Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOMUNIKASI ANTAR PERAWAT DENGAN TENAGA KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

ANGEL DE FRETES
ELISABETH PRATIWI
HANIFA SABALE
GLACE ARESTI
AGNES ASMURUF
ABNER KALAPAIN
ELSINA FAIDIBAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA SORONG (STIKES)
TAHUN AJAR 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Atas rahmat dan karunia-nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu-nya. Adapun judul dari makalah
singkat ini adalah “Komite etik institusional”
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
krena itu, Kritik serta saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah singkat ini
menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Sorong, 3 februari 2022


DAFTAR ISI

BAB 1
PENDAHULUAN............................................................................................................
A. Rumusan masalah......................................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN..............................................................................................................
A. Komite etik institusional .............................................................................................
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................
A. KESIMPULAN............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mempunyai berbagai macam
masalah kesehatan (Amalia, 2013). Kesehatan merupakan hal yang terpenting bagi
setiap manusia sehingga hal ini masuk dalam kategori Hak Asasi Manusia yang harus
dihormati, dilindungi dan dijamin pemenuhannya. Hal ini sesuai dengan yang
dicantumkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 menjelaskan pada intinya bahwa tiap-tiap orang memiliki hal untuk hidup
sejahtera baik secara lahir dan batin, memiliki hak untuk bertempat tinggal serta
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan Kesehatan (Pasal 28H ayat (1) UUD
1945). Melihat juga dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahuan 2009 tentang
Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Melihat dari
ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka dapat disimpulkan tiap-tiap
individu memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas kesehatan yang
dimilikinya. Dalam hal ini, negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan
fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum bagi semua warga negara (Affandi,
2019). Disamping itu Negara bertanggungjawab untuk menjamin hak yang dimiliki
tiap-tiap individu dapat terpenuhi dan Negara wajib memberikan perlindungan agar
tidak sampai terjadi yang namanya Malpraktek Medis.Penting maka perlu dilakukan
upaya agar pemenuhan kesehatan masing-masing individu dapat terselenggara dengan
baik, dimana contohnya yaitu dilakukannya pelayanan kesehatan tanpa adanya
diskriminasi dan tidak memberikan pelayanan secara sembarangan/yang tidak sesuai
dengan prosedur kesehatan. Pihak yang berwenang untuk memberikan pelayanan
dalam kesehatan disebut sebagai Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan kesehatan
untuk masing-masing individu ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, salah satunya
adalah perawat.

A. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan “komite etik institusionl”
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertein komunikasi
2. Mahasiswa mampu menyebutkan tujuan komunikasi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan komunikasi antara perawat dengan tenaga
kesehatan lain

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi dapat dimaknai sebagai jalannya proses dimana seseorang maupun
sekelompok orang menciptakan serta menggunakan sejumlah informasi agar saling
terhubung dengan lingkungan sekitar. Secara umum komunikasi dapat dilakukan
secara verbal serta dapat dipahami oleh kedua belah pihak berkaitan.

Komunikasi menurut para ahli di antaranya seperti yang disebutkan oleh Anwar
Arifin. Menurutnya arti komunikasi adalah jenis proses sosial yang erat kaitannya
dengan aktivitas manusia serta sarat akan pesan maupun perilaku. Skinner turut
beropini tentang komunikasi sebagai suatu perilaku lisan maupun simbolik dimana
pelaku berusaha memperoleh efek yang diinginkan.

Forsdale berkomentar bahwa pengertian komunikasi adalah jenis proses


pembentukan, pemeliharaan serta pengubahan sesuatu dengan tujuan agar sinyal yang
telah dikirimkan berkesesuaian dengan aturan.

Pengertian komunikasi terakhir datang dari Gode yang mengungkapkan bahwa


komunikasi merupakan suatu kegiatan untuk membuat sesuatu kemudian ditujukkan
kepada orang lain.

B. Tujuan Komunikasi

Setelah mengetahui apa itu pengertian komunikasi, berikutnya Anda perlu tahu
tujuan komunikasi. Secara singkat tujuan komunikasi adalah untuk menciptakan
kesepahaman di antara kedua belah pihak.

Berdasarkan beberapa pengertian/definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa secara


umum tujuan komunikasi sebagai berikut :
1. Agar hal yang disampaikan bisa dimengerti dengan cukup baik. Dengan adanya
definisi komunikasi diatas maka akan menghindarkan diri dari kesalah pahaman.
2. Agar mampu memahami maksud perkataan orang lain.
3. Agar ide, gagasan maupun pemikiran pribadi dapat diterima orang lain terutama
dalam gelaran rapat tertentu.
4. Penggerak orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Misalnya, kegiatan kerja bakti,
sosialisasi dan sebagainya.

C. Fungsi Komunikasi

Adapun fungsi komunikasi di antaranya ialah seperti berikut.


1. Untuk menyampaikan informasi.
2. Sebagai penyampai pendapat agar dapat diterima oleh masyarakat luas atau yang
berkaitan.
3. Sebagai bentuk interaksi dengan orang lain.
Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan akan sesuatu hal. Jadi, melalui
komunkasi nantinya akan terjadi transfer ilmu antara pihak satu dengan pihak
lainnya.
Pengisi waktu luang. Misalnya, dengan berbicara via telepon, chatting, sosial
media, video call dan sebagainya.
4. Sebagai cara untuk membujuk dan mempengaruhi orang lain. Biasanya
komunikasi semacam ini banyak mengandung unsur-unsur persuasif.
5. Untuk dapat mengenal diri sendiri.
6. Guna mengurangi ketegangan atau mencairkan suasana. Misalnya, ketika ada
pertikaian atau perselisihan pendapat dalam rapat tertentu.
7. Sebagai hiburan. Misalnya, ketika Anda sedang jenuh kemudian menghubungi
teman jauh untuk sekadar mengobrol santai.
8. Untuk selalu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
9. Sebagai benteng diri agar tidak terisolasi dalam lingkungan masyarakat.
10. Untuk mempelajari situasi yang terjadi.
11. Mengubah sikap maupun perilaku.
12. Mengawasi serta melakukan pengendalian atas suatu kegiatan.
13. Sebagai motivasi untuk orang lain.
14. Guna mengambil suatu keputusan yang tepat.
15. Untuk melakukan kegiatan tertentu.
16. Sebagai bentuk ekspresi.
17. Menghindari adanya kesalahpahaman.
18. Untuk tetap menjaga jalinan hubungan yang baik.

D. Komunikasi Antara Perawat dengan Tenaga Kesehatan Lain

Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam


presentasi, persuasi,pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan
penulisan laporan. Didalamlingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan
membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untukmembangun kepercayaan dan
meperkuat hubungan.

Semua orang memilki kebutuhaninterpribadi akan penerimaan, keterlibatan,


identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, sertaperhatian. Perawat membutuhkan
persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari pihaklain untuk mengatasi
tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan komunikasiyang baik
dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk


sangatberkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan
memiliki efek padahubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi. Kegagalan
dalam komunikasi antarapenyedia layanan kesehatan adalah salah satu faktor
yang paling umum. Komitmen untukkolaborasi dalam hubungan kerja
dengan para profesional lain membantu mempertahankankualitas tinggi dari
perawatan klien.

Keberhasilan kelompok bergantung pada hubungan baikdiantara tim, terutama


pemimpin tim dengan anggota tim yang lain. Untuk mendorongterjadinya
komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip komunikasi
menurutWHO, 1999 :· Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan
menjelaskan pandangan mereka dan harusdidorong untuk bertindak seperti itu.

Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan
jelas dandalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti· Komunikasi
mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim
tidakditerima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu
meggunakansuatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.·

Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini
sudah diatursedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif. Pengaturan
ruangan untuk membantu komunikasi cobalah dengan mengatur ruangan,kantor kelas
dan ruangan kelompok, pendidikan lainnya sehingga komunikasi dapat berjalan
dengan efektif. Diagram dibawah menunjukkan pengaturan komunikasi dengan 1
pemimpin dan4 anggota. (WHO, 1999. )

1. Konflik dalam berkomunikasi

Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk


menemukankualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam banyak
contoh, berbagai jenishubungan dapat berkembang melalui penggunaan teknik
komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja
sama untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :· Memperoleh
data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan tentang isu-
isuspesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk masalah
perawatan kesehatan.· Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa
ide tentang apa masalah mungkinrelevan dari sudut pandang orang lain,
memberikan informasi penting tentang pendekataninterpersonal yang terbaik
untuk digunakan.· Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah ,
sebaiknya bertemu secara berkaladengan tim kesehatan lain mencakup
permasalahan klien.
2. Komunikasi antara perawat-dokter

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah


cukup lamadikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja
sama dangan dokter dalamberbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhankeperawatan bergantung pada
instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapatmengikuti
standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak
lebih mandiri.Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh : Ketika perawatmenyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa
diabetes pulang kerumah, perawat dan dokterbersama-sama mengajarkan klien
dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.Selainitu komunikasi antara
perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien,disitu
peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil
laboraturium sehingga dokter dapatmendiagnosa secara pasti mengenai
penyakit pasien. Pada saat perawat berkomunikasi dengandokter pastilah
menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk
belajaristilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasidapat berjalan dengan baik serta mencapai
tujuan yang diinginkan. Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan
dengan baik apabila dari keduapihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya
menjalankan tugas secara individu, perawatdan dokter sendiri adalah kesatuan
tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat
dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawatsendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit
pasien sertamemberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu
dapat terwujud dwngan baikberawal dari komunikasi yang baik pula antara
perawat dengan dokter.
Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:
1. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama
dan posisi,mengidentifikasi klien dan diagnosis klien atau orang-
orang lain yang terlibat dalammasalah dengan nama.
2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah).
3. Menyatakan tujuan.
4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan praktek
klinik
5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk
pelaksanaan,mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon,
menentukan kerangka waktupelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).
3. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga


kesehatanterutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentang klien dan rencanatindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubunganatau komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat dalammemberikan pelayanan
keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan
profesional,hubungan struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
terjadikarena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanankeperawatan.Hubungan sturktural merupakan hubungan
yang terjadi berdasarkan jabatan ataustruktur masing- masing perawat dalam
menjalankan tugas berdasarkan wewenang dantanggungjawabnya dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawatprimer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi
klien, dan supervisiyang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana
merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan interpersonal perawat
dengan perawat merupakan hubungan yang lazim danterjadi secara alamiah.
Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidakterkait
dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas
danwewenangnya.
4. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi

Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang


untukpeningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja
dengan pemberi terapirespiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) laludilanjutrkan dengan dievaluasi
oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan kliensecara bersama-
sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien
dankeluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan
lebih jauh. Contoh :Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru
berat dan merujuk klien tersebutpada ahli terapis respiratorik untuk belajar
latihan untuk menguatkaan otot-otot lengan atas,untuk belajar bagaimana
menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajarteknik untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas.
5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskandan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja
hanya di ruang farmasi ataumungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistempemberian obat. Perawat
memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankandengan
mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Dengan demikian,perawat membantu klien membangun pengertian yang
benar dan jelas tentang pengobatan,mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalampengambilan keputusan
tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harusselalu
mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping dari semua
obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi
standar sepertibuku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus
berkonsultasi pada ahli farmasi Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi
memberikan informasi tentang obat-obatanmana yang sesuai dan dapat dicampur
atau yang dapat diberikan secara bersamaan.
Kesalahanpemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker
sama-sama mengetahuidosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan
pengecekkan ulang dengan tim medis bilaterdapat keraguan dengan
kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikanpada perawat
tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan
yangdiresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini
dapat dimasukkan dalamrencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah
seorang profesional yang mendapat izinuntuk merumuskan dan mendistribusikan
obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruangfarmasi atau mungkin juga
terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangansistem
pemberian obat.
6. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadapkualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan
hak setiap orang danmemerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang
bermutu. Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan
maka perawat harusmengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidakmengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa sajamenghambat absorbsi dari
obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baikantara kedua
belah pihak.
7. Komunikasi terkait kasus pemicu

Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan hubungan


interpersonaldalam tim kesehatan. Northouse (1998) mengungkapkan ada 3 area
permasalahan yang dimilikidalam hubungan interprofesional yaitu:
1) Stres Peranan (Role Stress)
2) Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal understanding)
3) Otonomi yang keras (autonomy struggle) Bertemu dengan orang sakit
setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan perilaku dari
komunikator kepada komunikan, baik disadari maupun tidak disadari, ucapan verbal
atau tulisan, gerakan, eksperesi wajah, dan semua yang ada di dalam diri komunikator
dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain, menyampaikan ide/informasi/berita,
mengubah perilaku orang lain, memberikan pendidikan dan memahami (ide) orang
lain. Perawat merupakan salah satu banyak nya profesi kesehatan yang ada.
Komunikasi antar perawat dan tenaga kesehatan lain merupakan strategi untuk
mencapai kualitas hasil yang di inginkan secara efektif dan efisien dalam pelayanan
kesehatan yang merupakan unsur penting untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
keselamatan pasien.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan komunikasi antar perawat dan tenaga
kesehatan lain dapat berjalan dengan se-efektif mungkin dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan dan meningkatkan kualitas perawatan dan
keselamatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai