Anda di halaman 1dari 23

Komunikasi Penyuluhan Islam

Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Dari Bapak Dosen Nurrohman Zulkarnain M.Sos

Media Dan Teknologi Penyuluhan Islam

DISUSUN

OLEH

Jonadi ( 2216.0004 )

Media Dan Teknologi Penyuluhan Islam

Dosen Pengampu Bpk. Nurrohman Zulkarnain M.Sos

Semester 3

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
BUMI SILAMPARI
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Komunikasi Penyuluhan Islam” untuk memenuhi
tugas individu mata kuliah Media & Teknologi Penyuluhan Dakwah

Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Bapak
Nurrohman Zulkarnain.M.Sos. sebagai dosen mata kuliah, kedua orang tua dan segenap
keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu
besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Teman-teman yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini baik itu bantuan tenaga, pikiran, dan
waktunya. Serta pihak-pihak lain yang belum penulis sebutkan terima kasih atas bantuannya.

Penulis tahu bahwa makalah ini banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik
lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Lubuklinggau, 12 Desember 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Berbagai inovasi dan terobosan baru untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih
baik terus diciptakan oleh pemerintah maupun LSM-LSM. Inovasi tersebut diinformasikan
kepada masyarakat dalam penyuluhan-penyuluhan.

Penyuluhan pada mulanya dikenal dan populer dikalangan pertanian. Menurut Peraton
(1983), kegiatan serupa telah dilakukan sejak 11 abad yang lalu, ketika petani pertama
berkata kepada saudara perempuannya, “Kamu tidak perlu harus terus-terusan berkeliling
mengembara....Yang harus dilakukan adalah, semaikan bibit gandum di belakang gua kita
lalu tanam dan pelihara. Aku dan teman-temanku telah melakukannya bertahun-tahun.”

Seiring perkembangannya kegiatan penyuluhan mulai dilakukan dalam bidang ilmu


lainnya seperti kesehatan, hukum, lingkungan hidup, dan sebagainya. Pada dasarnya teknik
penyuluhan sama dibidang ilmu manapun, hanya saja perbedaannya terdapat pada materi
yang disampaikan. Keberhasilan sebuah penyuluhan tidak hanya tergantung kepada materi
yang disajikan, tapi bagaimana cara penyampaian materi tersebut bisa memunculkan
pemahaman dan perubahan yang diinginkan pada masyarakat.

Sebuah komunikasi efektif merupakan salah satu indikator penting dalam kegiatan
penyuluhan. Seorang penyuluh harus mampu mengkomunikasikan dengan baik dan benar
materi penyuluhan sehingga mampu mencapai tujuan dari penyuluhan itu sendiri. Oleh
karena itu, untuk memahami bagaimana aktifitas komunikasi dalam penyuluhan, makalah ini
disusun dengan judul “Komunikasi dalam Penyuluhan”.

2. Rumusan Masalah
a. Apa Itu Penyuluhan Dan Komunikasi Dan Bagaimana Hubungan Keduanya?
b. Bagaimana Proses Komunikasi?
c. Apa saja Unsur-Unsur Dalam Komunikasi?
d. Mengenal Community Development
e. Mengenal Penyuluhan Pembangunan
f. Mengeal Strategi Komunikasi
3. Tujuan
a. Mengetahui definisi penyuluhan dan komunikasi
b. Mengetahui hubungan antara penyuluhan dan komunikasi
c. Mengetahui proses komunikasi
d. Mengetahui unsur-unsur komunikasi
e. Memahami Community Development
f. Memahami Penyuluhan Pembangunan
g. Memahami Strategi Komunikasi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 3


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................... 4

BAB II Pembahasan

A. Penyuluhan Dan Komunikasi ................................................................. 7


B. Proses Komunikasi ................................................................................. 7
C. Unsur-Unsur Dalam Komunikasi ........................................................... 8
D. Community Development ...................................................................... 10
E. Penyuluhan Pembangunan ..................................................................... 12
F. Strategi Komunikasi ............................................................................... 16

Bab III

Kesimpulan ........................................................................................................ 21

Daftar Pustaka .................................................................................................... 23


BAB II

PEMBAHASAN

1. Penyuluhan dan Komunikasi


Secara harfiah, penyuluhan berasal dari kata suluh yang berarti obor ataupun alat untuk
menerangi keadaan yang gelap. Dapat diartikan penyuluhan dimaksudkan untuk memberikan
penerangan ataupun penjelasan kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam
kegelapan mengenai masalah tertentu.

Hakekatnya penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka
yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam
kehidupan yang nyata adalah suatu proses komunikasi. Jadi untuk tercapainya hasil
penyuluhan yang baik, sangat dibutuhkan komunikasi yang baik.

Seperti halnya suatu komunikasi akan berhasil ketika kedua belah pihak sama-sama siap
untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan. Dalam suatu kegiatan penyuluhan diperlukan
perencanaan yang matang. Persiapan dan perencanaan dilakukan dengan menyusun sebuaah
desain komunikasi penyuluhan.

Melihat bentuk dan tujuannya maka penyuluhan merupakan wujud konkrit dari
komunikasi pembangunan suatu bidang yang berkembang pesat sejak penghujung dekade 60-
an. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagia
suatu aktifitas pertukaran pesan secara timbal balik) antara semua pihak yang terlibat dalam
pembangunan, terutama antara masyarakat dan pemerintah, sejak dari perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian terhadap pencapaian hasil pembangunan. Sedangkan dalam arti
sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik
penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan pembangunan dari pihak yang
memprakarsai pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas.

Penyuluhan diartikan sebagai usaha menyebarluaskan dan mendidikkan ide-ide dan cara-
cara baru untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Latar belakang dan konsep-konseo
komunikasi pembangunan banyak dijadikan sebagai acuan dalam penyuluhan, terutama
penyuluhan pertanian.
Hal-hal pokok yang digmbarkan dalam desain komunikasi penyuluhan adalah seperti berikut:
a. Masalah yang dihadapi
b. Siapa yang akan disuluh
c. Apa tujuan yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan
d. Pendekatan yang dipakai
e. Pengembangan pesan
f. Saluran yang digunakan
g. Sistem evaluasi yang “ telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan
kegiatan yang dimaksud

2. Komunikasi Sebagai suatu Proses


Komunikasi sebagai suatu proses tidak memiliki awal dan akhir yang definitif.
Pengalaman, pengetahuan, topik, informasi umum, serta sikap kita yang berasal dari masa
lalu ikut berpengaruh pada respon kita terhadap sesuatu yang kita terima selama
berkomunikasi. Begitu juga pengalaman yang kita terima saat ini akan mempengaruhi respon
kita terhadap komunikasi di masa yang akan datang.

Book et al (1980), menyatakan bahwa konsep komunikasi sebagai suatu proses


membantu kita memahami dan mengatasi hambatan komunikasi, karena hal itu mengingatkan
kita bahwa apa yang dibawa dan diperoleh seseorang pada peristiwa komunikasi adalah
berbeda. Prinsip proses tersebut juga menjadi cacatan bagi kita bahwa komunikasi bersifat
mengalir.

Komunikasi merupakan suatu proses transaksional dan simbolik yang memungkinkan


orang untuk berhubungan dan mengelola lingkungan mereka melalui:
a. Penegakan kontak antarmanusia
b. Tukar menukar informasi
c. Memantapkan sikap dan perilaku orang lain
d. Mengubah sikap dan perilaku orang lain

Sifat transaksional maksudnya adalah semua orang ikut mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh komunikasi, dan juga hubungan mereka dalam interaksi tersebut. Dalam usaha
berkomunikasi dengan memilih pesan dan saluran penyampaian pesan tersenut, sebenarnya
seorang komunikator berada dalam kemungkinan resiko ikut berubah. Misalnya, komunikan
menolak pesan yang disampaikannya, maka komunikator mencoba lagi, dan melakukan
penyesuaian yang dirasanya perlu. Jadi komunikator dan komunikan akan mengalami
perubahan namun berbeda derajatnya.

Dean Barnlun melukiskan proses komunikasi sebagai sesuatu yang berkembang,


dinamis, sinambung, sirkular, tak dapat diulang, tak dapat dibalikkan, dan kompleks. Sebagai
suatu proses, komikasi tidak memiliki titik bertolak, tanpa hentinya komunikasi meliput
interpretasi personal, pertukaran sosial, persepsi publik.

3. Unsur-unsur Proses Komunikasi


Untuk dapat berlangsungnya peristiwa komunikasi setidaknya ada tiga unsur yang
memungkinkan terjadinya komunikasi yaitu : sumber (source), pesan (message), dan
penerima (receiver)
a. Sumber
Yang biasa disebut sebagai komunikator, bisa berubah orang perorangan, maupun berupa
suatu organisasi komunikasi yang terdiri dari beberapa orang.
b. Pesan
Disebut juga content, dapat berwujud tinta di atas kertas, suara, getaran arus listrik,
lambaian tangan, kibaran bendera ataupun tanda-tanda lain yang memiliki arti
c. Penerima
Biasa disebut komunikan. Bisa berupa individu yang mendengarkan, membaca,
menonton, atau anggota suatu pertemuan yang disebut sebagai khalayak massa (mass
audience).

Beberapa sebutan lain yang biasa dipakai untuk menyebut unsur-unsur komunikasi
adalah pengirim (sender), pengenkod (encoder), aktor (actor) untuk sumber.
Tujuan(destination), pendekod (decoder), dan komunikan untuk penerima.

Komunikasi dalam bahasa latin yang berarti communis dan dalam bahasa inggris berasal
dari kata common, berarti menjadikan sesuatu (pesan) sebagai pengetahuan atau pengertian
bersama. Ketika seseorang berkomunikasi ia mencoba menegakkan sesuatu “kebersamaan”
dengan seseorang yaitu si penerima dalam komunikasi tersebut.

Untuk itu seseorang harus mengenkod (encoding) pesan tersebut menjadi suatu bentuk
yang bisa disampaikan dan dimengerti oleh orang yang menjadi penerima dalam komunikasi
tersebut. Pesan tersebut diencod menjadi lambang-lambang yang bisa dimengerti bersama.
Terlepas apakah lambang –lambang tersebut berupa kata-kata lisan (verbal), bahasa isyarat,
tergantung pada pesan yang ingin disampaikan.

Setelah pesan diencod, disampaikan dengan berbagai cara, baik langsung maupun tidak
langsung. Ketika menerima pesan itu komunikan harus mengencod (decoding) pesan tersebut
terlebih dahulu, dalam arti diproses agar dimengerti oleh si komunikan tersebut. Proses ini
berfungsi untuk mencerna dan menafsirkan maksud yang ingin disampaikan komunikator.

Pada proses decoding komunikanlah yang menetukan bagaimana penafsiran terhadap


pesan yang diterimanya, komunikator tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentukan
bagaimana komunikan menafsirkan pesan tersebut. Pada tahap ini bisa saja terjadi gangguan
(noise), sehingga terjadi penyimpangan makna dari yang dimaksudkan oleh komunikator
(distorsi).

Menurut Dean Barnlund, komunikasi melukiskan evolusi makna. Makna adalah


sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan, dan bukan sesuatu yang diterima. Jadi
komunikasi bukanlah reaksi terhadap sesuatu, juga bukan interaksi dengan sesuatu melainkan
sebuah proses transaksiyang di dalamnya orang menciptakan dan membrikan makna untuk
menyadari tujuan-tujuan orang tersebut.

Unsur lain dalam peristiwa komunikasi adalah umpan balik (feedback), yaitu respon
atau tanggapan si penerima terhadap pesan yang diterimanya, yang disampaikan
komunikator. Dari respon inilah bisa diketahui apakah pesan telah disampaikan secara benar,
dan apa respon penerima terhadap pesan yang dimaksudkan.

Beberapa masalah komunikasi yang sering muncul dalam kegiatan penyuluhan adalah:
a. Kompetensi komunikasi yang seharusnya dimiliki oleh seseorang penyuluh
b. Sifat atau semangat kepemimpinan seorang agen perubahan pada diri seorang
penyuluh
c. Teknik atau metoda komunikasi yang efektif bagi kegiatan penyuluhan itu sendiri.

Kompetensi komunikasi seseorang penyuluh dibidang apapun sangat ditentukan oleh


faktor kredibilitas penyuluh di mata khalayak. Kompetensi komunikasi adalah sejumlah
kemampuan dasar dalam berkomunikasi yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh agar
kegiatannya nanti di tengah-tengah masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Syarat kemampuan berkomunikasi untuk seorang penyuluh adalah :
a. Dapat menjangkau khalayak yang akan disuluhnya
b. Menguasai bahasa yang dimengerti oleh khalayak yang akan disuluh
c. Berpenampilan yang dapat diterima oleh khalayak.

4. Community Development

Pengertian community development pada awalnya bertolak dari kesadaran bahwa


suatu area, baik kota maupun pedesaan, bukan sekedar kumpulan bangunan, melainkan
komunitas masyarakat yang menghadapi berbagai persoalan hidup dengan kapasitasnya
masing-masing sebagai kesatuan (Phillips dan Pittman, 2009:3). Saat ini komunitas
didefinisikan dengan beragam cara (Phillips dan Pittman, 2009:3-4), antara lain: a.
Komunitas berdasarkan lokasi geografis (place-based communities atau communities of place
definitions) adalah komunitas yang terbentuk karena adanya kedekatan fisik atau secara
geografis tinggal berdekatan. Misalnya komunitas kota atau pedesaan. b. Komunitas menurut
lingkup sosial adalah komunitas yang terbentuk karena beberapa orang terlibat dalam
interaksi sosial pada waktu tertentu. Contohnya adalah sekelompok orang yang saling berbagi
ruang obrolan (chat rooms) di internet. c. Komunitas kepentingan (communities of interest
definition) terbentuk karena adanya kesamaan kepentingan, seperti serikat buruh/pekerja,
asosiasi pengusaha nasional. Tinjauan pustaka (literature review) yang dilakukan oleh
Mattesich dan Monsey memperlihatkan betapa banyak dan beragamnya definisi komunitas
itu sendiri. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: Komunitas adalah masyarakat yang
hidup/tinggal di area geografis tertentu, memiliki ikatan sosial dan psikologis antara satu
orang dengan orang lain sekaligus memiliki ikatan sosial-psikologis dengan tempat di mana
mereka tinggal/hidup. (Mattesich dan Monsey, 2004:56) 17 Komunitas adalah sekelompok
orang yang hidup berdekatan satu dengan yang lain, dipersatukan oleh kepentingan bersama
dan bersedia saling membantu. (US National Research Council 1975 dalam Mattesich dan
Monsey, 2004:56) Komunitas merupakan kombinasi dari unit sosial dan sistem yang
menjalankan fungsi-fungsi sosial dan pengorganisasian berbagai aktivitas sosial. (Warren
1963 dalam Mattesich dan Monsey, 2004:57) Definisi-definisi di atas pertama-tama
menunjuk pada orang (the people) dan ikatan yang mempersatukan orang-orang tersebut,
baru kemudian mengacu pada lokasi geografis. Hal ini menegaskan pentingnya manusia dan
relasi antarmanusia. Tanpa manusia dan relasi atau ikatan yang menyatukannya baik dengan
manusia lain maupun dengan tempat itu sendiri, suatu “komunitas” hanya sekedar koleksi
bangunan dan jalan. Dalam konteks ini, pengembangan komunitas (community development)
mengacu pada pengembangan manusia itu sendiri serta ikatan sosial-psikologis di antara
mereka. Pada dasarnya, community development dipandang sebagai proses edukasi, yaitu
membekali warga masyarakat dengan kemampuan untuk mengenali persoalan dan mengatasi
permasalahan di lingkungannya berdasarkan pengambilan kebijakan bersama (Long 1975
dalam Mattesich dan Monsey, 2004:58). Community development juga bisa dilihat sebagai
pelibatan sumber daya masyarakat dalam rangkaian proses atau upaya mencapai perbaikan
dalam beberapa aspek kehidupan komunitas. Rangkaian proses ini biasanya berisi tindakan-
tindakan bersama yang dapat memperkuat relasi antarmanusia maupun relasi 18 institusional
dalam tubuh komunitas itu sendiri (Ploch 1976 dalam Mattesich dan Monsey, 2004:59).
Proses yang disebut sebagai community development sendiri sesungguhnya melibatkan
berbagai disiplin ilmu dalam praktiknya, antara lain sosiologi, ekonomi, sosial-politik, tata
kota, geografi, dan sebagainya. Namun terkait proses pengembangan komunitas, kebanyakan
ahli sepakat bahwa komunikasi adalah unsur vital penggerak perubahan (communication for
change). Di sinilah penyuluhan berperan. Tantangan pertama dan utama community
development terletak pada proses menumbuhkembangkan kebersamaan untuk kemudian
memutuskan aksi bersama yang akan dilakukan demi kebaikan komunitas itu sendiri. Dalam
konteks ini, penyuluhan dapat digunakan untuk memengaruhi warga masyarakat agar
mengadopsi cara berpikir, gagasan, sikap, dan perilaku yang mendukung proses
pengembangan komunitas tersebut. Penyuluhan yang dilakukan dengan tujuan untuk
menggerakkan komunitas masyarakat pada dasarnya mensyaratkan partisipasi penuh, baik
dari pihak penyuluh maupun dari komunitas masyarakat itu sendiri. Perubahan merupakan
hasil kolaborasi antara pemberi pesan (penyuluh) dan publik sasaran. Dalam community
development, keberhasilan penyuluhan merupakan kunci penggerak komunitas menuju
perubahan yang mengarah pada masa depan yang lebih baik. Untuk itu, dalam konteks
community development, penyuluhan berperan sebagai 19 komunikasi untuk perubahan
(communication for change), sehingga dalam pelaksanaannya juga harus memerhatikan aspek
relasi, struktur, kekuasaan (power), makna bersama (shared meaning), kesinambungan
komunikasi, motivasi pengambilan keputusan, serta integrasi dalam komunitas tersebut.
Setiap organisasi yang melakukan penyuluhan pembangunan untuk menjembatani perubahan
komunitas menuju ke arah positif perlu mempertimbangkan tiga elemen penting berikut: a.
Keselarasan antara tujuan utama organisasi, sebagaimana tertuang dalam visi dan misi
organisasi tersebut, dengan visi dan misi komunitas itu sendiri b. Berbagai peraturan dan
kebijakan yang berlaku saat itu, baik peraturan atau kebijakan internal organisasi maupun
kebijakan dari luar organisasi. Berbagai peraturan dan kebijakan tersebut bisa mendukung
atau malah membatasi gerak organisasi. c. Rangkaian program atau aktivitas yang disusun
secara realistis dengan mempertimbangkan kekuatan serta keterbatasan internal maupun
eksternal organisasi sekaligus mempertimbangkan karakteristik komunitas yang menjadi
sasaran persuasi. Dalam hal ini, apa yang disampaikan dalam penyuluhan pembangunan
(communication for change) seharusnya relevan dengan konteksnya (komunitas masyarakat
yang menjadi sasaran perubahan). Berikut adalah gambaran proses community development
dengan unsurunsur vital yang terlibat di dalamnya (Phillips dan Pittman, 2009:43). Capacity
Building Mengembangkan kemampuan melihat permasalahan dan alternatif solusi
Pengambilan Keputusan Tindakan Kolektif (collective action) Communication for Change
(penyuluhan) Community Improvement Gambar 1.1. Rantai Community Development Dari
gambar di atas, dapat dilihat bahwa penyuluhan (communication for change) merupakan
proses berkesinambungan yang berlangsung bersama dengan pengembangan kapasitas
(capacity building), pengambilan keputusan oleh komunitas masyarakat, dan pelaksanaan
tindakan kolektif oleh komunitas masyarakat itu sendiri sebelum akhirnya sampai pada
community improvement, yaitu komunitas yang berkembang menjadi lebih baik. Community
improvement sendiri akan kembali memicu capacity building sehingga rantai community
development tersebut menjadi putaran siklus. Dengan cara inilah terwujud komunitas
masyarakat yang dinamis, mampu melihat permasalahan dan mencari alternatif solusi yang
sesuai dengan karakter komunitasnya, mau beradaptasi dan memeluk perubahan yang
dituntut oleh lingkungan pada zamannya tanpa kehilangan kekhasan atau sifat unik
komunitas itu sendiri.

5. Penyuluhan Pembangunan

Secara umum, penyuluhan dimengerti sebagai proses, cara, perbuatan memberi


petunjuk dan penjelasan dalam rentang waktu tertentu. Secara teoritis, penyuluhan
didefinisikan sebagai komunikasi informasi yang dilakukan secara terencana dalam rangkaian
upaya pengembangan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap seseorang atau
komunitas tertentu. Dalam bahasa Indonesia, penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang
berarti pemberi terang di tengah kegelapan. Istilah ini sejalan dengan istilah yang digunakan
Belanda, yaitu voorlichting, yang berarti “menerangi jalan di depan agar orang dapat
menemukan jalannya sendiri”. Dengan kata lain, penyuluhan adalah upaya untuk membantu
orang menemukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapi (enlightenment) (Leeuwis,
2004:23). Bahasa Inggris menggunakan istilah “extension” sebagai padanan kata
“penyuluhan”. Penggunaan istilah ini berawal dari “university extension” atau “extension of
the university” yang merupakan kegiatan staf pengajar dari universitas untuk menyebarkan
informasi dan ilmu pengetahuan tentang pertanian kepada masyarakat non-universitas
(Leeuwis, 2004:22). Menurut A.W. Van Den Ban dan H.S Hawkins (Anonim, 2010:2-3),
istilah penyuluhan pertama kali digagas oleh James Stuart dari Trinity College Cambridge
pada tahun 1967-1968, sehingga kemudian Stuart dikenal sebagai Bapak Penyuluhan. 22
Penyuluhan juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan bagi orang dewasa. A.W.
Van den Ban dan H.S. Hawkins (dalam Anonim, 2010:2) menyatakan bahwa penyuluhan
merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat
keputusan yang tepat. Setiana (2005:2-3) melihat bahwa penyuluhan bisa diartikan sebagai
ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat
agar dapat terwujud perubahan ke arah lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal
ini, penyuluhan mengandung harapan akan munculnya individu atau masyarakat yang lebih
berkembang dalam hal kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap. a. Menurut
Margono Slamet (dalam Yustina dan Sudradjat, 2003:3-4), penyuluhan adalah suatu sistem
pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal) untuk masyarakat dengan tujuan agar
mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai
dengan bidang profesinya, serta mampu dan sanggup berswadaya untuk memperbaiki atau
meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakat. Berdasarkan definisi di atas, dapat
dikatakan bahwa penyuluhan memiliki cakupan kegiatan sebagai berikut (Setiana, 2005:11):
Penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi, dengan tujuan agar masyarakat bisa
memperoleh informasi seluas-luasnya tentang segala hal yang berkaitan dengan penghidupan
mereka serta ide-ide alternatif untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. b. c. Penyuluhan
sebagai proses penerangan, dengan fokus memberikan penerangan kepada masyarakat yang
tidak tahu atau belum mengetahui, terutama tentang inovasi yang perlu dikembangkan atau
diterapkan di wilayah yang bersangkutan. d. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku,
di mana sasaran perubahan tidak sebatas pada penambahan pengetahuan saja, namun juga
perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mental yang mengarah pada tindakan atau kerja
yang lebih baik, produktif dan menguntungkan. e. Penyuluhan sebagai proses pendidikan,
dalam arti di samping terjadi peningkatan pengetahuan, proses pendidikan juga mengajarkan
masyarakat agar lebih kritis dan mampu memahami fenomena yang berkembang dalam
masyarakat serta lingkungannya, sehingga apabila masyarakat akan menerapkan inovasi
tertentu mereka tahu benar apa, kapan, bagaimana sebaiknya hal baru itu dilaksanakan.
Proses ini diharapkan tidak menciptakan ketergantungan, melainkan mengembangkan
kemandirian masyarakat. Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial, di mana terciptanya
perubahan perilaku dari publik sasaran seperti yang dikehendaki demi tercapainya
peningkatan kualitas hidup publik sasaran penyuluhan. Titik beratnya adalah pandangan
bahwa perubahan hanya akan terjadi apabila ada campur tangan orang lain, baik institusi
pemerintah maupun nonpemerintah dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat tersebut,
sekaligus partisipasi masyarakat untuk terlibat di dalamnya. Keikutsertaan masyarakat itu
adalah dalam bentuk pernyataan atau kegiatan. Menurut para ahli, ditinjau dari perspektif
rekayasa sosial, maka waktu memegang peranan penting, yang artinya inovasi yang telah
dikenal lebih dulu atau lebih lama akan lebih mudah diterima masyarakat setempat
dibandingkan yang baru dikenal. Hakikat penyuluhan sebagai upaya pengembangan
kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap pada dasarnya menunjukkan bahwa
penyuluhan berkaitan erat dengan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini, secara
simultan terjadi proses-proses lain, yaitu proses komunikasi persuasif, proses pemberdayaan,
dan proses pertukaran informasi timbal balik. Komunikasi persuasif dilakukan oleh penyuluh
dalam kapasitasnya sebagai fasilitator yang membantu publik sasaran mencari pemecahan
masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan hidup publik sasaran. Komunikasi
ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alternatif-alternatif pemecahan masalah, namun
keputusan tetap di tangan publik sasaran. Sebagai suatu bentuk edukasi (pendidikan),
penyuluhan juga mengandung pemberdayaan. Pemberdayaan adalah proses memberikan
kuasa dan wewenang kepada publik sasaran dengan cara mendudukkannya sebagai subjek
dalam proses pembangunan sehingga publik sasaran mempunyai kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi, mengakses teknologi, melakukan kontrol terhadap pengambilan
keputusan, dan memperoleh manfaat nyata dari hasil pembelajaran. Proses pertukaran
informasi timbal balik antara penyuluh dengan publik sasaran dilakukan sebagai upaya
pemecahan masalah berkaitan dengan perbaikan dan pengembangan publik sasaran. Dalam
hal ini, penyuluhan berkaitan erat dengan pengembangan masyarakat (community
development) sehingga muncul istilah penyuluhan pembangunan. a. Menurut Totok
Mardikanto (Anonim, 2010:14), penyuluhan pembangunan adalah proses penyebaran ide-ide
baru kepada masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat itu sendiri melalui
penambahan pengetahuan, keterampilan baru, dan perubahan perilaku yang didapat karena
ada kesadaran untuk mengubah diri guna mencapai kondisi yang lebih baik. Dari definisi ini,
dapat dilihat bahwa penyuluhan pembangunan mencakup pengertian tentang: Proses
penyebaran ide-ide baru Proses penyebaran ide-ide baru ini berkaitan dengan strategi
komunikasi yang digunakan oleh penyuluh untuk menyampaikan gagasannya kepada publik
sasaran, apakah disampaikan secara langsung dengan komunikasi tatap muka atau
menggunakan media, ide-ide atau informasi apa yang ingin disampaikan kepada publik 26
sasaran, kapan dan di mana ide-ide atau informasi tersebut disampaikan kepada publik yang
menjadi sasaran penyuluhan. b. Partisipasi dari sumber pesan dan penerima pesan c.
Penyuluhan pembangunan sebagai menghendaki adanya partisipasi atau keterlibatan antara
penyuluh (komunikator) dengan penerima pesan (komunikan). Penambahan pengetahuan,
keterampilan, dan perubahan perilaku dari publik yang menjadi sasaran penyuluhan d. Pada
dasarnya, penyuluhan merupakan komunikasi informasi. Hasil yang diperoleh dari
penerimaan informasi-informasi atau ide-ide baru adalah penambahan pengetahuan dan
keterampilan dalam diri publik sasaran untuk mengubah dirinya dan mengarah pada
kehidupan yang lebih baik. Perubahan perilaku dilakukan dengan sadar, tanpa paksaan
ataupun ancaman dari pihak lain Orang mau menerima informasi dan ide-ide yang
disampaikan oleh penyuluh karena orang tersebut menyadari manfaat yang akan diperoleh
jika ia menerima dan melakukan ide-ide tersebut, bukan karena paksaan (coercion) dari pihak
luar. Menurut Margono Slamet (dalam Yustina dan Sudradjat 2003:2), penyuluhan
pembangunan selalu menitikberatkan pada rangkaian upaya untuk mewujudkan perbaikan
kualitas kehidupan manusia, baik secara moral maupun material, melalui peningkatan
motivasi, keberdayaan, kepemimpinan, dan kualitas perilaku sumberdaya manusia.
Pendekatan pembangunan menurut konsep penyuluhan pembangunan adalah pengembangan
sumberdaya manusia (people centered development) dalam rangka pembangunan sosial, yaitu
pendekatan yang sifatnya lebih menghargai harkat dan martabat manusia (humanis), seiring
dengan pembangunan ekonomi. Para ahli penyuluhan pembangunan diharapkan memiliki
kemampuan konseptual untuk memberikan alternatif realistis pemecahan permasalahan sosial
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, melalui peningkatan kualitas perilaku masyarakat
dalam meningkatkan taraf kehidupannya, pada kondisi masyarakat yang senantiasa berubah
dan berkembang. Dalam hal ini, organisasi yang melakukan penyuluhan pembangunan
dituntut untuk senantiasa berupaya menggali, menghimpun, dan mengembangkan ilmu-ilmu
pengetahuan dan teknologi dari berbagai disipli ilmu, serta mengembangkan dan
menggunakan pengetahuan tersebut untuk merancang pengembangan kualitas perilaku
masyarakat secara efektif, menumbuhkan inisiatif dan memotivasi berprestasi, berprakarsa
dan inovatif dalam mengembangkan partisipasi masyarakat sehingga menjadi suatu
masyarakat yang dinamis berciri masyarakat madani (civil society). Para pelaku penyuluhan
dituntut untuk memerhatikan beberapa hal berikut guna memperbesar peluang keberhasilan
penyuluhannya. a. b. Minat dan kebutuhan; penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu pada
minat dan kebutuhan masyarakat. c. Organisasi masyarakat bawah; artinya penyuluhan akan
efektif jika mampu melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga yang
membentuk komunitas masyarakat tersebut. d. Keragaman budaya; artinya penyuluhan harus
memperhatikan adanya keragaman budaya dalam masyarakat yang menjadi sasaran
penyuluhan. e. Perubahan dinamika budaya; Dalam hal ini setiap penyuluhan akan
mengakibatkan perubahan budaya dalam diri publik sasarannya. f. Kerjasama dan partisipasi;
Penyuluhan hanya akan efektif jika menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dan
menggalang kerjasama yang solid dalam pelaksanaan program penyuluhan yang telah
dicanangkan. g. Demokrasi dalam penerapan ilmu; dalam penyuluhan harus selalu memberi
kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap alternatif. h. Belajar sambil bekerja;
artinya dalam kegiatan penyuluhan harus diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil
berbuat, atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan. Penggunaan
metode yang sesuai ; Penyuluhan harus dilakukan dengan penerapan metode yang selalu
disesuaikan dengan kondisi lingkungan fisik, kemampuan ekonomi, serta nilai sosial budaya
dalam masyarakat. i. j. Kepemimpinan; Penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya
bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan kepemimpinan dalam
diri masyarakat yang menjadi publik sasaran penyuluhan. Kredibilitas; Dalam hal ini,
penyuluh haruslah orang atau organisasi yang telah memiliki bekal pengetahuan serta
pengalaman dalam bidang penyuluhannya. a. Dengan demikian, secara keseluruhan
penyuluhan pembangunan harus mengandung unsur-unsur berikut (Setiana, 2005:5): b.
Pendidikan yang mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan c. Pemberdayaan, yaitu
membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri, oleh karenanya harus ada
kepercayaan dari masyarakat sasaran Belajar sambil melakukan sesuatu, sehingga ada
keyakinan bahwa apa yang diajarkan adalah benar.

6. Strategi Komunikasi

Menurut Jim Lukaszewski (dalam Cutlip, Center, dan Broom, 2006:308), strategi
merupakan tenaga penggerak organisasi. Strategi adalah daya intelektual yang membantu
mengatur, memprioritaskan, dan mengarahkan gerak organisasi. Tanpa strategi, organisasi
tidak akan memiliki arah, tidak akan mendapatkan momentum yang tepat untuk
pergerakannya, dan dengan demikian tidak akan ada hasil. Strategi memberikan arah,
menentukan tujuan jangka panjang suatu organisasi, pengambilan rangkaian tindakan, serta
alokasi sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi
pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan
tertentu dalam praktik operasionalnya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
hanya berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah jalan saja, melainkan juga
menunjukkan taktik operasionalnya. Komunikasi sendiri secara sederhana merupakan proses
sosial di mana individu-individu saling mempertukarkan makna melalui simbol-simbol
tertentu. Strategi komunikasi dengan demikian merupakan perpaduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan komunikasi (communication
planning) sendiri merupakan proses penyusunan konsep komunikasi yang dilakukan secara
sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Guna mencapai tujuan
tersebut, strategi komunikasi juga harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara
taktis harus dilaksanakan. Dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu,
bergantung pada situasi dan kondisi (Uchjana, 2002:83-84). Untuk itulah dibutuhkan fungsi
manajemen komunikasi (communication management) yang mengatur alokasi dan
penggunaan sumber daya manusia dan teknologi untuk mendorong dialog dalam masyarakat
(Kaye, 1994:8). Paduan perencanaan dan manajemen komunikasi ini menciptakan strategi
komunikasi yang kuat secara konseptual dan operasional, sehingga membuat organisasi lebih
siap menghadapi tantangan perubahan lingkungan. Strategi didefinisikan oleh Quinn dan
Mintzberg (1991:5) sebagai : ...the pattern or plan that integrates an organization’s major
goals, policies, and action sequences into a cohesive whole. A well formulated strategy helps
to marshall and allocate an organization’s resources into a unique and reliable posture based
on its relative internal competencies and shortcomings, anticipatetd changes in the
environment and contingent more by intelligent opponents. Lebih lanjut, Quinn dan
Mintzberg (1991: 23) berpendapat bahwa strategi berkaitan dengan lima hal: a. Strategy as a
plan. Strategi merupakan suatu rencana yang menjadi pedoman bagi organisasi untuk
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. b. Strategy as pattern. Strategi merupakan
pola tindakan konsisten yang dijalankan organisasi dalam jangka waktu lama. c. Strategy as a
position. Strategi merupakan cara organisasi dalam menempatkan atau mengalokasikan
sesuatu pada posisi yang tepat. d. Strategy as a perspective. Strategi merupakan cara pandang
organisasi dalam menjalankan kebijakan. Cara pandang ini berkaitan dengan visi dan budaya
organisasi. e. Strategy as a play. Strategi merupakan cara bermain atau manuver spesifik
yang dilakukan organisasi dengan tujuan untuk mengalahkan rival atau kompetitor.
Komunikasi merupakan unsur vital dalam penyuluhan. Dalam hal ini komunikasi diarahkan
pada pembentukan persepsi positif mengenai isi pesan oleh seseorang atau sekelompok orang
yang menerima pesan tersebut. Pada gilirannya, persepsi positif dapat membuat penerima
pesan penyuluhan tergerak untuk melakukan perubahan sikap sebagai respon positif atas
pesan yang diterima. Fungsi komunikasi tidak melulu berkisar pada masalah how
communication works, melainkan lebih pada how to communicate agar terjadi perubahan
sikap (attitude), pandangan (opinion), dan perilaku (behavior) pada sasaran komunikasi,
apakah sasaran itu individu (mikro), kelompok (mezo), atau masyarakat secara keseluruhan
(makro) (Uchjana, 2002:35). Aspek komunikasi juga menjadi hal vital dalam proses strategi
yang dihubungkan dengan model komunikasi dasar menurut Harold Laswell, terkenal dengan
sebutan formula Laswell: who says what in which channel to whom with what effect, yang
mengandung unsur-unsur berikut. a. Communicator harus mampu menyampaikan ide dan
kegiatan atau program kerjanya kepada publiknya, sehingga publik mampu memahami dan
mengikuti kegiatan yang akan disampaikan oleh komunikator. b. Message (pesan)
merupakan sesuatu yang perlu disampaikan kepada penerima. Pesan tersebut dapat
disampaiakn melalui teknik kampanye, di mana penyampaian ide, gagasan, informasi, dan
aktivitas tertentu dipublikasikan dengan tujuan agar publik mengenal, memahami, dan
menerima. c. Medium (media) merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada publik
dan sebagai mediator antara komunikator dan komunikan (penerima pesan). d. Receiver
(penerima/ komunikan/ target sasaran) merupakan publik yang menjadi sasaran dalam
berkomunikasi. Pemahaman komunikator terhadap komunikan menjadi unsur penting
timbulnya rasa saling percaya, toleransi, dan kerjasama untuk memperoleh dukungan. e.
Effect (dampak) merupakan respon atau reaksi setelah berlangsungnya proses komunikasi
yang bisa menimbulkan umpan balik atau feedback positif atau sebaliknya, respon negatif.
Penyuluhan sendiri merupakan komunikasi informasi yang dilakukan secara terencana dalam
rangkaian upaya pengembangan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap
seseorang atau komunitas tertentu. Hakikat penyuluhan sebagai suatu bentuk edukasi, yaitu
pengembangan kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap ini pada gilirannya
diharapkan mendorong komunitas masyarakat untuk bergerak mencapai kualitas hidup yang
lebih baik. Untuk itu, diperlukan strategi komunikasi yang efektif agar pesan penyuluhan
berhasil sampai pada khalayak sasaran yang dituju. Strategi komunikasi tersebut antara lain
melibatkan berbagai aktivitas komunikasi, seperti penyebaran informasi, pengetahuan,
gagasan atau ide untuk membangun kesadaran dan pengertian dalam diri khalayak yang
dituju. Dalam hal ini, organisasi dituntut memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik
serta strategi yang tepat untuk penyampaian pesannya, karena tujuan yang ingin dicapai
adalah perubahan pengetahuan dan perilaku yang sesuai dengan tujuan program kerja atau
kegiatan tersebut. Komunikasi menjadi unsur vital yang tidak dapat diabaikan begitu saja
oleh organisasi. Setiap organisasi seharusnya memeriksa gaya, kebutuhan, dan kesempatan
komunikasinya serta mengembangkan strategi komunikasi yang dapat secara efektif
memengaruhi khalayaknya. Organisasi harus tahu cara mengkomunikasikan dirinya dengan
baik agar mendapat relasi dan dukungan positif dari berbagai pihak. Pada dasarnya,
organisasi yang berbeda akan menggunakan cara komunikasi yang berbeda pula untuk
memenuhi kebutuhannya, bergantung pada latar belakang, visi, dan sasaran organisasi
tersebut. Secara umum, komunikasi yang efektif memenuhi aspek tentang bagaimana
mengubah sikap (how to change the attitude), mengubah opini (to change the opinion), dan
mengubah perilaku (to change the behavior). Menurut Wayne Pace, Brent D, Peterson, dan
M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective Communication (Uchjana,
2002:32), tujuan strategi komunikasi adalah: a. to secure understanding. Strategi komunikasi
bertujuan untuk memastikan terciptanya saling pengertian dalam berkomunikasi dan untuk
memberikan pengaruh kepada komunikan melalui pesan-pesan yang disampaikan untuk
mencapai tujuan tertentu dari organisasi. b. to establish acceptance. Strategi komunikasi
disusun agar saling pengertian dan penerimaan tersebut terus dibina dengan baik. Setelah
komunikan menerima dan mengerti pesan yang disampaikan, pesan tersebut perlu
dikukuhkan dalam benak komunikan agar menghasilkan umpan balik yang mendukung
pencapaian tujuan komunikasi. c. to motive action. Strategi komunikasi memberikan
dorongan, memotivasi perilaku atau aksi. Komunikasi selalu memberi pengertian yang
diharapkan dapat memengaruhi atau mengubah perilaku komunikan agar sesuai dengan
keinginan komunikator. d. to reach the goals which the communicator sought to achieve.
Strategi komunikasi memberikan gambaran cara bagaimana mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut. Untuk melakukan
penyuluhan, dibutuhkan suatu strategi sebagai acuan untuk mengambil tindakan. Strategi
tersebut terdiri dari: 36 a. Analisis Situasi Untuk memahami situasi diperlukan informasi
akurat yang disusun berdasarkan fakta di lapangan, bukan didasarkan pada dugaan, perkiraan,
atau angan-angan belaka. Untuk itu diperlukan penyelidikan melalui penggalian informasi
maupun observasi. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memahami situasi antara lain:
1.) Survei khusus yang dilakukan untuk mengungkap pendapat, sikap masyarakat, respon,
atau citra organisasi di mata khalayaknya. 2.) Pemantauan berita-berita di media massa, baik
cetak maupun elektronik 3.) Tinjauan terhadap angka dan grafik laporan-laporan tahunan 4.)
Tinjauan terhadap persaingan secara umum di pasaran 5.) Tinjauan terhadap perekonomian
(misal: fluktuasi harga saham dan neraca keuangan) 6.) Situasi hubungan industri secara
umum (misal: mogok kerja) 7.) Kondisi dan pengaruh cuaca 8.) Frekuensi keluhan klien 9.)
Diskusi dengan para relasi organisasi 10.) Kajian terhadap berbagai kekuatan sosial,
ekonomi, hingga politis 11.) Sikap tokoh masyarakat dan opini publik 37 b. Analisis
Organisasi 1.) Lingkungan internal (visi, misi, tujuan, sumber daya) 2.) Persepsi masyarakat
(reputasi organisasi) 3.) Lingkungan eksternal (pesaing, lawan, pendukung) c. Analisis Publik
Khalayak atau publik adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan
organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Ada empat tipe publik, yaitu: 1.) all-issue
public adalah publik yang terlibat dalam semua persoalan atau isu yang muncul 2.) aphatetic
public adalah publk yang cenderung apatis, tidak peduli dan tidak mau terlibat dalam
persoalan atau isu yang muncul 3.) single-issue public adalah publik yang peduli dan
melibatkan diri dalam persoalan atau isu tertentu yang muncul 4.) hot-issue public adalah
publik yang langsung merespon ketika persoalan muncul. Publik jenis ini menganggap bahwa
mereka adalah bagian yang terlibat dalam munculnya persoalan. Banyak faktor yang harus
diperhatikan dalam menjalin relasi dan komunikasi dengan publik. Perbedaan kepentingan
dan latar belakang publik tentu membutuhkan perlakuan yang berbeda pula. Sebelum
memutuskan perlakuan mana yang sesuai dengan publik, dibutuhkan pendekatan yang dapat
membantu dalam mendefinisikan khalayak sasaran. 1.) Geografik: perbedaan dari segi
geografis bisa dilihat berdasarkan letak daerah khalayak sasaran, apakah dataran tinggi atau
dataran rendah, bagaimana kondisi populasi penduduknya 2.) Demografik: kependudukan
dilihat dari jenis kelamin, usia, penghasilan, status perkawinan, latar belakang pendidikan 3.)
Psikografik: mencakup gaya hidup, status sosial, dan atribut sosial yang dikenakan 4.) Covert
Power: keadaan politik dan ekonomi yang memengaruhi khalayak sasaran 5.) Posisi:
kedudukan atau jabatan khalayak sasaran, baik itu di lingkungan sekitarnya maupun di luar
lingkungannya 6.) Reputasi: didasarkan pada tingakat pengetahuan khalayak dan persepsi
orang lain terhadap khalayak sasaran 7.) Membership: keanggotaan khalayak dilihat dari
organisasi yang mereka ikuti, baik yang bersifat profesi, sosial, adat-istiadat, maupun
kerohanian 8.) Role in decision process: pengamatan untuk menentukan khalayak aktif yang
nantinya berfungsi untuk menggerakkan khalayak lainnya. Menggerakkan khalayak agar
mereka mau mengikuti ide atau gagasan dan kegiatan yang dipersuasikan tidaklah mudah.
Walau ide atau kegiatan yang disampaikan sangat bermanfaat bagi khalayak, namun ketika
khalayak tidak merasa tertarik dengan ide atau kegiatan tersebut, maka tidak mungkin tujuan
persuasi tersebut tercapai. Untuk menghadapi khalayak yang tidak tertarik pada sebuah ide
atau kegiatan, Grunig (dalam Cutlip, Center, dan Broom, 2006:268) menguraikan tiga faktor
untuk menggerakkan publik: 1.) Pengenalan Masalah. Menyadarkan khalayak bahwa ada
sesuatu yang hilang atau keliru dalam sebuah situasi, sehingga khalayak sadar bahwa ada
sesuatu yang tidak tepat dan mereka bersedia mencari informasi untuk menemukan hal
tersebut. 2.) Pengenalan akan hambatan. Adanya keterbatasan dari faktor eksternal khalayak
ketika mereka ingin melakukan sesuatu yang berkaitan dengan persoalan. 3.) Tingkat
keterlibatan. Menggambarkan ketika khalayak merasa tertarik dan ikut terlibat dalam sebuah
permasalahan, dengan kata lain ketika sebuah persoalan muncul dan itu melibatkan pribadi si
khalayak, mereka akan dengan mudah menerimanya. d. Menentukan Sasaran dan Tujuan
Penetapan tujuan dari sebuah program dapat dilakukan setelah mengetahui permasalahan
yang dihadapi. Tujuan akan memudahkan penetapan langkah-langkah yang harus dilakukan.
Menentukan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai organisasi dilakukan dengan mengukur
dan mengidentifikasi apakah pesan yang disampaikan diterima atau tidak. e. Menyusun Aksi
dan Strategi Pada tahap ini, dipertimbangkan hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan
organisasi untuk menghadapi berbagai keadaan. f. Menggunakan Komunikasi yang Efektif
Penggunaan komunikasi yang efektif berkaitan dengan berbagai hal mengenai pesan, seperti
siapa yang akan menjadi sumber pesan yang nantinya akan menyampaikan pesan kepada
publik, termasuk isi pesan, gaya penyampaian pesan secara verbal dan nonverbal. g.
Menetapkan Teknik Komunikasi Ada beberapa teknik komunikasi yang dapat digunakan
untuk menyampaikan pesan, antara lain dengan komunikasi tatap muka sehingga terjalin
keterlibatan secara pribadi, penyebaran media yang dikendalikan oleh organisasi (misalnya
majalah internal), media pemberitaan di luar organisasi, atau media iklan dan promosi. h.
Implementasi Strategi Komunikasi Implementasi strategi komunikasi berkaitan dengan
anggaran serta jadwal pelaksanaan dan persiapan-persiapan yang dibutuhkan untuk
mengimplementasikan program-program komunikasi. Perencanaan anggaran didasarkan pada
banyaknya media yang digunakan ditambah dengan biaya operasional untuk pelaksanaan
program. Dari sini dapat diketahui: 1.) berapa banyak dana yang dibutuhkan untuk
membiayai suatu program 2.) kegiatan apa saja yang bisa dilaksanakan dengan dana yang
tersedia 3.) daftar kerja, pedoman atau prinsip pelaksanaan kegiatan atau program 4.)
efisiensi suatu program i. Evaluasi Menurut Grunig dan Hunt sebagaimana dikutip I Gusti
Ngurah Putra (1999:72), evaluasi strategi komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.)
Evaluasi program, berkaitan dengan usaha-usaha untuk mengetahui apakah program-program
telah dikelola dengan baik, efektif, dan berkesinambungan. 2.) Evaluasi hasil, berkaitan
dengan usaha-usaha untuk mengetahui dampak atau hasil yang ditimbulkan dari program-
program komunikasi yang dijalankan oleh organisasi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik, sangat dibutuhkan komunikasi yang
baik. Seperti halnya suatu komunikasi akan berhasil ketika kedua belah pihak sama-sama siap
untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan. Dalam suatu kegiatan penyuluhan diperlukan
perencanaan yang matang. Persiapan dan perencanaan dilakukan dengan menyusun sebuaah
desain komunikasi penyuluhan.

Pengalaman, pengetahuan, dan informasi yang dilimiliki seseorang mempengaruhi


proses komunikasi yang dilakukannya. Proses komunikasi merupakan sesuatu yang kreatif
dan dinamis, dan mengalir. Komunikator akan terus melakukan penyesuaian terhadap pesan
dan saluran penyampaiannya ketika seorang komunikan tidak menerima dengan baik pesan
yang diterimanya

Berjalannya sebuah komunikasi bisa dilakukan jika terdapat unsur-unsur yang


menciptakan sebuah komunikasi, setidaknya ada tiga unsur komunikasi yaitu sumber, pesan,
dan penerima. Ketika unsur tersebut membentuk interaksi sehingga terjadilah sebuah
komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung, baik secara verbal maupun
nonverbbal, baik secara perorangan maupun kelompok.

Komunikasi merupakan suatu proses interaksi sosial yaang dilakukan seseorang untuk
memahami sebuah pesan menjadi makna yang sama diantara kedua belah pihak yaitu
komunikator dan komunikan, sehingga tercapai kesamaan makna untuk tujuan tertentu.
Kesamaan makna akan mengalami kegagalan ketika terdapat sebuah gangguan (noise). Baik
karena proses penyampaian yang tidak sempurna maupun karena penafsiran yang tidak tepat
oleh si penerima pesan.

Kompetensi komunikasi seseorang penyuluh dibidang apapun sangat ditentukan oleh


faktor kredibilitas penyuluh di mata khalayak. Kompetensi komunikasi adalah sejumlah
kemampuan dasar dalam berkomunikasi yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh agar
kegiatannya nanti di tengah-tengah masyarakat dapat berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

- Nasution, Zulkarimen. 1990. Prinsip-prinsip Komunikasi untuk Penyuluhan. Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

- Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik “Komunikator, pesan, media”. Bandung: PT.

Remaja Rodakarya

Anda mungkin juga menyukai