Anda di halaman 1dari 25

KONSEP RECOVERY DAN SUPPORTIVE ENVIRONMENT DALAM

PERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Ajar Keperawatan Jiwa II
Dosen Pembimbing : Andri Nurmansyah S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Derista 191FK03051
Ginda Aditya 191FK03052
Tuti hardiana 191FK03053
Putri Dewi Lestari 191FK03054
Syafira Nur M 191FK03056
Wulan Pebriansyah 191FK03055
Vina Yulianti 191FK03057

Tingkat 3 Kelas Kecil D

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
DESEMBER, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan rahmat-
Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandung, 28 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Konsep Recovery......................................................................................6
2.2 Prinsip Recovery.......................................................................................6
2.3 Model Recovery........................................................................................8
2.4 Peran perawat dalam pemberian terapi pada Konsep Recovery...............9
2.5 Macam Macam Pemberian Terapi dalam Konsep Recovery..................10
2.6 Konsep Supportive Environment............................................................14
2.7 Peran perawat dan keluarga dalam Supportive Environment.................15
2.8 Macam – Macam Supportive Environment.............................................21
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
LAMPIRAN..........................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat
dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan
yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses
perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi yang memampukan
seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang
dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya.

Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan


kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan
jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover
Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai
gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang
sifatnya kronis. Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk
hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya.
Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara
keseluruhan.

Terapi lainnya yang dapat dgunakan yaitu terapi lingkungan. Terapi


lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan
jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap penyembuhan pasien ganguan jiwa.

Terapi ini bertujuan membantu individu untuk mengembangkan rasa


harga diri, mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang
lain, membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri
untuk kembali ke masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep dari Recovery?
2. Apa Prinsip Recovery?

4
3. Bagaimana Model Recovery?
4. Apa saja Peran perawat dalam pemberian terapi pada Konsep Recovery?
5. Apa Macam Macam Pemberian Terapi dalam Konsep Recovery?
6. Bagaimana Konsep Supportive Environment?
7. Bagaimana Peran perawat dan keluarga dalam Supportive Environment?
8. Apa Macam – Macam Supportive Environment?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Recovery.
2. Untuk mengetahui Prinsip Recovery.
3. Untuk mengetahui Model Recovery.
4. Untuk mengetahui Peran perawat dalam pemberian terapi pada Konsep
Recovery.
5. Untuk mengetahui Macam Macam Pemberian Terapi dalam Konsep
Recovery.
6. Untuk mengetahui Konsep Supportive Environment.
7. Untuk mengetahui Peran perawat dan keluarga dalam Supportive
Environment.
8. Untuk mengetahui Macam – Macam Supportive Environment.

9.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Recovery


Recovery dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemulihan atau
pulih. Recovery dapat diartikan sebagai proses pengembalian keadaan dari
yang tidak baik menjadi lebih baik, dari yang sebelumnya tidak sehat menjadi
sehat, kembali ke keadaaan atau kondisi yang lebih baik. Recovery adalah
proses perubahan yang dilakukan dan diupayakan oleh individu untuk
meningkatkan Kesehatan dan kesejahteraannya. Proses ini dilakukan dengan
secara terencana menyusun ulang hidup dan menargetkan pada tujuan untuk
mengoptimalkan hidup sampai mencapai ‘full potential”.
Konsep recovery dalam pelayanan Kesehatan dan keperawatan jiwa
sangat dimungkinkan karena ‘sangat memungkinkan”. Orang-orang yang
mengalami masalah kesehatan dan keperawatan jiwa memiliki kesempatan
untuk pulih dan menjadi sehat serta produktif kembali. Konsep recovery
untuk pasien-pasien dengan masalah Kesehatan mental/jiwa lahir dari
program terapi atau pemulihan yang dilakukan kepada pasien-pasien dengan
masalah adiksi, misalkan adiksi alkohol atau adiksi dengan benda-benda
berbahaya.

2.2 Prinsip Recovery


Didalam Konsep Recovery Terdapat 10 Prinsip Penting yaitu :
a) Recovery lahir dari harapan. Ide akan pemulihan atau perubahan dari
keadaan yang tidak baik menjadi keadaan yang lebih baik lahir dari
harapan untuk dan menjadi ‘lebih baik’ pada masa dan kesempatan yang
akan datang.
b) Recovery dilandasi dan didorong oleh semangat, niat dan keinginan
personal/pribadi. Proses recovery tidak bisa dipaksa. Untuk dapat masuk
ke dalam program recovery, dan berproses di sana, syarat utama adalah
haruslah lahir dari ‘keinginan’ pribadi sendiri. Perawat mungkin bisa

6
memfasilitasi keadaan ini, tapi tidak bisa memaksa pasien untuk masuk ke
program. Pada akhirnya, yang bertanggung jawab atas Kesehatan sendiri
adalah diri sendiri.
c) Recovery dapat terjadi melalui banyak cara (Banyak jalan menuju
Roma). Recovery bersifat sangat personal dan subjektif, untuk alasan
inilah mengapa tidak hanya satu cara saja yang dapat diusahakan untuk
membantu pasien. Perawat dan rumah sakit/tempat recovery hanya dapat
‘memfasilitasi’ dan ‘menyediakan’ apa yang pasien butuhkan agar dapat
sembuh. Kesembuhan itu sendiri adalah tanggung jawab dari pasien.
d) Recovery bersifat holistic. Recovery adalah proses yang bergerak dengan
melibatkan banyak hal dan banyak factor. Tidak hanya dari segi biologis
saja, tapi juga dari segi social kemasyarakat dan bahkan sampai bangunan
dan keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.
e) Recovery didukung oleh orang-orang yang mengasihi pasien, bisa jadi
adalah keluarga, sahabat atau kelompok-kelompok. Ketika pasien berada
dalam kelompok atau sebuah komunitas yang memiliki tujuan yang sama,
interaksi yang terjadi dalam kelompok tersebut dalam membawa pasien
mencapai tujuan recoverynya. Tugas perawat adalah memastikan bahwa
kelompok ini fit dan proper untuk membawa pasien mencapai tujuan
baiknya.
f) Recovery dapat terjadi dengan bantuan yang cukup dari hubungan baik
yang terjalin antara pasien dan orang lain, serta komunitas di mana ia
berada. Recovery dapat terjadi ketika pasien dapat menemukan orang –
orang yang ‘percaya’ dan memiliki ‘harapan’ akan pemulihan mereka
yang sakit dan menderita; orang-orang yang mendukung dengan tulus, dan
tidak segan-segan mengulurkan tangan ketika diperlukan.
g) Recovery is culturally-based and influenced. Proses pemulihan sangat
tergantung pada pengaruh kebudayaan dan kebiasaan di mana pasien
berada. Program recovery harusnya dapat menyentuh sisi nilai dan budaya
serta kepercayaan yang dimiliki oleh pasien/individu.
h) Recovery dapat terjadi ketika pasien dan petugas Kesehatan dapat
melihat masalah paling dalam/penyebab masalah, misalkan trauma.

7
Banyak masalah-masalah adiksi, masalah Kesehatan jiwa yang lahir
karena ‘trauma’; dengan melihat masalah dan keadaan ini, maka proses
pemulihan akan cepat dan segera berlangsung.
i) Recovery melibatkan partisipasi aktif dan sumbangan kekuatan serta
tanggung jawab dari individu, keluarga dan komunitas. Proses menuju
pemulihan adalah masalah dan tanggung jawab semua pihak yang terlibat;
semua pihak yang memiliki koneksi/hubungan. Recovery bukan hanya
masalah dan tanggung jawab seorang individu saja.
j) Recovery didasarkan pada penghormatan terhadap pribadi manusia.
Perawatan Kesehatan jiwa didasarkan pada niat dan motivasi yang baik,
serta tidak melupakan bahwa manusia adalah pribadi yang harus dihormati
keberadaannya bersamaan dengan hak hak dasar yang melekat padanya.

2.3 Model Recovery


Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan
kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan
jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recovery
Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai
gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang
sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial,
pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.
Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa
pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari
hubungan nurse-patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian
Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya
meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses recovery. Caldwell
et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus
mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan
menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery.
Sebenarnya Terdapat banyak model dan program yang ditawarkan untuk
mencapai tahap atau keadaan pemulihan, Namun disini kami hanya
mengambil sebagian diantarnya:

8
1. Behavioral System Oleh Dorothy Johnson
Membantu pasien kembali pada keadaan seimbang ketika mengalami stess
melalui pengurangan atau menghilangkan sumber stress dan mendukung
proses adaptif (Johnson, 1980)
2. Goal Attainment Oleh Imogene King
Membangun hubungan interpersonal dan membantu pasien untuk
mencapai tujuan
nya berdasakan peran nya dalam konteks sosial (King, 1981)
3. System Model Oleh Betty Neuman
Membangun hubungan perawat pasien untuk membantu menghadapi
respon stress (1982)
4. Self-Care Deficit Oleh Dorothy Orem
Mengatasi defisit perawatan diri dan mendorong pasien untuk terlibat
secara aktif pada perawatan diri mereka (Orem, 2001)
5. Interpersonal Relations Oleh Hildegard Peplau
Menggunakan hubungan interpersonal sebagai alat terapeutik untuk
menyembuhkan dan mengurangi kecemasan (Peplau, 1992)
6. Transpersonal Caring Oleh Jean Watson
Caring merupakan prosedur dan tugas penting; membangun hubungan
perawat pasien sehingga menghasilkan Therapeutic Outcome (Watson,
2007)

2.4 Peran perawat dalam pemberian terapi pada Konsep Recovery


Manfaat dan Peran Perawat pada pemberian Terapi pada proses
penyembuhan terapi adalah berbagai pedekatan penenganan klien gangguan
jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien dengan
gangguan jiwa dengan perilaku maladaptive. Perawat sebagai terapis
mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan dengan memberian berbagai macam terapi generalis maupun
spesialis. Dalam pemberian terapi perawat sebagai terapis senantiasa
berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang
menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan. Efektivitas terapi komplementer

9
dan alternative ( CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi yang merujuk
klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupun terapi tambahan
dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting
dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternative telah banyak
dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan
kesehatan jiwa. Terapi alternative komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh
perawat (Stuart,2013). Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam
memberikan perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk
mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping
itu terapi CAM yang memperdaya klien dapat mem[erkuat hubungan antar
perawat dank lien dalam peningkatan proses penyembuhan (Stuart,2013)

2.5 Macam Macam Pemberian Terapi dalam Konsep Recovery


A. Terapi Generalis
1. Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam
menangani penyakit-penyakit neurobiologist. Namunobat tidak dapat
berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, sosial atau komponen
lingkungan klien atau respon terhadap penyakit . kondisi-kondisi tersebut
membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan konperensif dalam
merawat individu dan gangguan jiwa.
2. Terapi kejang listrik (Electroconvulsive Therapis)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang cukup
berat melalui alat yang diinduksi pada klien yang dibius dengan
memberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien
(Manket et al, 2010)
3. ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat
ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, setelah program
awal tritmen sukses, pemeliharaan ECT ditambah pemberian obat
antidepresan.
4. Terapi tindakan pada keluarga

10
Tindakan pada keluarga merupakanterapi yang ditujukan untik melibatkan
keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen
dan pemulihan, sehingga mmeningkatkan keterampilan koping pada klien
dan keluarga mereka.
5. Iktisas terapi kelompok
Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap
anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin
kelompok. Kelompok terapi untuk memiliki tujuan bersama yaitu
kelompok memiliki tujuan kelompok untuk membantu anggota yang
secara konsisten terlibat dalam mengidentifikasi hubungan destruktif dan
mengubah prilaku maladaptive.

B. Terapi Spesialis
1. Guided Imagery
Merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan memandu
imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk
mengurangi stress dan meningkatkan kenyamanan serta suasa hati ( Stuart,
2013).
2. Music Intervention
Terapi music digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan
untuk memnuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan
seluruh dunia, terapi musiktelahbekerja diberbagai fasilitas dan perawatan
dan kesehatan. Meskipun terapi music secara khusus dilatih untuk
menggunakan music dalam berbagai cara terapi, ada banayk situasi
dimana perawat dapat menerapkan intervensi musik kedalam rencana
keperawatan pasien (Lindquist, 2014).
3. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama antara
komedi klup humor dan humor terapi. Tujuan darimenggunakan humor
terapi sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan klien,
bukan untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi atau hanya untuk
kesenangan (Stefen Sultanoff,2012dalam Lindquist, 2014).

11
4. Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional
dengan menggunakan berbagai posisi tubuh,latihan peregangan, dan
control nafas dan meditasi. Teknik pernafasan yang digunakan dalam yoga
dapat berhungan dengan stimulasi saraf vagus dan menyembangkan saraf
otonom.. kegiatan yoga ini dapat mengurangi agitasi dan aktivitas pada
bebrapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart,2013)
5. Biofeedback
Suatu tindakan dimana resfon fisiologis, seperti detak jantung,hantaran
kulit,suhu kulit,dan aktivasi otot dipantau dengan tujuan mengajarkan
klien secara sadar mengantur proses tersebut.
6. Meditation
Medikasi kesadaran mengajarkan klien berfokus pada pengalaman mereka.
Klien diajarkan untuk menyadari sensasi, pikiran dan perasaan yang
dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri mengamati
pengalaman membuat tujuan, tidak menghakimi, serta menerima cara serta
menemukan sifat yang lebih dalam dari pengalaman (Tusaie dan
Edds,2009 dalam stuart 2013)
7. Prayer
Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia dan
tuhan, komunikasi timbale balik yang meiputi doa kepada tuhan
(Lindquist, 2014). Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan
efektivitas doa sebagai strategi koping. Daritinjauan studi tentang doa
,menyimpulkan bahwa doa adalah strategi koping yang membantu untuk
menengahi anatara agama dan kesejahteraan.
8. Journaling
Istilah jurnal, buku haraian, menulis refleksi, dan menulis ekspresi sering
digunakan secara bergantian. Diari lebih sering dalam rekaman peristiwa
dan pertemuan, sedangkan jurnal berfungsi untuk merekam proses
kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam Lindsquist,2014).
9. Storytelling

12
Didefinisikan sebagai seni atau tindakan bercerita, sebuah cerita adalah
narasi, baik benar atau fiktif, dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang
untukmenarik, menghibur,ataumengintruksikan pendengaratau pembaca.
Perawat dapat menggunakan cerita dalambberapa situasi dimasa hidup
untuk beberapa tujuan. Cerita dapatdigunakan dalam terapi keluarga dan
dapat membantu anggota memasuki makna dari masalalu, sekarang, dan
masa depan serta membantu pasien membuat makna dan penyembuhan
(Robert, 1994 dalam lindsquist 2014)
10. Animal-Assisted Therapy
Terapi dengan bantuan hewan didefinisikan sebagai intervensi yang
diarahkan pada tujuan yang menggunakan ikatan manusia-hewal sebagai
integral dari peruses pengobatan(American Veterinary Medical
Association,2012)
11. Massage
Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu pertama yang
menggunakan pijat. Dokter, terapi fisik, terapi pijat dan bahkan
costmetologist juga menggunakan pijat. Terapis fisik menggunakan pijat
dikedokteran olahraga untuk mengurangi rasa sakit, merehabilitasi ,dan
meningkatkan kinerja fisik bagi para atlit (Brummitt,2008)
12. Tai Chi
Tai Chi yang berarti puncak tertinggi, adalah seni bela diri tradisional Cina
(Koh, 1981)dan latihan pikiran tubuh. Teknik ini melibatkan serangkaian
cairan, terus menerus, anggun postur yang menari dan gerakan yang
dikenal sebagai bentuk.
13. Terapi Relaksasi
Teknik untuk menurunkan respon relaksasi sebagai mekanisme protektif
terhadap stress yang menurunkan denyut nadi, metabolism laju pernafasan
dan tonus otot. Relaksasin adalah suatu kondisi untuk membebaskan fisik
dan mental daari tekanan atau stress.
14. Exercise (OlahRaga)

13
Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik
maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas kesehatan seseorang.
15. Aromaterapi
Styles (1997) mendefinisikan aroma terapi sebagai penggunaan minyak
esensial untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas,
definisi yang konsisten dengan praktik keperawatan holistik.
16. Obat herbal
Herbal dan produk-produk alami seperti rempah-rempah, banyak
digunakan untuk pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk
pengobatanpenyakit dan menjaga kesehatan bisa digunakan pada banyak
budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu.
17. Functional Foods and Nutraceuticals
Didefinisikan sebagai “makanan atau sebagian makanan,yang berfungsi
untuk pengobatan atau memiliki manfaat untuk kesehatan, termasuk
pencegahan dan pengobatan penyakit”( National Nutraceutical
Pusat,2012).
18. Terapi Cahaya
Didefinisikan sebagai paparan yang dilakukan dengan menggunakan
spectrum cahaya atau cahaya terang untuk mengobati kondisi seperti
gangguan efektif musiman atau seasonal affective disorder (SAD).
19. Healing Touch
Semua budaya, baik kuno dan modern telah mengembangkan beberapa
bentuk terapi sentuh sebagai bagian dari keinginan masyarakan untuk
menyembuhkan dan perawatan untuk banyak kondisi kesehatan.

2.6 Konsep Supportive Environment


Supportive Environment/Terapi Lingkungan adalah lingkungan yang
secara sengaja disusun, dirancang dan dipertahankan untuk dapat bekerja
dengan pasien dalam keadaan yang ideal, dinamik dan menyembuhkan.
Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan yang aman nyaman
sehat, semua petugas Kesehatan dan nonkesehatan yang bekerja secara

14
bersinergi untuk mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien, kegiatan-
kegiatan yang diadakan oleh tempat tinggal, dan bahkan pasien pasien lain
(penghuni). Dalam praktiknya, kita dapat mengatakan bahwa perwujudan dari
Supportive Environment adalah rumah sakit, klinik atau tempat
perawatan/rehabilitasi pasien.
Terapi Lingkungan dapat juga diartikan sebagai ‘safe place’ untuk
pasien. Dalam upaya pasien untuk mencapai kesembuhan dan pemulihannya,
penting baginya untuk memindahkan diri/berpindah dari tempat yang penuh
dengan stressor (stress and toxic environtment) kepada lingkungan yang
terapeutik.

A. Tujuan Supportive Environment


Tujuan utama dari dibuatnya terapi ini adalah agar pasien dapat
belajar adaptive coping, berinteraksi, dan belajar untuk menjalin hubungan
yang baik dengan orang lain serta mengimplementasikannya ke dalam
hidup sehari-hari. Selain itu ada beberapa Tujuan yang lain yaitu :
a. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami
gangguan mental, dengan cara membantu individu dalam
mengembangkan harga diri.
b. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
c. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain.
d. Mempersiapkan diri kembali kemasyarakat.
e. Mencapai perubahan yang positif

2.7 Peran perawat dan keluarga dalam Supportive Environment


1. Supportive Therapi
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor
biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya
memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai,

15
bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya.
Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi
pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya
dengan masa lalu. Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon
copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-
kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai
alternative pemecahan masalahnya. Perawat harus membantu individu
dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa
digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan
empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif (Elya,
Eva. Dkk, 2019)
A. Manfaat dan peran perawat pada pemberian terapi pada proses
penyembuhan
Manfaat dan Peran Perawat pada pemberian Terapi pada
proses penyembuhan terapi adalah berbagai pedekatan penenganan
klien gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah
perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku maladaptive.
Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan memberian
berbagai macam terapi generalis maupun spesialis. Dalam pemberian
terapi perawat sebagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi
yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau
penyembuhan. Efektivitas terapi komplementer dan alternative
( CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke
praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupun terapi tambahan
dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak
penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternative
telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah
dilaksanakan di tatanan kesehatan jiwa. Terapi alternative
komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart,2013)
Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan

16
perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk
mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa.
Disamping itu terapi CAM yang memperdaya klien dapat mem[erkuat
hubungan antar perawat dank lien dalam peningkatan proses
penyembuhan (Stuart,2013)
2. Terapi Generalis
1) Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan
dalam menangani penyakit-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak
dapat berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau
komponen lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi
tersebut membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif
dalam merawat individu dan gangguan jiwa.
a. Peran Perawat dalam Psikofarmakologi
1. Pengkajian klien
pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting
melakukan pengkajian dasar klien termasuk riwayat, kondisi
fisik, dan hasil laboratorium, evaluasi kesehatan jiwa,
pengkajian sosial budaya dan yang paling utama adalah
riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada setiap klien
sebelum diberikan pengobatan.
2. Koordinasi Treetment Modalitas Perawat
Koordinasi Treetment Modalitas Perawat memiliki peran
penting dalam merancang program tritmen yang komprehensif.
Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifat
individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen.
Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung
jawab utama perawat yang bersama-sama dengan klien dalam
membina hubungan terapeutik sebagai bagian dari tim
pelayanan kesehatan.
3. Pemberian obat

17
perawat memiliki peran penting terhadap pengalaman klien
dalam mendapatkan pengobatan psikofarmakologi, pada
beberapa pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis
berdasarkan dosis kebutuhan obat serta kebutuhan klien,
mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek
serta penangan efek obat
4. Monitor efek obat
perawat berperan penting dalam memantau efek obat
psikofarmakologi. Peran perawat dalam memantau efek obat
seperti membuat stadarisasi pengukuran efek obat terhadap
target gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping,
mengatasi reaksi berlawanan dan mencatat efek obat terhadap
konsep diri klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap
perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat sebelum
menentukan apakah memiliki dampak terapeutik yang adekuat
pada klien
5. Edukasi pengobatan
perawat merupakan pemegang posisi utama dalam
memberikan edukasi pada klien dan keluarga tentang
pengobatan. Edukasi meiliputi pemberian informasi lengkap
kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat memahami,
mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi tentang obat
merupakan kunci penting gar efektif dan aman dalam
mengonsumis obat- obatan psikotropika, kolaborasi klien
dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap
regimen terapi obat.
2) Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT)
pertama kali dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien
skizofrenia, ketika diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami
skizofrenia, dan dianggap bahwa pemberian kejang biasa

18
menyembuhkan skizofrenia. Terapi Kejang listrik adalah pengobatan
dengan pemberian kejang yang cukup berat melalui alat yang
diindukdi pada klien yang yang dibius dengan memeberikan arus
listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien. ECT merupakan
tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat ditoleransi
dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah program awal
tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah dengan pemberian obat
antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi program remisi
trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang secara
bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan). Indikasi utama ECT
adalah depresi berat. Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan
sebagai standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang bertahan
Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar
klien lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan,
sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif
Peran perawat Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting
dalam melakukan ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan
mandiri dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan
keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan
bahwa ECT merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting
perawat adalah memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk
mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan
mitos atau yang berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan
klien dan keluarga, mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk
belajar, dan kemampuan untuk memahami penjelasan yang diberikan.
Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan
keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses konsultasi,
memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes laboratorium telah
ditangani, dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan yang
diperlukan telah memadai dan berfungsi. Asuhan keperawatan selama
prosedur, klien harus dibawah ke ruan tritmen, baik dengan berjalan
kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi

19
seorang perwat dan dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat
harus tetap mendapingi klien selama pelaksanaan terapi untuk
memberikan dukungan pada klien. Asuhan keperawatan setelah
prosedur, ruang pemulihan harus berdekatan dengan dengan ruang
tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi keluar masuk dalam
keadaan darurat. Setelah klien berada diruan pemulihan perawat harus
harus mengokservasi klien sampai benar-benar pulih. Perawat harus
meyakinkan kodisi klien dan secara periodic mengorentasikan klien.
Pemberian penjelasan yang singkat, sangat membantu klien dalam
proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian besar
masalah memori akan hilang dalam beberapa minggu.
3) Terapi Tindakan Pada Keluarga
Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk
melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta
aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan
keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat
dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang
sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif,
dan rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkan
dengan baik untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pengaturan
klinis tradisional dan nontradisional. Perawat harus mengintegrasikan
teori berbasis keluarga dengan ilmu tindakan pada keluarga dalam
program klinis, memberikan dan mempromosikan tindakan pada
keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan penggantian
pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga. Advokasi Keluarga
merupakan model bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga
untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat dengan dan
atasnama anggota keluarga yang memiliki ketidakmampuan Praktik
yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu pada
keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan
yang mencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga.

20
Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan
dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.
4) Iktisas Terapi Kelompok
Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota
karena setiap anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain
dengan pemimpin kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai
latar belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar
dari orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan
rasa iri hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya dan
perasaan yang diungkapkan oleh orang lain (Yalom,2005). Kelompok
terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki tujuan
kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat
dalam engidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku
maladaptive mereka. Peran Perawat Perawat sebagai pemimpin
kelompok harus dapat mengkordinir dan mempelajari kelompok dan
berpartisipasi di dalamnya pada waktu bersamaan. Pemimpin harus
selalu memantau kelompok dan bila diperlukan, membantu kelompok
mencapai tujuannya. Kualitas pemimpin perawat yang efektif
merupakan kualitas yang sama pentingnya dalam hubungan terapiutik,
secara khusus kemampuan perawat meliputi sikap responsive dan aktif
berimpati, ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.

2.8 Macam – Macam Supportive Environment


a) Terapi rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan
tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan
menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
b) Terapi kreasi seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn
orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat
dan minat.

21
- Dance therapy/menari : untuk mengkomunikasikan tentang perasaan
dan kebutuhan pasien.
- Terapi musik : untuk mengekspresikan perasaan marah, sedih,
kesepian, dan gembira.
- Terapi dengan menggambar/melukis : dengan menggambar akan
menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran yang ada.
c) Literatur/biblio therapy
Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah, buku-buku dan
kemudian mendiskusikannya.Tujuannya adalah untuk mengembangkan
wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan/pikiran dan
perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
d) Pettherapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu
mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya
merasa kesepian, menyendiri.
e) Planttherapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala
sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu
pribadi kepada pribadi lainnya.
b.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Recovery adalah proses perubahan yang dilakukan dan diupayakan
oleh individu untuk meningkatkan Kesehatan dan kesejahteraannya. Proses
ini dilakukan dengan secara terencana menyusun ulang hidup dan
menargetkan pada tujuan untuk mengoptimalkan hidup sampai mencapai ‘full
potential”.
Supportive Environment/Terapi Lingkungan adalah lingkungan yang
secara sengaja disusun, dirancang dan dipertahankan untuk dapat bekerja
dengan pasien dalam keadaan yang ideal, dinamik dan menyembuhkan.
Macam – Macam Supportive Environment yaitu Terapi rekreasi, Terapi
kreasi seni, Literatur/biblio therapy, Pettherapy, dan Planttherapy.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah
ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembaca dan khususnya bagi mahasiswa yang
telah menyusun makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Elya, Eva. Dkk. (2019). Recovery dan Supportive Environment dalam


Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
K.S. Jacob (2015). Recovery model of mental illness: A complementary
approach to Psychiatric care. Indian J Psychol Med.
Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition. ELSEVIER Varcarolis, M.
Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing; A
Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition.
ELSEVIER
Purwaningsih, Wahyu, dkk, 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta :
Nuha Medika press.
Stuart,W.Gail.(2013).Principles of psychiatric Nursing,10 edition.ELSEVIER
Syvie Noiseux dan teman-teman (2009). Developing a model of recovery in
mental health.
Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health
Nursing; A Communication Approach to Evidence-Based Care Second
Edition. ELSEVIER
Widodo Sarjanam, Alifiati Fitrikasari, Sri Padma Sari (2015). Recovery
among People with mental illness (PMI) as Perceived by the
Caregivers in Islamic Boarding School (IBS) in Indonesia. Volume 5
no. 2. Nurse Media Journal of Nursing.

24
LAMPIRAN

25

Anda mungkin juga menyukai