Anda di halaman 1dari 19

KOMUNIKASI MULTIDISIPLIN DALAM PELAYANAN KESEHATAN

Dosen pembimbing:
WISNATUL IZZATI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

Absya Khoiry Sarah Lubis


Dilla Febriani
Febrisa
Mega Putri Julianti
Ratifah
Sanggita Fitria

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )
YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang
“KOMUNIKASI MULTIDISIPLIN DALAM PELAYANAN KESEHATAN”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Komunikasi yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan
kemudahan bagi kita semua.

 Bukitinggi, 19 September 2019

   Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang…………………………………...…………………………………….1
B. Rumusan masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan penulisan……………………………..…………..............................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian dari komuniaksi multidisiplin dalam keperawatan......................................3
B. komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin..................................................................4
C. cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan........................................................4
D. linkup ilmu komunikasi ditinjau dari beberapa aspek....................................................6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan …………………………………………………………………………..15
B. Saran……………………………………………………………………………….…15
DAFTAR PUSTAKA…......………………………………………….........………………...16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan perbaikan dan
peningkatan secara bertahap dari tahun ke tahun. Saat ini petugas kesehatan seperti dokter dan
perawat dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya serta menentukan strategi terbaik
dalam memberikan pelayanan kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992,
profesi keperawatan dan kedokteran harus memberikan pelayanan sesuai peran dan fungsinya
masing-masing agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat berjalan secara maksimal. Tujuan
di atas tidak dapat dicapai hanya dengan menjalankan tugas sesuai peran masing-masing petugas
atau profesi kesehatan saja, namun diperlukan kerja sama antar petugas atau profesi kesehatan
terutama perawat dan dokter.
Salah satu cara dalam bekerja sama adalah dengan kolaborasi antar profesi. Perilaku
kolaborasi antar perawat dan dokter telah terbentuk sebagai suatu proses komunikasi antara
perawat dan dokter selama melakukan perawatan pasien (Bankston, 2005). Perawat dan dokter
bekerjasama dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah, manajemen konflik,
pembuat keputusan dan berkomunikasi secara terbuka (Boyle & Kochinda, 2004).
.
. IGD merupakan instalasi yang dituntut adanya kolaborasi yang baik antara dokter dan
perawat, kondisi tersebut dikarenakan dokter dan perawat merupakan pemberi pelayanan
kesehatan pertama yang menangani pasien gawat darurat. Kolaborasi antar profesi antara dokter
dan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien dapat diwujudkan melalui diskusi
tentang diagnosis, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi dan
masingmasing bertanggungjawab pada pekerjaannya (Basuki dan Endang, 2008
Penerapan kolaborasi antar perawat dan dokter di Indonesia masih memiliki banyak
kendala, sehingga mengakibatkan pelayanan kesehatan yang kurang maksimal. Kerjasama yang
efektif oleh tenaga kesehatan dari berbagai profesi merupakan kunci penting dalam
meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien (Butscher, 2012). Fakta
yang terjadi saat ini adalah sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi kesehatan tersebut ke
dalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan tenaga
kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif seperti kurangnya keterampilan komunikasi
interprofesi dan belum tumbuhnya budaya diskusi bersama profesi lain dalam menentukan
keputusan klinis pasien. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahyamuddin (2004) dalam
penelitiannya yang berjudul Gambaran Strategi Perawat dalam berkolaborasi dengan Dokter di
Ruang rawat Inap RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyebutkan, terdapat beberapa
faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan kolaborasi antara perawat dan dokter antara lain:
1) komunikasi; 2) tingkat pendidikan yang rendah; 3) kurangnya kepercayaan masyarakat dan
dokter terhadap perawat. Sedangkan faktor pendukung terlaksananya kolaborasi adalah 1)
tingkat pendidikan yang memadai; 2) pengakuan profesionalisme; 3) keterampilan perawat; 4)
lama bekerja dan; 5) penghasilan
Berdasarkan kedua penelitian di atas dapat disimpulkan jika kolaborasi antara perawat
dan dokter di Indonesia belum maksimal. Komunikasi merupakan faktor penting yang harus
dilakukan oleh petugas kesehatan untuk melakukan kolaborasi. Faktanya masih banyak kendala
yang dihadapi antar tenaga kesehatan untuk melakukan komunikasi yang efektif. Masalah di atas
tentu dapat menyebabkan terganggunya proses pelayanan kesehatan saat melakukan pertolongan
terhadap pasien gawat darurat.

B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dari komuniaksi multidisiplin dalam keperawatan


 Jelaskan komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin
 Bagaimana cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan
 Bagaimana linkup ilmu komunikasi ditinjau dari beberapa aspek

C. Tujuan Masalah
E. pengertian dari komuniaksi multidisiplin dalam keperawatan
F. komunikasi sebagai ilmu yang multidisiplin
G. cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan
H. linkup ilmu komunikasi ditinjau dari beberapa aspek
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Komunikasi Multidisiplin dalam Keperawatan


Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari
Bahasa Latin “communicatus” atau communicatio atau communicare yang berarti “berbagi” atau
“menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu
pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.
Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu proses
pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau
tingkah laku”.
Bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
a.  Carl Hovland, Janis & Kelley
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan
stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku
orang-orang lainnya (khalayak).

b.  Bernard Berelson & Gary A.Steiner


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-
lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka angka, dan lain-lain.
c.  Harold Lasswell
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan
“apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (who
says what in which channel to whom and with what effect).
d. Barnlund
Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
e. Weaver
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi
pikiran orang lainnya.
f.  Gode
Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh
seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

Komunikasi multidisiplin dalam keperawatan adalah komunikasi yang melingkupi


seluruh aspek jalur komunikasi penanganan dan perawatan pasien. Dalam bidang komunikasi
kesehatan, komunikasi multidisiplin terjadi antara sesama anggota tim multidisiplin dan antara
anggota tim multidisiplin dengan pasien serta anggota keluarga pasien dalam rangka penanganan
dan perawatan pasien.
Menurut Wywialowski (2004 : 135), multidisiplin atau multidisipliner mengacu pada
tim dimana sejumlah orang atau individu dari berbagai disiplin ilmu terlibat dalam suatu proyek
namun masing-masing individu bekerja secara mandiri. Setiap individu dalam tim multidisiplin
memiliki keterampilan dan keahlian yang berbeda namun saling melengkapi satu sama lain.
Pengalaman yang dimiliki masing-masing individu memberikan kontribusi yang besar bagi
keseluruhan upaya yang dilakukan.

Tim multidisiplin dapat kita temui di bidang kesehatan atau medis. Di lingkungan
kesehatan atau medis, tim multidisiplin adalah sebuah kelompok pekerja kesehatan atau pekerja
medis yang terdiri dari anggota-anggota dengan latar belakang ilmu atau profesi yang berbeda
dan masing-masing anggota tim memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

2.  Komunikasi sebagai Ilmu yang Multidisipliner

Komunikasi meliputi pemahaman tentang bagaimana orang berperilaku


dalam menciptakan pesan. Karena itulah, penelitian komunikasi mengkombinasikan metode
ilmiah dan sastra. Komunikasi sebagai ilmu sosial memang amat bervariasi dari yang
menggunakan unsur unsur ilmiah hingga kesusastraan. Secara tradisional teori teori kesusastraan
tentang komunikasi dikenal sebagai teori retorika. Sedangkan pemahaman teori teori ilmiah
merupakan teori komunikasi. Pemisahan seperti ini seharusnya tidah perlu ada karena
komunikasi merupakan ilmu yang bersifat multidisipliner, komunikasi sendiri sudah mencakup
baik itu metode sastra maupun metode ilmiah, keduanya sama sama di perhitungkan di dunia
ilmu pengetahuan tentang komunikasi.
lmu Komunikasi adalah salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat
multidisipliner. Itu terjadi karena ilmu komunikasi berkembang melalui beberapa pendekatan.
Pendekatan-pendekatan yang dipergunakan yang mempengaruhi peta ilmu komunikasi, berasal
dari berbagai disiplin ilmu lain seperti psikologi, politik, filsafat, antropologi, sosiologi,
elektronika dan lain sebagainya. Sifat kemultidisiplinan ini tidak dapat dihindari karena objek
pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan kompleks, menyangkut berbagai aspek
social, budaya, budaya, ekonomi dan politik dari kehidupan manusia.

3. Cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan

1. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik

Menciptakan dan memelihara hubungan yang baik adalah penting dalam upaya
penanganan dan perawatan pasien. Hasil studi menunjukkan bahwa komunikasi dan hubungan
baik antara pasien dan anggota tim memberikan dampak positif pada kepuasan pasien,
pengetahuan dan pemahaman, kepatuhan terhadap program pengobatan, dan hasil kesehatan
yang terukur.
2. Bertukar informasi

Anggota tim yakni dokter perlu memperoleh sebanyak mungkin informasi dari pasien
agar dapat mendiagnosa dengan tepat jenis penyakit yang diderita pasien dan merumuskan
rencana penanganan dan perawatan. Bagi pasien, pasien perlu mengetahui, memahami, merasa
dikenal, dan dipahami oleh anggota tim. Untuk itu, kedua belah pihak sangat perlu
melakukan komunikasi dua arah sebagai upaya untuk saling bertukar informasi.

3. Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian

Mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian adalah salah satu penyebab


keberhasilan dalam komunikasi. Perawat sebagai anggota tim bertanggung jawab dalam
memberikan perhatian dan memobilisasi semua indera untuk mempersespi semua pesan verbal
maupun pesan nonverbal yang diberikan oleh pasien.
Dengan mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, perawat dapat menilai situasi
dan masalah yang dialami pasien. Selain itu perawat juga dapat meningkatkan harga diri pasien
dan mengintergrasikan diagnosa keperawatan dan proses perawatan.

4. Penggunaan bahasa yang tepat

Informasi yang diberikan selama proses konsultasi, penanganan, dan perawatan pasien
perlu dilakukan dengan menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien dan anggota
pasien. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam proses konsultasi, penanganan, dan perawatan
pasien hendaknya tidak menggunakan jargon dan istilah teknis kesehatan kecuali dijelaskan
secara komprehensif. Yang harus dihindari juga adalah penggunaan eufemisme karena dapat
mengarah pada ambigu.

5. Bahasa tubuh dan penampilan

Bahasa tubuh dalam komunikasi dan penampilan juga hendaknya menjadi bahan


pertimbangan dan perlu diperhatikan dengan baik.
Berbagai komunikasi nonverbal yang ditampilkan seperti postur tubuh, gaya, dan
perilaku dapat berdampak pada kemajuan dan hasil konsultasi antara pasien dan anggoa tim.
Untuk itu, bahasa tubuh yang ditampilkan selama proses konsultasi harus ditampilkan secara
lengkap dan fokus pada pasien.

6. Bersikap jujur

Bersikap jujur merupakan salah satu konsep moral dalam komunikasi keperawatan.


Anggota tim seperti perawat harus bersikap jujur agar diskusi atau konsultasi yang dilakukan
tidak menimbulkan kecurigaan, keraguan, dan kesalahpahaman. Jika ada kebutuhan untuk
diskusi yang terpisah dengan anggota keluarga pasien maka harus dilakukan dengan
mengunakan teknik komunikasi terapeutik seperti hati-hati, memperhatikan tempat diskusi, dan
waktu yang tepat.
7. Memperhatikan kebutuhan pasien

Anggota tim seperti pasien perlu mengetahui apa yang menjadi kebutuhan komunikasi
pasien. Beberapa orang pasien hanya ingin didengar tanpa banyak penjelasan dan beberapa
pasien lainnya ingin mengetahui penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita.
Perawat harus dapat mendeteksi setiap apa yang diinginkan pasien.

8. Mengembangkan sikap empati

Empati merupakan salah satu karakteristik komunikasi terapeutik. Yang dimaksud


dengan empati adalah perawat dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasien. Dalam artian,
perawat hendaknya dapat memposisikan dirinya pada posisi pasien.
Demikianlah ulasan singkat tentang cara komunikasi multidisiplin dalam keperawatan.
Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang komunikasi multidisiplin dan
penerapannya dalam keperawatan.

4. LINGKUP ILMU KOMUNIKASI DITINJAU DARI BEBERAPA ASPEK

a.      Komunikasi dari perspektif Filsafat
Komunikasi filsafat menurut para ahli
a) Richard Lanigan
Didalam karyanya yang berjudul “Communication Models in Philosophy, Review and
Commentary” membahas secara khusus “analisis filsafati mengenai komunikasi”. Richard
Lanigan mengatakan ; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-bidang
utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1.      Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)
2.      Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)
3.      Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)
4.      Apakah aku benar ? (Am I right ?)
Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap :
Metafisika, Epistemologi, Aksiologi dan  Logika.

b)        Prof. Onong Ucahana Efendy, MA


Menurut Prof. Onong Ucahana Efendy, Filsafat komunikasi adalah suatu disiplin ilmu
yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis,
kritis, dan holistis tentang teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut
bidangnya, sifatnya, tatayangnya,tujuannya, fungsinya, teknik dan perannya.

c)        Fisher
Filosofis ilmu komunikasi menurut Fisher (1986:17) adalah ilmu yang mencakup
segala aspek dan bersifat eklektif yang digambarkan oleh Wilbur Schramm (1963:2) sabagai
jalan simpang yang ramai, semua disiplin ilmu melintasinya.
d)       Rosengreen
Menurut Rosengreen (1983), setidaknya ada tiga paradigma besar yang melatar
belakangi perkembangan teori dan penelitian studi komunikasi,  antara lain :
1.      Paradigma klasik
Paradigma klasik percaya bahwa realitas yang ada di lingkungan sekitar sudah diatur oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Paradigma kritis
Paradigma kritis dalam meyanggkap suatu hal tidak hanya mau menjelaskan,melainkan
juga akan mempertimbangkan, merefleksikan, menata realitas sosial dan berfikir kritis
berdasarkan teori-teori yang telah ada.
3.      Paradigma konstruktifis
Paradigma konsruktifis adalah penjelasan paling sesuai untuk menghuraikan fenomena
yang diperhatikan.

e)        Laurie Ouellette Chair & Amit Pinchevski


Menurut Laurie Ouellette Chair dan Amit Pinchevski, Filsafat Komunikasi secara luas
peduli dengan masalah teoritis,analitis,dan politik yang melintasi batas-batas yang terjadi begitu
saja untuk di analisa dalam studi komunikasi. 
Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori
Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang
pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian
menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen
filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk
yang seyangtiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk
melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen
filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada
pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang
logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika,
dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi
(kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan).
Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu berhubungan dengan manusia lain melalui
komunikasi. Retorika sebagai ilmu mengenai pernyataan antar manusia diperkenalkan pertama
kali oleh Aristoteles. Gagasan awal mengenai pernyataan antarmanusia dinyatakan dalam model
sederhana, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Perkembangan selanjutnya menjadi ilmu
komunikasi dengan model yang lebih rumit, ada komunikator, pesan, komunikan, media, dan
efek.
Istilah komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti
makyangya. Berkomunikasi berarti mempunyai tujuan untuk punya arti yang sama. Kajian
komunikasi dari sudut pandang filsafat ilmu komunikasi dimaksudkan agar pemahaman terhadap
proses komunikasi bersifat radikal atau mendalam, sistematis dan menyeluruh. Kajian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan esensi atau hakikat komunikasi. Pernyataan ini adalah pesan.
Sebelum pesan sampai pada khalayak atau penerima pesan, haruslah dilakukan pertimbangan.
Mempelajari komunikasi sebagai ilmu akan menjadi dasar bagi seseorang untuk
memahami komunikasi dari tinjauan filsafati. Mengerti filsafat ilmu komunikasi akan
mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi. Isi pesan
yang tersusun secara logis, etis dan estetis merupakan usaha agar proses komunikasi efektif. 

b.      Komunikasi dari perspektif Psikologi

Ruang lingkup dan sistematika pengajaran psikologi komunikasi adalah :


a)      Sistem komunikasi intrapersonal
b)      Sistem komuniksi interpersonal
c)      Sistem komunikasi kelompok
d)     Sistem komunikasi Massa
Dalam sistem komunikasi intrapersonal, antara lain membahas tentang karakteristik
manusia komunikan, factor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku
komunikasinya, sistem memori dan berpikir, dan sifat-sifat psikologi komunikator.
Dalam sistem komunikasi interpersonal, antara lain dibahas tentang proses persepsi
interpersonal, faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi persepsi interpersonal,
konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.
Dalam sistem komunikasi kelompok, antara lain dibahas tentang jenis-jenis kelompok dan
pengaruhnya pada perilaku komunikasi, factor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok,
dan bentuk-bentuk komunikasi kelompok. Dalam komunikasi massa, antara lain dibahas tentang
motivasi atau factor-faktor yang mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa, efek
komunikasi massa, dan karakteristik isi pesan media massa.
Komunikasi Intrapersonal Dalam buku Trans–Per Understanding Human Communication,
1975, disebutkan bahwa komunikasi intrapersonal adalah proses di mana individu menciptakan
pengertian. Di lain pihak Ronald L. Applbaum dalam buku Fundamental Concept in Human
Communication mendefinisikan komunikasi intrapersonal sebagai Komunikasi yang berlangsung
dalam diri kita, ia meliputi kegiatan berbicara kepada diri sendiri dan kegiatan-kegiatan
mengamati dan memberikan makna (intelektual dan emosional) kepada lingkungan kita
(Uchayana 1993).
Dari berbagai definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa,  komunikasi intrapersonal
adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai
komunikator maupun sebagai komunikan, dia berbicara pada dirinya sendiri, dia berdialog
dengan dirinya sendiri, dia bertanya kepada dirinya sendiri, dan dijawab oleh dirinya sendiri.
Apabila seseorang mampu berdialog dengan diri sendiri berarti ia mampu mengenal diri
sendiri. Adalah penting bagi kita untuk bisa mengenal diri sendiri sehingga kita dapat berfungsi
secara bebas di masyarakat. Belajar mengenal diri sendiri berarti belajar bagaimana kita berpikir,
berasa, dan bagaimana kita mengamati, menginterpretasikan, dan mereaksi lingkungan kita. Oleh
karena itu untuk mengenal diri pribadi, kita harus memahami dengan baik komunikasi
intrapersonal.
Sistem Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal tidaklah terjadi begitu saja, melainkan melalui proses tertentu
yang pada akhirnya menimbulkan kesimpulan dalam diri seseorang. Proses berlangsungnya
komunikasi dalam diri seseorang diterjemahkan dalam satu sistem komunikasi yang dikenal
dengan sistem komunikasi intrapersonal. Stanley B. Cunningham dalam
tulisannya “Intrapersonal Communication, A Review and Critique” menyebut proses komunikasi
intrapersonal yang terjadi pada diri seseorang akan berlangsung sebagai berikut:
1.      Berbicara pada diri sendiri
Terjadi komunikasi dalam diri sendiri atau terjadi percakapan dengan diri sendiri.
2.      Terjadi dialog
Dialog merupakan satu proses pertukaran pesan dan pemrosesan makna dalam diri manusia
antara I dan  Me.  I mewakili bagian diri pribadi manusia itu sendiri, sedangkan  Me
mewakili produk sosial (pengamatan).
3.      Jalannya proses tersebut berdasarkan perundingan manusia dengan lingkungannya atau
terjadi adaptasi dengan lingkungan. Di sini terjadi proses menggunakan stimuli
(rangsangan) dari dan dalam diri kita.
4.      Persepsi
Individu menerima, menyimpan, dan menggambarkan secara ringkas simbol.
5.      Proses saling mempengaruhi antara “raw data” persepsi dan diberi pengertian. Data mentah
dari persepsi diproses untuk dimengerti.
6.      Proses data
Merupakan fungsi penggambaran secara baik dari point 4 dan 5.
7.      Feed back
Terjadinya umpan balik, dan ini sangat tergantung dari point 3 dan 6.

c.       Komunikasi dari perspektif Antropologi

Antropologi dikatakan sebagai salah satu akar atau landasan lahirnya ilmu komunikasi.
Seiring dengan perkembangan antropolgi tersebutlah akhirnya para ahli budaya melihat jika
dalam budaya juga sangat tergantung pada komunikasi. Hal inilah yang kemudian dikaji
mengenai proses dari komunikasi tersebut sehingga lahirlah ilmu komunikasi dari antroplogi.
Namun untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan tersebut sebaiknya kita terlebih dahulu
melihat menganai antopologi dan komunikasi itu sendiri.
Setiap praktik komunikasi pada dasarnya adalah suatu representasi budaya, atau tepatnya
suatu peta atas suatu relitas (budaya) yang sangat rumit. Komunikasi dan budaya adalah dua
entitas tak terpisahkan, sebagaimana dikatakan Edward T. Hall, “budaya adalah komunikasi dan
komunikasi adalah budaya. Begitu kita mulai berbicara tentang komunikasi, tak terhindarkan,
kita pun berbicara tentang budaya (Deddy Mulyana, 2004 :14).
Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah
komunikasi. Karena budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi pada gilirannya budaya
yang tercipta pun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya yang bersangkutan.
Hubungan antara budaya dan komunikasi adalah timbal balik. Budaya takkan eksis tanpa
komunikasi dan komunikasi pun takkan eksis tanpa budaya. Entitas yang satu takkan berubah
tanpa perubahan entitas lainnya. Menurut Alfred G. Smith, budaya adalah kode yang kita pelajari
bersama dan untuk itu dibutuhkan komunikasi. Komunikasi membutuhkan perkodean dan
simbol-simbol yang harus dipelajari. Godwin C. Chu mengatakan bahawa setiap pola budaya dan
tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dipahami, keduanya harus dipelajari bersama-sama.
Budaya takkan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi, dan komunikasi hanya dapat
dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya (Deddy Mulyana, 2004: 14).
Konsep antara Antropologi dan komunikasi. Beberapa bidang konsep antropologi budaya
yang dikaji yang sangat relavan dengan komunikasi yaitu;
a)      Objek simbol, umpamanya bendara melambangkan bangsa dan uang menggambarkan
pekerjaan dan barang-barang dagangan (komoditi).
b)      Karakteristik objek dalam kultur manusia. contoh warna unggu dipahami untuk “kerajaan”,
hitam untuk “duka cita” warna kuning untuk “kekecutan hati”, putih untuk untuk
“kesucian”, merah untuk “keberanian”
c)      Gesture dimana tindakan yang memiliki makna simbolis, senyuman dan kedipan, lambaian
tangan, kerutan kening, masing-masing memiliki makna tersendiri dan semuanya memiliki
makna dalam konteks cultural.
d)     Simbol adalah jarak yang luas dari pembicaraan dan kata-kata yang tertulis dalam meyusun
bahasa. Bahasa adalah kumpulan simbol paling penting dalam kultur.
Gatewood menjawab bahwa kebudayaan yang meliputi seluruh kemanusian itu sangat
banyak, dan hal tersebut meliputi seluruh periode waktu dan tempat. Artinya kalau komunikasi
itu merupakan bentuk, metode, teknik, proses sosial dari kehidupan manusia yang membudaya,
maka komunikasi adalah sarana bagi transmisi kebudayan, oleh karena itu kebudayaan itu sendiri
merupakan komunikasi.
Proses komunikasi dalam persebaran budaya
Budaya adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari komunikasi. Masyarakat terbentuk dari
nilai norma yang mengatur mereka. Manusia merupakan homostatis di mana komunikasi
membentuk kebudayaan dan juga bagian dari kebuadayaan itu sendiri. Dalam kehidupan budaya
masyarakat dan intekasi menyebabkan maka terjadinya proses komunikasi yang menjadi alat
bantu atau guna membantu mereka dalam berinteraksi dengan baik. Bahasa yang merupakan alat
komunikasi juga sangat dipengaruhi oleh proses budaya.
Dengan adanya kesamaan mengenai memaknai sesuatu tersebutlah sehingga membentuk
suatu kebudayaan yang lebih baik dalam interkasi. Pengaruh komunikasi yang disebabkan oleh
budaya ini pulalah yang menjadikan perbedaan pemaknaan dari setiap budaya masyarakat dalam
berkomunikasi.
Jadi, antropologi merupakan ilmu yang lebih dahulu ada dalam memahami perkembangan
interaksi manusia, kemudian antropologi ini terus berkembang sehingga mulai melihat dan
mengkaji pada prose komunikasi yang tercipta. Inilah yang kemudian menjadikan antropologi
menjadi salah satu landasan sehingga lahirnya ilmu komunikasi.

d.      Komunikasi dari perspektif Sosiologi

Pengertian Sosiologi Komunikasi Sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti


masyarakat, dan kata Logos yang berarti ilmu. Dalam kamus, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari masyarakat. Ilmu Sosiologi muncul bersamaan dengan ilmu psikologi pada abad 19,
dimana ilmu sosiologi merupakan perkembangan dari ilmu filsafat social. Istilah sosiologi
dipopulerkan oleh Hebert Spencer lewat bukunya berjudul Principles of Sociology, ciri-ciri
utamanya adalah  bersifat empiris, kumulatif, dan non etis
Ruang lingkup sosiologi komunikasi
Adapun ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi adalah gejala, pengaruh dan masalah
sosial yang disebabkan oleh komunikasi. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks
interaksi sosial dalam masyarakat, baik yang berhubungan dengan media secara langsung dan
tidak langsung.
Tujuan dari sosiologi komunikasi adalah dapat mengetahui pengaruh faktor sosial dalam
komunikasi serta dapat memahami keadaan sosiologi yang timbul dalam komunikasi atau
mempunyai aspek komunikasi.

Ruang Lingkup dan Konsep Sosiologi Komunikasi


Menurut Bungin (2006 : 27-31), sosiologi komunikasi terdiri dari 3 konsep yang
sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi. Ke-tiga konsep tersebut yakni sosiologi,
masyarakat, dan teknologi komunikasi media/informasi.

a). Sosiologi
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang
dimaksudkan dengan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia sebagai
makhluk sosial termasuk di dalamnya berbagai aktifitas atau gejala sosial yang kemudian
menghasilkan perubahan-perubahan sosial.

b). Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu ruang lingkup dari sosiologi komunikasi. Artinya bahwa
masyarakat merupakan salah satu yang dibahas dalam sosiologi komunikasi. Jadi masyarakat itu
terdiri dari kumpulan orang-orang yang hidup berdampingan (hidup bersama) dalam suatu
wilayah dan terikat oleh aturan-aturan atau norma-norma sosial yang mereka tentukan dan taati.

c). Teknologi Komunikasi media/informasi


Teknologi komunikasi merupakan ruang lingkup ketiga dari sosiologi komunikasi.
Menurut Alter (Bungin, 2006 : 30), teknologi informasi mencakup perangkat keras dan
perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti
meyanggkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, atau menampilkan data.
Sedangkan menurut Martin (Bungin, 2006 : 30) mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya
terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk
mengirimkan informasi. Berdasarkan definisi tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan
bahwa teknologi komunikasi berhubungan erat dengan perangkat keras dan lunak yang dapat
digunakan untuk memproses dan mengirimkan informasi
e.       Komunikasi dari perspektif politik

Lasswell (dalam Varma, 1995:258) memandang orientasi komunikasi politik telah


menjadikan dua hal sangat jelas: pertama, bahwa komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai
atau berusaha mencapai tujuan; nilai-nilai dan tujuan itu sendiri dibentuk di dalam dan oleh
proses perilaku yang sesungguhnya merupakan suatu bagian; dan kedua, bahwa komunikai
politik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat mengantisipasi serta berhubungan dengan
masa lampau dan senantiasa memperhatikan kejadian masa lalu.
Dalam hal ini, R.S. Sigel (dalam Sumarno, 1989:10) memberikan pandangan sebagai
berikut: “Political socialization refers to the learning process, by which the political norms and
behavior acceptable to an ongoing political system are transmitted from generation to
generation.”
Komunikasi yang diarahkan kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga
masalah yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini, dapat mengikat semua warganya
melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik (Astrid, S.
Soesanto, 1980:2).
Jadi definisi komunikasi politik berdasarkan pandangan politik (klasik, kekuasaan,
kelembagaan, fungsionalis, atau konflik) yakni proses komunikasi yang menyangkut interaksi
pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang
mengikat tentang kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Dilihat dari tujuan politik “an sich”, maka hakikat komunikasi politik adalah upaya
kelompok manusia yang mempunyai orientasi pemikiran politik atau ideology tertentu  dalam
rangka menguasai dan atau memperoleh kekuasaan, dengan kekuatan dimana tujuan pemikiran
politik dan ideology tersebut dapat diwujudkan.
Dengan demikian segala pola pemikiran, ide atau upaya untuk mencapai pengaruh, hanya
dengan komunikasi dapat tercapainya segala sesuatu yang diharapkan, karena pada hakikatnya
segala pikiran atau ide dan kebijakan (policy) harus ada yang menyampaikan dan ada yang
menerimanya, proses tersebut adalah proses komunikasi.

Saluran Komunikasi Politik:

a). Komunikasi Massa – komunikasi ‘satu-kepada-banyak’, komunikasi melalui media massa.


b). Komunikasi Tatap Muka–dalam rapat umum, konferensi pers, dan Komunikasi Berperantara–
ada perantara antara komunikator dan khalayak seperti TV.
c). Komunikasi Interpersonal – komunikasi ‘satu-kepada-satu’,  door to door visit, temui
publik,  atau Komunikasi Berperantara : pasang sambungan langsung ’hotline’ buat publik.
d). Komunikasi Organisasi – gabungan komunikasi ‘satu-kepada-satu’ dan ‘satu-kepada-
banyak’,  Komunikasi Tatap Muka contoh diskusi tatap muka dengan bawahan/staf, dll. dan
Komunikasi Berperantara contoh pengedaran memorandum, sidang, konvensi, buletin,
newsletter, lokakarya, dll.
f.       Komunikasi dari perspektif Elektronika
Teknologi dalam Ilmu Komunikasi
Dilihat dari perkembangannya, ilmu komunikasi dikelompokkan pada ilmu sosial dan
merupakan ilmu terapan (applied science). Pada awalnya ilmu komunikasi berasal dari jurnalistik
atau jurnalisme yaitu suatu pengetahuan tentang seluk beluk pemberitaan mulai dari peliputan
bahan berita, melalui pengolahan, sampai penyebaran berita (Onong,1993;12). Sejarah itu
berawal dari School of Journalism,sebuah lembaga pendidikan yang memiliki visi untuk
meningkatkan pengetahuan para wartawan dan calon wartawan. Berawal dari kegiatan tersebut
jurnalisme berkembang menjadi “mass media communication” atau “mass communication “
( komunikasi massa).
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa kenyataannya dalam proses komunikasi
secara total, komunikasi melalui media massa hanya merupakan satu dimensi saja. Ada dimensi-
dimensi lainnya yang menjadi objek studi suatu ilmu dan berawal dari pemikiran tersebut
akhirnya muncullah Communication Science atau Ilmu Komunikasi yang sekarang ini.
Jadi ilmu komunikasi yang sekarang ini adalah ilmu yang mempelajari, menelaah dan
meneliti kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas ruang lingkupnya dan banyak
dimensinya.
Pada batasan di atas disinggung bahwa dalam teknologi atau teknik terkandung totalitas metode
yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat
perkembangan) dalam setiap aktivitas manusia.
Pada ruang lingkup komunikasi yang begitu luas, Onong mengklasifikasi bahwa Metode
komunikasi meliputi kegiatan-kegiatan komunikasi Jurnalistik, Public Relations, Periklayang,
Propaganda, Perang urat syaraf (psychological welfare), dan lain-lain.
Jika dikatakan bahwa teknologi merupakan totalitas metode maka jabaran dari teknologi dalam
komunikasi adalah semua hal yang ada pada bidang-bidang tersebut. Sebagai contoh kita akan
lihat pada Public Relations sebagai metode komunikasi dan dapat dikatakan bahwa PR adalah
salah satu teknologi dari ilmu komunikasi .
Public Relations sebagai teknologi, jika kita melihat Public Relations dari segala unsur
yang membentuk atau menyusun metode tersebut, misalnya peran, proses,strategi, taktik dan
segala penerapan/aktifitas yang ada pada bidang Public Relations, adalah sebagai berikut:
Peran dalam PR meliputi apa itu PR, bagaimana perkembangannya, Pengembangan Etika
Profesinya, Peran Individu sebagai PR, dll.

a.       Proses PR meliputi riset sampai evaluasi.


b.      Strategi dan Taktik; Strategy meliputi Opini Publik, Pengenalan
Khalayak, dll. Taktik meliputi Teknologi –teknologi Baru (elektronik), Penulisan, Kemampuan
berbicara dan Visual.
c.       Penerapan; Penerapan/Aktifitas PR seperti Media Relations, Government Relations,
Community Relations, dll .

Kesemuanya itu juga merupakan bagian dari teknologi yang berkembang di ilmu
komunikasi, sebagai bagian dari Public Relations, dan dikembangkan seluas-luasnya untuk
menunjang setiap aktivitas manusia.
Perkembangan Teknologi Baru dalam Komunikasi
Point ini tidak akan terlalu banyak kita bahas, hanya sekedar merunut kembali mengapa dalam
ilmu komunikasi kita mempelajari teknologi baru (“The New Technology”) Sejalan dengan
sejarah perkembangan kemampuan berpikir manusia maka manusia lalu menciptakan alat-alat
bantu. Alat-alat bantu tersebut berkembang begitu pesat, mulai yang bersifat mekanistis pada
abad 18 maupun elektronika pada awal abad 19. Rogers dalam bukunya Comunnication
Technology mengatakan bahwa kunci dasar teknologi komunikasi baru adalah elektronik. Dan
teknologi baru tersebut dapat kita sebut dengan media baru. Media sebagai saluran komunikasi
dari sudut pandang komunikator (pengirim pesan) terbagi menjadi saluran komunikasi tanpa
media dan saluran komunikasi bermedia.
Saluran komunikasi bermedia terbagi lagi menjadi non media massa dan media massa The
New Technologies atau the New Media ini membahas masalah perkembangan teknologi baru di
bidang tulis, cetak, telekomunikasi, komunikasi interaktif, videotext dan teletext, dll.
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Para ahli memberikan definisi komunikasi sesuai dengan sudut pandangnya tersendiri.
Masing-masing memberikan penekanan terhadap arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu
yang bersifat multi-disipliner.

lmu Komunikasi adalah salah satu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner.
Itu terjadi karena ilmu komunikasi berkembang melalui beberapa pendekatan. Pendekatan-
pendekatan yang dipergunakan yang mempengaruhi peta ilmu komunikasi, berasal dari berbagai
disiplin ilmu lain seperti psikologi, politik, filsafat, antropologi, sosiologi, elektronika dan lain
sebagainya.

A. Saran

Setelah membaca makalah ini, kami berharap semua perawat dapat menerapkan
komunikasi multidisiplin dalam pelayanan kesehatan dengan sebaik-baiknya dalam melakukan
proses keperawatan,sehingga proses keperawatan yang dilakukan oleh  perawat tersebut
memperoleh keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurjanah, Intansari.2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC. Jogjakarta: MocoMedia
Nursalam.2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan  Praktik.Jakarta: Salemba
Medika
Rohmah, Nimmatur dan Saiful Walid.2012. Proses Keperawatan. jogjakarta:Ar-Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai