Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

DISUSUN OLEH:

DANDI AZMI

O13STYC19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOALAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI JENJANG S1 KEPERAWATAN

2019

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena
limpahan rahmat, karunianya dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
KOMUNIKASi TERAPEUTIK ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 9 Oktober 2020.

` Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................…i


KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunikasi Teraupetik....................................................................3


2.2 Tujuan Komunikasi Teraupetik .....................................................................4
2.3 Fungsi Komunikasi Teraupetik......................................................................5
2.4 Hambatan Komunikasi Terapeutik dalam hubungan perawat-klien..............5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................7
3.2 Saran ..............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keterampilan berkomunikasi yang baik dan benar serta efektik yang berdampak
teraupetik merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh semua tenaga
pelayanan kesehatan, terutama perawat. Upaya untuk membiasakan pola
komunikasi yang teraupetik ini dapat dilakukan dengan cara memperdalam
pemahaman tentang konsep-konsep komunikasi, variable- varibel komunikasi,
model-model komunikasi, dan berani mengaplikasikan konsep-konsep komunikasi
tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan. Kegiatan komunikasi bagi
perawat harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan ketulusan disertai dengan
komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien.
(Munkadir, 2016).
Secara etimologis, kata “komunikasi”(communication) berasal dari bahasa latin
“communication” yang terbentuk dari dua kata: “com” (bahasa latin” cum”), berarti
“dengan” atau “bersama dengan”; dan kata “unio” (bahasa latin “union”), berarti
“bersatu dengan”. Jadi, komunikasi dapat diartikan pengiriman pesan dari seseorang
kepada orang lain demi “union with” (bersatu dengan) atau “union together with”
(bersama dengan).(Liliweri, 2013).
Perawatan kesehatan merupakan suatu lapang khusus dibidang kesehatan,
dimana keterampilan hubungan anatar manusia serta keterampilan organisasi
diterapkan dalam hubungan yang serasi dengan keterampilan anggota profesi
kesehatan lain, demi memelihara kesehatan masyarakat.Oleh karena itu, perawatan
kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu dan kelompok melalui jupaya
peningkatan kesehatan, pemeliharan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi,
dan pelayanan keperawatan berkelanjutan sebagai upaya pendekatan yang
komprehinsif.(Liliweri, 2013).

1
Selain itu masyarakat atau komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk mencapai kesehatan komunitas, peningkatan
kesehatan yang bertujuan untuk mencapai kesehatan komunitas. Dalam
pelaksanaanya, keperawatan kesehatan masyarakat diupayahkan dekat dengan
masyarakat melalui pendekatan komunikasi yang baik sebagai strategi pelayanan
kesehatan.Sehingga denagan pendekatan komunikasi yang efektif dengan efisien
ini, seorang perawat komunitas mampu memberikan rangsa gan dan memotivasi
masyarakat diwilayahh binaannya dengan menggunakan alat komunikasi yang
sederhana. Riset menunjukan bahwa komunikasi yang buruk paling sering sebgai
sumber konflik dan menghambat suksesnya kinerja kelompok.(Liliweri, 2013).

1.2 Tujuan

1. tujuan umum
Setelah mengikuti perkulihan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
dan melakukan komunikasi teraupetik di komunitas .

2. tujuan khusus
setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa mampu

a. Pengertian Komunikasi Teraupetik


b. Tujuan Komunikasi Teraupetik
c. Fungsi Komunikasi Teraupetik
d. Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada perawat-klien

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik itu pesan, ide, maupun
gagasan dari satu pihak kepada pihak lain. Umumnya komunikasi dilakukan secara
lisan maupun verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.Apabila tidak
terdapat bahasa verbal, dapat menggunakan bahasa isyarat seperti tersenyum, gesture
tubuh, menggelengkan kepala, dan lain-lain.
Terapeutik menurut KBBI adalah terapi.Terapeutik memiliki 1 arti.Terapeutik
memiliki arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga terapeutik dapat mengubah
kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi
lebih spesifik.
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, belajar
dan bagaimana berhubungan dengan orang lain
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam
komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah
kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti
"kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik,
dibagi oleh semua atau banyak.
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu
memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta berinterksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan ( Wahid Iqbal Mubarak 2009:2).Koendjaraningrat (1990)
komunitas sebagai satu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata
dan berinteraksi menurut satu system adat istiadat serta terikat oleh identitas suatu
komunitas

3
Jadi komunikasi trapeutik komunitas adalah komunikasi dua arah yang dilakukan
antara perawat dan kumunitas untuk mencapai tujuan bersama yang hendak di capai.

2.2 Tujuan Komunikasi Teraupetik Komunitas

Komunikasi teraupeti dilakukan dengan tujuan:

1. membantu pasien utuk memperoleh,mengurangi beban perasaan dan pikiran serta


dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
pada hal-hal yang diperbaiki.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efetif dalam
memperthankan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal penin-
gkatan derajat kesehatan
4. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis ( tenaga kesehatan)
secara professional dan proposional dalam rangka membantu penyelesaian masalah
klien. (Mundakir, 2016).

Sedangkan tujuan komunikasi terapetik pada Komunitas adalah :

1 Terjadinya perubahan dalam komunitas baik dalam bentuk kesadaran diri serta
penerimaan diri yang diikuti peningkatan akan penghormatan diri, sehingga
komunitas terhindar dari rasa stress dan depresi akibat penyakit kronis yang
dideritanya.
2 komunitas belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain, sehingga memiliki
kemampuan dalam membina hubungan intrapersonal yang tidak superficial serta
saling bergantung.
3 Meningkatkan fungsi dan kemampuan komunitas dalam mencapai tujuan dan
penetapan tujuan yang realistis, sesuai dengan kemampuan komunitas. Tidak terlalu
tinggi (ideal) atau terlalu rendah (rendah diri).
4 Meningkatnya integritas komunitas, dan kejelasan akan identitas dirinya. Biasanya
komunitas menggalami gangguan identitas personal, dan rendah diri

4
2.3 fungsi komunikasi terapeutik
dwidiyanti (2008) menyatakan bahwa eorang perawat professional selalu
mengupayakaan untuk perilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap interaksi yang
dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh
dan berkembang.
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antara perawat dank lien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi
dan mengkaji serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan. Proses
komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku klien dan membantu
klien mengatasi persoaln yang dihadapi pada tahap perawatan. Sedangkan pada tahap
preventif kegunaanya adalah mencegah adanya tindakan yang negative terhadap
perthnan diri klien (purwanto,2004).
2.4 Hambatan komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat klien
Menurut Hamid, hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan
perawat (terapis) dengan klien terdiri dari tiga jenis utama yaitu resistensi, transferens,
dan kontertransferens. Hambatan timbul dari berbagai alasan dan mungkin dalam
bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komnikasi terapeutik. Hambatan
komunikasi terapeutik ini dapat menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat
maupun bagi klien. Berikut pembahasan mengenai hambatan komunikasi terapeutik:
a. Resisten Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab
ansientas yang dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran verbalisasi yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang
menimbulkan massalah aspek diri seseorang. Resisten merupakan akibat dari
ketidaksediaan klien untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resisten biasanya
diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi
proses penyelesaian masalah
b. Transferens Transferens adalah respons tidak sadar dimana klien mengalami
perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh
kehidupannya di masa lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan
respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran

5
(displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama reaksi yaitu bermusuhan dan
tergantung.
c. Kontertransferens Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh terapis bukan oleh
klien. Kontertransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh terapis
terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau
ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya terbentuk dari salah satu
dari tiga jenis yaitu reaksi sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau
membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respons terhadap
resisten klien.

Untuk mengatasi hambatan terapeutik terapis harus siap untuk mengungkapkan


perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan terapis-pasien untuk
mengatasi hambatan terapeutik. Terapis harus mempunyai pengetahuan tentang
kebutuhan terapeutik dan menggali perilaku yang menunjukkan adanya kebutuhan
tersebut. Klarifikasi serta refleksi perasaan dan isi dapat digunakan agar terapis dapat
lebih memusatkan pada apa yang sedang terjadi.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi teraupetik adalah suatu pengalaman bersama perawat-klien yang
bertujuan untuk menyelesaiakan masalah klien. Maksud komunikasi adalah
mempengaruhi pengaruh perilaku orang lain.
Komunikasi keperawatan komunitas adalah proses timbal balik ( resiplokal)
pertukaran sinyal untuk memberi informasi, membujuk, memberi perintah,
berdasarkan makna yang sama dan dikondisikan oleh kontek para komunikator dan
kontek sosialnya yang dilakukan oleh perawat kepada masyarakat sebagai penerima
informasi.melalui komunikasi yang dilakukan oleh perawat dalam komunitasnya
upaya – upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui
pelayanan keperawatan secara langsung terhadap individu, keluarga sehingga
dengan demikian indivudu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

3.2 Saran

Semoga mahasiswa dapat mengambil manfaat dari makalah ini sebaik-baiknya


sehingga meraka dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

7
DARTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. (1997). Komunikasi Dalam Teori dan Praktek.Bandung: Penerbit Armico.

Liliweri Alo . (2013). Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: PUSTAKA


PELAJAR.

Munkadir. (2016). Komunikasi Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Pindomedia Pustaka

Keliat Budi A. (2011). KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KOMUNITAS. Jakarta: EGC.

Suryani. (2005). Komunikasi Teraupetik teori &prakteik. Jakarta: EGC.

Widjaja,A,W. (2000). Ilmu Komunikasi Teraupetik teori & praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai