Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesikan makalah yang berjudul “Etika Pendidik dan
Peserta didik Perspektif Ilmu Pendidikan Islam” sebagai salah satu tugas pada mata
kuliah “Ilmu Pendidikan Islam”. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
Dengan pembuatan makalah ini kami berharap untuk lebih mengenal “Etika
Pendidik dan Peserta didik Perspektif Ilmu Pendidikan Islam”. Kami sadar dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu kami mengharap kritik serta saran yang
bersifat positif supaya makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..........................................................................................9
B. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang berakal, dituntut untuk memiliki akhlak yang
baik. Untuk itu manusia harus mengupayakan pembentukan dan pembinaan akhlak
agar dapat menghiasi dirinya dan menaikkan derajatnya. Dalam pembentukan dan
pembinaan akhlak tersebut, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya, dan hal
derajat/tingkatan yang mulia, baik di sisi Allah maupun di sisi sesama manusia.
Karena Allah menghendaki agar manusia selamat dan bahagia, Allah mengutus
etika Islam, yang selain dapat didekati dari aspek kognitif (penalaran etika Islam),
dapat juga dikaji dari aspek afektif (perasaan etika Islam), yang secara integratif,
aspek-aspek tersebut dapat mendorong terjadinya tindakan atau perilaku etika Islam. 1
Seorang pendidik dan peserta didik adalah unsusr manusiawi dalam sebuah sistem
pendidikan. Kedudukan kedua unsur ini sangat dominan dalam sistem pendidikan dan
menempati posisi dan memegang peranan penting dikarenakan pendidik tidak hanya
1
C. Adiningsih, Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakterstik Siswa dan Budayanya
(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 72.
1
bertugas sebagai pengajar, akan tetapi berperan juga dalam usaha pembentukan
watak, tabiat dan pengembangan sumber daya yang dimiliki oleh peserta didik.
Seorang pendidik tidak hanya bertugas atau berperan sebagai pengajar yang hanya
skill ( menyalurkan sebuah keterampilan) tetapi lebih dari itu juga sebagai transfer of
perilaku peserta didik.2 Dalam sebuah konteks pendidikan yang ada saat ini, bahwa
etika pendidik dan peserta didik dalam Islam ternyata sedikit demi sedikit mulai
berubah, nilai-nilai ekonomi lambat laun mulai masuk, sehingga yang terjadi
sekarang yaitu, Persoalan sopan santun telah hilang dari kehidupan mereka. Mereka
menurun, hubungan pendidik dan peserta didik semakin kurang bernilai, atau
Maka tidak heran melihat kenyataan seperti diatas banyak dari seorang
pendidik sekarang yang tidak mengenal lagi rasa sopan santun, menganggap seorang
pendidik (gurunya) sebagai teman sepermainan yang setiap saat bisa diajak bercanda,
bermain, duduk di kursi guru bahkan memanggil dengan sebutan namanya saja.3
Begitu juga dengan seorang pendidik, permasalahan yang terjadi saat ini terkadang
seorang pendidik kurang mengakrabkan dirinya pada peserta didik dam masih sering
ditemukan beberapa dari seorang pendidik (guru) yang memperlakukan peserta didik
atau siswanya dengan pilih kasih dan membeda-bedakan siswanya yang cerdas,
2
Suriadi, “Etika Interaksi Edukatif Guru Dan Murid Menurut Perspektif Syaikh ʻAbd Al-
Ṣamad Al_Falimbānī,” DAYAH: Journal of Islamic Education 1, no. 2, 2018.
3
Ervhan Saleh Pratama, “Hubungan Guru Dan Murid Dalam Pendidikan Agama Islam,”
Tadabbur : Jurnal Perdaban Islam 2, no. 2 2020.
2
cantik, berpangkat, anak kesayangan dan lain sebagaianya, sehingga peserta didik
lainnya merasa dirinya tidak mendapat perhatian yang sama atau tidak diperhatikan.
tindak kriminla lainnya. Padahal seorang peserta didik seharusnya merasakan bahwa
sekolah bagi mereka adalah tempat yang menyenangkan.4 Ketika pendidik dapat
perilaku, maka akan muncul pembiasan dan pelatihan etika dalam kegiatan
menginternalisasikan ajaran etika Islam dalam proses belajarnya. Hal itu mendapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Islam?
Tri Indriyanti, Khairil Ikhsan Siregar, and Zulkifli Lubis, “Etika Interaksi Guru Dan Murid
4
Menurut Perspektif Imam Al Ghazali,” Jurnal Online Studi Al-Qur’an 11, no. 2, 2017.
3
BAB II
PEMBAHASAN
mu`addib, yang pada dasarnya mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan
konteks kalimat, walaupun pada situasi tertentu mempunyai kesamaan makna. Kata
murabbi berasal dari kata rabba, yurabbi, kata mu`allim berasal dari kata `allama,
yu`allimu, sedangkan kata muaddib berasal dari kata yuaddibu sebagaimana sebuah
pendidikan”.
Pendidik dalam pendidikan Islam pada hakikatnya adalah orang- orang yang
seluruh potensi dan kecenderungan yang ada pada peserta didik, baik yang mencakup
ranah afektif, kognitif, maupun psikomotorik.5 Dengan demikian kata pendidik secara
orang lain dan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
melalui jalur sekolah, maka yang dinamakan pendidik bisa dilakukan oleh siapa saja,
kapan saja dan dimana saja, seperti orang tua mendidik anaknya, pemimpin menjadi
5
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011), h.
85.
4
terhadap pengikutnya.6 Jadi apabila dilihat dari penjelasan diatas maka siapapun bisa
manjadi pendidik baik itu orang tua,pemimpin dan tokoh masyarakat, jadi pendidikan
juga tidak bisa didapatkan bukan cuman di sekolah saja akan tetapi bisa didapatkan
dilingkungan masyarakat.
Sebab pada dasarnya seorang pendidik ialah pemimpin atas dirinya dan peserta didik
yang diajarkannya. Hal ini sebagaimana hadist Rasulullah SAW: yang artinya: “ Dari
pemimpin dan kamu dimintai pertanggungjawaban oleh Allah dalam pimpinan kamu.
rumah tangga dan akan dimintai pertanggung jawaban dalam pimpinannya itu” (HR.
Bukhori dan Muslim dari Abdullah bin Umar).7 Dari keterangan hadist tersebut
tergambar bahwa seorang pendidik ialah pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi peserta didik yang dididiknya. Oleh karena itu seorang pendidik harus meliliki
etika yang baik seperti memberi kasih sayang kepada peserta didiknya dan tak henti
Dalam hal pendidik, kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur
dengan orang tua peserta didik, antara pendidik dengan sesama pendidik serta dengan
atasannya yang diatur sesuai dengan kesepakatan kode etik lembaga tersebut. etika
adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia
6
Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (Malang: Sukses Offset, 2008), h. 69.
7
Syakur Rahman, “Etika Berkomunikasi Guru Dan Peserta Didik Menurut Ajaran Agama
Islam,” Jurnal Ilmiah Iqra’ 3, no. 1, 2018.
5
semuanya, teristimewa mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan
pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuannya. Hal ini berarti sebuah
tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem nilai dalam masyarakat tertentu. Etika lebih
banyak berkaitan dengan ilmu atau filsafat. Oleh karena itu, standar baik atau buruk
1. Memiliki sikap yang tabah dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem
5. Mencegah dan mengontrol peserta didik dalam mempelajari ilmu yng tidak
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQnya
8
Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h.
137.
6
10. Berusaha mengaktualisasikan ilmu yang diajarkan kepada peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.9
Etika merupakan landasan utama bagi peserta didik untuk memudahkan dan
memperoleh ilmu pengetahuan, yaitu kebersihan hati. Kebersihan hati berangkat dari
upaya sesorang untuk menghindari dari perilaku tercela. Penyebab perilaku tercela itu
Hal ini perlu dipahami karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan. Diantara sifat tercela yang sangat mengotori jiwa seseorang adalah
sifat dengki dan benci yang menghasilkan perilaku-perilaku tercela, yang dalam
mengokohkan niatnya sebagai media dalam mendekatkan diri kepada Allah, yang
dengannya dapat memberikan arah bagi peserta didik. Ketika sesorang melaksanakan
aktivitas belajar berdasar keikhlasan kepada Allah, ia akan belajar untuk kemanfaatan
diri, masyarakat, dan agamanya, sesuai dengan ajaran Islam. seorang peserta didik
harus tekun dan memfokuskan perhatian, tenaga, waktu dan kekuatannya. Upaya ini
sebagai upaya untuk mendapatkan ilmu dan keahlian sesuai dengan bidang yang
Agar peserta didik mendapatkan keridhoan Allah SWT dalam menuntut ilmu,
maka peserta didik harus mampu memahami etika yang harus dimilikinya sesuai
9
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), h. 96-97.
10
Muhammad Hasyim Asy’ari, Adâb al-‘Alim wa al-Muta’allim (Jombang: Maktabah al- Turats
al-Islamiy, tt.), hlm.24
7
1. Setiap peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran sebelum
menuntu ilmu.
2. Seorang peserta didik dalam menuntut ilmu harus bertujuan untuk menghiasi
ruh dengan sifat-sifat yang mulia dan untuk mendekatkan diri dengan tuhan.
pengetahuan yang dia tidak diketahui atau dipahami, tetapi dia harus
mengecam sebuah ilmu, tanpa mengetahui pa yang patut dicela dan dipuji
tentangnya.
6. Ketika seorang peserta didik telah memilih pendidik (guru) yang tepat, maka
dia harus belajar dengan sabar dan istiqomah dengan guru terebut.
7. Patuhi perintah dari seorang pendidik (guru) selama bukan perintah dalam hal
kemaksiatan.
8. Seorang peserta didik jangan mempunyai sifat sombong dan angkuh dengan
9. Hendaknya seorang peserta didik tahu kedudukan dan manfaat suatu ilmu.
10. Seorang peserta didik harus mengetahui kaitan suatu ilmu dangan tujuannya.11
11
Syakur Rahman, “Etika Berkomunikasi Guru Dan Peserta Didik Menurut Ajaran Agama
Islam,” Jurnal Ilmiah Iqra’ 3, no. 1, 2018.
8
Uraian etika peserta didik diatas bertujuan sebagai standart tingkah laku bagi
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dan sehari-hari. Karena pada
hakikatnya peserta didik harus beretika yang baik agar para pendidik bersedia
membantu, membimbing peserta didik ketujuan yang ingin dicapainya. Dan juga
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Memiliki sikap yang tabah dan terbuka dalam menghadapi berbagai problem
5. Mencegah dan mengontrol peserta didik dalam mempelajari ilmu yng tidak
7. Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat IQnya
10. Berusaha mengaktualisasikan ilmu yang diajarkan kepada peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
10
Adapun etika peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam diantaranya:
menuntu ilmu.
2) Seorang peserta didik dalam menuntut ilmu harus bertujuan untuk menghiasi
ruh dengan sifat-sifat yang mulia dan untuk mendekatkan diri dengan tuhan.
pengetahuan yang dia tidak diketahui atau dipahami, tetapi dia harus
mengecam sebuah ilmu, tanpa mengetahui pa yang patut dicela dan dipuji
tentangnya.
6) Ketika seorang peserta didik telah memilih pendidik (guru) yang tepat, maka
dia harus belajar dengan sabar dan istiqomah dengan guru terebut.
7) Patuhi perintah dari seorang pendidik (guru) selama bukan perintah dalam hal
kemaksiatan.
8) Seorang peserta didik jangan mempunyai sifat sombong dan angkuh dengan
9) Hendaknya seorang peserta didik tahu kedudukan dan manfaat suatu ilmu.
10) Seorang peserta didik harus mengetahui kaitan suatu ilmu dangan tujuannya
11
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka
demikian kami penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
kekurangan dan tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan, maka dari itu kami
menginginkan agar pembaca dapat mencari tahu kebenaran suatu ilmu yang kami
paparkan jika yang ada dalam makalah ini didapati suatu kesalahan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanti, Tri, Khairil Ikhsan Siregar, and Zulkifli Lubis, “Etika Interaksi Guru Dan
2013).
2011).
Pratama, Ervhan Saleh, “Hubungan Guru Dan Murid Dalam Pendidikan Agama
Rahman, Syakur, “Etika Berkomunikasi Guru Dan Peserta Didik Menurut Ajaran
Suriadi, “Etika Interaksi Edukatif Guru Dan Murid Menurut Perspektif Syaikh ʻAbd
2018.
13