Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN PASIEN SAFETY

( KOMUNIKASI ANTARA TEM KESEHATAN )

Dosen : Ns. Hasbullah, S.Kep.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

SRI RAHMA AYU (202101146)

RESKI AMALIAH (202101142)

HASNIRANDA (202101116)

FATIN SYAHIRAH (202101114)

PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karna berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“KOMUNIKASI ANTARA TEM KESEHATAN” sebagai salah satu tugas
dari mata kuliah manajemen penagnggulangan krisis kesehatan.

Tersusunya makalah ini, tentu atas bantuan dan dukungan dari


berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini kami ingin
menyampaiakn ucapan terimah kasih kami kepada orang-orang yang
telah membantu, baik dalam bentuk dukungan materil maupun moril.

Tidak lupa kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam


membuat makalah ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu kami siap untuk menerima kritikan dan
saran dari para pembaca.

Makassar, 27 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi....................................................................... 3
B. Hambatan Komunikasi Antara Perawat dengan Dokter..................... 3
C. Metode Untuk Mempromosikan Kerjasama Tim................................. 4
D. Stragei Komunikasi Efektif.................................................................. 4
E. Memberikan Informang konsen........................................................... 5
F. Kompetensi Budaya............................................................................ 6
G. Prinsip Pemberian Informasi............................................................... 6
H. Peran Perawat dalam Pasien Safety.................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................ 10
B. Saran................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi yang efektif merupakan inti dari perawatan pasien yang
berkualitas. Pasien membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang
lain. Setiap kontak dengan pasien atau pasien potensial memerlukan
komunikasi yang sopan perhatian format, dan bermanfaat. Ketika
pasien mendapatkan tanggapan yang mereka inginkan, mereka
merasa senang dengan pertemuan mereka dengan penyediaan
layanan kesehatan, dan kebutuhan mereka akan interaksi positif.
Ketika pasien merasa senang dengan pengalaman mereka, mereka
lebih bersedia bekerja sama dengan cenderung mengulang kontak
mereka dengan kami. Jika pengalaman mereka negatif bagaimanapun
juga, Mereka cenderung menghindari bantuan yang dibutuhkan, atau
hal itu dapat menyebabkan mereka mengabaikan instruksi layanan
kesehatan yang mereka berikan.
Pengalaman komunikasi negatif dapat menyebabkan kemarahan
dan kebencian terhadap penyediaan layanan dan sistem perawatan
kesehatan itu sendiri titik jika pasien datang ke fasilitas perawatan
kesehatan, misalnya, dan beralih ke beberapa penyediaan layanan
tanpa mendapatkan pertolongan nyata, mereka akan merasa kesal
terhadap pasangan mereka. Satu pengalaman negatif seperti ini bisa
memerlukan banyak interaksi positif tambahan sebelum pengaruhnya
terhapus sepenuhnya.

B. Rumusan Maslah
1. Apa itu Pengertian komunikasi ?
2. Apa itu Hambatan komunikasi antara perawat dengan dokter ?
3. Bagaiamana itu Metode untuk mempromosikan kerjasama tim ?
4. Bagaiaman itu Strategi komunikasi efektif ?
5. Bagaiaman itu Memberikan informang konsen ?

1
6. Bagaiamana itu Kompetensi budaya ?
7. Bagaimana itu Prinsip pemberian informasi ?
8. Bagaiamana itu Peran perawat dalam pasien safety ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi.
2. Untuk mengetahui hambatan komunikasi antara perawat dengan
dokter.
3. Untuk mengetahui metode untuk mempromosikan kerjasama tim.
4. Untuk mengetahui strategi komunikasi efektif.
5. Untuk mengetahui memberikan informang konsen.
6. Untuk mengetahui kompetensi budaya.
7. Untuk mengetahui prinsip pemberian informasi.
8. Untuk mengetahui peran perawat dalam pasien safety.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi
menurut Hovland dalam Effendy (2005:10) komunikasi adalah
proses mengubah perilaku orang lain. Seseorang dapat
mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain apabila terjalin
komunikasi yang komunatif. Paradigm Lasswell dalam Effendy (2005)
menjelaskan komukasi meliputi unsur-unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan (WHO says, what in, which channel, to
whom, with what effect?) diantaranya: komunikator, pesan, medan,
komunikan, dan efek.
Pada tingkat yang paling dasar, komunikasi adalah pertukaran
informasi antara dua orang, kelompok, atau komunitas (Nadzam,
2009). Kata itu komunikasi meliputi banyak jenis pertukaran, seperti
komunikasi lisan dan tertulis, dan komunikasi yang lebih halus seperti
bahasa tubuh, sikap, dan nada. Komunikasi bukan hanya tentang apa
kata seseorang, tapi bagaiamana dia mengatakannya.
Komunikasi dengan orang lain kadang sukses atau efektif
mencapai maksud yang dituju, namun terkadang juga gagal. Adapun
makna komunikasi yang efektif menurut Effendy (2005) adalah
komukasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan menggunakan
perasaan yang disadari. Sedangkan menurut Walter Lippman dalam
Effendy (2005) bahwa komunikasi yang efektif adalah komuikasi yang
berusaha memilih cara yang tepat agar gambaran dalam benak dan isi
kesadaran dari komunikator dapat dimengerti, diterima bahkan
dilakukan oleh komunikan.

B. Hambatan komunikasi antara perawat dengan dokter


keselamatan pasien, namun banyak tantangan berkontribusi untuk
komunikasi yang buruk dan yang tidak sehat bergantung pada

3
tindakan individu. Sebagai contoh, perawat dilatih untuk menjadi
naratif dan deskriptif dalam pesan mereka. Dokter, di sisi lain, sangat
berorientasi pada tindakan dan ingin pokok bahasan masalah
sehingga komunikasi antara perawat dan dokter adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya struktur, kebijakan, dan prosedur terkait dengan
konten, waktu, atau tujuan laporan lisan
2. Tidak ada model atau kerangka mental bersama komunikasi
kesehatan verbal
3. Tidak ada aturan untuk pengiriman informasi secara lisan, baik
tatap muka melalui telepon
4. Perbedaan pendapat, bahkan di kalangan perawat, seperti untuk
informasi apa yang harus dikomunikasikan selama laporan lisan
5. Sering terjadi interupsi dengan gangguan
6. Frekuensi komunikasi
C. Metode untuk Mempromosikan Kerjasama Tim
Metode untuk memptomosikan kerja sama tim harus disesuaikan
dengan karakteristik unik dari sebuah organisasi, namun tindakan
berikut adalah penting untuk menciptakan lingkungan di mana staf di
seluruh tingkat bekerja sama dengan baik:
1. Berikan pelatihan tim
2. Hilangkan hirarki
3. Membentuk peran dan tanggung jawab
4. Terapkan kebijakan toleransi nol untuk mengganggu tingkah laku
D. Stragi Komunikasi Efektif
Strategi yang ada sangat relevan untuk mempromosikan Komunikasi
Efektif adalah berikut (Nadzam, 2009):
1. Didiklah semua anggota tim kesehatan tentang perilaku
professional, termasuk pelatihan dasar-dasar seperti bersikap sopan
selama interkasi telepon, bisnis etiket, dan keterampilan orang-
orang umum.

4
2. Tahan semua anggota tim untuk bertanggung jawab memodelkan
perilaku dan penegakan yang diinginkan kode etik secara konsisten
dan merata
3. Menerapkan pendekatan menyeluruh terhadap perilaku yang
mengganggu dan mengintimidasi itu termasuk kebijakan toleransi
nol, kuat keterlibatan dan dukungna dari dokter. Kepemimpinan,
mengurangi kekhawatiran dan retribusi terhadap mereka yang
melaporkan gangguan dan mengintimidasi perilaku, dan
menentukan bagaimana dan kapan tindakan disipliner harus dimulai
4. Mengembangkan system untuk mendeteksi dan menerima lapran
tidak professional, mengganggu, dan prilaku mengintimidasi
E. Memberikan Informand Konsen
Proses consent adalah barometer untuk mengetahui sejauh mana
keterlibatan pasien dalam proses terapi. Informand consent tidak hanya
sebatas tanda tangan pasien dan keluarganya, tetapi merupakan suatu
proses untuk memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya
untuk mempertimbangkan pada pasien dan keluarganya untuk
mempertimbangkan semua pilihan dari resiko yang terkait dengan
pengobatan pasien (Commision on Pasient Safety and Qualty
Assurance, 2008). Sudah banyak guidelines yang terbitkan untuk
membantu petugas untuk mendapatkan informend consent dan
kebiasaan pertugas untuk mendapatkan informend consent dengan
cepat membuat proses ini seringkali diabaikan.
Ada dua bagian utama dari informend consent, yaitu:
1. Bagian yang menginformasikan pasien mengenai:
a) Pemberian informasi oleh praktisi kesehatan
b) Penangkapan informasi oleh pasien
2. Bagian yang memungkinkan pasien mengambil keputusan:
a) Pengambilan keputusan oleh pasien dengan bebas dan tidak
terpaksa
b) Kompetensi kultur

5
F. Kompetensi Budaya
Kompetensi budaya adalah istilah yang digunakan untuk
mendeskripsikan pengetahuan, keahlian, dan sikap yang harus dimiliki
semua tenaga kesehatan supaya dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang tepat dan adekuat pada semua orang dengan tetap
menghargai budaya local (Esleman & Davidhizar, 2006).
Tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi budaya mempu untuk:
1. Memahami dan menerima perbedaan budaya
2. Memahami nilai budaya yang dipercaya seseorang
3. Memahami bahwa individu dengan latar belakang budaya yang
berbeda akan komunikasi, berperiaku, menginterpretasi masalah
dan berbeda pula
4. Memahami bahwa kepercayaan terhadap budaya tertentu akan
mempengaruhi pasien dalam menilai kesehatannya, mencari
kesehatan, berinteraksi dengan tenaga kesehatan dan kepatuhan
terhadap pengobatan
G. Prinsip Pemberian Informasi
Prinsip pemebrian informasi insiden menurut Australian communision
for Safety and Quality in Health Care (2010):
1. Komunikasi yang terbuka setiap saat
ketika terjadi hal yang tidak diinginkan, pasien dan keluarganya
harus diberikan informasi mengenai apa yang telah terjadi dengan
jujur dan terbuka sepanjang waktu. Informasi mengenai proses
yang sedang berlangsung sebaiknya juga diberikan.
2. Pengakuan
Organisasi pelayanan kesehatan harus mengakui jika suatu
kejadian tidak diharapkan (KTD) terjadi dan melalui proses
pemberian informasi (open disclosure)
3. Mengekspresikan penyesalan atau meminta maaf :
Penyesalan atas kejadian tidak diharapakan (KTD) yang terjadi
harus disampaikan sedini mungkin pada pasien

6
4. Memahami keinginan pasien dan keluarganya :
Sudah menjadi kewajaran jika pasien dan keluarganya ingin
mengetahui semua fakta-fakta yang terkait dengan terjadinya
adverse event dan konsekuensinya, ingin diperlakukan dengan
penuh empathy, dihargai dan diberikan dukungan sesuai dengan
yang dibutuhkannya
5. Dukungan dan staff medis :
Organisasi pelayanan kesehatan harus menciptakan lingkungan
dimana semua staff mampu dan terdorong untuk mengenali dan
melaporkan terjadinya adverse events dan merupakan dukungan
dari oragnisasi dalam proses memberikan informasi pada pasien
6. Manajemen resiko yang terintegrasi dan perbaikan system :
Inverstigasi kejadian tidak diharapkan (KTD) dan hasilnya dilakukan
malalui proses yang berfokus pada manajemen resiko. Hasil
investigasi berfokus pada perbaikan system dan kemudian akan
direview efektifitasnya
7. Good Governance :
Proses pemberian informasi insiden pada pasien membutuhkan
proses peningkatan mutu dan identifikasi resiko klinis melalui
kerangka governance dimana adverse events diinvestigasi dan
dianalisis untuk mengetahui apa saja yang bisa dilakukan untuk
mencegah hal yang bisa dilakukan untuk mencegah hal yang sama
terulang kembali
8. Kerahasiaan (Confidentiality) :
Kebijakan dan prosedur yang dibuat organisasi pelayanan
kesehatan harus mempertimbangkan sepenuhnya privasi dan
confidentiality pasien, keluarganya dan sataffnya sendiri, sesuai
dengan hokum yang berlaku.
H. Peran Perawat dalam Pasien Safety
Perawat adalah pemain kunci karena mereka memiliki kontak langsung
dan langsung dengan pasien, dan karena itu kemungkinan besar

7
memiliki informasi penting mengenai perasaan dan kondisi fisik pasien,
informasi yang dibutuhkan oleh anggota tim lainnya (Edgar, 2017).
Perawat berada dalam peran yang sulit secara unik karena mereka
harus mengkoordinasikan kegiatan mereka dengan dokter dan
administrator yang lebih bertenaga dan memiliki status lebih dalam
system medis. Pada saat yang sama, mereka harus berkoordinasi
dengan rekan kerja mereka saat pasien dipekerjakan saat tinggal di
rumah sakit dan dengan berebagai anggota tim lainnya seperti apotek,
terapi fisik, catatan pasien, pekerjaan social dan berbagai teknisi.
Selain itu mereka berada dalam hirarki departemen keperawatan
mereka sendiri dan harus beajar bagaimana membangun hubungan
yang efektif dengan atasan dan bawahan mereka sendiri.
1. Peran perawat dalam pasien safety
Penerapan pasient safety di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
peran perawat. Hal ini karena perawat merupakan komunitas
terbesar di rumah sakit dan perawat adalah orang yang paling dekat
dengan pasien. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a) Sebagai pemberian pelayanan keperawatan, perawat mematuhi
standart pelayanan dan SOP yang diterapkan.
b) Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
c) Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang
asuhan yang diberikan.
d) Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
e) Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan
keluarganya. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian
masalah terhadap kejadian tidak diharapkan.
f) Mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien da keluarganya.
2. Manfaat penerapan sistim keselamatan pasien atara lain:

8
a) Budaya safety menigkat dan berkembang
b) Komunikasi dengan pasien berkembang
c) Kejadian tidak diharapkan menurun. Peta KTD selalu ada dan
terkini,
d) Resiko klinis menurun,
e) Keluhan dan litih=gasi berkurang,
f) Mutu pelayanan meningkat,
g) Citra rumah sakit dan kepercayaan masyarakat meningkat.
3. Kewajiban perawat secara umum terhadap keselamatn pasien
adalah
a) Mencegah malpraktek dan kelalaian dengan mematuhi standart.
b) Melakukan pelayanan keperwatan berdasarkan kompetensi.
Menjalin hubungan empati dengan pasien.
c) Mendokumentasikan secara lengkap asuhan. Teliti, obyektif
dalam kegiatan. Mengikuti peraturan dan kebijakan institusi.
Peka terhadap terjadinya cedera.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tingkat yang paling dasar, komunikasi adalah pertukaran
informasi antara dua orang, kelompok, atau komunitas (Nadzam,
2009). Kata itu komunikasi meliputi banyak jenis pertukaran, seperti
komunikasi lisan dan tertulis, dan komunikasi yang lebih halus seperti
bahasa tubuh, sikap, dan nada. Komunikasi bukan hanya tentang apa
kata seseorang, tapi bagaiamana dia mengatakannya
keselamatan pasien, namun banyak tantangan berkontribusi untuk
komunikasi yang buruk dan yang tidak sehat bergantung pada
tindakan individu.
Metode untuk memptomosikan kerja sama tim harus disesuaikan
dengan karakteristik unik dari sebuah organisasi, namun tindakan
berikut itu penting untuk menciptakan lingkungan di mana staf di
seluruh tingkat bekerja sama dengan baik.
Strategi yang ada sangat relevan untuk mempromosikan
Komunikasi Efektif adalah didiklah semua anggota tim kesehatan
tentang perilaku professional, termasuk pelatihan dasar-dasar seperti
bersikap sopan selama interkasi telepon, bisnis etiket, dan keterampilan
orang-orang umum.
Informand consent tidak hanya sebatas tanda tangan pasien dan
keluarganya, tetapi merupakan suatu proses untuk memberikan
kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mempertimbangkan
semua pilihan dari resiko yang terkait dengan pengobatan pasien.
Kompetensi budaya adalah istilah tentang mendeskripsikan
pengetahuan, keahlian, dan sikap yang harus dimiliki semua tenaga
kesehatan supaya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang tepat
dan adekuat pada semua orang dengan tetap menghargai budaya
local.

10
Prinsip Pemberian Informasi adalah komunikasi yang terbuka
setiap saat, pengakuan, mengekspresikan penyelesaian atau meminta
maaf, memahami keinginan pasien dan keluarganya, dukungan dari
staff medis, manajemen resiko yang terintegrasi dan perbaikan system,
good vernance sama halnya pemberian informasi insiden pada pasien
membutuhan proses peningkatan mutu, kerahasiaan.
Perawat adalah pemain kunci karena mereka memiliki kontak
langsung dan langsung dengan pasien, dan karena itu kemungkinan
besar memiliki informasi penting mengenai perasaan dan kondisi fisik
pasien, informasi yang dibutuhkan oleh anggota tim lainnya

11
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan dalam makalah ini, yang
tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul makalah yang penulis susun tersebut.
Penulis berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
tentunya membangun demi penyusunan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat
lebih mengembangkan ilmu terkait manajemen pasien safety pada
komunikasi antara tim kesehatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai