Anda di halaman 1dari 11

Hadits Dakwah

Metode Dakwah Dalam Surah An-Nahl 125


&

Bentuk-Bentuk Perkataan Dalam Islam

Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Dari Bapak Dosen Solimin S.Kom,i., M.I.Kom

Hadits Dakwah

DISUSUN

OLEH
Fajar Suwarsono ( 2216.0005 )

1
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI SAGAMA ISLAM
BUMI SILAMPARI

2
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
Latar belakang…………………………………………………………………………3
Rumusan Masalah…………………………………………………………………......3
Tujuan Penulisan………………………………………………………………………3
B. PEMBAHASAN
Pengertian metode dakwah………………………………………………………........5
Metode dakwah Surat an-Nahl 125……………………………………………………5
Bi al-Hikmah…………………………………………………………………………..6
Mau’idzhoh hasanah…………………………………………………………………..6
Mujadalah……………………………………………………………………………...6
Qaulan Tsaqilan ……………………………………………………….........................7
Ahsanu Qaulan………………………………………………………………………...7
Qaulan‘Adzhima………………………………………………………………………8
C. PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………...........................10
Saran ………………………………………………………………………….…..... .10
Daftar Pustaka ……………….……………………………………………………....11

3
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Dakwah adalah usaha-usaha
menyerukan dan menyampaikan kepada seluruh umat manusia tentang konsep Islam dalam
pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dengan meliputi amar ma’ruf nahi munkar
dengan berbagai macam cara dan media yang selama itu masih dalam syariat yang
diperbolehkan Islam, serta membimbing dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan
bernegara.

Aktivitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh dalam kemajuan agama. Sebaliknya,
aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Karena adanya
hubungan timbale balik ini maka Islam meletakkan kewajiban berdakwah pada pundak
pemeluknya.1

Setiap muslim diharapkan megambil bagian dalam rangka pelaksanaan dakwah. Yakni
mengajak manusia ke jalan Allah untuk mmperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian metode dakwah?


2. Bagaimana Metode dakwah menurut Q. S an-Nahl 125?
3. Berikan Penjelasan Bentuk Perkataan Di Dalam Islam?

1
Andy Dermawan, dkk, Metodologi ilmu dakwah,Yogyakarta: Lesfi, 2002, hlm 5-6.

4
Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian metodologi dakwah


2. Mengetahui metode dakwah menurut Q.S an-Nahl 125
3. Mengetahui Bentuk Perkataan Di Dalam Islam

PEMBAHASAN

1. Pengertian Metode Dakwah

Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang artinya cara atau
jalan. Jadi metode dakwah adalah jalan atau cara umtuk mencapai tujuan dakwah. Agar
masyarakat dapat menerima dakwah dengan lapang dada, tulus, dan ikhlas maka
penyampaian dakwah harus melihat situasi dan kondisi masyarakat. Kalau tidak maka tujuan
dakwah agar dapat terealisasi sulit untuk dicapai.2

Metode dakwah adalah suatu cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan
dakwah yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran
Islam atau aktivitas penyampaian ajaran agama Islam dari seseorang kepada orang lain yang
dilakukan secara sadar dan sengaja dengan berbagai cara atau metode yang telah
direncanakan dengan tujuann mencari kebahagiaan hidup dengan dasar keridhaan Allah
SWT.3

2. Metode dakwah Islam Menurut Q. S An-Nahl 125

‫ِب ِلِه‬ ‫ِإ‬ ‫ِة ِد ِب َّل ِه‬ ‫ِع ِة‬ ‫ِب ِحْل ِة‬ ‫ِإ ِب‬
‫اْد ُع ىَل َس يِل َر ِّبَك ا ْك َم َو اْلَمْو َظ اَحْلَس َن َو َج ا ُهْلْم ا يِت َي َأْح َسُن َّن َر َّبَك ُه َو َأْعَلُم َمِبْن َض َّل َعْن َس ي َو ُه َو َأْعَلُم‬
]125 :‫ِباْلُم ْه َتِديَن [النحل‬
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan Mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu

2
Samsul Munir Amin, Ilmu dakwah, Jakarta:Amzah, 2009, hlm 55-56.
3
http://blog.umy.ac.id/divtaiqbal/2012/10/10/pengertian-metode-dakwah/

5
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan Nya dan Dia
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S an-Nahl:125).4
Landasan umum mengenai metode dakwah terdapat dalam al-Qur’an Surat an-
Nahl 125. Pada ayat tersebut disebutkan bahwasanya dakwah dapat dilakukan
dengan tiga hal. Yakni:
a. Bi al-Hikmah
b. Mau’idzoh khasanah
c. Mujadalah

a. Bi al-hikmah
Kata al Hikmah seringkali diartikan dengan Bijaksana. Adapun
pengertian al-Hikmah dalam Surat An-nahl adalah perkataan yang jelas
disertai dalil-dalil dan argumen yang dapat menghilangkan keraguan dan
memperjelas kebenaran.5
Menurut Muhammad Abduh Hikmah adalah kemampuan da’I dalam
memilih teknik dakwah dengan kondisi mad’u. selain itu al-hikmah juga
merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan doktrin- doktrin Islam
serta realitas yang ada dengan argumentasi yang logis dan bahasa yang
komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebuah system yang
menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.6
b. Mau’idzoh hasanah (pelajaran yang baik)
Mau’idzoh hasanah adalah memberikan nasihat kepada orang lain
dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk kea rah kebaikan dengan
bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh perasaan,
menghindari sikap kasar.7
Mau’idzoh hasanah mengandung unsure-unsur seperti: nasihat atau
petuah, bimbingan atau pengajaran, kisah-kisah, wasiat (pesan-pesan
positif.8
c. Mujadalah

4
Al Qur’an Surah an-Nahl:125
5
Samsul Munir Amin, Ilmu dakwah, hlm 57.
6
http://istimroor-belajar.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html
7
Samsul Munir Amin, Ilmu dakwah, hlm 57.
8
http://istimroor-belajar.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html

6
Mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang baik. Kaum muslimin
dianjurkan agar berdebat dengan cara yang baik, sopan santun, dan lemah
lembut.9

Diantara Macam-macam perkataan dalam islam antara lain

A. Qaulan Tsaqilan (perkataan yang penuh makna)

Qaulan tsaqilan yakni penyampaian pesan yang berbobot dan penuh makna, memiliki
nialai yang dalam, memerlukan perenungan untuk memahaminya, dan bertahan lama.
Dengan demikian Qaulan tsaqilan juga berarti kata-kata yang berbobot dan berat dari seorang
ahli hikmah. Artinya, 'qaulan tsaqila' biasanya memuat sebuah konsep pemikiran yang
mendalam dan memiliki bobot baik secara intelektual maupun spiritual.

Allah berfirman dalam surah al-Muzzammil ayat 5:

‫ِاَّنا َس ُنْلِقْي َع َلْيَك َقْو اًل َثِقْياًل‬

"Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu."

(QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 5)

Qaulan tsaqilan oleh Al-Quran lahir dari sebuah proses pendekatan diri kepada Allah.
Yaitu dengan memperbanyak shalat malam, membaca Al-Quran, berdzikir dan bersabar
menghadapi cobaan hidup.

Para ulama atau para wali Allah yang telah mencapai maqom ini, maka saat berbicara
perkataannya pasti berbobot dan berisi. Kata-kata hikmah dari para ulama adalah qaulan
tsaqila sehingga bisa bertahan ratusan tahun, karena ia lahir dari perenungan mendalam
setelah melalui proses spiritual tinggi.

B. Ahsanu Qaulan (perkataan yang terbaik)

Ahsanu qaulan yakni menyampaikan perkataan pilihan kata terbaik. Allah berfirman
dalam surah Fushshilat ayat 33:

‫َو َم ْن َاْح َس ُن َقْو اًل ِّمَّم ْن َدَع ۤا ِاَلى ِهّٰللا َو َع ِمَل َص ا ِلًحا َّو َقا َل ِاَّنِنْي ِم َن اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬

9
Samsul Munir Amin, Ilmu dakwah, hal 57.

7
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah
dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang
berserah diri)?"

(QS. Fussilat 41: Ayat 33)

Menurut tasfsir Ibnu Katsir, Firman Allah: wa man ahsanu qaulan mimman da’aa ilallaaHi
(“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah.”)
yakni menyeru para hamba Allah kepada-Nya. Wa ‘amila shaalihaw wa qaala innanii minal
muslimiin (“Dan mengerjakan amal yang shalih dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.’”) artinya dia sendiri menjalankan apa yang dikatakannya,
maka manfaaatnya untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Dia bukan termasuk orang-orang yang memerintahkan kepada yang ma’ruf akan tetapi dia
sendiri tidak mengerjakannya. Serta melarang dari kemungkaran akan tetapi dia sendiri
mengerjakannya. Akan tetapi ia adalah orang yang melaksanakan kebaikan, meninggalkan
keburukan dan menyeru manusia kepada kebaikan yang menyeru manusia kepada kebaikan
dan dia sendiri melaksanakannya

C. Qaulan 'Adzima (perkataan yang mengandung dosa besar)

Berbeda dengan 8 qaulan sebelumnya, Qaulan 'Adzima ini merupakan ujaran yang
mengandung penentangan yang nyata terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya.

‫َاَفَا ْص ٰف ٮُك ْم َر ُّبُك ْم ِبا ْلَبـِنْيَن َو اَّتَخ َذ ِم َن اْلَم ٰٓلِئَك ِة ِاَنا ًثاۗ ِاَّنُك ْم َلَتُقْو ُلْو َن َقْو اًل َع ِظ ْيًم ا‬

"Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak
perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar
(dosanya)."

(QS. Al-Isra' 17: Ayat 40)

8
Termasuk jenis 'qaulan adzima' adalah setiap ujaran kebencian (hatespeech), atau ujaran
yang mengandung permusuhan dan penipuan. Apalagi di era digital dan arus informasi yang
sangat terbuka, orang zaman ini begitu mudah mengakses informasi.

Maka, di media sosial, jika orang hanya menggunakannya untuk menumpahkan fitnah,
caci maki dan menyebarkan ujaran-ujaran yang justru semakin menjauhkan manusia dari
jalan Allah, maka hal tersebut termasuk jenis 'qaulan adzima', yaitu perkataan yang
mengandung dosa besar

9
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara Etimologi metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang artinya cara
atau jalan. Jadi metode dakwah adalah jalan atau cara umtuk mencapai tujuan
dakwah. Metode dakwah adalah suatu cara, pendekatan, atau proses untuk
menyampaikan dakwah yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain
untuk mengamalkan ajaran Islam atau aktivitas penyampaian ajaran agama Islam
dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan
berbagai cara atau metode yang telah direncanakan dengan tujuann mencari
kebahagiaan hidup dengan dasar keridhaan Allah SWT. Menurut Q. S An-Nahl
125 disebutkan bahwasanya dakwah dapat dilakukan dengan tiga hal. Yakni:

a A l-Hikmah

b. Mau’idzoh khasanah
c. Mujadalah

D. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Saran dan kritik yang
membangun selalu kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah
berikutnya. Semoga ada manfaatnya. Amin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad A, Tafsir An-Nahl 2005, (Jakarta: PT. Ciputat Press)

Imam Nawawi, RINGKASAN RIYADHUSH SHALIHIN, 2006, (Bandung: IBS)

Nuaman A. Majid Hasyim, Bentuk-bentuk Perkataan dalam islam, 1994, (Jakarta: PT


Bina Ilmu)

11

Anda mungkin juga menyukai