Anda di halaman 1dari 21

TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI

Makalah diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat pada Mata Kuliah Analisis
Psikologi Pendidikan Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Program
Pasca Sarjana IAIN Bone Tahun 2021

Oleh:

FITRIANI
NIM: 86108202021

PASCA SARJANA
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2021
KATA PENGANTAR

‫ِبس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيْم‬


‫ف االَ ْنبِيَا ِء َو ْال ُمرْ َسلِين َسيّ ِدنَ محمد َو َعلَى اَلِ ِه‬ َّ ‫ْال َح ْم ُد هلل رّبِّ ْال َعلَ ِميْن َوال‬
ِ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى اَ ْش َر‬
‫ َوصْ َحبِ ِه أَجْ َم ِعيْن‬.

Segala puji bagi Allah swt. yang maha pencipta, menghidupkan dan
mematikan, serta yang telah menciptakan manusia dengan berbagai potensi.
Alhamdulillah, segala syukur kami panjatkan kepada Allah swt. yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Teori-teori Belajar dalam Psikologi.”

Shalawat senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai


sosok pembawa perubahan yang luar biasa dari zaman jahiliah ke zaman penuh ilmu
ini. Sosok pemimpin yang mengangkat derajat seorang perempuan dan seorang
pemimpin yang menjadi sosok teladan bagi seluruh umat.

Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Analisis
Psikologi Pendidikan Islam. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami
banyak hambatan. Namun, berkat bimbingan dan dorongan semangat dari berbagai
pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, selain itu penulis
juga menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Makalah
ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga.

Watampone, 10 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori Belajar 3

B. Macam-macam Teori belajar dalam Psikologi 4

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 15

B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut

bisa berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang

memperhatikan dan tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya, serta anak didik

yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah peistiwa yang sangat

menjengkelkan, sehingga guru menganggap kelas tersebut menjadi kelas yang bandel,

sulit di diurus dan lain sebagainya.

Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-

hal yang membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut

yang tidak mampu mengkondisikan kelas senyaman mungkin bagi siswanya disaat

proses belajar dilaksanakan.1

Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang

telah diajarkannya telah dipahami siswa atau belum. Ketika proses belajar dan

pembelajaran guru tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir. Komunikasi terjadi

hanya pada satu arah, yaitu dari guru kesiswa. Guru berpikir bahwa materi pelajaran

lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Lalu

guru menganggap peserta didik sebagai tong kosong yang harus diisi dengan sesuatu

yang dianggap penting. Hal-hal demikian adalah kekeliruan guru dalam mengajar.

Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini disusun agar para

pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis perubahan perilaku

1
Mudjiono Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.34.

1
2

peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut

bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian teori belajar?

2. Bagaimana macam-macam teori dalam belajar?

C. Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian teori belajar

2. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam teori belajar

2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2006), h. 51.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar

            Terori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia

belajar sehingga membantu kita memahami proses yang kompleks dari belajar. Terori

belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan

belajar mengajar antara pendidik kepada peserta didik, perancangan metode

pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

Menurut Wheeler, teori belajar adalah suatu prinsip yang menerangkang

sejumlah hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil-hasil berdasarkan

fakta-fakta tersebut.3

Para psikologi pendidikan memunculkan istilah teori belajar setelah merka

mengalami kesulitan ketika akan menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.

Berawal dari kesulitan tersebut muncullah beberapa persepsi berbeda dari para

psikolog, sehingga menghasilkan dalil-dalil yang memiliki inti bahwa teori belajar

adalah alat bantu yang sistematis dalam proses belajar.

Teori-teori belajar di kalangan psikolog bersifat eksperimental. Artinya, teori-

teori yang mereka kemukakan merupakan konklusi dan pengalaman mereka ketika

berinteraksi dengan kegiatan belajar, baik sebagai peserta didik maupun pendidik.

Mereka membuat proposisi-proposisi dari penelitian yang mereka geluti. Sebagai

catatan, proposisi yang mereka buat merujuk pada madzhab masing-masing yang

3
Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 98.
4

melandasi pola pikirnya. Jadi secara umum, teori adalah pendapat, dan pendapat itu

terkait dengan latar belakang orang yang berpendapat.4

Dalam belajar ditemukan adanya ha-hal berikut.

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik.

2. Respon si peserta didik.

3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.5

B. Macam-macam Teori Belajar

1. Teori behavioristik

Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama

dianut oleh para pendidik. Teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yang berisi

tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini

mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk

melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan model

hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu

yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan

atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan

penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu

hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental.

Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat

dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih

refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai

Mahmud, Psikologi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 72.


4

Asri C. Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, h. 103.


5
5

individu. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori Behaviorisme

adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian

stimulus (rangsangan) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Inti

pembelajaran dalam pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).6

Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus

dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan

perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input

yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja

yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan

siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi

antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat

diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon,

oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh

siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan

pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi

atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.7

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada

penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut

pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari

dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran

6
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: UHAMKA Press, 2000), h.
42.
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Pesrpekstif (Yogykarta: Ar-Ruzz Media,
7

2012), h. 265.
6

menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti

urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum

secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku

teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi

buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil

belajar.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan

biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut

jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai

dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan

tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari

kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan

pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara

individual. Adapun prinsip-prinsip dalam Teori Behavioristik:8

a. Obyek psikologi adalah tingkah laku.

b. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.

c. Mementingkan pembentukan kebiasaan.

d. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.

e. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus

dihindari.

Tokoh-Tokoh Aliran Behaviorisme adalah sebagai berikut.

1) Edward LeeThorndike

8
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Pesrpekstif, h. 269.
7

Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan

respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar

seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat

indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,

juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering

disebut teori koneksionisme.

2) John Watson

Kajian tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti Fisika

atau Biologi yang berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh

mana dapat diamati dan diukur. Belajar merupakan proses interaksi antara

stimulus dan respon, namun keduanya harus dapat diamati dan diukur.

3) Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu

gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan. Hukuman

(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang

diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.9

2. Teori kognitivistik

Teori belajar kognitif berasal dari pandangan Kurt Lewin, seorang Jerman

yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat. Teori kognitivisme ini memiliki

perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui

upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara

9
Muhammad Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 232.
8

pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan

pada bagaimana informasi diproses.10 Karakteristik dalam teori ini yakni:

a. Belajar adalah proses mental bukan behavioral

b. Siswa aktif sebagai penyadur

c. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif

d. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus

e. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan

f. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.11

Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme adalah sebagai berikut:

1) Teori Gestalt dari Wertheimer dkk

Menekankan pada kebermaknaan dan pengertian sehingga tidak

menimbulkan ambiguitas dalam proses pembelajaran.

2) Teori Schemata Piaget

Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus

dibangun di sekitar struktur kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat

dari usia serta budaya yang dimilik oleh siswa.

3) Teori Belajar Sosial Bandura

Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang

paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang

mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan,

sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang paling

berpengaruh.

10
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (Jakarta: PT Indeks, 2008), h. 180.
11
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, h. 185.
9

4) Pengolahan Informasi Norman

Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan

menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam

teorinya di sebut learning by analogy. Pengajaran yang efektif memerlukan

guru yang mengetahui struktur kognitif siswa.12

3. Teori Konstruktivistik

Menurut cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk

membanguin pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa

akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangu atas dasar realitas

yang ada di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam treori

kontruktivisme, evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas

siswa dalam memahami materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk

mengetahui kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran.13

Konstruktivisme sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali

diasosiasikan dengan pendekatan paedagogi yang mempromosikan learning by

doing. Teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar

menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang

diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.14

Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini

berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini

membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia.

12
Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010),
h. 87.
13
Sudarwan Denim, Psikologi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 66.
14
Sudarwan Denim, Psikologi Pendidikan, h. 70.
10

Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi

manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini

mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang

berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya

pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa

mengkostruksi pengetahuan. 15Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai

berikut:

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi

oleh pengertian yang telah ia punyai.

b. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus

seumur hidup.

c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi

pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk

pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan

perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan

dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam

keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium

merupakan situasi yang baik untuk belajar

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan

lingkungan siswa.

15
Max Daarsono, Belajar dan pembelajaran (Semarang: IKIP Semarang Press, 2001), h. 98.
11

f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.16

Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk

menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta.

Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi,

pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian

yang tidak lengkap.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa

menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan

dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa

dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses

konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini

adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman,

pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam

proses konstruksi makna. Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa

sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari

psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga

neokognitif.

Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui

bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi

kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi). Melainkan

pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam

pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang

ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau

Tanti Nur Indah Sari, Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior (Bandung:
16

CV Pioner Jaya, 2000), h. 143.


12

pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini,

sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat

manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.

Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut:

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah

4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses

kontruksi berjalan lancar.

5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan

7) Mmencari dan menilai pendapat siswa

8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.17

4. Teori Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang

pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik

adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu

masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang

17
Tanti Nur Indah Sari, Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior, h. 147.
13

unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri

mereka.18

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara

pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari

proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang

pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata

lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari

pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia

keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan

manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar

memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses

belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri

dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari

sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Selanjutnya Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanistik

adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang dikehendaki secara sosial

dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang sejarah, sastra, dan pengolahan

strategi berpikir produktif Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para

peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat

mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah

pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan aktifitas-

aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam pemilihan hal-

18
Kartono Kartini dan Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: CV Pioner Jaya, 200), h. 120.
14

hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan pelajaran dan keadaan

tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang membatasi

keanekaragaman pendidikan ini.Tokoh utama teori humanistik adalah C.

Rogger  dan Arthur Comb.19

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik.  untuk

mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk

mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam

mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang

mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu

mengembangkan potensi dirinya.

Beberapa prinsip teori belajar Humanistik:

a. Manusia mempunyai belajar alami

b. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai

relevansi dengan maksud tertentu

c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.

d. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila

ancaman itu kecil

e. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam

memperoleh cara

f. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya\

g. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar

19
Djaali, Psikologi Pendidikan (Cet. III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 77.
15

h. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang

mendalam

i. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan

membiasakan untuk mawas diri

j. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.20

20
Djaali, Psikologi Pendidikan, h. 78.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara

pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan

metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.

Namun teori belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori

belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang,

seperti: lingkungan siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat

kecerdasan siswa.

2. Macam-macam teori belajar yakni:

a. Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang telah cukup lama

dianut oleh para pendidik. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab

pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya

perubahan tingkah laku.

b. Teori kognitivisme yakni teori yang memiliki perspektif bahwa para peserta

didik memproses informasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,

menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang

baru dengan pengetahuan yang telah ada.

c. Teori konstruksivisme adalah proses untuk membanguin pengetahuan

melalui pengalaman nyata dari lapangan.


17

d. Teori humasnistik adalah teori belajar yang berusaha memahami perilaku

belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya.

B. Saran

           Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini

bisa bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik.

Untuk memperbaiki kualitas, maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar

makalah ini menjadi lebih baik.


18

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2006.

Budiningsih, Asri C. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Mahmud. Psikologi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Rasyad, Aminuddin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press,


2000.

Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan dalam Pesrpekstif. Yogykarta: Ar-


Ruzz Media, 2012.
Fathurrohman, Muhammad. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras, 2012.

Slavin, Robert E. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks, 2008.

Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,


2010.

Denim, Sudarwan. Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.

Darsono, Max. Belajar dan pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press, 2001.

Sari, Tanti Nur Indah. Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior.
Bandung: CV Pioner Jaya, 2000.
Kartini, Kartono dan Gulo. Kamus Psikologi. Bandung: CV Pioner Jaya, 2000.

Djaali. Psikologi Pendidikan (Cet. III; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 77.

Anda mungkin juga menyukai