Dibuat Untuk Melengkapi Tugas Dari Ibu Dosen Heksa Manora M.Pd
DISUSUN
OLEH
Jonadi ( 2216.0004 )
Semester 3
COVER ............................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II Pembahasan
Bab III
Kesimpulan ........................................................................................................ 17
Manusia adalah makhluk soaial yang membutuhkan interaksi dengan manusia lain dan
lingkungan sosial disekitarnya.Kebutuhan-kebutuhan hidup manusia dipengaruhi adanya motif
atau dorongan baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar diri manusia baik berupa benda
maupun situasi yang terjadi dilingkungan sekitarnya yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu
yang untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari peristiwa yang memberikan
pelajaran baik yang menyenangkan, mengharukan, mengecewakan atau menyedihkan.Seseorang
dapat memahami apa yang dirasakan orang lain, merasa peduli terhadap perasaan orang lain
tetapi tidak terhanyut dalam suasana yang sedang dihadapi orang lain.
b. Rumusan Masalah:
c. Tujuan:
1. Untuk mengetahui pengertian motif sosial, macam-macam motif sosial dan faktor-faktor yang
mempengaruhi motif sosial
2. Untuk mengetahui maksud konformitas, kesepakatan, dan kepatuhan.
3. Mengenal prinsip-prinsip dasar dan teknik-teknik kesepakatan
4. Mengetahui maksud empati dan faktor-faktor yang mempengaruhi empati.
BAB II
PEMBAHASAN
MOTIF SOSIAL
A. Pengertiaan Motif
Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan .Misalnya, apabila seseorang
merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk
hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan
dasar bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses belajar.
1. Gerungan (1975)
Motif itu merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
3. Atkinson (1958)
Motif sebagai sesuatu disposisi laten yang berusaha dengan kuat untuk menuju tujuan
tertentu, tujuan ini dapat berupa prestasi. Afiliasi maupun kekuasaan.
Motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman –
pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada dan
berfungsi mengerakan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.
Gadner Lindzey, calvin S.Halldan Ricard F.Thompson dalam bukunya pyichology (1975,
p.339 ) mengklasifikasikan motif kedalam dua hal yaitu:
1. Drives (needs)
Drive adalah yang dorongan untuk bertindak. Drives yang merupakan proses organik
internal disebut drives primer atau drives yang tidak dipelajari. Misalnya: lapar dan haus. Drives
yang lain diperoleh melalui belajar. Misalnya: persaingan.
2. Incentives
Incentives adalah benda atau situasi (keadaan) yang berbeda di dalam lingkungan sekitar
kita yang merangsang tingkah laku.
Misalnya: mungkin kita tidak lapar, tetapi melihat mie goreng terhidang di atas meja merangsang
nafsu makan kita. Drives yang dipelajari memenuhi kebutuhan Untuk kelangsungan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
1. Londgren (19730) motif sosial adalah motif yang dipelajari melalui kontak orang lain dan
bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting.
2. Barkowitz (1969) motif sosial adalah motif yang mendasari aktivitas individu yang mereaksi
terhadap orang lain.
3. Max Crimon dan Messick (1976) Mengatakan bahwa seseorang menunjukan motif sosial,
jika dalam membuat pilihan memperhitungkan akibat bagi orang lain.
4. Heckhausen (1980) motif sosial adalah motif yang menunjukan bahwa tujuan yang ingin di
capai mempunyai interaksi dengan orang lain.
a. Satu kekurangan universal di kalangan umat manusia dan musnah bila kekurangan itu tidak
tercukupi.
b. Sebuah kekurangan yang dapat dipenuhi secara wajar dengan berbagai benda lain apabila ada
benda khusus yang diingini tidak dapat diperoleh.
Emergency motive/ motif darurat ini adalah motif yang membutuhkan tindakan segera karena
keadaan sekitarnya menuntut demikian. Misalnya: motif untuk melepaskan diri dari bahaya,
melindungi matanya dan sebagainya.
Objektif motive/ motif objektif. Motif yang berhubungan langsung dengan lingkungan baik
berupa individu maupun benda. Misalnya: penghargaan, memiliki mobil, memiliki rumah bagus
dan sebagainya.
Teevan dan Smith (1964) menggolongkan motif atau dasar perkembangannya menjadi
dua kelompok yaitu:
Perilaku adalah motif yang timbulnya berdasarkan proses kimiawi fisiologik kimiawi
fisiologik dan diperoleh dengan tidak dipelajari. Contohnya: haus dan lapar.
c. Motif sekunder
Motif yang timbulnya tidak secara langsung berdasarkan proses kimiawi fisiologik dan
umumnya diperoleh dari proses belajar baik melaui pengalaman maupun lingkungan.
McClellaand mengemukakan bahwa motif sekunder disebut juga dengan motif sosial
yang terdiri atas :
Motif beprestasi
Motif berafiliasi
Motif berkuasa
2. Motif Biogenetis
3. Motif Sosiogenetis
4. Motif Teogenetis
Manusia berinteraksi dengan dunia sosialnya dalam tiga bentuk motif yaitu:
1) Motif berprestasi dimana ciri-ciri dari tipe orang dengan motif sosial seperti ini:
Mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih baik (beranggapan bahwa berprestasi lebih baik
adalah suatu hal yang penting).
Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
Berpikiran maju ke depan (inovatif).
4) Pendidikan formal
Faktor-faktor yang meliputi motif sosial meliputi cara-cara mengasuh anak (yang
meliputi Interaksi ibu dan anak, interaksi anak dengan seluruh keluarga, interaksi anak dengan
masyarakat luas, pendidikan formal) dan lingkungan kebudayaan.
Bila orang lain itu mengerjakan sesuatu bujukan atau hadiah itu dapat berupa:
Dalam hal ini mereka berbuat sesuatu dengan suatu rasa percaya diri sendiri bahwa apa yang
dilakukan itu adalah untuk mencapai tujuan tertentu, ada keinginan dari dalam.
Contohnya seorang murid belajar bukan karena bujukan guru, tetapi murid belajar karena
memang mereka ingin memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.
Pengaruh social adalah perubahan sikap atau perilaku sebagai hasil dari interaksi kepada orang
lain. Ada perbedaan tingkat pengaruh social pada setiap individu, yaitu menerima sepenuhnya pengaruh
orang lain tersebut (acceptance) atau hanya melakukanperubahan secara persial tidak menerima pengaruh
tersebut secara utuh (compliance). Ada 3 aspek penting dalam pengaruh social yaitu
konformitas(conformity), kesepakatan(compliance), kepatuhan(obedience) dan indoktrinasi
insentif(intense indroctination).
A. KONFORMITAS
Konformitas (conformity) adalah suatu jenis pengaruh social di mana individu mengubah sikap
dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social yang ada. Seseorang bertingkah laku dengan
cara-cara yang di pandang wajar atau yang dapat di terima oleh kelompok/masyarakat kita.
Selain itu norma juga dibagi menjadi norma deskriptif dan norma injungtif. Norma deskriptif
berupa berupa saran atau himbauan untuk melakukan sesuatu norma yang menindikasikan apa yang
sebagian besar orang lakukan pada situasi tertentu, contoh norma deskriptif: himbauan oleh kepala desa
kepada warganya untuk melakukan 3M demi mencegah demam berdarah atau ketika di jalan tol ada
himbauan bagi kendaraan yang berjalan lambat untuk berjalan di bahu kiri dan bagi kendaraan yang ingin
mndahului dan melaju cepat untuk berjalan di bahu kanan. Norma deskriptif belum tentu di patuhi, seperti
misalnya belum tentu kendaraan di lajur kanan melaju cepat, fakta di lapangan banyak kendaraan yang
melaju lambat-lambat di lajur kanan., tapi tidak dikenai sanksi.
Norma injungtif adalah berupa perintah atau larangan yang mengharuskan orang untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu norma yang menentukan apa yang harus di lakukan-tingkah laku
apa yang di terima dan tidak di terima pada situasi tertentu. Contoh perintah membayar pajak untuk para
wajib pajak, bagi yang tidak mematuhi akan di kenakan sanksi.
Terkadang kita tidak menyetujui konformitas ini karena konformitas membatasi kebebasan pribadi.
Namun ada dasar yang kuat berkenaan dengan konformitas, tanpa konformitas kita segera menyadari
berhadapan dengan kekacuan social. Jadi, pada berbagai kondisi konformitas memiliki fungsi yang sangat
berguna. Konformitas tidak terjadi pada derajat yang sama di semua situasi.
1. Kohevisitas ( cohesiveness )
2. Ukuran Kelompok
3. Teori focus normative ( normative focus theory )
a. Keinginan individuasi
b. Keinginan mempertahankan kontrol terhadap kejadian-kejadian dalam hidupnya.
c. Orang-orang yang tidak dapat melakukan konformitas.
B. Compliance (Kesepakatan).
Kesepakatan adalah suatu bentuk pengaruh sosisal yang meliputi permintaan langsung
dari seseorang kepada orang lain. Kesepakatan bisa terjadi kaeena adanya rasa pertemanan, rasa
suka, komitmen, konsistensi, kelangkaan. Timbale balik, respiratoris, validitas sosial, ataupun
kesukaan.
Ada 6 prinsip dasar compliance (Cialdini, 1994):
a. Pertemanan/rasa suka: Kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari teman atau orang-
orang yang kita sukai daripada permintaan dari orang asing atau dari orang yang tidak kita
sukai.
b. Komitmen/konsistensi: Sekali kita berkomitmen pada suatu tindakan, kita akan lebih bersedia
untuk memenuhi permintaan mengenai tingkah laku yang konsisten dengan tindakan
tersebut daripada permintaan yang tidak konsisten dengan tindakan tersebut.
c. Kelangkaan : kita lebih mungkin untuk memenuhi permintaan yang berpusat pada kelangkaan
daripada terhadap permintaan yang sama sekali tidak terkait dengan isu tersebut.
d. Timbal balik/resiprositas: Kita lebih bersedia untuk memenuhi permintaan dari orang yang
sebelumnya telah memberikan bantuan atau kemudahan bagi kita.
e. Validasi sosial: kita lebih bersedia memenuhi permintaan untuk melakukan beberapa tindakan
jika tindakan tersebut konsisten dengan apa yang kita percaya dilakukan oleh orang lain yang
mirip dengan kita.
f. Kekuasaan: Kita lebih bersedia memenuhi permintaan dari seseorang yang memiliki kekuasaan
yang sah.
Prinsip pertemana lebih dikenal dengan ingratiation membuat orang lain menyukai kita sehingga
mereka lebih bersedia untuk menyetujui permintaan kita.
1. Teknik ingration
2. Teknik Foot-In-The-Door
3. Teknik Low Ball
4. Teknik Door-In-The-Face
5. Teknik That’s-not-all
6. Teknik Jual mahal
7. Teknik deadline
8. Teknik Pique
C. Obedience (kepatuhan)
Kepatuhan adalah suatu pengaruh sosial dimana seseorang hanya perlu memerintah satu
orang atau lebih untuk melakukan sesuatu atau beberapa tindakan yang diharapkannya.
Terkadang didalam masyarakat sering dan perlu sekali adanya kepatuhan karena merupakan
bentuk langsung dari pengaruh sosial. Kepatuhan sendiri lebih jarang terjadi dibanding
konformitas dan kesepakatan. Biasanya kepatuhan diikuti dengan kata hukuman dan aturan
dalam penerapannya.
Aspek lain dari pengaruh sosial adalah kepatuhan (obedience), keadaan dimana seseorang
pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang lain untuk melakukan
sesuatu dan mereka melakukannya.
1. Orang - orang yang berkuasa membebaskan orang-orang yang patuh dari tanggungjawab atas
tindakan mereka. “saya hanya menjalankan perintah”, sering kali dijadikan alasan bila sesuatu
yang buruk terjadi.
2. Orang-orang yang berkuasa sering kali memiliki tanda atau lencana nyata yang menunjukan
status mereka. Hal ini menimbulkan norma “patuhilah orang yang memegang kendali”. Norma
ini adalah norma yang kuat, dan bila kita dihadapkan dengannya, sebagian besar orang merasa
sulit untuk mematuhinya.
3. Adanya perintah bertahap dari figure otoritas. Perintah awal mungkin saja meminta tindakan
yang ringan beru selanjutnya perintah untuk melakukan tindakan yang berbahaya.
4. Situasi yang melibatkan kepatuhan bisa berubah cepat. Cepatnya perubahan ini menyebabkan
kecenderungan meningkatnya kepatuhan.
Berikut ini cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepatuhan yang merusak:
a. Individu yang dihadapkan pada perintah dari figure otoritas dapat diingatkan bahwa merekalah
yang akan bertanggungjawab atas kerusakan apapun yang dihasilkan bukan pihak otoritas.
b. Individu dapat disadarkan bahwa melebihi suatu titik tertentu, maka benar-benar mematuhi
perintah yang merusak adalah tidak layak.
c. Individu dapat lebih mudah untuk melawan figure otoritas jika mereka mempertanyakan
keahlian dan motif dari figure-figure tersebut.
d. Cukup dengan mengetahiu kekuatan yang dimiliki figure otoritas untuk dapat memerintahkan
kepatuhan buta bisa membantu melawan pengaruh itu sendiri.
D. Indoktrinasi Intensif
Indoktrinasi Intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi anggota suatu
kelompok ekstrem dan menerima belief serta aturan-aturan dari kelompok tersebut tanpa banyak
bertanya. Tindakan ini lebih berjalan secara psikologi atau verbal dibanding secara atau
fisik. Proses ini melalui beberapa tahap:
a. Tahap melunakkan/softening-up. Tahap dimana seseorang diisolasi, dibuat bingung, lelah, tidak
memiliki orientasi, dan menjadi emosional.
b. Tahap kesepakatan. Tahap dimana seseorang mengiyakan belief dan aktif sebagai
anggota. Dengan diiming-imingi penebusan dari rasa bersalah dan penderitaanya yang dialami
pada tahap pertama.
c. Tahap internalisasi. Tahap dimana seseorang sungguh-sungguh meyakini kelompok
tersebut. Orang tersebut akan benar-benar yakin dan bersedia melakukan apapun untuk
keyakinannya itu.
d. Tahap konsolidasi. Tahap dimana anggota dari kelompok ekstrem tersebut melakukan tindakan
besar untuk tujuan terselubung dari kelompok tersebut.
E. Empati Dan Perilaku Propososial
A. Empati
1. Pengertian Empati
Empati merupakan salah satu dari unsur kecerdasan sosial. Ia terinci dan berhubungan
erat dengan komponen-komponen lain, seperti empati dasar penyelarasan ketepatan empatik dan
pengertian sosial. Empati dasar yakni memiliki perasaan dengan orang lain atau merasakan
isyarat-isyarat emosi non verbal.
Empati adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau menghayati perasaan dan
pengalaman orang ain.
Menurut kamus besar bahasa indonesia, adalah keadaan mental yang membuat seseorang
merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan
orang atau kelompok lain.
a. Sosialisasi
b. Perkembangan kognitif
c. Mood and feeling
d. Situasi dan tempat
e. Empati seseorang
f. Komunikasi
Kemampuan empati harus selalu dilatih atau diasah sejak dini.langkah-langkah yang
dapat dilakukan agar empati kita terbentuk , antara lain :
a. Rekam semua emosi pribadi.
b. Perhatikan lingkungan luar(orang lain).
c. Dengarkan curhat orang lain.
d. Lakukan bantuan secepatnya
4. Manfaat-manfaat Empati
Manfaat kemampuan empati dalam kehidupan pribadi dan sosial:
Dikatakan memiliki karakteristik kemampuan empati, jika mengikuti beberapa syarat berikut:
B. Perilaku Prososial
Perilaku prososial adalah perilaku yang menguntungkan penerima bantuan tetapi tidak
memiliki keuntungan yang jelas bagi pemberi bantuan.
a. Tindakan tersebut berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi
bantuan.
b. Tindakan tersebut dilahirkan secara suka rela.
c. Tindakan tersebut menghasilkan kebaikan.
Pandangan bahwa setiap orang merupakan bagian dari kelompok manusia secara keseluruhan
adalah hal yang perlu dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan .Misalnya, apabila seseorang
merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk
hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu.
Motif sosial adalah motif yang menunjukan bahwa tujuan yang ingin di capai
mempunyai interaksi dengan orang lain.
Empati adalah kemampuan seseorang ikut merasakan atau menghayati perasaan dan
pengalaman orang lain.
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan
tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.
Kesepakatan adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung dari
seseorang kepada orang lain.
Kepatuhan (Obedience) adalah suatu pengaruh sosial dimana seseorang hanya perlu
memerintah satu orang atau lebih untuk melakukan sesuatu atau beberapa tindakan yang
diharapkannya.
Dalam Pengertian Lain Motif sosial adalah keadaan motif yang kompleks yang
merupakan sumber dari banyak tindakan manusia. Motif-motif itu disebut sosial karena mereka
dipelajari dalam kelompok, khususnya kelopok keluarga ketika mereka tumbuh sebagai anak.
Karena biasanya motif ini melibatkan orang lain untuk berinteraksi. Dengan kata lain, motif itu
merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
Motif sosial dibagi 3 antara lain, Motif biogenetis yaitu motif yang bercorak universal dan
kurang terikat dengan lingkungan kebudayaannya tempat manusia itu kebetulan berada dan
berkembang. Motif biogenetis ini adalah assli di dalam diri orang dan berkembang dengan
sendirinya. Motif Sosiogenetis adalah motif- motif yang dipelajari orang dan berasal dari
lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif sosiogenetis tidak
berkembang dengan sendirinya tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil
kebudayaan orang. Macam motif sosiogenetis banyak sekali dan berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan-perbedaanyang terdapat di antara berbagai corak kebudayaan di dunia. Dan, Motif
Teogenetis adalah motif yang berasal dari interaksi antara manusia dengan Tuhan seperti yang
terwujud dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari dimana ia berusaha
merealisasikan norma-norma agamanya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motif sosial meliputi cara-cara mengasuh anak (yang
meliputi interaksi antara ibu dengan anak, anak dengan keluarga, anak dengan masyarakat luas,
dan pendidikan formal) dan lingkungan kebudayaan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memotivasi seseorang yaitu dapat dilakukan dengan
cara memotivasi dengan kekerasan/motivating by force.
Cara ini biasa terjadi contohnya dalam Angkatan bersenjata dimana seorang pemimpin akan
mengancam para serdadu dengan suatu hukuman, jika mereka tidak atau kurang disiplin. Seperti
itulah cara yang digunakan, namun biasanya menimbulkan perasaan tidak senang bagi subjek
yang terkena. Di dalam masyarakat yang demokratis cara semacam ini kurang begitu tepat, sebab
orang akan memiliki sifat ketergantungan yang besar, dan kurang mampu membutuhkan
kesadaran. Cara yang lain yaitu dengan bujukan/motivating by enticement. Cara yang kedua
adalah dengan cara memberikan bujukan atau hadiah, bila orang lain itu mengerjakan
sesuatu.bujukan atau hadiah itu dapat berupa:
Seperti gading yang tak retak, begitupula makalah ini sungguh jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian yang bersifat
membangun demi kesempurnaan dan perbaikan penulisan makalah berikutnya.
Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA