Anda di halaman 1dari 17

Dosen Pengampu: Mimi Yati, S.Kep.,Ns.,M.

Kes

MAKALAH KEPERAWATAN

“RECOVERY”

OLEH:

RISKA AWALIA RAMADHAN P201901030

MUHAMMAD ILHAM IDRIS P201901024

AIPUL SAPUTRA P201901001

ZULKIFLI P201901036

YAMIN P201901014

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA

WALUYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Yang Maha Esa karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “RECOVERY” tepat pada
waktunya.
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya
menyadari bah wa makalah ini masih jauh dari sempurna baik da ri bentuk,
susunan kalimat, maupun cara penulisannya.
Oleh karena itu, saya sangat mengharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Kendari, 13 Juni 2021

Penyusun
Daftar Isi

Halaman Sampul…………………………............………………….……….......

Kata Pengatar…………………………………………………...........................

Daftar Isi…………………………………………………….………..……...…….

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….........….………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………….………
C. Tujuan Penulisan……………………………………………….….……….
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………..……..

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Recovery.………..………………………..…………….………..
B. Konsep Recovery………………………………………….……..…….....
C.Model Pemulihan Kesehatan Mental dan Model Pemulihan dalam
Perawatan Psikiatri……………………………………………………….
D. Manfaat & Peran Perawat dalam Pemberian Terapi pada Proses 
Penyembuhan……………………………………..................................
E. Karakteristik Recovery…………………………………….....................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………….…………………….……….…..…………..
B. Saran…………………….…………………….………….…..…..……..

DAFTAR PUSTAKA………………………………..………….……..………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apa perbedaan antara gangguan jiwa dengan gangguan mental? Kedua
istilah ini sering dipakai secara bergantian. Penelusuran istilah gangguan jiwa
justru akan memunculkan mental illness atau mental disorder. Mental illness
atau sakit jiwa merupakan kondisi gangguan secara medis berkaitan dengan
proses berpikir, suasana hati, kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, dan fungsi sehari-hari sebagai individu (National Alliance on Mental
Illness, 2012). Sedangkan mental disorder atau gangguan mental menekankan
pada permasalahan yang lebih kompleks dari gangguan individu yakni
gangguan dari luar individu yang mempengaruhi individu seperti: keluarga,
budaya, ekonomi, dan masyarakat. Penggunaan istilah gangguan mental saat
ini sering digunakan karena lebih menekankan pada upaya kesehatan mental
(mulai tahun 1600) yang merupakan upaya penyembuhan, perawatan, dan
pemeliharaan pada permasalahan gangguan mental individu yang menyangkut
permasalahan pribadi maupun di luar diri individu termasauk keluarga dan
masyarakat sekitar.
Ketika mendengar kata gangguan mental maka yang terbersit dalam
pikiran adalah penderitaan atau perilaku aneh.Pemikiran tersebut menjadi hal
yang mudah diterima karena penderita gangguan mental cenderung
menampakkan perilaku aneh yang sulit diterima oleh akal sehat. Individu yang
mengalami gangguan mental cenderung sibuk dengan dirinya sendiri dan
terkadang perkataan atau cara berpikirnya sulit dimengerti oleh orang-orang di
sekitarnya. Penggambaran kondisi yang sulit dipahami ini menjadikan upaya
untuk penyembuhan menjadi tidak mudah karena beberapa hal.Dalam sejarah
perkembangan psikologi abnormal, pada zaman demonologi, orang yang
mengalami gangguan mental diyakini dipengaruhi oleh kuasa roh jahat atau
setan.Pemahaman menjadikan adanya stigma dalam masyarakat pula bahwa
keberadaan orang yang mengalami gangguan mental sulit atau bahkan tidak
bisa sembuh.
Stigma masyarakat ini berkaitan dengan upaya penyembuhan terhadap
gangguan mental.Perhatian dari kelompok-kelompok tertentu terhadap upaya
penyembuhan gangguan mental membutuhkan keterlibatan dari beberapa
pihak. Penelitian yang dilakukan di Pusat Pemberdayaan Nasional di Amerika
menunjukkan bahwa orang dapat sepenuhnya pulih dari penyakit mental yang
parah. Bahkan wawancara terhadap pasien skizofrenia menunjukkan bahwa
mereka akhirnya mampu menjalani kehidupan sehari-hari setelah dinyatakan
sembuh dari sakitnya dan tidak lagi tergantung pada obat-obatan. Upaya
lanjutan yang dilakukan setelah proses pengobatan adalah pemulihan gangguan
emosional, dukungan teman sebaya, dan lingkungan (Fisher, 2010). Di
samping itu berdasarkan hasil penelitian lintas budaya ditunjukkan bahwa
tingkat pemulihan penyakit mental parah jauh lebih berhasil di negara-negara
berkembang dibandingkan di negara maju karena adanya pandangan yang lebih
optimis terhadap upaya-upaya pemulihan melalui pendekatan holistik.
Hal inilah yang kemudian menarik perhatian peneliti untuk mengadakan
penelusuran terhadap para penderita gangguan mental yang telah dinyatakan
sembuh dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari dan bekerja.
A. Rumusan Masalah
1. Apa definisi recovery?
2. Apa konsep recovery?
3. Apa saja model pemulihan kesehatan mental dan model pemulihan dalam
perawatan psikiatri?
4. Apa manfaat & bagaimana peran perawat dalam pemberian terapi pada
proses penyembuhan?
5. Apa itu Karakteristik Recovery?
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian recovery.
2. Untuk mengetahui tentang konsep recovery.
3. Untuk mengetahui tentang model pemulihan kesehatan mental dan model
pemulihan dalam perawatan psikiatri.
4. Untuk mengetahui tentang manfaat & bagaimana peran perawat dalam
pemberian terapi pada proses penyembuhan.
5. untuk mengetahui apa itu Karakteristik Recovery.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Recovery
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup
bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang
dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart ,2013).
Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,
bekerja, belajar, dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan.
( Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013)
Menurut National Consensus Statement on Mental Health Recovery –
SAMHSA 2006, mental health recovery adalah suatu perjalanan atau
transformasi penyembuhan dari seorang yang mengalami problem jiwa, menuju
kekehidupan yang bermakna didalam komunitas sesuai pilihannya dengan cara
mengupayakannya untuk mencapai seluruh potensinya (SAMHSA, 2008).
Kriteria obyektif rekoveri terutama “dapat hidup mandiri” menjadi hampir tidak
mungkin dicapai jika perumahan (housing) yang layak tidak tersedia. Housing
tidak hanya menjadi kebutuhan dasar dan fondasi dari stabilitas dalam
pencapaian tujuan recovery akan tetapi juga memungkinkan individu untuk
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat. (O’Hara, 2007; Liberman,
2008).

B. Konsep Recovery
Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan
secaraindividual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang me
muaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai
kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan
jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai
potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam. Stuart, 2013). Recovery
merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja,
belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan
(Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013).
Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang
berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery
didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan
kesehatan jiwa dan orang-orang yang sangat penting dalam kehidupannya
(Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang
didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang
kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan
jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan
kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan
kecukupan diri (Stuart, 2013).
Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan
meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen
dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian
berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga,
manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa
meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater,
psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman
sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan.
Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu :
individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2013).

C. Model Pemulihan Kesehatan Mental & Model Pemulihan dalam


Perawatan Psikiatri
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali
sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita
sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada
kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih
menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis.
Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan,
strategi koping, dan makna hidup. Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013)
menciptakan teori bahwa pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model
recovery berubah dari hubungan nurse-patient menjadi nurse-partner.
Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013)
menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan keluarga dalam
proses recovery. Caldwell et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan
perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang ko nsep
recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses
recovery.

Models, Theories,and Therapies in Current Practice

NO Theorist Model/Theory Focus 0d Nursing

1 Dorothy Johnson Behavioral system Membantu pasien kembali pada


keadaan seimbang ketika mengalami
stress melalui pengurangan atau
menghilangkan sumber stress dan
mendukung proses adaptif
(Johnson, 1980)

Imogene King Goal attainment Membangun hubungan


interpersonal dan membantu pasien
2
untuk mencapai tujuannya
berdasarkan perannya dalam
konteks sosial ( King, 1982).

3. Betty Neuman Sytstem model Membangun hubungan perawat


dan psien untuk membantu
menghadapi respon stres.

4. Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi defidit perawat diri dan


mendorong pasien untuk terlibat
secara aktif pada perawatan diri
mereka (Orem, 2001)

5 Hildegard Peplau Interpersonal Menggunakan hubungan


Relations interpersonal sebagai alat terapeutik
untuk menyembuhkan dan
mengurangi kecemasan (Peplau,
1992).
6 Jean Walson Transpersonal Caring merupakan prosedur dan
Caring tugas penting, membangung
hubungan perawat dan pasien
sehingga menghasilkan Therapeutic
outcome (Watson, 2007).
D. Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses
Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan
jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak terapi atau penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi
Generalis maupun Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis
senantiasa berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang
menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan. Efektivitas terapi komplementer
dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke
praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi
konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik
keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan
bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan
jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat
(Stuart, 2013).
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan
perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala
yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang
memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien
dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

E. Karakteristik Recovery
Recovery merupakan proses individu yang unik dimana proses ini
mengubah sikap, nilai-nilai, tujuan, kemampuan, dan peran seseorang.
Bagaimana seseorang menjalani hidupnya, harapannya meskipun ada dalam
keterbatasan. Bagaimana individu memaknai kehidupan barunya, bagaimana
individu mengatasi stigma, pengalaman mengatasi efek samping obat dll.
(Anthony, 1993).
Dari beberapa artikel antara lain Lapsley & Martyn tahun 2002 tentang
manajemen diri dalam proses recovery, Bellack tahun 2010 tentang karakteristik
recovery, Broadmann tahun 2002 tentang recovery bagi seluruh professional
kesehatan, Hanna tahun 2010 tentang patient centre care, Grandfield & Cloud
tahun 1999 tentang kekuatan diri (sumber internal & eksternal), Bobes at al
tahun 2009 tentang recovery pada pasien skizofrenia, Davidson tahun 2005
tentang recovery, Broadmann tahun 2010 tentang harapan dan peluang sembuh
bagi pasien dalam konteks recovery, Mead & Copeland tahun 2000 tentang
recovery dilihat dari perspective pasien sebagai konsumen, Andersen tahun 2002
tentang pengalaman pasien skizofrenia dalam proses recovery, Stewart tahun
2002 tentang pemberdayaan pasien sebagai sarana recovery.

Dari beberapa artikel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses


pemulihan didapatkan 10 karakteristik recovery antara lain : self direction,
person centered, empowerment (pemberdayaan), holistik, non-linier, strengths
based, peer support, respect, responsibility dan hope. Berikut penjelasan dari
masing-masing karakteristik tersebut : Mengontrol diri sendiri merupakan
bagian dari manajemen diri yang dapat diartikan meskipun kehidupan
dipengaruhi keadaan eksternal, namun kontrol tetap ada pada diri kita sendiri.
Walaupun intervensi dilakukan oleh professional kesehatan, namun inisiatif ada
pada diri, bukan menjadikan pasien ketergantungan (Lapsley, 2002). Serupa dengan
Lapsley tahun 2002, Bellack tahun 2010 juga menjelaskan mengenai self
direction dimana klien memimpin, mengendalikan, dan menentukan jalan
mereka sendiri dalam proses pemulihan. Menurut Broadmann tahun 2010
kontrol diri berkaitan dengan penentuan nasib sendiri, pilihan dan tanggung
jawab atas hal yang dilakukan. Serupa dengan Broadmann, Martyn tahun 2002
juga menjelaskan individu memegang kontrol atas bagaimana cara mengatasi,
mengelola atau meminimalkan segala sesuatu yang menghambat dan membatasi
kondisi gangguan jiwa, mengontrol bagaimana cara berkembang, merasa
bahagia dan puas meskipun pasien berada dalam keterbatasan Person centered
artinya didalam proses pemulihan, setiap individu memilih jalur yang berbeda-
beda, memiliki keunikan dan pengalaman yang berbeda pula. (Bellack, 2010).
Dalam artikel Hanna tahun 2010 dijelaskan bahwa dalam merawat pasien
perawat harus berpusat pada pasien atau patien centre care dimana perawatan
bersifat individual dan pasien secara utuh dapat bebas memilih bagaimana
perawatan yang akan dilakukan, memilih penyedia pelayanan kesehatan, dalam
prosesnya individu mendapatkan perawatan yang respek dan hangat. Klien
sebagai pembuat keputusan dan terlibat penuh dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat sebagai penyedia pelayanan keperawatan harus
memperhatikan hal-hal seperti pelayanan harus mudah diakses oleh pasien,
respek terhadap pasien, pelayanan dapat diberikan dimana saja, melihat
permasalahan dari sisi klien, melakukan pengkajian terhadap kondisi kognitif
pasien, status kesehatan pasien, inform consent dll.

Pemulihan erat kaitannya dengan pemberdayaan pasien yang mengalami


gangguan jiwa. Pemberdayaan artinya klien memiliki kewenangan untuk
menentukan pilihan dan membuat keputusan yang akan berdampak pada
kehidupan mereka. (Bellack, 2010). Pemberdayaan didalamnya terdapat potensi
faktor internal dan eksternal dikombinasikan, dimana individu memfasilitasi
dirinya sendiri, melindungi dirinya sendiri, peduli atas apa yang terjadi. (Stewart
& Kopache, 2002). Grandfield juga menjelaskan bahwa sumber daya internal
dan eksternal yang berfungsi untuk memulai dan mempertahankan recovery itu
sendiri. (Granfield & Cloud, 1999).

Karakteristik selanjutnya yaitu holistik artinya proses recovery berfokus


pada semua aspek dalam kehidupan manusia termasuk emosi, sosial, body mind
spirit (Bellack, 2010). Proses pemulihan sendiri tidaklah linier, artinya
mengalami pertumbuhan dan kemunduran. Periode perubahan dapat cepat
ataupun lambat tergantung individu. Secara keseluruhan pertumbuhan terus maju
ke atas walaupun terkadang dalam prosesnya mengalami kemunduran.
(Anthony, 1993). Serupa dengan Anthony, Bobes at al tahun 2009 juga
menjelaskan bahwa proses recovery bersifar non-linear artinya bahwa dalam
proses pemulihan setiap individu memiliki perbedaan dalam perkembangannya
meskipun melalui langkah-langkah yang sama. Hal serupa juga di jelaskan
Bellack tahun 2010 bahwa pemulihan bukanlah selangkah demi selangkah, akan
tetapi satu kesatuan yang pertumbuhannya yang terus menerus dengan
kemunduran sesekali.
Dalam proses pemulihan hal lain yang penting yaitu strengths based.
Dimana pemulihan berfokus pada individu sendiri dalam menilai kekuatan yang
dimiliki. strengths based artinya ketahanan dan kemampuan dalam mengatasi
masalah. (Ballack, 2010). Selain Ballack, Davidson tahun 2005 juga
menjelaskan bahwa kekuatan dan mekanisme koping setiap individu berbeda-
beda, kondisi kesehatan mental juga berbeda maka kondisi ini perlu dilakukan
pendekatan sesuai dengan kekuatan individu itu sendiri.

Peran sesame pasien yang juga mengalami gangguan jiwa sangat penting
dalam memberikan support bagi klien. Orang tersebut mendukung, menjadi
orang terdekat, dan ada saat dibutuhkan. Memberi dukungan namun tidak
memaksa, mendengarkan, memahami ketika ada permasalahan. (Anthony,
1993). Menurut Ballack juga dijelaskan bahwa peer support bagi gangguan jiwa
membuat klien merasa dihargai (Bellack, 2010).

Dalam proses pemulihan klien tidak berdiri sendiri, dibutuhkan partisipasi


masyarakat. Individu dengan gangguan jiwa ingin menjadi bagian dari
masyarakat, agar dihormati oleh masyarakat, memberikan kontribusi terhadap
masyarakat dan memiliki hubungan baik dengan masyarakat tersebut.
(Broardman, 2010).

Dalam proses pemulihan juga diperlukan tanggung jawab klien atas


dirinya sendiri. Dalam artikel Deegan tahun 1996, seorang klien yang tengah
berada dalam proses pemulihan berkata : “ saya sekarang menyadari bahwa
saya perlu bertanggung jawab atas pemulihan saya sendiri, saya tidak dapat
menunggu seseorang membantu saya”. Tanggung jawab tersebut meliputi
manajemen diri, obat-obatan, otonomi dalam pilihan hidup, tanggung jawab
ketika mencoba kemudian gagal dan mencoba kembali (Deegan, 1996).
Seseorang yang mengalami gangguan jiwa harus menentukan perjalanan
hidupnya sendiri, dengan bantuan dan bimbingan (Mead & Copeland, 2000).
Serupa dengan Deegan dan Coopeland, Andersen tahun 2002 juga menjelaskan
bahwa tanggung jawab berperan penting dalam proses pemulihan. Tanggung
jawab yang dimaksud antara lain : manajemen diri & obat-obatan, otonomi
terhadap pilihan hidup, tanggung jawab terhadap tindakan, resiko atas tindakan
yang diambil, dll. (Andersen, 2000). Orang dapat beranggapan bahwa klien tidak
dapat dihargai secara sosial. Artinya klien tidak dapat menjalankan perannya
secara sosial. Mead dan Coopeland menjelaskan bahwa “ kita telah belajar
bahwa kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri dan bisa maju dan
melakukan apa yang kita inginkan “. (Mead & Copeland, 2000).

Karakteristik lainnya yaitu harapan. Proses pemulihan mustahil tanpa


adanya harapan, harapan dilakukan untuk mempertahankan motivasi, harapan
juga mendukung individu dalam menjalani proses pemulihan itu sendiri
(Boardman at al, 2010). Menurut Andersen tahun 2000 menjelaskan bahwa
harapan dapat berasal dari dalam diri individu, maupun dipicu hal di luar
individu. Harapan dapat muncul dari orang yang menjadi panutan, orang yang di
cintai, dan merupakan langkah awal proses pemulihan. Harapan bukan hanya
sebagai pemicu proses pemulihan tetapi juga dapat mempertahankan proses
pemulihan itu sendiri : “ saya telah bertemu dengan orang-orang yang telah
sembuh dari gangguan ini dan apa yang membedakan mereka dengan orang
lain adalah keyakinan bahwa mereka bisa di sembuhkan” (Andersen, 2002).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup,
bekerja, belajar, dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery
berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan.
( Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013)
Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan
transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup
bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang
dimilikinya. Sehingga, di perlukan beberapa terapi seperti yang sudah di
jelaskan.
B. Saran
Semoga makalah mengenai Konsep Recovery dapat bermanfaat untuk kita
semua. Besar harapan saya agar makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan kita semua terutama dalam keperawatan jiwa serta menjadi
tambahan referensi dalam penyelesaian tugas dan tinjauan literature.
DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, Barbara A., dkk. (2010). Psychiatric nursing practice & the
recovery model of care. Journal of Psychosocial Nursing &
Mental Health Services, 48(7), 42-48.
doi:http://dx.doi.org/10.3928/02793695- 20100504-03
Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary &
Alternative Therapies in Nursing. Springer Publishing Company
O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005).
from rhetoric to routine: assessing perceptions of recovery-
oriented practices in a state mental health and addiction system.
Psychiatric Rehabilitation Journal, 28(4), 378-86.
Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition.
ELSEVIERVarcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of
Psychiatric Mental Health Nursing; A Communication Approach
to Evidence-Based Care Second Edition. ELSEVIE

Anda mungkin juga menyukai