Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KONSEP KOMUNIKASI TERAUPETIK KESEHATAN JIWA


 

 
Dosen Pembimbing : Ns. Diana Arianti, M.Kep

 
Oleh kelompok 5

Nolla Okta Dinasti 1914201077


Rani Sridea Analita
Kelvin Onasis 1914201113
Kelas   : 6B Keperawatan

 
 
 
 
 
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 

(STIKes) ALIFAH PADANG

Tahun Pelajaran 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat limpahan-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Makalah ini memaparkan tentang
“KONSEP KOMUNIKASI TERAUPETIK KESEHATAN JIWA”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini. Tentunya dalam penyusunan makalah ini banyak kelemahan dan
kekurangan, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun bagi kesempurnaan makalah ini
sangat penyusun harapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya makalah ini dan semoga
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 23 Mar, 2022

Kelompok V

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah Bagaimana aktivitas komunikasi terapeutik perawat dengan pasien rawat
inap dalam proses penyembuhan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit
inap?......................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Memahami pengertian Konsep Komunikasi Teraupetik Kesehatan


jiwa..........................................................2

2.3 Memahami Sikap Perawat Dalam Komunikasi, Teraupetik.............................................2

2.4 Mengetahui Konsep Tahapan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik)…………………………3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

Pendahuluan

Krisis multi dimensi telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat
dunia termasuk Indonesia, krisis ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, ras, kepercayaan dan
sebagainya tidak saja akan menjadikan masyarakat dengan potensi gangguan fisik berupa
gangguan gizi, terserang berbagai penyakit infeksi dan sebagainya tetapi juga dengan potensi
penyakit psikis berupa stress berat, depresi, skizoprenia dan sejumlah problem sosial dan spiritual
lainnya. Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental atau psikis di kalangan
masyarakat saat ini dan akan datang, akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga
kesehatan khususnya komunitas profesi psikologi dan keperawatan (Rasmun, 2001: 14).
Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa gangguan mental disebabkan karena adanya
gangguan oleh apa yang disebut roh jahat yang telah merasuki jiwa, sehingga seseorang yang
mengalami gangguan mental psikiatri harus diasingkan atau dikucilkan dan dipasung karena
dianggap sebagai aib bagi keluarga. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri, karena fenomena
yang terjadi memang merupakan gambaran nyata bagi sebagian besar masyarakat, hal tersebut
disebabkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia taraf pendidikannya masih rendah
(Rasmun, 2001: 14).

Bertambahnya penyandang masalah gangguan mental juga disebabkan belum maksimalnya


perawat dan psikolog dalam merencanakan intervensi penyakit dengan mengikutsertakan keluarga
pada setiap upaya penyembuhan. Kesenjangan ini mengakibatkan angka kekambuhan yang cukup
tinggi, seringkali klien yang sudah dipulangkan kepada keluarganya beberapa hari, kemudian
kambuh lagi dengan masalah yang sama atau bahkan lebih berat. Tidak sedikit juga keluarga yang
menolak kehadiran klien kembali bersamanya (Rasmun, 2001: 15).

Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat
menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses perubahan yang
sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek
pendidikan, pengembangandan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan
keprofesian dalam keperawatan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003: 48). Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat
dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah saling membutuhan antara perawat
dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan
pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003: 48). Komunikasi
terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja,
kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya
(Arwani, 2003: 50).

Rumusan Masalah

Bagaimana aktivitas komunikasi terapeutik perawat dengan pasien rawat inap dalam proses
penyembuhan pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang?

Tinjaun Pustaka

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam (Cangara, 2004: 19). Sebagai contoh kegiatan berkomunikasi juga
dilakukan antara perawat dan pasien. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan perawat
dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien dalam memenuhi kebutuhan kesehatan pasien,
maupun dengan tenaga kesehatan yang lain dalam rangka membantu mengatasi masalah pasien.
Interaksi yang berlangsung antara perawat dan pasien menimbulkan dampak interaksi yangdekat,
diharapkan dapat menimbulkan rasa saling percaya antara keduanya untuk memperoleh keadaan
yang lebih baik.

Komunikasi menimbulkan rasa aman dan nyaman pada pasien gangguan jiwa sebagai pengguna
jasa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang sehingga diharapkan pasien dapat
melakukan perawatan selama proses penyembuhan lebih baik. Tenaga keperawatan perlu
memahami konsep dan proses komunikasi dalam berinteraksi dengan pasien sehingga
meningkatkan mutu pelayanan atau kepuasan pasien dalam asuhan keperawatan pasien gangguan
jiwa di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.

Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian suatu pesan yang tak pernah lepas dari
kehidupan manusia. Komunikasi yang baik, tentunya akan menciptakan hubungan yang baik pula.
Untuk menghasilkan hubungan yang baik itu, maka kita tidak boleh melupakan unsur-unsur yang
ada dalam komunikasi.

b. Pengertian Komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi khusus yang dilaksanakan oleh penyelenggara jasa
kesehatan dalam hal ini adalah perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus
pada kesembuhan pasien. Hubungan antara perawat dan pasien yang bersifat terapeutik karena
komunikasi yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki emosi pasien. Perawat menjadikan
dirinya secara terapeutik dengan berbagai tehnik komunikasi secara optimal dengan tujuan
mengubah perilaku pasien ke arah yang positif.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu
penyembuhan atau pemulihan pasien.

Sikap Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik

Haber J. (1982) dikutip Suryani (2005) mengidentifikasikan lima sikap atau cara
menghadirkan diri secara fisik, yaitu :

1. Berhadapan : menghadap pasien dengan jujur dan terbuka yaitu sikap tubuh
dan wajah menghadap ke pasien. Artinya dari posisi ini adalah “saya siap membantu
anda”.
2. Mempertahankan kontak mata : Kontak mata menunjukkan bahwa perawat
mendengar dan memperhatikan pasien. Kontak mata pada level yang sama atau
sejajar berarti menghargai dan menyatakan keinginan untuk nyaman bagi tetap
berkomunikasi. Sikap ini juga dapat menciptakan perasaan nyaman bagi pasien.
3. Membungkuk ke arah pasien : Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu yang dialami pasien. Posisi ini juga
menunjukkan bahwa perawat merespon dan perhatian pada pasien untuk membantu
pasien.
4. Mempertahankan sikap terbuka : Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi. Sikap terbuka perawat akan meningkatkan
kepercayaan pasien pada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
5. Tetap rileks : Menciptakan lingkungan yang nyaman, rileks, dan menjaga
privasi pasien sangat penting dalam membantu pasien untuk membuka diri. Sikap ini
dapat mengontrol kesimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam berespons
terhadap pasien.

Penerapan komunikasi teraupetik

Komunikasi sangat diperlukan dalam setiap sudut kehidupan manusia mulai dalam pergaulan
kehidupan masyarakat di lingkungan sosial yang khususnya berkaitan dengan suatu pekerjaan
yang dapat menerapkan komunikasi secara profesional, khususnya bidang pelayanan kesehatan
harus diperlukan dengan memahami secara psikologi komunikasi dan penerapannya dalam
pelayanan pasien di rumah sakit. Penerapan komunikasi terapeutik kaitannya dengan keadaan
psikologis antara komunikator (petugas kesehatan) dan komunikan (pasien & Keluarganya).
Dalam hal ini tujuannya untuk mengidentifikasi bagaimana penerapan komunikasi terapeutik
yang sedang berlangsung terhadap petugas kesehatan/perawat dalam pemberian pelayanan
kesehatan kepada pasien di rumah sakit sehingga memiliki dampak komunikasi secara personal
pasien yaitu dapat mendorong semangat dan kesembuhan penyakit pasien tersebut. Dengan
demikian seorang perawat atau petugas kesehatan (paramedis) yang dapat menerapkan
komunikasi terpeutik ini dalam pekerjaan sehari-hari akan dapat membantu seorang pasien
secara situasional dari beban perasaan dan pikiran sehingga dapat meyakinkan terhadap
keraguan dari lingkungan fisik dan personal individu seseorang untuk mencapai tingkat derajat
kesehatan yang signifikan. Namun masih terdapat hambatan yang dapat berpengaruh terhadap
komunikasi terapeutik ini antara lain perbedaan persepsi/penafsiran dalam komunikasi yang
sedang berlangsung yang dipengaruhi antara lain : emosi ; latar belakang budaya, gender,
pendidikan, pengetahuan, lingkungan , usia, perkembangan penyakit pasien yang sedang
diderita. Keyword: Komunikasi terapeutik ; Komunikasi perawat dan pasien.

Tahapan Komunikasi Interpersonal (Terapeutik)

Dalam membina hubungan interpersonal (terapeutik), terdapat proses yang terbina melalui lima
tahap dan setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus dilaksanakan dan diselesaikan oleh
perawat. Menurut Uripni (2002: 56), adapun tahapan komunikasi interpersonal (terapeutik) yaitu,
prainteraksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja, dan terminasi.

1. Prainteraksi

Prainteraksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien.
Perawat diharapkan tidak memiliki prasagka buruk kepada pasien, karena akan menggangu dalam
membina hubungan dan saling percaya.

2. Perkenalan

Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi interpersonal
yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-tamahan kepada pasien,
memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien dan menanyakan keluhan pasien, dan lain-lain.

3. Orientasi

Tujuan tahap orientasi adalah memeriksa keadaan pasien, menvalidasi keakuratan data, rencana
yang telah dibuat dengan keadaan pasien saat itu, dan mengevaluasi hasil tindakan. Pada tahap ini
sangat diperlukan sentuhan hangat dari perawat dan perasaan simpati dan empati agar pasien
merasa tenang dan merasa dihargai.

4. Tahap kerja.

Perawat memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yaitu tentang keaadan pasien, dan
keluhan-keluhan pasien. Selain itu hendaknya perawat juga melakukan komunikasi interpersonal
yaitu, dengan seringnya berkomunikasi dengan pasien, mendengarkan keluhan pasien,
memberikan semangat dan dorongan kepada pasien, serta memberikan anjuran kepada pasien
untuk makan, minum obat yang teratur dan istirahat teratur, dengan tujuan adanya penyembuhan.

5. Terminasi

Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari pertemuan antara
perawat dengan pasien. Terminasi terbagi dua yaitu, terminasi sementara dan terminasi akhir.

a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat

dan pasien, dan sifatnya sementara, karena perawat akan menemui pasien lagi, apakah satu atau
dua jam atau mungkin besok akan kembali melakukan interaksi.

b. Terminasi akhir, merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan keluar atau pulang dari
rumah sakit.

Dalam terminasi akhir ini, hendaknya perawat tetap memberikan

semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga
komunikasi interpersonal perawat dan pasien terjalin dengan baik. Dan pada tahap ini akan terlihat
apakah pasien merasa senang dan puas dengan perlakuan atau pelayanan yang diberikan perawat
kepada pasien. Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan perawat bersifat
interpersonal (terapeutik) atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip komunikasi terapeutik.
Penutup

Kesimpulan.

Konsep komunikasi terapeutik kesehatan jiwa sangat diperlukan dalam setiap sudut
kehidupan manusia mulai dalam pergaulan kehidupan masyarakat di lingkungan sosial
yang khususnya berkaitan dengan suatu pekerjaan yang dapat menerapkan komunikasi
secara profesional, khususnya bidang pelayanan kesehatan harus diperlukan dengan
memahami secara psikologi komunikasi dan penerapannya dalam pelayanan pasien di
rumah sakit. Penerapan komunikasi terapeutik kaitannya dengan keadaan psikologis
antara komunikator (petugas kesehatan) dan komunikan (pasien & Keluarganya). Dalam
hal ini tujuannya untuk mengidentifikasi bagaimana penerapan komunikasi terapeutik
yang sedang berlangsung terhadap petugas kesehatan/perawat dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada pasien di rumah sakit sehingga memiliki dampak komunikasi
secara personal pasien yaitu dapat mendorong semangat dan kesembuhan penyakit pasien
tersebut.

Daftar Pustaka.

Arwani. (2003). Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Cangara, Hafied. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Indrawati. (2003). Komunikasi Untuk Perawat, Jakarta: EGC

Machfoedz, Machmud. (2009). Komunikasi Keperawatan (Komunikasi

Terapeutik). Yogjakarta: Ganbika.

Lexy J. Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja. Rosdakarya.

Pawito. (2007). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS.

Anda mungkin juga menyukai