam pergaulan tersebut contoh teladan utama dari pihak pemimpin sekolah, guru-
guru dan staf lebih banyak mempengaruhi murid untuk menjadi manusia yang baik. Oleh
sebab itu mereka harus membina suatu masyarakat sekolah yang baik yang membantu
pembinaan suasana agama di sekolah. Pendidikan agama tidak mungkin berhasil dengan baik
bila hanya dibebankan kepada guru agama saja tanpa didukung oleh pemimpin sekolah dan
guru-guru yang lain. Selain pergaulan, masih banyak alat pendidikan yang dapat

digunakan untuk pendidikan agama di sekolah. Misalnya :

a. Media tulis atau cetak seperti Al-Qur'an, Hadits, Tauhid, Fiqh, Sejarah dan
sebagainya.
b. Benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, zat padat, zat cair, zat
gas dan sebagainya.
c. Gambar-gambar, lukisan, diagram, peta dan grafik. Alat ini dapat dibuat dalam ukuran
besar dan dapat pula dipakai dalam buku-buku teks atau bahan bacaan lain.
d. Gambar yang dapat diproyeksi, baik dengan alat atau tanpa suara seperti foto, slide,
film strip, televisi, video dan sebagainya.
e. Audio recording (alat untuk didengar) seperti kaset tape, radio, piringan hitam dan
lain-lain yang semuanya diwarnai dengan ajaran agama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyeleksi alat tersebut adalah :


1) Pentingnya alat itu untuk mencapai tujuan atau kesesuaian alat itu dengan tujuan
pengajaran. Kalau tujuan pengajaran hanya menyangkut bidang cognitive
(pengetahuan) misalnya siswa dapat membedakan rukun dan sunnat sembahyang
jum'at, dapat menyebutkan ayat berhubungan dengan salat jum'at, menyebutkan
orang-orang yang dibolehkan tidak sembahyang jum'at dan sebagainya, maka alat
yang dipilih adalah buku, Qur'an dan skema. Bila tujuan itu menyangkut bidang
psikomotor, misalnya siswa dapat melakukan gerakan-gerakan dalam sembahyang
dengan baik, maka alat atau medianya adalah film, gambar orang sembahyang atau
demonstrasi oleh guru sendiri. Bila tujuan itu menyangkut bidang affektive, misalnya
siswa menyayangi fakir miskin, maka medianya adalah melaksanakan kegiatan sosial
keagamaan, mengadakan pengamatan langsung terhadap kehidupan fakir miskin
(kalau perlu observasi partisipant), menyaksikan film tentang penyantunan fakir
miskin.

2) Media itu harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Anak sekolah menengah
sudah memiliki kemampuan untuk berfikir kritis dan kemampuan untuk mencari dan
menemukan sendiri, maka alat pendidikan yang dipakai sudah harus agak sofisticated,
seperti modul, drama film dan film yang menyangkut berbagai kejadian alam.

3) Harus diperhatikan keadaan dan kondisi sekolah. Tidak semua sekolah memiliki
alat yang cukup, aliran listrik mungkin tidak ada dan juga kemampuan guru
menggunakan alat.

4) Hendaknya diperhatikan soal waktu yang tersedia untuk mempersiapkan alat dan
penggunaannya di kelas.

5) Harga atau biaya alat itu hendaknya sesuai dengan efektivitas alat.

Walaupun alat pendidikan itu telah kita seleksi sedemikian rupa sehingga persyaratan
di atas terpenuhi, namun belum menjamin efektivitas penggunaannya. Ada beberapa prinsip
umum yang harus diperhatikan di dalam penggunaan alat pendidikan, antara lain :

1. Penggunaan setiap jenis harus dengan tujuan tertentu.


2. Alat harus digunakan untuk membantu menimbulkan tanggapan terhadap materi
yang dipelajari.
3. Alat tidak perlu digunakan bila murid sudah memiliki pengalaman yang cukup
untuk menanggapi dan menginterpretasi materi pelajaran.
4. Alat harus digunakan bila alat itu merangsang timbulnya minat dan perhatian baru
dan memusatkan perhatian terhadap persoalan yang dipecahkan.
5. Beberapa alat tertentu sangat berguna untuk membuat ringkasan pelajaran dan
memberikan perspektif tentang hubungan-hubungan tertentu dalam pelajaran.
6. Murid harus diajar menggunakan alat. Mereka harus tahu apa yang dicari dengan
alat itu dan menginterpretasinya.
7. Setiap menggunakan alat, harus dicek apakah tujuan yang diharapkan tercapai dan
memberikan koreksi terhadap kesalahan tanggap yang terjadi.

Perkembangan teknologi yang cepat dewasa ini sangat membantu menciptakan


berbagai macam alat pendidikan mulai dari alat yang sederhana sampai kepada yang
kompleks. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap guru agama adalah jangan membuat
atau menggunakan alat baik berupa gambar, film dan lainnya tentang Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAw
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik, manakala didukung oleh lingkungan
yang baik. Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat
dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam. Pendidikan Islam dapat berjalan dengan baik
apabila lingkungan di dalamnya benar-benar mendukung pada pembentukan akhlak
alkarimah. Penanaman akhlak dalam lingkungan pendidikan Islam sangat sejalan dengan
tujuan utama pendidikan Islam. Karena, tujuan pendidikan Islam sama seperti tujuan
Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam diturunkan, yaitu untuk menyempurnakan akhlak
manusia.

Setidaknya, ada beberapa lingkungan pendidikan Islam yang dapat dijadikan sebagai
tempat belajar, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan-lingkungan
ini merupakan kesatuan yang dapat menjadi pendorong bagi proses perkembangan pendidikan
Islam. Dalam ungkapan berbeda, peserta didik dapat berhasil dalam proses pembelajaran
pendidikan Islam dan memiliki akhlak yang baik, apabila ketiga lingkungan pendidikan
tersebut menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada setiap peserta (anak) didik.
Selama ini lingkungan pendidikan masih belum dianggap penting oleh sebagian orang.
Kalaupun ada salah satu yang dianggap penting hanya lingkungan pendidikan sekolah.
Sementara untuk lingkungan pendidikan keluarga dan masyarakat kerap tidak dianggap.
Padahal, keduanya berperan penting dalam pendidikan. Lingkungan keluarga dan masyarakat
yang tidak baik dapat mengakibatkan seorang anak atau peserta didik menjadi tidak baik,
meskipun lingkungan sekolah mengajarkan dan menunjang untuk membangun perilaku baik.

Dengan demikian, mengesampingkan lingkungan pendidikan keluarga dan


masyarakat tentu dapat berakibat fatal bagi pendidikan itu sendiri. Bukan tidak mungkin
tujuan pendidikan untuk menciptakan peserta didik memiliki moralitas luhur menjadi tidak
tercapai. Maka tidak salah jika dikatakan lingkungan pendidikan keluarga dan masyarakat pun
lingkungan pendidikan yang sama penting dengan pendidikan sekolah.

Lingkungan-lingkungan pendidikan memiliki peran penting terhadap output peserta


didik. Baik dan tidak saja peserta didik tidak hanya ditentukan oleh guru yang mengajarnya
saja, tetapi juga oleh lingkungan-lingkungannya. Karena itu, pengkajian terhadap lingkungan
pendidikan penting untuk dilakukan. Mengesampingkannya berarti menghilangkan salah satu
unsur penting dalam dunia pendidikan.

B. Saran

Agar memperoleh pendidikan yang maksimal dan bagus disarankan untuk memilih
lingkungan yang baik pula. Dengan lingkungan yang baik sekolah yang baik dan keluarga
yang baik maka akan mempermudah terciptanya karakter yang baik pada anak. Karena semua
hal tersebut memiliki kaitan dan tidak hanya bisa berdiri sendiri. Jadi jangan anggap sepele
lingkungan di sekitar Anda.
DAFTAR PUSTAKA

Mohamad Surya. 2014. Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasinya (Bandung: Alfabeta). h. 180

Zakiah Daradjat. 2018. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksa). h 63-65

Yadianto. , 2013. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Bandung: M2s). h. 88

Armai Arief. 2012. Reformulasi Pendidikan Islam (Ciputat: CRSD PRESS). h.15

Abuddin Nata.2016. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta :Prenada Media) h.5

Muhammad divha. 2022. GURU: Sang Pejuang NKRI (D.I Yogyakarta: Samudra Biru) h.1

Anda mungkin juga menyukai