OLEH :
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaiakan makalah. Dalam
makalah ini kami memaparkan tentang pengalaman mahasiswa selama
kuliah daring dan bagaimana cara menyelesaikannya. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya,
tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada pembaca dari
makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, olehnya
itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan dan pembuatan makalah berikutnya.
Intan Marwant
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah Penulisan
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Kegunaan Penulisan
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
1. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dianut
oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Beberapa ilmuwan yang termasuk pendiri dan
penganut teori ini antara lain adalah Thorndike, Watson, Hull,
Guthrie, dan Skinner. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran
psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori behavioristik banyak dikritik karena sering kali tidak
mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak
variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau
belajar yang dapat diubah menjadi sekadar hubungan stimulus dan
respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk
berpikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target
tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi
dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang memengaruhi proses
belajar, proses belajar tidak sekadar pembentukan atau shaping.
2. Teori Belajar Kognitif
Secara bahasa kognitif berasal dari bahasa latin
”Cogitare” artinya berfikir.1 Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kognitif berarti segala sesuatu yang berhubungan atau
melibatkan kognisi, atau berdasarkan pengetahuan faktual yang
empiris.2 Dalam pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi, baik
psikologi perkembangan maupun psikologi pendidikan. Dalam
psikologi, kognitif mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi
setiap perilaku mental manusia yang berhubungan dengan masalah
pengertian, pemahaman, perhatian, menyangka, mempertimbangkan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir, keyakinan dan sebaganya.
Dalam istilah pendidikan, kognitif disefinisikan sebagai
satu teori di antara teori-teori belajar yang memahami bahwa
belajar merupakan pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan
persepsi untuk memperoleh pemahaman.4 Dalam teori kognitif,
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan. Perubahan tingkah
laku seseorang sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan berfikir
internal yang terjadi selama proses belajar.
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang
lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Teori
kognitf pada awalnya dikemukakan oleh Dewwy, dilanjutkan oleh Jean
Piaget, Kohlberg, Damon, Mosher, Perry dan lain-lain,6 yang
membicarakan tentang perkembangan kognitif dalam kaitannya dengan
belajar. Kemudian dilanjutkan oleh Jerome Bruner, David Asubel,
Chr. Von Ehrenfels Koffka, Kohler, Wertheimer dan sebagainya.7
Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antar stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar
melibatkan prinsip-prinsip dasar psikologi, yaitu belajar aktif,
belajar lewat interaksi sosial dan lewat pengalaman sendiri.
Teori belajar kognitif muncul dilatarbelakangi oleh ada
beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan
para ahli sebelumnya mengenai belajar, sebagaimana dikemukakan
oleh teori Behavior, yang menekankan pada hubungan stimulus-
responsreinforcement. Munculnya teori kognitif merupakan wujud
nyata dari kritik terhadap teori Behavior yang dianggap terlalu
naïf, sederhana, tidak masuk akal dan sulit dipertanggungjawabkan
secara psikologis.8 Menurut paham kognitif, tingkah laku seseorang
tidak hanya dikontrol oleh reward (ganjaran) dan reinforcement
(penguatan). Tingkahlaku seseorang senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan untuk mengenal atau memikirkan situasi di
mana tingkahlaku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang
terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh pemahaman atau
insight untuk pemecahan masalah. Paham kognitifis berpandangan
bahwa, tingkahlaku seseorang sangat tergantung pada pemahaman atau
insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu
situasi.
3. Teori Belajar Humanistik
Secara luas definisi teori belajar humanisitk ialah sebagai
aktivitas jasmani dan rohani guna memaksimalkan proses
perkembangan. Sedangkan secara sempit pembelajaran diartikan
sebagai upaya menguasai khazanah ilmu pengetahuan sebagai
rangkaian pembentukan kepribadian secara menyeluruh. Pertumbuhan
yang bersifat jasmaniyah tidak memberikan perkembangan tingkah
laku. Perubahan atau perkembangan hanya disebabkan oleh proses
pembelajaran seperti perubahan habit atau kebiasaan, berbagai
kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Dalam
pandangan humanism, manusia memegang kendali terhadap kehidupan
dan perilaku mereka, serta berhak untuk mengembangkan sikap dan
kepribadian mereka. Masih dalam pandangan humanism, belajar
bertujuan untuk menjadikan manusia selayaknya manusia,
keberhasilan belajar ditandai bila peserta didik mengenali dirinya
dan lingkungan sekitarnya dengan baik. Peserta didik dihadapkan
pada target untuk mencapai tingkat aktualisasi diri semaksimal
mungkin. Teori humanistic berupaya mengerti tingkah laku belajar
menurut pandangan peserta didik dan bukan dari pandangan pengamat.
Humanisme meyakini pusat belajar ada pada peserta didik dan
pendidik berperan hanya sebagai fasilitator. Sikap serta
pengetahuan merupakan syarat untuk mencapai tujuan
pengaktualisasian diri dalam lingkungan yang mendukung. Pada
dasarnya manusia adalah makhluk yang spesial, mereka mempunyai
potensi dan motivasi dalam pengembangan diri maupun perilaku, oleh
karenanya setiap individu adalah merdeka dalam upaya pengembangan
diri serta pengaktualisasiannya.
Penerapan teori humanistic pada kegiatan belajar hendaknya
pendidik menuntun peserta didik berpikir induktif, mengutamakan
praktik serta menekankan pentingnya partisipasi peserta didik
dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dengan
diskusi sehingga peserta didik mampu mengungkapkan pemikiran
mereka di hadapan audience. Pendidik mempersilakan peserta didik
menanyakan materi pelajaran yang kurang dimengerti. Proses belajar
menurut pandangan humanistic bersifat pengembangan kepribadian,
kerohanian, perkembangan tingkah laku serta mampu memahami
fenomena di masyarakat. Tanda kesuksesan penerapan tersebut yaitu
peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dalam proses
pembelajaran serta adanya perubahan positif cara berpikir, tingkah
laku serta pengendalian diri
Ini bisa kita ubah dengan cara dosen selalu memberi pertanyaaan
kepada mahasiswa ataua melakukan diskusi kepada mahasiswa dan sesekali
bermain game antar mahasiswa agar perhatian mahasiswa tertuju kepada proses
pembelajaran.
Hal ini dapat kita cegah dengan mengadakan kntrak kuliah antara mahasiswa
dan dosen agar perkuliahan dapat berjalan sesuai yang diinginkan. Dan
mahasiswa juga mampu menagkap, memahami dan menganalisa materi-
materi yang diberikan dosen selama perkuliahan.
Motivasi yang saya dapatkan dari proses belajar yang saya lakukan secara
daring (Online) yaitu untuk tidak mudah menyerah dalam hal apapun selalu
semangat walaupun ekspektasi tak sesuai denga realita semua perlu perjuangan
dengan keras melawan segala bentuk yang menghalangi kita untuk
berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
http://otaksakti.wordpress.com/2010/12/10/perubahan-sosial-di-
lingkungan- masyarakat, pada Tanggal 28/Januari/2021, Jam 09 :
23.
Helmy, Abdullah. 2011. ”Teori Kognitif dan Aplikasinya dalam Pembelajaran
Bahasa”. Malang: Jurnal Linguistik Terapan.
Santoso, S dan Hamijoyo. 2010. Indonesia Pendidikan. IKIP :
Bandung.
Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik
dalam Konseling. Jurnal Paradigma. 14 Th. VII, Juli 2012.