Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kapita Selekta Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : H. Ahmad Munadirin, M.Pd.l

Di susun oleh :

Nabilah Falah Kusuma

( 20111340 )

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Kapita Selekta Pendidikan Islam
yang berjudul “Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Perspektif Islam” ini.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak,
untuk itu kami mengucapkam terima kasih yang sebesar –besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Ahmad Tantowi, M.Si., M.Pd., selaku Ketua sekolah Tinggi Islam Kendal yang
telah memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar
kami.
2. Bapak H. Ahmad Munadirin, M.Pd.I, selaku dosen mata kuliah Materi PAI II yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sekaligus memberikan pengarahan serta referensi demi
terselesaikannya makalah ilmiah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sempurnanya makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Manajemen Pendidikan ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi bagi para pembaca.

Kendal, 16 Mei 2022

Penyusun,
Nabilah Falah Kusuma

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3


BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

BAB II : PEMBAHASAN .............................................................................. 5

A. Hakikat Pendidik .......................................................................... 5

B. Hakikat Peserta Didik .................................................................. 8

C. Hubungan Penddik Dan Peserta Didik ....................................... 12

BAB III : PENUTUP .................................................................................... 15

A. Kesimpulan ................................................................................ 15

B. Kritik dan Saran ........................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pendidikan mempunyai beberapa komponen yang mempengaruhi pendidikan itu


sendiri, di antaranya yaitu pendidik dan peserta didik. Berhasil atau gagalnya pendidikan juga
ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan, sikap,
dan kemauan serta kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan. Untuk
keberhasilan suatu pendidikan, diperlukan berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan
awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal
mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan.

Karena pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan (pendidik dan peserta didik) dalam
keberhasilan pendidikan, dalam makalah ini akan dibahas mengenai hakikat pendidik dan
peserta didik dalam perspektif Islam serta hubungan keduanya.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana hakikat pendidik dan peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam?

2. Bagaiman hubungan pendidik dan peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidik

1. Makna dan Kedudukan Pendidik

Salah satu unsur penting dalam proses pendidikan adalah pendidik. Secara umum, pendidik
adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik
dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta
didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada orang-orang yang bertugas di sekolah,
tetapi semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan
hingga ia dewasa, bahkan sampai menunggal dunia.[1]

Dalam ajaran Islam, pendidik (Guru) mendapatkan penghargaan yang tinggi. Begitu tingginya
penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi
dan Rasul. Hal ini dikarenakan guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan); sedangkan Islam
ssangat menghargai pengetahuan. Penghargaan Islam terhadap ilmu tergambar dalam hadits
yang artinya sebagai berikut:

a. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada.

b. Orang berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadat, yang berpuasa dan
menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan shalat bahkan melebihi kebaikan orang
yang berperang di jalan Allah.

c. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat
diisi kecuali oleh seorang alim yang lain.

Tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam. Islam memuliakan
pengetahuan; pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah calon
guru, yang mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam memuliakan guru. Tak
terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru.

Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya memang berbeda dari
kedudukan guru di dunia Barat. Perbedaan ini tidaklah mengherankan, karena di Barat guru
tidak lebih dari sekadar orang yang pengetahuannya lebih banyak dari murid. Hubungan guru-
murid adalah hubungan kepentingan antara pemberi dan penerima jasa, karena itu hubungan
juga diikat oleh pembayaran yang dilakukan berdasarkan perhitungan ekonomi.

2. Tugas Pendidik dalam Islam

Mengenai tugas pendidik, ahli pendidikan Islam dan ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa
tugas pendidik adalah mendidik. Mendidik dapat dilakukan dengan mengajar, memberi
dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, memberi contoh, membiasakan, dan lain-
lain. Dalam pendidikan di sekolah, tugas pendidik adalah mendidik dengan cara mengajar.
Tugas pendidik dalam rumah tangga berupa membiasakan, memberi contoh yang baik,
memberi pujian, dorongan, dan lain-lain yang diperkirakan menghasilkan pengaruh positif begi
pendewasaan anak.

Dalam literatur Barat diuraikan tugas-tugas guru tidak hanya mengajar. Ag.Soejono (1982:62)
merinci tugas pendidik sebagai berikut:

a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada peserta didik.

b. Berusaha menolong peserta didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan
perkembanganpembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

c. Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan
berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.

d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan peserta didik
berjalan dengan baik.
e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala peserta didik menemui kesulitan dalam
mengembangkan potensinya.

Sedangkan dalam literatur yang ditulis oleh ahli pendidikan Islam, tugas pendidik ternyata
bercampur dengan syarat dan sifat pendidik. Ada beberapa pernyataan tentang tugas guru,
yaitu:

a. Pendidik harus mengetahui karakteristik peserta didik.

b. Pendidik harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang
diajarkan maupun dalam cara mengajarkannya.

c. Pendidik harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang
diajarkannya.

Tugas-tugas pendidik yang diajarkan oleh penulis Muslim ini dapat ditambahkan tugas-tugas
pendidik yang dianjurkan oleh Soejono. Dalam tugas-tugas ini pun tidak disebut secara tegas
tugas pendidik sebagai pengajar biang studi. Memang adakesulitan untuk mengetahui apa
sebenarnya tugas seorang pendidik dalam pandangan penulis Muslim karena mereka
mencampurkan tugas, syarat, dan sifat pendidik. Untuk sementara dapat dipegang bahwa tugas
pendidik adalah yang telah disebutkan sebelumnya. Secara singkat dapat juga disimpulkan
bahwa tugas pendidik dalam Islam adalah mendidik peserta didik dengan cara mengajar dan
dengan cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai
Islam.

3. Syarat dan Karakteristik Pendidik

Tugas sebagai pendidik adalah merupakan suatu tugas yang luhur dan berat. Dipundak para
pendidik terletak nasib suatu bangsa. Maju atau mundurnya suatu negara dimasa mendatang
banyak bergantung pada keberhasilan atau tidaknya barisan barisan para pendidik dan
mengemban misinya.

Syarat- syarat pendidik diantaranya sebagai berikut :


a. Takwa kepada Allah. Seorang Pendidik tidak mungkin mendidik anak agar bertaqwa kepada
Allah jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada-Nya.

b. Berilmu. Pendidik harus mempunyai ilmu pengetahuan dan keahlian mengajar.

c. Sehat jasmani dan rohani. Jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan
pendidikan. Bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari
segi rohani, orang gila juga berbahaya bila ia mendidik.

d. Berkelakuan baik. Budi pekerti Guru angat pening dalam mendidik watak murid. Guru harus
menjadi suri tauladan karena peserta didik bersifat suka meniru.

Adapun karakteristik guru adalah pelengkap dari syarat menjadi seoran guru. Karakteristik /
sifat dapat juga dikatakan syarat minimal yang harus dipenuhi oleh pendidik. Al-abrasyi
menyebutkan bahwa pendidik dalam islam sebaiknya memiliki sifat pendidik sebagai
berikut:Zuhud, bersih tubuhnya, bersih jiwanya tidak riya’, tidak memendam rasa dendam dan
iri hati, tidak menyenangi permusuhan, ikhlas dalam melaksanakan tugas, sesuai perbuatan
dengan perkataan, tidak malu mengakui ketidak tahuan, bijaksana, tegas dalam perkataan dan
perbuatan tetapi tidak kasar, rendah hati, lemah lembut, pema’af, sabar, berkepribadian,tidak
merasa rendah diri, bersifat kebapakan atau keibuan, mdanengetahui karakter murid.

B. Hakikat Peserta Didik

1. Makna Peserta Didik

Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan Islam tentang hakikat
manusia. Secara substantif, manusia memiliki dua dimensi, lahir (jasmaniah) dan batin
(ruhaniah). Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kedua dimensi
manusia tersebut didesain oleh Allah sebaik-baik model dan berpotensi tinggi untuk
dikembangkan. potensi yang dimiliki manusia bersifat educable; dapat dan harus dididik agar
berkembang aktual.
Jika semua potensi itu dididik dengan baik maka akan memungkinkan manusia mencapai
tingkat kemampuan yang luar biasa. Sebaliknya, jika dibiarkan tanpa arah, manusia akan
terbelakang.

Dari hal tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa peserta didik merupakan subjek dan
objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu
mengarahkan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya. Potensi yang dimilki tidak akan
tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa bimbingan pendidik. Karena itu, pendidik perlu
pemahaman secara konkrit tentang peserta didik. Untuk itu, perlu diperjelas beberapa diskripsi
tentang hakikat peserta didik serta implikasinya terhadap pendidikan Islam, yaitu:

a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki dunianya sendiri. Hal ini
sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak
disamakan engan pendidikan orang dewasa, baik dalam aspek metode mengajar, materi yang
diajarkan,sumber bahan yang digunakan, dan lain sebagainya.

b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi priodesasi perkembangan dan
pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk diketahui agar aktivitas pendidikan Islam
diesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya dilalui oleh
peserta didik. Hal ini sangat beralasan, karena kadar kemampuan peserta didik ditentukan oleh
faktor usiadan periode perkembangan atau pertmbuhan potensi yang dimilikinya.

c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang menyangkut kebutuhan
jasmani maupun rohani yang harusdipenuhi. Diantara kebutuhan berikut adalah kebutuhan
biologis, kasih sayang, rasa aman, harga diri, realisasi diri, dan sebagainya. Kesemua itu penting
dipahami oleh pendidik agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik.

d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual, baik yang
disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan di mana ia berada.

Hal ini perlu dipahami karena menyangkut bagaimana pendekatan yang perlu dilakukan
pendidik dalam menghadapi ragam sikap dan perbedaan tersebut dalam suasana yang dinamis,
tanpa harus mengorbankan kepentingan salah satu pihak atau kelompok.
e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan rohani. Unsur
jasmani memiliki daya pisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan yang dilakukan melalui
proses pendidikan. Sementara unsur rohaniah memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa.
Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya diarahkan untuk mengasah
daya intelektualitasnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mempertajam daya rasa
dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan ibadah. Konsep ini bermakna bahwa suatu
prosees pendidikan Islam hendaknya dilakukan dengan memandang peserta didik secara utuh.
Singkatnya, pendidikan Islam tidak hanya tidak hanya mengutamakan pendidikan salah satu
aspek saja, melainkan kedua aspek secara integral dan harmonis.

f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat dikembangkan dan
berkembang secara dinamis. Disini tugas pendidik adalah membantu mengembangkan dan
mengarahkan perkembangan tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa
melepas tugas kemanusiaannya.[6]

2. Tugas Peserta Didik

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka setiap
peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan
Fahmi, di antara tugas dan kewajiban yang perlu dipenuhi peserta didik adalah:

a. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum ia menuntut ilmu.

b. Hendaklah tujuan belajar ditujukan untuk menghiasi ruh dengan sifat keutamaan.

c. Memiliki kemampuan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu i berbagai tempat.

d. Wajib menghormati pendidiknya.

e. Belajar dengan sungguh-sungguh dan tabah dalam belajar

Al-Abrasyi menambahkan bahwa tugas peserta didik adalah:

a. Membersihkan sifat buruk sebelum belajar.


b. Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai fadhilah.

c. Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air untuk mencari ilmu ke tempat
yang jauh sekalipun.

d. Jangan suka sering menukar guru, kecuali dengan pertimbangan yang matang.

e. Wajib menghormati pendidik

f. Jangan melakukan aktivitasi ketika belajar kecuali atas izin dan petunjuk pendidik.

g. Memaafkan guru jika ia bersalah, terutama dengan menggunakan lidahnya.

h. Bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan tekun dalam belajar.

i. Saling mengasihi antar sesama peserta didik.

j. Bergaul dengan baik dengan guru-gurunya.

k. Peserta didik hendaknya mengulang setiap pelajaran dan menyusun jadwal belajar dengan
baik guna meningkatkan kedisiplinannya.

l. Menghargai ilmu dan bertekad untuk menuntut ilmu sampai akhir hayat.

Semua hal di atas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik, sekaligus dijadikan
sekaligus pegangan dalam menuntut ilmu.

3. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik

Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam
proses belajar mengajar, baik langsung maupun tidak langsung.

Al-Ghazali merumuskan sebelas pokok sifat-sifat yang patut dimiliki peserta didik, yaitu sebagai
berikut:

a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
b. Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibanding masalah ukhrowi.

c. Bersifat rendah hati dengan cara meninggalkan kepentingan pribadi untuk


kepentinganpendidiknya.

d. Menjaga pikiran dari pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.

e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji.

f. Belajar dengan bertahap dengan mulai pelajaran yang mudah

g. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.

h. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.

i. Memprioritakan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

j. Mengenal nilai-nilai pragmatif bagi suatu ilmu pengetahuan.

k. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik.

Selain itu, peserta didik perlu merenungkan pemikiran Ali bin Abi Tholib daalam ungkapannya,
“Ingatlah, engkau tidak akan bisa memperoleh ilmu keculi dengan enam syarat, aku akan
menjelaskan padamu dengan jelas, yaitu kecerdasan (akal), motivasi atau kemauan yang keras,
sabar, alat (sarana), petunjuk guru, dan teru-menerus (kontinu) atau tiak cepat bosan dalam
mencari ilmu.”

C. Hubungan Pendidik dan Peserta Didik

Pada hakikatnya, pendidik dan peserta didik itu bersatu. Mereka dalam satu jiwa, terpisah
dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi mereka tetap satu sebagai “Dwi Tunggal” yang
kokoh bersatu.

Posisi merekan boleh berbeda, tetapi tetap seiring setujuan, bukan seiring tetapi tidak
setujuan. Kesatuan jiwa pendidik dan peserta didik tidak dapat dipisahkan oleh dimensi ruang
dan waktu.
Pendidik dan peserta didik mempunyai hubungan satu sama lain, yaitu sebagai berikut:

1. Pelindung

Orang dewasa selalu menjaga dan memperhatikan kepada peserta didik. Dengan demikian
peserta didik selalu diberi perlindungan baik jasmaniah maupun rohaniah. Selain itu juga diberi
perlindungan dengan jalan memberi pelajaran kepada peserta didik untuk dapat
mengendalikan diri atas perbuatan dan ucapan. Pendidik selalu menjaga anak didiknya agar
tidak merugikan dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Menjadi teladan

Orang tua atau pendidik secara sengaja atau tidak akan menjadi teladan bagi Si Anak yang ingin
berbuat serupa dengan orang dewasa. Pendidik selalu berbuat dihadapan anak dan selalu
berbuat bersama-sama dengan anak. Maka perlu bagi pendidik untuk memperhatikan segala
gerak-geriknya dalam berbuat dan percakapannya dengan anak.

3. Pusat mengarahkan pikiran dan perbuatan

Pendidik acap kali mengikut sertakan peserta didik dengan apa-apa yang dipikirkan, baik yang
menggembirakan ataupun dengan apa yang sedang dipertimbangkan. Jadi, menjelaskan
berbagai hal kepada peserta didik mengenai apa yang dipikirkan. Anak diajak memahami serta
menerima pendirian dari pendidiknya. Peserta didik diturut sertakan ke dalam kehidupan
pendidik dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanggung jawab dan
merangsang makin bertanggung jawab, juga mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kepentingannya sendiri. Di dalam hal-hal tertentu hendaknya anak dapat diberikan
tanggungjawab penuh.

4. Pencipta perasaan bersatu

Peserta didik seolah-olah telah terbiasa di dalam suasana perasaan bersatu dengan pendidik.
Dari suasana ini anak mendapatkan pengalaman dasar untuk hidup bermasyarakat, antara lain:
a. Saling percaya mempercayai

b. Rasa setia

c. Saling meminta dan memberi

Untuk memiliki perasaan-perasaan tersebut, anak dipersiapkan hidupnya di dalam suatu


lingkungan keluarga yang teratur, dapat memberikan pimpinan dalam hidupnya. Selalu
menunjukan kasih sayang, kesetiaan, percaya agar dapat menjadi contoh dari pada peserta
didiknya. Sebagai pendidik harus pandai menciptakan suasana, sebagai alat pemersatu di dalam
keluarga.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu unsur penting dalam proses pendidikan adalah pendidik. Secara umum, pendidik
adalah orang yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik
dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas
perkembangan peserta didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta
didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Sedangkan peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan
orang lain (pendidik) untuk membantu mengarahkan serta mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Pendidik dan peserta didik mempunyai tugas masing-masing untuk mencapai
tujuan pendidikan. Selain itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan seorang guru harus
memiliki syarat dan sifat yang telah dibahas pada bab sebelumnya yang salah satunya adalah
bertaqwa pada Allah.

Pada dasarnya, pendidik dan peserta didik merupakan dwi tunggal yang kokoh bersatu. Dalam
rangka memperkokoh hubungan keduanya, harus ditanamkan kasih sayang, penghormatan
serta kepercayaan anatara pendidik dan peserta didik.

B. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah ini yang dapat kami sajikan mengenai “Pendidik dan Peserta Didik dalam
Perspektif Pendidikan Islam”. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Makalah ini telah
kami buat semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai
masukan serta perbaikan pada tulisan-tulisan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Aziz, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras

Ahmad Falah, 2010, Aspk-Aspek Pendidikan Islam, Yogyakarta: Idea Pres


Ahmad Tafsir, 2005, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset Bukhari Umar, 2010, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah

Hasan Basri, 2009, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia

Muhammad Roqib, 2009, Ilmu pendidikan Islam, Yogyakarta:PT Lki Printing Cemerlang

Samsul Nizar, 2002, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Prktis, Jakarta:
Ciputat Pres

Zakiah Darajat, 2011, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara

[1] Samsur Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, Jakarta,
Ciputat Pers: 2002, hal. 41-42

[2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya:
2005, hal. 76-77

[3]Ibid, hal.78-80

[4] Ahmad Falah, Aspek-Aspek Pendidikan islam, Yogyakarta, Idea Press: 2010, hal 44-50

[5] Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta, PT Lki Printing Cemerlang: 2009, hal. 59

Anda mungkin juga menyukai