Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM I


Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

DOSEN PENGAMPU : Dr. Muslimah, S.Pd.I., M.Pd.I


Kelmpok 5
Anggota : 1. Azni Sugaloh ( 22.11.2789 )
2. Miranti ( 22.11.2840 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AN-NADWAH
KUALA TUNGKAL TAHUN AKADEMIK 2022-2023

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep
Dasar Pendidikan ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini dan juga terima kasih kepada bapak Mursal Aziz, M.Pd.I selaku
dosen pembimbing mata kuliah Islamic Education Science.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,

II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... i
Daftar isi ................................................................................................................................. ii
Bab I       PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................... 1
Bab II      PEMBAHASAN .................................................................................................... 2
A. Pengertian Peserta Didik .................................................................................... 2
B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik .......................................................... 3
C. Paradigma Peserta Didik ..................................................................................... 4
D. Aspek-aspek Peserta Didik ................................................................................. 5
E. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik ............................................................................. 6
F. Etika Personal Peserta Didik ............................................................................... 7
G. Unsur-unsur Peserta Didik .................................................................................. 8
H. Unsur-unsur Peserta Didik................................................................................... 9

Bab III    PENUTUP .............................................................................................................. 11


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 13

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu dalam komponen dalam system Pendidikan adalah adanya peseta didik.
Peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system Pendidikan,
sebab seseorang tidak bisa dikataakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang
dididiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu di kembangkan
melalui Pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik Pendidikan itu di
lingkungan keluarga, sekolah maupun di lingkungan masyarakat di mana anak
tersebut berada.
Sebagai peserta didik juga harys memehanmi kewajiban, etika serta
melaksankannya. Kewajiban adalah esuatu yang wajib dilakukan atau dilaksanakan
oleh peserta didik. Sedangkan etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh peserta didik dalam proses belajar.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik harus memahami dan
memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan dan peserta didik pun
juga mengenali potensi yang dimilikinya.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain :
1. Apa itu peserta didik ?
2. Apa itu definisi peserta didik dalam pendidikan Islam ?
3. Apa saja kebutuhan-kebutuhan peserta didik ?
4. Apa sajakah karakter peserta didik ?
5. Apa sajakah sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian Peserta Didik
2. Mengetahui Pengertian Peserta Didik Islam
3. Mengetahui Kebutuhan Peserta Didik
4. Mengetahui Karakter Peserta Didik
5. Mengetahui Sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam .

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani
yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada
bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan,
dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan. Barikut ini akan diuraikan pengertian
peserta didik dari sudut pandang Pendidikan Islam, yaitu: 

a. Muta'allim

Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar. Muta'allim
erat kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang mengajar, sedangkan
muta'allim adalah orang yang diajar Kewajiban menuntut ilmu atau belajar sesuai dengan
dengan firman Allah swt. yang artinya: "Dan bertanyalah kepada orang-orang yg berilmu jika
kalian tdk mengetahui." Dan Sabda Rasulullah Saw "Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-
laki dan perempuan.

b. Mutarabbi
Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang dipelihara.
Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik, pengasuh. Sedangkan
mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.
c. Muta'addib
Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik
untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal dari muaddib yang
artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi, mutaaddib adalah orang yang
diberi pendidikan tentang tingkah laku.1

1
Salminawati, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Perdana Muliana Sarana, 2011), h. 139-140

2
2
Anak didik adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan, dipimpin dan diberi
anjuran-anjuran norma norma dan bermacam-macam llmu pengetahuan dan keterampilan
atau dikatakan juga pihak yang dihu- manisasikan. Anal adalah orang yang senantiasa
menga- lami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal. Adapun perkembangan itu
sendiri adalah perubahan yang terus menerus yang menyangkut diri anak atau pe- dengan
Pendidik dalam hal ini hendaklah selalu memberikan bimbingan secara terartur memberikan
perlindungan dan harus sabar serta tekun dan juga memberikan bimbingan sesuai dengan
perkem- bangan yang sedang dialami oleh anak.2
B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik
Athiyah al-Abrasyis mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus senantiasa
dilakukan peserta didik adalah: 
1. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih dahulu
membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar-mengajar itu merupakan
ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati yang bersih. 
2. Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan berbagai
keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 
3. Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun harus
meninggalkan keluarga dan tanah air.
4. Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang sebelum menukar
guru 
5. Hendaklah menghormati guru, memuliakan, dan mengagung- kannya karena Allah
serta berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik 
6. Jangan merepotkan guru, jangan berjalan di hadapannya jangan duduk di tempat
duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru. 
7. Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru membukakan rahasia,
dan jangan pula menipunya.
8. Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar. 
9. Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta di 
10. Peserta didik haus terlebih dahulu memberi salam kepada guru dan mengurangi
percakapan di hadapan gurunya. 
11. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik di waktu senja dan
menjelang subuh atau di antara waktu Isya' dan makan sahur. 

2
Ashari, Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 85

3
12. Bertekad untuk belajar seumur hidup. 3
C. Etika Peserta Didik Dalam Islam

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi perkembangan manusia. Etika


memberikan orientasi pada manusia bagaimana seseorang menjalani hidup ini. Etika dapat
diterapkan pada segala aspek atau sisi kehidupan kita, sehinga etika dapat dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai etika manusianya.

Etika peserta didik adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan.
Dalam etika peserta didik, peserta didik memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
peserta didik. Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis , menurut Al-Ghozali ada sebelas
kewajiban peserta didik yaitu :

1. Belajar dengan niat ibadah dengan rangka taqorrub kepada Allah Swt, sehinga dalam
kehoidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak
yang rendah dan watak yang tercelah.
2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi daripada masalah ukhrowi.
3. Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepetingan pribadi untuk kepentingan
pendidikannya.
4. Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran
5. Belajar dengan carabertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju
pelajaran yang sukar.
6. Belajar ilmu sampai tuntas sam[ai pada kemudian hari beralih pada ilmu yang
lainnya, sehinga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
7. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
8. Memperioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi
9. Mengenal nilai-nilai prakmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan dunia akhirat.
10. Anak didik harus tunduk pada nasihat pendidik.
11. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi

D. Paradigma Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami
hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami
3
Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami (Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2008), h. 153-154

4
hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Beberapa hal yang
perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah :

Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar trdak boleh disamakan dengan orang dewasa. Orang
dewasa tidak patut meng- eksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan
keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya Peserta didik yang kehilangan
dunianya, maka menjadikan ke hampaan hidup di kemudian hari.

Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu
semaksimal mungkin. Kebutuhan indi Abraham Maslow, terdapat lima hierarki yang
dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:

(1) kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik rasa aman dan
terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2) metakebutuhan-

metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri,
seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainy Pemenuhan
kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang hierarkis. Kebutuhan yang berada pada
hierarki paling bawah akan mudah dicapai oleh semua manusia, namun kebutuhan yang
berada pada hierarki paling atas tidak semua dicapai oleh manusia. Pe menuhan kebutuhan
yang dapat mengakibatkan kepuasan hidup adalah pemenuhan metakebutuhan, sebab
pemenuhan kebutuhan ini untuk pertumbuhan yang timbulnya dari luar diri (eksternal)
Sedangkan, pemenuhan kebutuhan dasar hanya diakibatka kurangan yang berasal dari dalam
diri (internal Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan lain yang tidak terjangkau kelima
hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Than. Individu yang
melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat di jelaskan dengan kelima hierarki kebutuhan
tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah Swt.

Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik
perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (ingkungan) yang
meliputi segi jasmani, inteligensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang mengaruhinya.
Dalam teori psikologi, terdapat tiga bagian tentang ividu: (1) seperti semua orang lain, yang
karenanya perlu per lakuan pendidikan yang sama satu dengan sejumlah orang lain, yang
karenanya perlu perlakuan pend yang berbeda antara anak yang umum (kecerdasannya rata-
rata dengan yang khusus (sangat cerdas/bodoh) (2) seperti tidak seorang lain pun, yang
karenanya perlu perlakuan pendidikan yang berbeda antara individu satu dengan yang lain.

5
Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan
hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik
walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa.

Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang
dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas
sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam

pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima,
mendengarkan saja.

Keenam, peserta didik mengikuti perioge periode perkembangan tertentu dan mempunyai
pola perkembangan serta tempo dan irama nya. Implikasi dalam pendidikan adalah
bagaimana proses pen didikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama
perkembangan peserta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia
atau periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan,
intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis,
maupun dedaktis.4

E. Aspek-aspek Peserta Didik


Ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan Islam,
diantaranya:
1. Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:
a. Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau naluri yang
melekat dan langsung berfungsi pada saat manusia dilahirkan di muka bumi
ini. 
b. Hidayah Hissiyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi sebagai
penyempurnaan hidayah pertama.
c. Hidayah Aqliyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari kedua
hidayah di atas, sehingga memiliki kemampuan berfikir dan berkreasi
menemukan ilmu pengetahuan. 
d. Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang hal-hal
yang menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang tertulis dalam al-
Quran and Sunnah.

4
Suyanto, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Karisma Putra Utama, 2010), h. 104-106

6
e. Hidayah Taufi yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan Allah
petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq agar manusia selalu berada
dalam an Allah. (Ramayu 2004: 102).
2. Kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani (primer) seperti makanan, minum,
seks, dan sebagainya. Kebutuhan rohani (sekunder) yang meliputi kebutuhan kasih
sayang, akan rasa aman, akan rasa harga diri, rasa bebas, sukses dan kebutuhan
akan sesuatu kekuatan pembimbingan atau pengendalian diri manusia.5

F. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik


Dalam upaya mencapai tujuan sifat-sifat yang baik didik hendaknya memili dan
menanam ideal yang dalam diri dan kepribadiannya.Di antara sifat-sifat keras atau perlu
dimiliki peserta didik misalnya berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi
yang tinggi, sabar, tabah tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya..
Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam al-Ghazali, didik sebagaimana dikutip
Fatahiyah asan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik
kepada 10 macam sifat, yaitu:
a. Belajar dengan niat ibadah dalam ran tagarrub ila Allah . Konsekuensi dari sikap ini,
peserta didik akan senantiasa dunia mensucikan diri dengan akhlaq al karimahdalam
kehidupan sehari-harinya, serta berupaya meninggalkan watak dan akhlak yang
rendah (tercela) sebagai refleksi atas Q.S. Al- Anaam/6:162 dan Adz Dzaariyaat/5
1:56.
b. Mengurangi kecederungan pada kehidupan duniawi hidup dibanding ukhrawi atau
sebaliknya. Sifat yang ideal adalah manus menjadikan kedua dimensi kehidupan
(dunia akhirat sebagai alat yang integral untuk melaksanakan amanat-Nya, baik secara
vertikal maupun horizontal.
c. Bersikap tawadhu (rendah hati).
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran. Dengan
pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai pertentangan dan perbedaan
pendapat sebagai sebuah dinamika yang bermanfaat untuk me numbuhkan wacana
intelektual, bukan sarana saling menuding dan mengganggap diri paling benar.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum ama maupun agama.

5
Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2016), h. 47-48

7
f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai ift ide pelajaran yang mudah
(konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu yang fardhu ain menuju
ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fathl48:19)
g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan
secara mendalam.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari rrubiali.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, watak yaitu ilmu
pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta
memberi keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya maupun atas
manusia pada umumnya.6
G. Etika Personal Peserta Didik

Pertama, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus mensucikan
hatinya dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu dan
menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam menyerap
ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk ditanami.

Kedua, seorang peserta didik harus menghilangkan segala hal yang dapat merintangi
usahanya untuk menyempurnakan ijtihadnya dalam mendapat ilmu dan selalu ridha
dalammenerima kekurangan dalam hal pangan dan bersabar atas kesulitan hidup. Pernyataan
Imam al-Nawawi dipertegasnya dengan mengutip pernyataan Imam syafi’i, “janganlah
dianggap orang sukses dalam menuntut ilmu itu jika orang tersebut memiliki fasilitas dan
prestise yang tinggi tetapi yang disebut orang sukses dalam menuntut ilmu itu adalah orang
yang mencari ilmu dengan mengarahkan segala

kemampuannya serta hidup dalam kesulitan dan mengikuti kehidupan para ulama. Ilmu itu
tidak dapat diperoleh kecuali dengan sabar dan kesusahan.”

Ketiga, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus bersifat
tawaduk kepada guru dan ilmu yang akan diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan
ilmu yang diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan mendiskusikan segala persoalan

6
Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 52-53

8
dan meminta pendapatnya sebagaimana seorang pasien itu mematuhi segala nasihat
dokternya.7

H. Unsur-unsur Peserta Didik

Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru untuk
memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak yang dinamis yang secara
alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam
pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang melaksanakan
kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu
sudah memiliki potensi aktif. Membicarakan pendidikan berarti membicarakan aktifitasnya,
dan pemberian pembimbingan padanya. Seimbang dengan kewajiban pendidikan untuk
menyampaikan ajaran Islam, peserta didik harus menuntut ilmu, membaca dengan nama
Allah Swt. Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan ditingfikan derajatnya oleh
Allah Swt, sedangkan orang yang tidak memanfaatkan karuia dari Allah Sw berupa panca
indra dan kalbu atau otak untuk berfikir, ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesasat lagi.

Peserta didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan pasif. Islam
menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu alam dan tentang
manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep islami
haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, menerangkan, meneliti, mencoba,
menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya.

Dan sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsure dalam sistem pendidikan islam
tersebut dalam melibatkan unsur sekolah.8

Di Negara-negara Timur Tengah sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh peserta
didik. Orang india dahulu, mengangap guru itun sebagai orang suci dan sakti. Agama islam
sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehinga hanya
mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. 9

Seperti halnya pendidik, Ibn Khaldun juga tidak terlalu banyak mengemukakan
tentang peserta didik, padangan terhadap peserta didik tidak terlepas dari konsepsinya tentang

7
Asrul Daulay & Ja’far, Falsafah Pendidikan Islam (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 158

8
Asegaf, Rahmat. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 113-114

9
Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 39-40

9
hakikat manusia. Ibn Khalid mangakui bahwa adanya perbedaan dari masing-masing peserta
didik (individual different). Perbedaan tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh tingkat
kemampuan berfikirnya, lingkungan geografisnya, kondisi mentalnya.10

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa
dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini,
peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang
belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-
10
Ramayulis, Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), h.108

10
bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan
pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan . Dalam proses belajar mengajar, seorang
pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan
objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan
dalam proses pendidikan. Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus
mensucikan hatinya dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu
dan menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam
menyerap ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk ditanami.
Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru untuk
memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak yang dinamis yang secara
alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam
pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang melaksanakan
kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu
sudah memiliki potensi aktif. Peserta didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif,
bukan pasif. Islam menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu
alam dan tentang manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam
konsep islami haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, menerangkan, meneliti,
mencoba, menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya. Dan sebagai sarana
formal dari tiga komponen atau unsure dalam sistem pendidikan islam tersebut dalam
melibatkan unsure sekolah

B. Saran

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mdahan dapat bermanfaat bagi kita semua
umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah AWT, dan yang buruk datangnya
dari kami sebagai hambanya. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata
sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi. Jadi kami harapkan saran dan juga
kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah kami selanjutnya .

11
DAFTAR PUSTAKA

Salminawati. 201. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Perdana Muliana


Sarana.
Hafi Ashari. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Al Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Cipta Pustaka
Media Perintis.
Suyanto. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Karisma Putra Utama.
12
Syafaruddin, dkk. 2016. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka Utama.
Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.
Asrul Daulay & Ja’far. 2016. Falsafah Pendidikan Islam, Medan: Perdana
Publishing

Rahmat Asegaf. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Zakiah Darajat, dkk. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Ramayulis. 2012. Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun , Jakarta: PT


Rineka Cipta.

13

Anda mungkin juga menyukai