Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Oleh :
762312019008
2021
KATA PENGANTAR
meskipun dalam bentuk sederhana. Shalawat dan salam atas junjungan nabi besar
sebagai rahmat bagi alam semesta. Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas
terbatas namun berkat keteguhan hati untuk menyelesaikan masalah ini kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dari apa
yang dipaparkan. Ucapan terima kasih kepada Bapak Subhan, S.Ag,. M.Ag
selaku dosen pada kuliah “Tafsir Pendidikan dan Komunikasi” yang telah
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
makalah selanjutnya dan penulis mengharapkan agar kiranya tulisan ini dapat
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Islam, belajar (menuntut ilmu) merupakan kewajiban bagi setiap Muslim.
Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Motivasi belajar dalam proses
akan melemahkan aktivitas dan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar menjadi
rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada siswa perlu diperkuat terus menerus,
dengan tujuan agar siswa mampu melaksanakan aktivitas belajarnya dengan baik,
menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin
pendukung guna makin meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu
faktor yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari dalam diri
Motivasi belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu memang dibutuhkan,
1
menuntut ilmu dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan
sebagai alat untuk memotivasi setiap umat Islam untuk terus menuntut ilmu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
5.
2
BAB II
PEMBAHASAN
dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.2
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.3
Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada
keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut
dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa yang
akan dipelajari, dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Tanpa
seseorang:
1
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan
Nusantara, 2000), h. 688.
2
M. Ngalim Purwanto MP., Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h.
104.
3
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2000), h. 73.
3
a. Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang
yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-
satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar
tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang
motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan
b. Motivasi Ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan yang tidak
Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku
mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa
yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan
4
Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah
Sangat jelas sekali disini Allah swt Berfirman seraya menegaskan kepada Nabi
Muhammad saw tentang perbedaan orang yang buta (orang yang tidak berilmu)
dengan orang yang melihat (orang yang berilmu), orang yang berilmu dia
membangun karakter baik dalam dirinya sehingga hidupnya akan terarah dan lebih
efektif.
Tafsir Jalalain :
perbendaharaan Allah ada padaku) yang di antaranya ialah rezeki yang diberikan
kepadanya (dan tidak) pula bahwa aku (mengetahui yang gaib) hal-hal yang gaib
dariku dan tidak diwahyukan kepadaku (dan tidak pula aku mengatakan kepadamu
bahwa aku seorang malaikat) di antara malaikatmalaikat lainnya. (Tidaklah) tiada lain
(aku hanya mengikut apa yang diwahyukan kepadaku." Katakanlah, "Apakah sama
orang yang buta) orang kafir (dengan orang yang melihat?") orang yang beriman;
tentu saja tidak. (Maka apakah kamu tidak memikirkan) tentang hal itu, kemudian
kamu beriman.
Tafsir Al-Misbah :
Katakan kepada orang-orang kafir itu, wahai Rasul, "Aku tidak mengatakan
kepada kalian bahwa aku mempunyai wewenang untuk mengatur segala sesuatu yang
dimiliki oleh Allah, hingga dapat mengabulkan apa-apa yang kalian minta. Aku juga
tidak mengaku bahwa aku mengetahui hal-hal gaib yang tidak diberitahukan oleh
Allah. Aku tidak mengatakan bahwa aku seorang malaikat yang bisa naik ke langit.
Aku hanyalah seorang manusia yang hanya mengikuti sesuatu yang diwahyukan
Allah kepadaku. "Katakan pula, wahai Nabi, "Apakah sama orang yang tersesat dan
yang mendapat petunjuk dalam mengetahui kebenaran- kebenaran ini? Apakah pantas
kalian berpaling dari petunjuk yang aku bawa kepada kalian, hingga tidak
5
merenungkannya dengan akal pikiran supaya menjadi jelas kebenaran itu bagi
kalian?"6
َماƒت ِّم ۢ ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا
ٌ لَهٗ ُم َعقِّ ٰب
هّٰللا
الٍ بِا َ ْنفُ ِس ِه ۗ ْم َواِ َذٓا اَ َرا َد ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن َّو
Artinya:“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah Menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi
Tafsir Jalalain :
«له» لإلنسان «معقبات» مالئكة تتعقبه «من بين يديه» قدامه «ومن خلفه» ورائه «يحفظونه من
أمر هللا» أي بأمره من الجن وغيرهم «إن هللا ال يغيِّر ما بقوم» ال يسلبهم نعمته «حتى يغيِّروا ما
بأنفسهم» من الحالة الجميلة بالمعصية «وإذا أراد هللا بقوم سوءا» عذابا «فال مرد له» من
المعقبات وال غيرها «وما لهم» لمن أراد هللا بهم سوءا «من دونه» أي غير هللا «من» زائدة
.«وال» يمنعه عنهم
(Baginya) manusia (ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran) para malaikat yang bertugas mengawasinya (di muka) di hadapannya
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri) dari keadaan yang baik dengan
terhadap suatu kaum) yakni menimpakan azab (maka tak ada yang dapat
menolaknya) dari siksaan-siksaan tersebut dan pula dari hal-hal lainnya yang
6
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol.4,
Jakarta : Lentera Hati, 2002, hlm. 108
7
QS. al-Ra’d : 11
6
telah dipastikan-Nya (dan sekali-kali tak ada bagi mereka) bagi orang-orang
yang telah dikehendaki keburukan oleh Allah (selain Dia) selain Allah sendiri
(seorang penolong pun) yang dapat mencegah datangnya azab Allah terhadap
Tafsir al-Mishbah :
atau makhluk yang selalu mengikutinya secara bergiliran, dihadapannya dan juga di
belakangnya. Mereka, yakni para malaikat itu, menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum dari positif ke negatif atau
sebaliknya dari negatif ke positif sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri
mereka, yakni sikap mental dan pikiran mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tetapi ingat bahwa Dia tidak
Nya. Bila itu terjadi, maka tak ada yang dapat menolaknya dan pastilah sunnatullah
menimpanya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka yang jatuh atasnya
ketentuan-ketentuan tersebut selain Dia.
Kata ( )المعقّباتadalah bentuk jamak darki kata ()المعقّبة. Kata tersebut terambil
dari kata (‘ )عقبaqib yaitu tumit. Dari sini kata tersebut dipahami dalam arti mengikuti
mengawasi manusia dalam setiap gerak langkahnya, baik ketika dia tidak
8
Imam Jalailain, Tafsir al-Qur’an al-‘Adhim, Juz 1, Surabaya : Darul ‘Abidin, t.t., hlm. 202
7
Kata ( )بامر هللاbi amrillah dapat dipahami oleh banyak ulama dalam arti atas
perintah Allah. Thabathaba’i memahaminya dalam arti lebih luas. Ulama ini terlebih
dahulu menggaris bawahi bahwa manusia bukan sekedar jasmani, tetapi dia adalah
makhluk ruhani dan jasmani dan yang terpokok dalam segala persoalannya adalah sisi
dalamnya yang memuat perasaan dan kehendaknya. Inilah yang terarah kepadanya
perintah dan larangan, dan atas dasarnya sanksi dan ganjanran dijatuhkan, demikian
juga kenyamanan dan kepedihans erta kebahagiaan dan kesengsaraan. Dari sanalah
lahir amal baik atau buruk dan kepadanya ditujukan sifat iman dan kufur, walaupun
harus diakui bahwa badan adalah alat yang digunakannya untuk meraih tujuan dan
maksud-maksudnya.
Atas dasar itu, Thabathaba’i memahami kata ( و من خلفهƒهƒ )من بين يديmin bayni
yadaihi wa min khalfihi/ di hadapan juga di belakangnya pada ayat ini dalam arti
hayatnya, dan tercakup juga seluruh fase kehidupan kejiwaan yang dialaminya,
demikian juga kebahagiaan dan kesengsaraannya, amal-amal baik dan buruk, serta
apa yang disiapkan baginya dari sanksi atau ganjaran. Semua itu, baik yang terjadi di
adalah makhluk lemah. Allah Swt., menyifatinya dengan makhluk yang tidak
memiliki kemampuan untuk menampik madharat, tidak juga mendatangkan manfaat,
tidak juga kehidupan atau kebangkitan. Dia tidak punya kemampuan memelihara apa
yang berkaitan dengan dirinya atau dampak-dampaknya, baim yang hadir bersama dia
sekarang maupun yang telah lalu. Semua itu hanya dapat dipelihara oleh Allah
Swt.karena Allah adalah Hafidz/ Maha Pemelihara (QS. Asy-Syura [42]:6) dan juga
ada petugas-petugas yang ditugaskan-Nya sebagaimana firman-Nya: َوَِإ َّن َعلَ ۡي ُكمۡ لَ ٰ َحفِ ِظين
١٠ “Seandainya tidak ada yang dinamai allah “muaqqibat”, pastilah manusia segera
mengalami kebinasaan pada dirinya sendiri, baik dalam hal yang berkaitan dengan
yang di hadapannya atau yang sedang terjadi mapun di belakangnya. Tetapi, karena
Amr Allah/perintah Allah, yakni adanya pemeliharaan atas dasar perintah-Nya untuk
memelihara manusia, dia tidak pernah. Pemeliharaan itu jugaadalah pemeliharaan dari
8
amr Allah, yakni dari terjadinya kehancuran dan kebinasaan. Karena keduanya, yakni
kebinasaan dan kehancuran juga merupakan perintah dari urusan Allah, sebagaimana
kelangsungan jasad kecuali amr Allah, yakni perintah dan kehendak Allah, sebaiknya
demikian, tidak terjadi kepunahan dan kebinasaan kecuali atas amr/perintah dan
amal, atau dampak amalnya kecuali karena amr Allah, tidak juga batal dan punah
sesuatu karena amr Allah, dengan demikian, para malaikat pemelihara itu
melaksankan tugasnya atas amr Allah sekaligus mereka memelihara manusia dari
kepunahan dan kebinasaan yang juga merupakan bagian dari amr Allah. Dari sini
Thabathaba’i melihat kaitan yang erat antara penggalan ayat dia atas يَ ْحفَظُ ْونَهُ ِمنْ اَ ْم ِر هللا
]11[ “mereka menjaganya atas perintah Allah” dan penggalan berikutnya yang
pada diri mereka.” Dalam arti, Allah menjadikan para muaqqibat itu melakukan apa
di atas karena Allah telah menetapkan bahwa Allah tidak mengubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka, yakni
kondisi kejiawaan/sisi dalam mereka, seperti mengubah kesyukuran menjadi
ketika itu Allah akan mengubah ni’mat (nikmat) menjadi niqmat (bencana), hidayah
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya” adalah
perubahan, khususnya dari positif menjadi negatif. Yakni tiadak ada suatu kekuatan
pun yang dapat menghalangi berlakunya ketentuan sunnatullah itu. Penggalan ini
9
menguatkan sekali hakikat yang berulang-ulang yang ditegaskan oleh al-Qur’an
manusia karena darinya dipahami bahwa kehendak Allah atas manusia yang Dia
manusia. Di samping tanggung jawab itu, ayat ini juga menganugerahkan kepada
manusia penghormatan yang demikian berat. Betapa tidak? Bukankah ayat ini
menegaskan bahwa perubahan yang dilakukan Allah atas manusia tidak akan terjadi
sebelum manusia terlebih dahulu melangkah. Demikian sikap dan kehendak manusia
menjadi “syarat” yang mendahului perbuatan Allah Swt., sungguh ini merupakan
Motivasi merupakan hal yang essensial dalam belajar. Hasil belajar akan
menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini motivasi merupakan motor
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
yang baik.
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol.6, Jakarta
: Lentera Hati, 2002, hlm. . 231-232
10
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2000), h. 89
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
Motivasi merupakan hal yang esensial dalam belajar. Hasil belajar akan
menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas
1. Mendorong manusia untuk berbuat. Dalam hal ini motivasi merupakan motor
Di samping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
yang baik.
B. Saran
yang kami paparkan guna sebagai bahan analisis maupun perbandingan studi. Dan
mengakses berbagai literatur terkait topik tersebut. Adapun jika itu sesuai tentu
11
bimbingan dari Allah SWT. dan kekeliruan di dalamnya adanya pada pemakalah.
Terimakasih.
12
DAFTAR PUSTAKA
t.t.
Rosdakarya, 1994)
13