SOSIOLOGI
“Kelompok Sosial”
ii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam makalah ini kami membahas “Kelompok Sosial”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman kita
mengenai pokok bahasan, hal ini sangat diperlukan dalam suatu harapan
mendapatkan pemahaman lebih sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Sosiologi”
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami
sampaikan :
Bapak Heru Laksono, S.Km,MPH selaku dosen mata kuliah “Sosiologi”
Rekan-rekan mahasiwa/i yang telah banyak memberikan masukan untuk
makalah ini.
Kelompok 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
4
4. Seperti apa kehidupan masyarakat pedesaan dan perkotaan?
5. Apa yang menyebabkan terjadinya dinamika kelompok sosial?
C. Tujuan Makalah
1. Mendeskripsikan tentang pengertian kelompok sosial.
2. Mendeskripsikan tentang dasar pembentukan kelompok sosial.
3. Mendeskripsikan tentang klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial.
4. Mendeskripsikan tentang kehidupan masyarakat pedesaan dan perkotaan.
5. Mendeskripsikan penyebab terjadinya dinamika kelompok-kelompok
sosial
BAB II
5
ISI
A. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan
manusia yang terdiri dari dua atau lebih individu yang hidup bersama saling
berhubungan, saling mempengaruhi dengan suatu kesadaran untuk saling
tolong menolong.
B. Persyaratan Kelompok Sosial
Setiap himpunan manusia belum tentu dapat disebut sebagai kelompok
sosial, baru dapat disebut kelompok sosial apabila telah memenuhi beberapa
persyaratan tertentu, yaitu:
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya, dalam kelompok itu.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
kelompok itu, sehinggga hubungan antara mereka bertambah erat.
Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain
sebagainya. Mempunyai musuh yang sama dapat pula menjadi
faktor pengingat/pemersatu.
6
sebagai hasil dari alam di sekitarnya ia mempergunakan akalnya, kalau
manusia menjadi nelayan penangkap ikan, di hutan ia berburu, dan
sebagainya. Semua itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial karena pada
hakikatnya manusia tidaklah mungkin hidup sendiri terisolir, karena itu ia
memerlukan kelompoknya. Dengan jalan komunikasi terjadilah stimulasi dan
respons yang mendekati tujuan, dengan menggunakan ikatan-ikatan yang
dibentuknya, kebutuhan hidupnya akan terpenuhi. Hal demkian disebutkan
bahwa kelompok sosial terbentuk karena adanya kebutuhan sosial manusia
karena ia mempunyai kebutuhan pribadi. Manusia yang bekerja adalah
manusia yang sekurang-kurangnya berusaha untuk mempertahankan
hidupnya, sedangkan jumlah terbesar kebutuhannya terletak di luar dirinya,
maka manusia menjadi makhluk sosial yang selalu berkomunikasi. Sebagai
konsentrasinya, maka terjadilah integrasi atau pembentukan kelompok sosial
dengan kehidupan yang lebih lama.
Emile Durkehim melihat pengelompokan manusia dari segi organisatorik
fungsional. Bentuk mekanik merupakan bentuk yang naluriah ditentukan oleh
pengaruh-pengaruh pertama terhadap manusia, yaitu ditentukan oleh ikatan
geografik, biogenetik, dan keturunan lebih lanjut. Ikatan pengelompokan
dalam bentuk ini hanya mencapai taraf solidaritas mekanik.
Berbeda dengan halnya dengan ikatan pengelompokan bentuk kedua, yaitu
bentuk organisatorik fungsional yang merupakan hasil dari kesadaran
manusia, hasil dari keinginan yang rasional. Dalam bentuk pertama ditemukan
integrasi normatif (berdasarkan ikatan norma); dalam bentuk kedua integrasi
yang merupakan hasil dari disiplin, peraturan-peraturan resmi bahkan undang-
undang. Ferdinand Toennies menyebutkan bentuk pertama Geminschaft dan
bentuk kedua Gesellscaft (Doyle Paul Johnson, 1988: 181)
Selain dari bentuk kelompok sesuai dengan ikatan naluriah otomatik dan
organisatorik fungsional, masih dikenal bentuk-bentuk kelompok yang
etnosentrik dan xenosentrik. Kelompok etnosentrik adalah kelompok yang
memegang teguh norma-normanya, mengusahakan penjauhan dari kelompok-
kelompok lain agar interpenetrasi dari kebudayaan dapat dihindari sebanyak
mungkin. Biasanya kelompok yang etnosentrik, merupakan kelompok yang
7
statis dan hidup dalam isolasi. Sebaliknya kelompok xenosentrik adalah
kelompok lawan ekstrim dari kelompok etnosentrik, sehingga lebih menyukai
kebudayaan dari luar kelompok dari pada kelompok sendiri. Keadaan hidup
pada umumnya menunjukkan keadaan kelompok di antara kedua kutub
ekstrim ini.
Alvin Boskoff (1962: 3) melihat kelompok terutama dalam ikatan
kehidupan kota, berpendapat bahwa setiap bentuk ikatan ditentukan oleh
keadaan lingkungan serta penyesuaian diri manusia dengan lingkungan hidup
ini. Dengan demikian, setiap pembentukan kelompok merupakan hasil
eksperimen masyarakat/kelompok yang bersangkutan, yaitu hasil dari
pengalaman yang dapat digolongkan kedalam bidang-bidang praktikal,
intelektual dan emosi.
Terbentuknya masyarakat luas atau komunitas dapat terjadi karena adanya
interaksi sosial antara anggota atau kelompok sosial melalui beberapa ha;,
antara lain :
1) Melalui pertukaran pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan
teknikal, organisasi sosial dan mengenai wilayah mereka masing-masing.
2) Melalui adanya kebutuhan yang sama dalam bentuk biologi, nilai-nilai,
dan tujuan yang diajarkan oleh kebudayaan.
8
Klasifikasi tentang tahap-tahap terbentuknya masyarakat luas atau
komunitas melalui proses pembentukan kelompok-kelompok dan
subkelompok, Mc Iver dalam bukunya The Elements of Social Sciences
(1956) menyebutkan bahwa perkembangan yang dilalui oleh setiap
masyarakat (luas) adalah melalu tahap pembentukan kebudayaan. Sebagai
tahap terendah adalah masyarakat desa (village community) yang telah
melalui suatu tahap proses pematangan dan mencapai tingkat kebudayaan
yang cukup tinggi. Pada fase berikutnya, ialah fase pembentukan ikatan kota
)city community) dan fase pembentukan masyarakat bangsa (nation
community) yang memudahkan pengertian dalam ikatan-ikatan internasional
(Astrid Susanto, 1985: 46).
Menurut Mc Iver (Astrid Susanto, 1985: 47) ciri-ciri khas dari ikatan
hidup pedesaan sebagai tahap terendah dari perkembangan yang dilalui suatu
masyarakat luas atau komunitas adalah :
1) Bentuk kesatuan lebih jelas apabila diadakan perbedaan antara hak milik
(apa yang ada dalam rumah seseorang) pribadi atau milik penggunaan
(biasanya tanah). Walaupun tanah sering merupakan milik desa, akan
tetapi kepada penduduknya diberikan hak pakai, selama dipergunakan.
Selanjutnya dalam ikatan anggota desa masyarakat sudah dapat
mengharapkan adanya perlindungan dari sesama anggota masyarakat, dan
inilah permulaan dari awal prinsip kegotong-royongan sebagaimana
dikenal di Indonesiayang terjadi dari adanya hak pakai atas tanah/milik
desa.
2) Mulai adanya ikatan politik (dalam arti luas) dimana dalam ikatan desa
biasanya kepala keluarga mejadi anggota dari rapat desa. Dalam
masyarakat desa pemerintahannya memiliki batasan-batasan tertentu yang
berusaha memenuhi kebutuhan anggotanya secara mandiri. Kemudian adat
ditentukan oleh sesepuh setempat, demikian pula tentang hal-hal yang
diperlukan para anggota masyarakat sehari-harinya.
3) Struktur ekonomi desa biasanya terisolasi dari lingkungan ekonomi
sekitarnya walaupun gejalah ini semakin hari semakin berkurang. Desa
yang satu secara ekonomi biasanya terpisahkan dari desa yang lain tetapi
9
tetap merupakan suatu kesatuan. Mengenai pembagian pekerjaan sedikit
sekali, kecuali pekerjaan petani, sehingga terbanyak pekerjaan yang
dilakukan adalah dirumah sendiri. Kesadaran akan nilai uang masih
minim, biasanya yang terjadi adalah sifat barter, sistem perkreditan kurang
dipahami oleh penduduk desa: peningkatan taraf hidup desa biasanya
terjadi apabila suatu desa dengan mendadak dihubungkan dan menikmati
kemajuan teknologi melalui hubungan transportasi dan komunikai dengan
kota-kota terdekat.
10
Pada awalnya, fase pertumbuhan masyarakat itu dimulai dari praikatan
desa, dimana kehidupan masyarakat hampir tidak beraturan kecuali yang
berlaku dalam ikatan tali darah. Fase berikutnya, fase ikatan desa yang muncul
sebagai akibat adanya perubahan orang mulai menetapkan dan mengerjakan
tanah pada suatu tempat, dimana kehidupan mayarakat mulai menunjukkan
keteraturan dan ketertiban. Pada fase peralihan dari masyarakat ikatan desa ke
ikatan kota munculah satu bentuk ikatan peralihan yang disebut ikatan feodal
yang merupakan awal permulaan hidup dalam ikatan kota; dalam arti sosiologi
memperlihatkan timbulnya suatu hieraki pada fase pertama akan lebih
berbentuk feodalisme yaitu sebagai sisa-sisa dari dalam ikatan desa dan
dalam ikatan sebelumnya serta batas-batas milik pribadi dan milik masyaraat
kota masih perlu dipelajari anggota masyarakat.
11
serta berpusat pada suatu sumber, yaitu kekuasaan. Ikatan bangsa timbul
seiring dengan lahirnya negara secara historis berbentuk mempunyai akar
dalam negara absolut pada abad pertengahan, yaitu tatkala adanya usaha raja-
raja pada abad itu untuk menyatukan negaranya dan mengumpulkan kekuasan
dari tuan-tuan tanah (yang dalam abad-abad sebelumnya meminjam tanah dari
raja).
1. Ikatan darah
2. Ikatan desa
3. Ikatan feodal
4. Ikatan kota
5. Ikatan bangsa/Negara
1. Masyarakat pengembara
2. Masyarakat ikatan desa
3. Masyarakat ikatan Negara-kota
12
2. Ikatan asosiasi.
3. Ikatan institusi (lembaga).(Astrid Susanto, 1985:50)
13
kehidupan kota lebih cepat menerima mengadakan reaksi, lebih cepat
menerima yang lama, lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat
menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru. Kedok peradaban
yang diperolehnya ini dapat memberikan sesuatu perasaan harga dirinya
yang lebih tinggi, jauh berbeda dengan seni budaya dalam masyarakat
desa yang bersifat statis. Derajat kehidupan masyarakat kota terdiri dari
bermacam-macam tingkatan, yaitu dari tingkat tertinggi sampai dengan
tingkatan rendah, sehingga timbulnya golongan masyarakat atau
kelompok-kelompok kecil yang mempunyai corak sendiri-sendiri, sesuai
dengan warna hidup kepribadian anggota-anggotanya . Dalam masyarakat
kota meningkatkan pengetahuan mereka dalam berbagai bidang. Sarana-
sarana yang ada ini sangat besar faedahnya bagi lingkungan masyarakat
kota sendiri. Hal ini memungkinkan atau membawa warna kota kearah
peningkatan kecerdasan yang lebih tinggi sehingga pandangan mereka
lebih luas yang mampu menggunakan daya ciptanya lebih kreatif ,
rasional, dan tidak gampang dipengaruhi oleh pihak lain. Segala
sesuatunya dipecahkan secara rasional berdasarkan pertimbangan
pemikiran akal yang sehat dan ilmiah. Pandangan hidup yang luas ini
membuat orang tidak fanatic , bersedia menerima pandangan pihak lain
maupun ide-ide baru sepanjang masih dapat diterima oleh rasio. Demikian
pula sebaliknya tidak segan membuang kebiasaan yang mengikat. Pada
akhirnya lebih matang dan lebih kreatif karena banyaknya pengalaman
yang didapat dari segala teknologi dan budaya masa kini telah mengatur
manusia/masyarakat kota bertaraf hidup lebih tinggi dan modern.
3. Perwatakan masyarakat kota cenderung pada sifat materialistis. Akibat
dari sikap hidup yang egois serta pandangan hidup radikal dan dinamis
menyebabkan masyarakat kota lemah dalam segi religi yang member
dampak tindakan kurang memperhatikan tanggung jawab social dan
kepedulian social. Orang-orang kota mengutamakan segala usaha untuk
mengumpulkan harta benda guna memperkaya diri sendiri. Mulanya
disebabkan rasa kekhawatiran kelangsungan hidup prbadi atau
keluarganya pada masa-masa yang akan dating dikarenakan sulitnya
14
mencari nafkah dikota . Di samping itu pada umumnya kota telah banyak
meninggalkan sifat keaslian bangsa, karena dipengaruhi oleh kebudayaan
asing kemajuan teknologi, dan perkembangan industry.
4. Anggota masyarakatnya terdiri dari manusia yang bermacam-macam
lapisan/tingkatan hidup , pendidikan, kebudayaan,pekerjaan, pendapatan
dan lain sebagainya. Disamping itu mayoritas penduduknya hidup dengan
berbagai jenis usaha yang bersifat non agraris.
D. Berakhir dan Berlangsungnya kelompok sosial
15
partisipasi secara aktif sebagai adanya aktivitas atau kegiatan. Untuk jelasnya
dapat terlihat dalam uraian berikut :
16
dikembangkan dengan memperhatikan tinggi rendahnya derajat keeratan
hubungan antara anggota-anggota kelompok tersebut.
17
No Kategori Utama Kriteria Utama
1 Kategori Utama: Kriteria Utama:
Kesatuan-kesatuan wilayah - Kepentingan
Tipe umum: community - Bertempat tinggal
Tipe Khusus: suku, bangsa, daerah,kota , disuatu wilayah tertentu
desa, rukun tetangga
Kriteria Utama
2. Kategori utama : - Sikap yang sama dari
Kesatuan-kesatuan atas dasar anggota-anggota
Kepentingan yang sama ,tanpa kelompok yang
Organisasi yang tetap. bersangkutan
1) Tipe umum : kelas - Organisasi sosial yang
Tipe khusus: kasta , elite ,kelas dasar tidak tetap
persaingan, kelas atas dasar persaingan (temporer)
, kelas atas dasar kerjasama
Kriteria tambahan untuk tipe
2)Tipe umum : kelompok etnis dan ras khusus:
Tipe Khusus : kelompok atas dasar - Kemampuan untuk
perbedaan warna kulit, kelompok berpindah dari satu
kelompok imigran, kelompok- kelompok lainnya
kelompok nasional. (mobilitas)
- Perbedaan dalam
kedudukan , prestise,
kesempatan dan tingkat
ekonomis.
Kriteria tambahan untuk tipe
Khusus : asal kelompok ,
gologan ,luas wilayah tempat
tinggal, ciri-ciri badaniah
18
- Kepentingan-
kepentingan yang
sementara
- Sifat kelompok
sementara
19
atas dasar ekonomi , persatuan buruh dan Kriteria tambahan untuk tipe
sebagainya khusus:
- Jumlah anggota yang
relatif terbatas
- Organisasi sosial
yang formal
- Pentingnya hubungan
yang tidak bersifat
pribadi
- Jenis kepentingan
yang dikejar
1. Kategori statistik
Pengkelompokan oleh ilmuwan atas dasar ciri terntu yang sama, seperti
misalnya , kelompok umur.
2. Kategori sosial
Kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama,
misalnya ikatan Dokter Indonesia.
20
In group dan out group merupakan dua kelompopk kepentingan yang
membedakan antara anggota dan bukan anggota satu kelompok sosial. Out group
diartikan oleh individu sebagai lawan dari in group-nya., sikap in group pada
umunya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat
dengan anggota kelompok.
Beberapa teori dan gagasan tentang kelompok sosial itu dapat disebutkan
sebagai berikut:
21
a. Dapat menunjang sifat-sifat baik manusia dan menolong menghindari sifat
lemahnya, nisasi militer, justru menghidari memberikan kekuatan batin
dan dorongan kepada individu.
b. Sebaliknya mempertebal ketergantungan individu dari kelompok.
c. Menyerap individu dan kepribadiannya dalam kehidupan kolektif.
d. Memperlihatkan reaksi yang didasarkan pada perasaan.
Menurut Astrid Susanto (1985: 54), jasa pokok yang diberikan primary group
kepda anggotanya ialah memenuhi kepentingan naluriah manusia, memberi
perasaan aman kepadana, memberi perlindungan dan memungkinkan
pembentukan kepribadian individu. Suatu kelompok berjumlah 50-60 orang,
tetapi masih mempertahankan ciri tatap muka, masih dapt dikelompokkan sebagai
primary group; yang menjadi pengukur utama ialah adanya perasaan dan ikatan
bersama . biasanya secondary group diadakan untuk memenuhi beberapa
kepentingan khusus (adanya unsure perhitungan/rasional) dan bukan untuk
perasaan. Dalam ikatan primary group sebaliknya banyak dikemukakan unsur
spontanitas.
Ciri khas dewasa ini ialah semakin berkurangnya primary group ini dan
semakin bertambahnya secondary group. Menurut Samuel Stouffer (Astrid
Susanto, 1985: 54-55) bahwa semakin besar suatu organisasi, semakin besar pula
dorongan untuk mencari kelompok primer ini. Organisasi besar seperti industry
dan organisasi besar seperti industry dan organisasi militer, justru menghindari
adanya terlalu banyak ikatan sekunder yaitu dengan memupuk jiwa korpsnya
( spirit de corps), sehingga tercapailah ikatan psikologik dalam organisasi besar
demikian. Esprit de corps ini telah berhasil mengadakan ikatan yang lebih erat
dalam organisasi militer daripada di luarnya dan merupakan unsure yang
menjelasskan mengapa dalam dunia militer dijumpai ikatan persahabatan yang
erat, kesediaan berkorban dan lain-lain, walaupun oerganisasi ini tergolong
organisasi yang besar.
Dalam kelompok militer biasanya, ikatan primer seperti dalam primary group,
terdapat dalam ikatan atasan terhadap bawahan.
22
2) Teori tentang Gemeischaft dan gesellschaft
23
a) Gemeinscaft by blood, yaitu gemeinscaft yang merupakan ikatan yang
didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh keluarga, kelompok
kekerabatan.
b) Gemeinscaftof place, yaitu suatu gemeinscaftyang terdiri dari saling tolong
menolong, contoh rukun keluarga, tetangga, kelompok arisan.
c) Gemeinscaft of mind, yang merupakan suatugemeinscaft yang terdiri dari
orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun
tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa
dan pikiran yang sama, karena ideology yang sama; gemeinscaft semacam
ini biasanya ikatan mereka tidak sekuat gemeinscaft by blood.
Doseph Gitter (astrit susanto, 1985:56), dalam hal ini menyebutkan terdapat
perbedaan antara formal group dan informal group yaitu:
24
Loyalitas kepada anggota lebih
besar dari pada kepada
peraturan
Hubungan tatap muka
Kenal mengenal secara pribadi
Selanjutnya Joseph Gitter berpendapat bahwa kelompok tidak resmi (informal
Group) memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut:
25
4) Teori tentang kelompok kepentingan.
Teori ini dikemukakan oleh Robert M. Mac Iver dan Charles H. Page
(1965:223). Mereka membagi klasifikasi kelompok berdasarkan:
26
b) Kepentingan bersama tanpa pengorganisasian (lapisan lapisan masyarakat,
elit), pengklompokkan etnik dan lain lain.
c) Kepentingan bersama dengan perorganisasian (klik, klub, sebagai
pengkelompokkan primer dan agama serta ikatan ikatan karyawan sebagai
contoh)
Reference group adalah kelompok social yang menjadi ukuran bagi seseorang
(bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan peri
kelakuannya. Dengan perkataan lain, seseorang bukan anggota kelompok social
,mengedentifikasi dirinya dengan kelompok tersebut. Sulit suatu ketika
memisahkan antara reference group dengan membership group. Misalnya orang
anggota partai politik yang kebetulan menjadi anggota dewan perwakilan
rakyat.dewan perwakilan rakyat merupakan membership group baginya akan
tetapi jiwa dan pikirannya adalah tetap terikat pada reference group, yaitu
partainya dalam kedudukannya sebagai anggota dewan perwakilan rakyat. Hal ini
kadang –kadang menimbulkan segi-segi negative karena terlampau berpegang
pada prinsip-prinsip reference group. RobertK.Merton dengan menyebutkan
27
beberapa hasil karya dari HarroldH. Kelley, Shibutani dan Ralph H.Turner
(selosoemardjan dan soemardjan soemardi, 1964:442) mengemukakan adanya
dua tipe umum dari reference group yaitu :
Tipe normative ini merupakan sumber nilai-nilai bagi individu –individu baik
yang menjadi anggota maupun anggota kelompok tersebut, misalnya anggota
ABRI yang berpegang teguh pada tradisi yang telah dipelihara oleh veteran.
28
Norma kesopanan dan norma kesusilaan bila berakibat terhadap
sipelanggar dengan adanya celaan-celaan langsung dari kelompoknya ,sehingga
yang bersangkutan merasa bahwa diri nya tidak disukai oleh kelompoknnya
.norma –norma bertujuan untuk mewujudkan ketertiban,sedangkan norma hukum
fungsinya lebih istimewa ,karena pelanggaran atasnya dapat merugikan atau
bahkan tindakan paksaan seperti denda , hukuman perbatasan kebebasan, bahkan
sampai pada hukuman mati. Norma hukum ini bertujuan untuk mewujudkan dan
menjamin ketertiban,disamping untuk keadilan. Dengan factor sanksi yang dapat
pada norma hukum ,ia akan mampu mengatur dan mengarahkan kelompok kearah
kehidupan yang lebih maju dan bahagia ,sehubungan dengan itu,norma hukum
sering ditampilkan sebagai norma penggerak perkembangan masyarakat, kerap
kali orang menambahkan norma social atau norma kelompok kini sebagai norma
yang berlaku dalam kelompok dan datang serta tumbuh dalam kehidupan
kelompok.
Di samping norma social di atas yang ditimbulkan oleh kelompok
social,dikenal pula apa yang disebut dengan norma agama. Norma agama adalah
norma yang berasal dari ajaran-ajaran agama yang dituangkan dalam kitab-kitab
suci agama tertentu, dijadikan pedoman tingkah laku anggota masyarakat atau
anggota dari kelompok social.
Dengan demikian norma merupakan pedoman hidup untuk berprilaku
yang ditaati oleh anggota masyarakat demi ketertiban dan keadilan dalam
masyarakat atau dalam kelompok social. Setiap norma merupakan pencerminan
tingkah laku yang dikehendaki oleh anggota kelompok social atau masyarakat
yang ditegaskan dalam perintah dan laranggan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Sesuai dengan perkembangan dan perubahan alam pikiran anggota kelompok
,sudah barang tertentu norma pun akan mengalami perubahan ,misalnya pada
suatu saat perilaku tertentu dilarang tetapi pada suatu saat kemudian tidak
dilarang. Proses perubahan yang demikian berawal dari adanya daya pikir dan
motivasi anggota kelompok social dalam usaha menyesuaikan diri terhadap
lingkungan dan proses interaksi social. Untuk mengetahui dan memahami norma
yang tidak tertulis menurut soerdjonodirdjosiworo (1977:73) ada beberapa cara
yaitu :
29
1. Dengan mengamati tingkah laku yang seragam dari macam – macam
individu anggota kelompok tertentu.
2. Dengan cara eksperimentil, menarik kesimpulan tentang adanya norma –
norma pada suatu kelompok.
3. Adanya gejala menghukum yang melanggar ketentuan yang telah
ditetapkan sebagai larangan atau perintah dengan sanksi tertentu ,serta
penghargaan atau prestasi prilaku yang dianggap baik dan bermanfaat bagi
kehidupan kelompok .dengan adanya sanksi atau hukuman dalam
kelompok social ,menunjukkan adanya norma-norma kelompok social,
walaupun tidak tertulis.
Sebagai contoh dapat terlihat dalam norma kelompok masyarakat Indonesia tidak
tertulis ,yaitu hukum adat yang merupakan budaya tradisional yang dilimpahkan
secara turun –temurun. Pada mulanya sebelum berlakunya hukum pidana dan
perdata Indonesia, yang berlaku universal bagi segenap warga Negara Indonesia
adalah hukum adat.
Internalisasi norma dalam kelompok social berarti bahwa yang
mengidentifikasikan dirinya dengan segenap norma ,sehingga ia mengambil alih
system norma-norma termasuk sikap-sikap social yang dimiliki kelompok yang
bersangkutan.
G. Bentuk-bentuk Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
Kelompok sosial yang tidak teratur ini sebenarnya banyak macam dan
bentuknya, tetapi pada dasarnya dapat dikategorikan kesalam dua bagian besar,
yaitu kerumunan dan publik. Ukuran utama adanya kerumunan adalah adanya
kehadiran orang-orang secara fisik, dalam batas mata memandang dan telinga
dapat mendengar. Sebab kerumunan ini merupakan sekelompok orang yang hadir
pada suatu tempat dan keadaan yang sifatnya sementara. kelompok kerumunan
ini bubar setelah kepentingannya berakhir. Oleh Karena itu kerumunan disebut
juga kelompok social yang tidak teratur bersifat sementara (temporer).
Kerumunan ini dapat terjadi secara kebetulan pada waktu yang sama. Sering
terjadi kerumunan ini karena orang-orang yang bersangkutan menggunakan
fasilitas yang sama dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi. Misalnya
30
membeli karcis kereta api untuk berpergian, antrian karcis bioskop, kerumunan
dicafetaria, dan lain sebagainya.
H. Solidaritas KelompokSosial
31
1) Kepercayaan anggota kelompok social terhadap kemauan sesame rekanya
dalam melaksanakan tugas kewajiban yang diberikan kepada mereka
dengan baik.
2) Sikap para anggota kelompok terhadap norma kegiatan kelompok.
Solidaritas yang tinggi ini biasanya tercermin dengan sikap control social yang
kuat dalam melindungi berlakunya norma-norma social pada kelompok yang
bersangkutan. Oleh karena itu, dalam kehidupan kelompok jarang terjadi
perbuatan-perbuatan pelanggaran norma dengan sengaja.
Hal ini perlu kita telah untuk mengetahui gejala perkembangan serta
perubahan dari kelompok social adalah prihal dinamika dari kelompok
social.Seperti beberapa kelompok social sifatnya lebih stabil dibandingkan dengan
kelompok social lainnya atau struktur kelompok social tidak mengalami
perubahan secara kentara.Akan tetapi ada kelompok social mengalami
perkembangan serta perubahan yang begitucepat. Hal ini akibat adanya proses
formasi ataupun reformasi dari pola-pola hubungan yang terdapat dalam
kelompok social tersebut.
32
4) Terdapatnya perbedaan paham antara individu atau bagian tetang cara-
cara dalam memenuhi tujuan kelompok social.
1. Adanya perubahan situasi atau keadaan dimana kelompok social itu hidup,
misalnya karenaa adanya ancaman dari luar terhadap integritas kelompok,
berakibat semakin kuatnya rasa persatuan kelompok dan berkurangnya
keinginan anggota kelompok terhadap usaha mementingkan dirinya
sendiri.
2. Adanya pergantian anggota kelompok social sebenarnya tidak perlu
membawa perubahan struktur kelompok, umpamanya personalia suatu
passukan angkatan bersenjata (ABRI) yang sering mengalami pergantian
tidak selalu mengakibatkan keseluruhan. Akan tetapi ada kelompok social
yang mengalami kegoncangan apabila ditinggalkan salah seorang
anggotanya terutama apabila ia memiliki kedudukan yang penting,
misalnya seorang ayah atau ibu dalam kehidupan suatu keluarga.
3. Adanya perubahan yang terjadi dalam situasi social dan ekonomi,
misalnya dalam keadaan depresi suatu keluarga akan bersatu
menghadapinya walaupun anggota keluarga itu memiliki agama ataupun
pandangan politik yang berbed satu dengan yang lainnya.
33
2) Terjadinya pemaksaan terhadap kebudayaan yang ada oleh unsure-unsur
kebudayaan kelompok lain.
3) Adanya pemaksaan untuk menganut agama tertentu oleh kelompok lain.
4) Adanya dominasi politik oleh kelompok lain yang dapat menciptakan
ketidakadilan bagi kelompok lain.
5) Adanya konflik tradisional yang terpendam pada masing-masing
kelompok social.
Oleh karena itu masalah dinamika kelompok social menyangkut berbagai gerak
atau perilaku social dari kelompok social, berupa gejala cara berpikir, merasa, dan
beraksi. Yang dapat menyebabkan suatu kelompok social menjadi agresif
terhadap kelompok yang lain, disebutkan antara lain:
1) Frustasi selama jangka waktu yang lama antara kelompok social yang satu
terhadap yang lain.
2) Tersinggungnya perasaan bersama oleh kelompok lain.
3) Merasa dirugikan oleh kelompok yang lain.
4) Diperlakukan tidak adil oleh kelompok lain.
5) Terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitive.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia
yang terdiri dari dua atau lebih individu yang hidup bersama saling
berhubungan, saling mempengaruhi dengan suatu kesadaran untuk saling
tolong menolong. beberapa persyaratan tertentu, yaitu:
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya, dalam kelompok itu.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
kelompok itu, sehinggga hubungan antara mereka bertambah erat.
Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain
sebagainya. Mempunyai musuh yang sama dapat pula menjadi
faktor pengingat/pemersatu.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
PERTANYAAN DISKUSI
JAWAB :
37
4. Bersama-sama mengkaji cara untuk menyelesaikan.
5. Dapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk
menemukan solusi.
6. Jadwalkan sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.
38
PROSES SOSIAL
Kerja Sama
Persangingan
Bergainning
Faktor penyebab (Competition)
Cooperation
berlangsungnya Coalation
ineraksi sosial Akomodasi
Pertikaian
Coercion Conciliation
1. Imitasi (Conflict)
Compromise Toleration
2. Sugesti Arbiration Stalemate
Mediation Adjudication
3. Identifikasi Kontravensi
4. Proses Simpati Asimilasi
Pendekatan
Tidak ada pembatasan
langsung dan primer
39 interaksi sosial tinggi dan tetap
Frekuensi