Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

SOSIOLOGI
“Kelompok Sosial”

Dosen Pengajar : Heru Laksono, S.Km, MPH


Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Dwi Sartika
2. Gita Novera
3. Nimas Faiddah L
4. Nova Hijjah Suryani
5. Nuzula Fitri
6. Sinta
7. Tiara Suci Khairunnisa
8. Ulfa Meita Permata
9. Valentino Febryandy

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D IV KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKKES BENGKULU
2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………. ii


DAFTAR ISI ………….…………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………...………………. 1
A. Latar Belakang …………………..…………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………….. 1
C. Tujuan …………………...…….………………………. 2
BAB II ISI
A. Pengertian Kelompok Sosial……..…………………… 3
B. Persyaratan Kelompok Sosial ………………………... 3
C. Terbentuknya Kelompok Sosial dan Masyarakat Luas 3
D. Berakhir dan Berlangsungnya kelompok social ……… 12
E. Teori tentang kelompok sosial ,serta klasifikasi …….. 13
F. Terbentuknya Norma dalam kelompok social ……….. 25
G. Bentuk-bentuk Kelompok Sosial yang Tidak Teratur .. 27
H. Solidaritas KelompokSosial …………………………… 28
I. Dinamika Kelompok Sosial …………………………… 29

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………………………………….…….. 32
DAFTAR PUSTAKA ……………………………...……………… 33

ii
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan.
Dalam makalah ini kami membahas “Kelompok Sosial”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman kita
mengenai pokok bahasan, hal ini sangat diperlukan dalam suatu harapan
mendapatkan pemahaman lebih sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Sosiologi”
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,
arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami
sampaikan :
 Bapak Heru Laksono, S.Km,MPH selaku dosen mata kuliah “Sosiologi”
 Rekan-rekan mahasiwa/i yang telah banyak memberikan masukan untuk
makalah ini.

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Bengkulu, Agustus 2017


Penyusun,

Kelompok 1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai mahluk sosial tentu manusia
tidak dapat hidup sendiri. Mereka akan saling ketergantungan satu sama lain
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan
mati. Manusia memiliki naluri untuk hidup dengan orang lain. Naluri manusia
untuk selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia
disebut juga social animal atau hewan sosial. Karena sejak dilahirkan, manusia
sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi
satu dengan manusia lain dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya.
Manusia merupakan makhluk yang bersegi jasmaniah dan rohaniah. Segi
rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan, akan
menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tindak itulah
yang kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah manusia.Hubungan
kesinambungan antara manusia dengan manusia lainnya akan menghasilkan pola
pergaulan yang dinamakan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial
terjadi hubungan antar manusia (lebih dari 1 pelaku). Proses tersebutlah yang
mejadi awal terbentuknya kelompok sosial. Kelompok social adalah himpunan
atau kesatuan manusia yang hidup bersama. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya
lebih dari satu. Antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan
antara kelompok dengan kelompok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu acuan berdasarkan pada latar belakang
masalah diatas sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kelompok sosial?
2. Bagaimana dasar pembentukan kelompok sosial?
3. Bagaimana klasifikasi kelompok sosial?

4
4. Seperti apa kehidupan masyarakat pedesaan dan perkotaan?
5. Apa yang menyebabkan terjadinya dinamika kelompok sosial?

C. Tujuan Makalah
1. Mendeskripsikan tentang pengertian kelompok sosial.
2. Mendeskripsikan tentang dasar pembentukan kelompok sosial.
3. Mendeskripsikan tentang klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial.
4. Mendeskripsikan tentang kehidupan masyarakat pedesaan dan perkotaan.
5. Mendeskripsikan penyebab terjadinya dinamika kelompok-kelompok
sosial

BAB II

5
ISI
A. Pengertian Kelompok Sosial
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan
manusia yang terdiri dari dua atau lebih individu yang hidup bersama saling
berhubungan, saling mempengaruhi dengan suatu kesadaran untuk saling
tolong menolong.
B. Persyaratan Kelompok Sosial
Setiap himpunan manusia belum tentu dapat disebut sebagai kelompok
sosial, baru dapat disebut kelompok sosial apabila telah memenuhi beberapa
persyaratan tertentu, yaitu:
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya, dalam kelompok itu.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
kelompok itu, sehinggga hubungan antara mereka bertambah erat.
Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain
sebagainya. Mempunyai musuh yang sama dapat pula menjadi
faktor pengingat/pemersatu.

C. Terbentuknya Kelompok Sosial dan Masyarakat Luas


Terbentuk atau terjadinya perpecahan kelompok sosial sebagai akibat dari
interaksi sosial melalui komunikasi. Terjadinya interaksi yang demikian
disebabkan karena sejak dilahirkan, manusia telah memiliki keinginan untuk
menjadi satu dengan manusia yang lain di sekelilingnya, yaitu masyarakat dan
keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Untuk dapat
menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, manusia
mempergunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Di dalam menghadapi
alam sekelilingnya seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lain
sebagainya, manusia menciptakan rumah, pakaian, dan lain sebagainya. Agar
fisiknya tetap sehat manusia harus makan, untuk dapat mengambil makanan

6
sebagai hasil dari alam di sekitarnya ia mempergunakan akalnya, kalau
manusia menjadi nelayan penangkap ikan, di hutan ia berburu, dan
sebagainya. Semua itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial karena pada
hakikatnya manusia tidaklah mungkin hidup sendiri terisolir, karena itu ia
memerlukan kelompoknya. Dengan jalan komunikasi terjadilah stimulasi dan
respons yang mendekati tujuan, dengan menggunakan ikatan-ikatan yang
dibentuknya, kebutuhan hidupnya akan terpenuhi. Hal demkian disebutkan
bahwa kelompok sosial terbentuk karena adanya kebutuhan sosial manusia
karena ia mempunyai kebutuhan pribadi. Manusia yang bekerja adalah
manusia yang sekurang-kurangnya berusaha untuk mempertahankan
hidupnya, sedangkan jumlah terbesar kebutuhannya terletak di luar dirinya,
maka manusia menjadi makhluk sosial yang selalu berkomunikasi. Sebagai
konsentrasinya, maka terjadilah integrasi atau pembentukan kelompok sosial
dengan kehidupan yang lebih lama.
Emile Durkehim melihat pengelompokan manusia dari segi organisatorik
fungsional. Bentuk mekanik merupakan bentuk yang naluriah ditentukan oleh
pengaruh-pengaruh pertama terhadap manusia, yaitu ditentukan oleh ikatan
geografik, biogenetik, dan keturunan lebih lanjut. Ikatan pengelompokan
dalam bentuk ini hanya mencapai taraf solidaritas mekanik.
Berbeda dengan halnya dengan ikatan pengelompokan bentuk kedua, yaitu
bentuk organisatorik fungsional yang merupakan hasil dari kesadaran
manusia, hasil dari keinginan yang rasional. Dalam bentuk pertama ditemukan
integrasi normatif (berdasarkan ikatan norma); dalam bentuk kedua integrasi
yang merupakan hasil dari disiplin, peraturan-peraturan resmi bahkan undang-
undang. Ferdinand Toennies menyebutkan bentuk pertama Geminschaft dan
bentuk kedua Gesellscaft (Doyle Paul Johnson, 1988: 181)
Selain dari bentuk kelompok sesuai dengan ikatan naluriah otomatik dan
organisatorik fungsional, masih dikenal bentuk-bentuk kelompok yang
etnosentrik dan xenosentrik. Kelompok etnosentrik adalah kelompok yang
memegang teguh norma-normanya, mengusahakan penjauhan dari kelompok-
kelompok lain agar interpenetrasi dari kebudayaan dapat dihindari sebanyak
mungkin. Biasanya kelompok yang etnosentrik, merupakan kelompok yang

7
statis dan hidup dalam isolasi. Sebaliknya kelompok xenosentrik adalah
kelompok lawan ekstrim dari kelompok etnosentrik, sehingga lebih menyukai
kebudayaan dari luar kelompok dari pada kelompok sendiri. Keadaan hidup
pada umumnya menunjukkan keadaan kelompok di antara kedua kutub
ekstrim ini.
Alvin Boskoff (1962: 3) melihat kelompok terutama dalam ikatan
kehidupan kota, berpendapat bahwa setiap bentuk ikatan ditentukan oleh
keadaan lingkungan serta penyesuaian diri manusia dengan lingkungan hidup
ini. Dengan demikian, setiap pembentukan kelompok merupakan hasil
eksperimen masyarakat/kelompok yang bersangkutan, yaitu hasil dari
pengalaman yang dapat digolongkan kedalam bidang-bidang praktikal,
intelektual dan emosi.
Terbentuknya masyarakat luas atau komunitas dapat terjadi karena adanya
interaksi sosial antara anggota atau kelompok sosial melalui beberapa ha;,
antara lain :
1) Melalui pertukaran pengalaman tentang pengetahuan, keterampilan
teknikal, organisasi sosial dan mengenai wilayah mereka masing-masing.
2) Melalui adanya kebutuhan yang sama dalam bentuk biologi, nilai-nilai,
dan tujuan yang diajarkan oleh kebudayaan.

Sehubungan dengan faktor pertukaran pengalaman yang dapat membentuk


masyarakat luas atau komunitas. Alvin Boskoff(1962: 4) menyebutkan
bahwa setiap interaksi akan berjalan sesuai dengan sifat karakter dari
kelompok asalnya. Di lihat dari proses pembentukan masyarakat luas ini, dari
kelompok aslinya terjadilah bentuk-bentuk dan fase perluasan kelompok,
yaitu:
1) Tingkat kelompok kecil (group level)
2) Tingkat community level (regional level)
3) Tingkat regional (regional level)
4) Tingkat nasional (societal level)
5) Intra-planetery society (masyarakat dunia).

8
Klasifikasi tentang tahap-tahap terbentuknya masyarakat luas atau
komunitas melalui proses pembentukan kelompok-kelompok dan
subkelompok, Mc Iver dalam bukunya The Elements of Social Sciences
(1956) menyebutkan bahwa perkembangan yang dilalui oleh setiap
masyarakat (luas) adalah melalu tahap pembentukan kebudayaan. Sebagai
tahap terendah adalah masyarakat desa (village community) yang telah
melalui suatu tahap proses pematangan dan mencapai tingkat kebudayaan
yang cukup tinggi. Pada fase berikutnya, ialah fase pembentukan ikatan kota
)city community) dan fase pembentukan masyarakat bangsa (nation
community) yang memudahkan pengertian dalam ikatan-ikatan internasional
(Astrid Susanto, 1985: 46).
Menurut Mc Iver (Astrid Susanto, 1985: 47) ciri-ciri khas dari ikatan
hidup pedesaan sebagai tahap terendah dari perkembangan yang dilalui suatu
masyarakat luas atau komunitas adalah :

1) Bentuk kesatuan lebih jelas apabila diadakan perbedaan antara hak milik
(apa yang ada dalam rumah seseorang) pribadi atau milik penggunaan
(biasanya tanah). Walaupun tanah sering merupakan milik desa, akan
tetapi kepada penduduknya diberikan hak pakai, selama dipergunakan.
Selanjutnya dalam ikatan anggota desa masyarakat sudah dapat
mengharapkan adanya perlindungan dari sesama anggota masyarakat, dan
inilah permulaan dari awal prinsip kegotong-royongan sebagaimana
dikenal di Indonesiayang terjadi dari adanya hak pakai atas tanah/milik
desa.
2) Mulai adanya ikatan politik (dalam arti luas) dimana dalam ikatan desa
biasanya kepala keluarga mejadi anggota dari rapat desa. Dalam
masyarakat desa pemerintahannya memiliki batasan-batasan tertentu yang
berusaha memenuhi kebutuhan anggotanya secara mandiri. Kemudian adat
ditentukan oleh sesepuh setempat, demikian pula tentang hal-hal yang
diperlukan para anggota masyarakat sehari-harinya.
3) Struktur ekonomi desa biasanya terisolasi dari lingkungan ekonomi
sekitarnya walaupun gejalah ini semakin hari semakin berkurang. Desa
yang satu secara ekonomi biasanya terpisahkan dari desa yang lain tetapi

9
tetap merupakan suatu kesatuan. Mengenai pembagian pekerjaan sedikit
sekali, kecuali pekerjaan petani, sehingga terbanyak pekerjaan yang
dilakukan adalah dirumah sendiri. Kesadaran akan nilai uang masih
minim, biasanya yang terjadi adalah sifat barter, sistem perkreditan kurang
dipahami oleh penduduk desa: peningkatan taraf hidup desa biasanya
terjadi apabila suatu desa dengan mendadak dihubungkan dan menikmati
kemajuan teknologi melalui hubungan transportasi dan komunikai dengan
kota-kota terdekat.

Kota sebenarnya secara historis merupakan desa yang semakin meluas


dan sering kali merupakan pernyatuan dari beberapa desa, yaitu karena adanya
hubungan transportasi atau perdagangan antar-desa atau karena pertahanan
penduduk, sehingga batas-batas desa makin kabur dan terbentuklah kota.
Karena itu pula, dalam taraf pertama kota kecil biasanya masih menunjukkan
sifat-sifat desa. Dengan demikian, kota timbul sebagai gejalah kombinasi
pengaruh dari kemajuan ekonomi politik dengan teknologi, sehingga sifat-sifat
yang ditemukan di kota biasanya adalah timbulnya kesadaran akan uang,
diversifikasi pekerjaan (lebih banyak jenis pekerjaan) adanya ketergantungan
timbal balik anatara individu dan masyarakat anatar kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain dalam usaha mereka memenuhi kebutuhan
materinya. Peraturan-peraturan ini sering berbeda dengan peraturan-peraturan
yang umum di pedesaan.

Di samping adanya ikatan masayarakat pedesaan dan masyarakat


perkotaan timbul pula suatu ikatan lain yaitu ikatan feodal (feudal communily)
yang timbul sebagai akibat adanya perkembangan dari beberapa desa menjadi
kota. Ikatan feodal atau gejalah feodalisme merupakan gejalah yang muncul
dalam masyarakat yang sedang berubah dari ikatan desa yang otonom dan
terisolasi, menuju ke ikatan yang lebih kuat yaitu ikatan masyarakat kota yang
memiliki peraturan-perturan yang banyak karena semakin interdependennya
individu yang satu dengan yang lainnya.

10
Pada awalnya, fase pertumbuhan masyarakat itu dimulai dari praikatan
desa, dimana kehidupan masyarakat hampir tidak beraturan kecuali yang
berlaku dalam ikatan tali darah. Fase berikutnya, fase ikatan desa yang muncul
sebagai akibat adanya perubahan orang mulai menetapkan dan mengerjakan
tanah pada suatu tempat, dimana kehidupan mayarakat mulai menunjukkan
keteraturan dan ketertiban. Pada fase peralihan dari masyarakat ikatan desa ke
ikatan kota munculah satu bentuk ikatan peralihan yang disebut ikatan feodal
yang merupakan awal permulaan hidup dalam ikatan kota; dalam arti sosiologi
memperlihatkan timbulnya suatu hieraki pada fase pertama akan lebih
berbentuk feodalisme yaitu sebagai sisa-sisa dari dalam ikatan desa dan
dalam ikatan sebelumnya serta batas-batas milik pribadi dan milik masyaraat
kota masih perlu dipelajari anggota masyarakat.

Ikatan feodal ini merupakan ikatan yang berdasarkan kekuasaan


(sering dalam bentuk fisik dan militer) yang terbatas pada wilayah-wilayah
kecil, contoh pada abad-abad pertengahan yang lalu. Feodalisme merupakan
hieraki dalam ikatan tanah sebagai kelanjutan ikatan dari kehidupan desa.
Ketika teknologi dan ekonomi semakin maju atau tumbuh dan berkembang,
ikatan feodalisme ini pun semakin berkurang dan peranannya diambil alih
oleh norma dan peraturan yang berlaku pada masyarakat ikatan perkotaan
(kota).

Ikatan kota ini adalah ikatan rasional yang berdasarkan interdepensi


satu sama lain. Selain karena tanah yang terbatas, dengan sendirinya pun
ikatan kota ini tidak lagi didasarkan pada ikatan agraria (tuan tanah),
melainkan berdasarkan ikatan-ikatan tukar menukar jasa atau penjualan
barang. Pada abad pertengahan eropa, fase terakhir dari feodalisme menuju
bentuk ikatan kota diketemukan dalam pembentukan gilda, yaitu ikatan
khusus yang terdiri dari orang-orang yang berkelompok yang terjadi
berdasarkan ikatan atas mata pencarian dan berdasarkan prinsip-prinsip
ekonomi tertentu seperti penjualan barang dan jasa.

Pada fase perkembangan berikutnya muncullah fase ikatan bangsa


yang dicirikan oleh adanya suatu ikatan politik secara hieraki dan bertingkat

11
serta berpusat pada suatu sumber, yaitu kekuasaan. Ikatan bangsa timbul
seiring dengan lahirnya negara secara historis berbentuk mempunyai akar
dalam negara absolut pada abad pertengahan, yaitu tatkala adanya usaha raja-
raja pada abad itu untuk menyatukan negaranya dan mengumpulkan kekuasan
dari tuan-tuan tanah (yang dalam abad-abad sebelumnya meminjam tanah dari
raja).

Berdasarkan penelitian historik, sosiologik, ekonomi, dan politik di


atas diketahui bahwa pembentukan masyarkat dengan kelompoknya terjadi
secara bertahap, yaitu:

1. Ikatan darah
2. Ikatan desa
3. Ikatan feodal
4. Ikatan kota
5. Ikatan bangsa/Negara

Pembagian (perkembangan) ikatan ini tidak begitu berbeda dengan


Plato yang melihat masyarakat serta perkembangannya melalui tahap-tahap:

1. Masyarakat pengembara
2. Masyarakat ikatan desa
3. Masyarakat ikatan Negara-kota

Menurut Plato ikatan masyarakat Negara-kota (dahulu negara hanya


terbatas pada suatu kota perdagangannya saja), mencerminkan tingkat
kebudayaan manusia yang tinggi, tersempurna dan yang paling mungkin
dicapai di dunia ini. Berbeda dengan Mac Iver yang hidup dalam abad ke 20,
Plato berpendapat bahwa tujuan negara adalah mendekatkan manusia dengan
Eidos, sedangkan Mac Iver melihatnya dari segi ekonomi dan politik.

Sehubungan dengan pembentukan masyarakat di atas, berikutnya Mac


Iver dalam tulisannya The Elements Of Social Sciences (1956) menjelaskan
bahwa masyarakat modren, ikatan masyarakat terbagi pada:

1. Ikatan komunitas (kelompok kecil).

12
2. Ikatan asosiasi.
3. Ikatan institusi (lembaga).(Astrid Susanto, 1985:50)

Ikatan komunitas ialah ikatan berdasarkan hal-hal yang mencakup dan


memenuhi kehidupan dan kebutuhan manusia; ikatan asosiasi merupakan
suatu ikatan yang difokuskan pada beberapa/satu tujuan tertentu.

Ikatan institusi merupakan ikatan yang terjadi karena peraturan-


peraturan yang telah dilembagakan, hal mana berarti bahwa mungkin saja
perangkat peraturan dibuat oleh lembaga ataupun karena suatu kebiasaan
menjadi suatu lembaga/kebiasaan. Dengan demikian, institusi merupakan
kumpulan peraturan atau badan yang mengurusi pelaksanaan daan usaha
realisasi tujuan yang telah ditentukan oleh kelompok/komunitas maupun
asosiasi.

Sebelum membahas tentang kelompok social berikutnya ada baiknya


dipertanyakan tentang cirri-ciri masyarakat kota yang membedakannya dengan
masyarakat pedesaan .

1. Sikap hidupnya cenderung pada individualism/egoism, yaitu masing-


masing anggota masyarakat lainnya, hal ini menggambarkan corak
hubungan yang terbatas, dimana setiap individu mempunyai otonomi jiwa
atau kemerdekaan pribadi sebagaimana yang disebut Ferdinand Tonnies
dengan istilah geseschaft atau masyarakat patembayan. Sikap hidup
masyarakat kota pada umumnya memiliki taraf hidup yang lebih banyak
biaya hidup sebagai alat pemuas kebutuhan yang tak terbatas , maka
kemudian menyebabkan orang berlomba-lomba mencari usaha/kesibukan ,
mecari nafkah , demi kelangsungan hidup pribadi / keluarganya.
Akibatnya timbullah sikap pembatasan diri dalam pergaulan masyarakat
dan terpupuklah paham mementingkan diri sendiri yang akhirnya
menimbulkan sikap individualism/egoism.
2. Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kreatif, radikal dan
dinamis. Dari segi budaya masyarakat kota umumnya mempunyai
tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreativitas dan dinamikanya

13
kehidupan kota lebih cepat menerima mengadakan reaksi, lebih cepat
menerima yang lama, lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat
menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru. Kedok peradaban
yang diperolehnya ini dapat memberikan sesuatu perasaan harga dirinya
yang lebih tinggi, jauh berbeda dengan seni budaya dalam masyarakat
desa yang bersifat statis. Derajat kehidupan masyarakat kota terdiri dari
bermacam-macam tingkatan, yaitu dari tingkat tertinggi sampai dengan
tingkatan rendah, sehingga timbulnya golongan masyarakat atau
kelompok-kelompok kecil yang mempunyai corak sendiri-sendiri, sesuai
dengan warna hidup kepribadian anggota-anggotanya . Dalam masyarakat
kota meningkatkan pengetahuan mereka dalam berbagai bidang. Sarana-
sarana yang ada ini sangat besar faedahnya bagi lingkungan masyarakat
kota sendiri. Hal ini memungkinkan atau membawa warna kota kearah
peningkatan kecerdasan yang lebih tinggi sehingga pandangan mereka
lebih luas yang mampu menggunakan daya ciptanya lebih kreatif ,
rasional, dan tidak gampang dipengaruhi oleh pihak lain. Segala
sesuatunya dipecahkan secara rasional berdasarkan pertimbangan
pemikiran akal yang sehat dan ilmiah. Pandangan hidup yang luas ini
membuat orang tidak fanatic , bersedia menerima pandangan pihak lain
maupun ide-ide baru sepanjang masih dapat diterima oleh rasio. Demikian
pula sebaliknya tidak segan membuang kebiasaan yang mengikat. Pada
akhirnya lebih matang dan lebih kreatif karena banyaknya pengalaman
yang didapat dari segala teknologi dan budaya masa kini telah mengatur
manusia/masyarakat kota bertaraf hidup lebih tinggi dan modern.
3. Perwatakan masyarakat kota cenderung pada sifat materialistis. Akibat
dari sikap hidup yang egois serta pandangan hidup radikal dan dinamis
menyebabkan masyarakat kota lemah dalam segi religi yang member
dampak tindakan kurang memperhatikan tanggung jawab social dan
kepedulian social. Orang-orang kota mengutamakan segala usaha untuk
mengumpulkan harta benda guna memperkaya diri sendiri. Mulanya
disebabkan rasa kekhawatiran kelangsungan hidup prbadi atau
keluarganya pada masa-masa yang akan dating dikarenakan sulitnya

14
mencari nafkah dikota . Di samping itu pada umumnya kota telah banyak
meninggalkan sifat keaslian bangsa, karena dipengaruhi oleh kebudayaan
asing kemajuan teknologi, dan perkembangan industry.
4. Anggota masyarakatnya terdiri dari manusia yang bermacam-macam
lapisan/tingkatan hidup , pendidikan, kebudayaan,pekerjaan, pendapatan
dan lain sebagainya. Disamping itu mayoritas penduduknya hidup dengan
berbagai jenis usaha yang bersifat non agraris.
D. Berakhir dan Berlangsungnya kelompok sosial

Hal yang dapat menyebabkan berakhirnya kelompok sosial dapat


disebutkan apabila telah berakhirnya interaksi mental di antara anggota-
anggota kelompok social tersebut . interaksi yang demikian dapat terjadi
karena semakin besarnya perbedaan daripada persamaan tujuan dan
kepentingan anggota-anggota kelompok social.

Harold lasswell (1969) menyebutkan bahwa unsur-unsur integritas


anggota kelompok terhadap kelompoknya dapat diukur menurut derajat
keterlibatannya dalam kelompok melalui perasaannya terhadap kelompoknya.
Dalam suatu organisasi dengan kesadaran kelompoknya yang tinggi terdapat
perasaan kerjasama, berpikir dan rasa kebersamaan diantara masing-masing
anggota kelompoknya. Perasaan akan kesatuan di antara masing-masing
anggota kelompok timbul apabila anggota kelompok masing-masing
mempunyai pandangan yang sama tentang masa depan bersama, dengan sadar
mengetahui bahwa dalam mewujudkan mereka memiliki tugas demi
merealisasikan tujuan dan kepentingan bersama.

Munculnya partisipasi anggota kelompok dalam aktivitasnya pada


kehidupan kelompok sosial dimulai dari adanya kebiasaan bekerja sama di
antara masing-masing anggota kelompok serta adanya rasa solidaritas.
Derajat partisipasi ini merupakan derajat intesitas kesediaan mereka bekerja
sama dalam kelompok sosial ini. Kemudian moral kerja kelompok secara
keseluruhan merupakan derajat totalitas partisipasi dari masing-masing
anggota kelompok. Oleh karena itu beberapa para ahli mendefinisikan

15
partisipasi secara aktif sebagai adanya aktivitas atau kegiatan. Untuk jelasnya
dapat terlihat dalam uraian berikut :

a. Gordon W. Allport (R.A. Santoso Sastropoetro, 1988:12) menyebutkan


bahwa partisipasi adalah keterlibatan ego atau diri sendiri / pribadi/
personalitas kejiwaan lebih daripada hanya jasmaniah/fisik saja.
b. Keith Davis (R.A. Santoso Sastropoetro, 1988:51) menyebutkan bawha
partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional yang mendorong
untuk memberikan sumbagan kepada tujuan/cita-cita kelompok dan turut
bertanggung jawab terhadapnya.
E. Teori dan gagasan tentang kelompok sosial ,serta klasifikasi

Tipe kelompok –kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa


sudut atau dasar kreteria ukuran yaitu :

1. Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana


individu memperngaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam
kelompok tersebut . ukuran yang demikian ini dikemukakan oleh sosiolog
jerman yaitu Georg Simmel. Dalam analisisnya mengenai kelompok-
kelompok sosial , Simmel mulai dengan bentuk terkecil yang terdiri dari
satu orang sebagai fokus hubungan sosial yang dinamakannya “monand”
kemudian dikembangkan dengan meneliti kelompok-kelompok yang
teridiri dari dua atay tiga orang, yaitu “dyad” serta “triad” dan kelompok –
kelompok kecil lainnya.disamping itu sebagai pertandingan ditelaahnya
kelompok-kelompok yang lebih besar

2. Berdasarkan derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial. Beberapa


sosiolog dalam hal ini memperhatikan pembagian atas dasar kelompok-
kelompok yang anggota-anggotanya saling kenal mengenal seperti
keluarga , rukun keluarga dan desa. Begitu pula sebaliknya kelompok-
kelompok sosial seperti kota-kota.korporasi , dan negara , yang
anggotanya tidak memiliki pertalian hubungan yang erat . ukuran ini
dikemukakan oleh para sosiolog diantaranya F.Stuart Chapin

16
dikembangkan dengan memperhatikan tinggi rendahnya derajat keeratan
hubungan antara anggota-anggota kelompok tersebut.

3. Berdasarkan ukuran kepentingan wilayah. Misalnya suatu community


yang merupakan kelompok –kelompok dan kesatuan-kesatuan sosial atas
dasar wilayah yang anggotanya tidak mempunyai kepentingan –
kepentingan yang khusus/tertentu . berlangsungnya suatu kepentingan ,
merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial .suatu kerumunan
misalnya merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial.suatu
kerumunannya misalnya merupakan kelompok yang hidup sebentar, oleh
karena kepentingannya pun tidak berlangsung dengan lama. Lain halnya
dengan community yang kepentingan secara relatif bersifat permanen.

4. Berdasarkan ukuran derajat organisasi

Dalam ini ini kelompok terdiri dari kelompok –kelompok yang


terorganisir. Kelompok sosial yang terorganisir dengan baik, adalah
negara,sedangkan kelompok sosial yang tidak terorganisir misalnya
adalah suatu kerumunan.

Soerjono Soekanto (1982: 114-115)menggambarkan klasifikasi


tipe-tipe terpenting dari kelompok –kelompok sosial secara sistematik
yang merupakan hasil analisis secara struktural, yaitu :

17
No Kategori Utama Kriteria Utama
1 Kategori Utama: Kriteria Utama:
Kesatuan-kesatuan wilayah - Kepentingan
Tipe umum: community - Bertempat tinggal
Tipe Khusus: suku, bangsa, daerah,kota , disuatu wilayah tertentu
desa, rukun tetangga
Kriteria Utama
2. Kategori utama : - Sikap yang sama dari
Kesatuan-kesatuan atas dasar anggota-anggota
Kepentingan yang sama ,tanpa kelompok yang
Organisasi yang tetap. bersangkutan
1) Tipe umum : kelas - Organisasi sosial yang
Tipe khusus: kasta , elite ,kelas dasar tidak tetap
persaingan, kelas atas dasar persaingan (temporer)
, kelas atas dasar kerjasama
Kriteria tambahan untuk tipe
2)Tipe umum : kelompok etnis dan ras khusus:
Tipe Khusus : kelompok atas dasar - Kemampuan untuk
perbedaan warna kulit, kelompok berpindah dari satu
kelompok imigran, kelompok- kelompok lainnya
kelompok nasional. (mobilitas)
- Perbedaan dalam
kedudukan , prestise,
kesempatan dan tingkat
ekonomis.
Kriteria tambahan untuk tipe
Khusus : asal kelompok ,
gologan ,luas wilayah tempat
tinggal, ciri-ciri badaniah

Kriteria tambahan untuk tipe


khusus:

18
- Kepentingan-
kepentingan yang
sementara
- Sifat kelompok
sementara

3. Kategori utama : Kriteria Utama:


Kesatuan-kesatuan atas dasar kepentingan - Kepentingan yang
yang sama , dengan organisasi yang tetapi : terbatas
association - Organisasi sosial
yang terntentu
1)Tipe Umum : primary group
Tipe khusus : keluarga, kelompok Kriteria tambahan untuk tipe
permainan ,clique club khusus:
- Jumlah keanggotaan
yang terbatas
- Organisasi soaial
yang formal.
- Pentingnya hubungan
yang tidak bersifta
pribadi
- Jenis kepentingan
yang dikejar
2) tipe umum: asosiasi yang besar
Tipe khusus:negara, gereja, perkumpulan

19
atas dasar ekonomi , persatuan buruh dan Kriteria tambahan untuk tipe
sebagainya khusus:
- Jumlah anggota yang
relatif terbatas
- Organisasi sosial
yang formal
- Pentingnya hubungan
yang tidak bersifat
pribadi
- Jenis kepentingan
yang dikejar

 Tipe –tipe umum dari kelompok-kelompok sosial dalam pula disebutkan ,


yaitu

1. Kategori statistik
Pengkelompokan oleh ilmuwan atas dasar ciri terntu yang sama, seperti
misalnya , kelompok umur.
2. Kategori sosial
Kelompok individu yang sadar akan ciri-ciri yang dimiliki bersama,
misalnya ikatan Dokter Indonesia.

Individu memandang kelompok sosial dari arti dan kepentingannya dalam


kelompok sosial, karena ia lebih tertarikkepada kelompok-kelompok sosial yang
lebih dekat dengan kehidupannya sehari-hari, seperti keluarga, kelompok
kerabatan, rukun tetangga, rukun warga dari pada negara , perusahaan besar ,atau
asosiasi kelompok sosial yang jauh dari kepentingan hidup mereka.

Apabila kelompok sosial dianggap sebagai kenyataan dalam kehidupan


manusia atau individu , maka sebagai kenyataan objektif yang terpenting pada
kelompok sosial ini adalah konsep dan sikap mereka terhadap kelompoknya

20
In group dan out group merupakan dua kelompopk kepentingan yang
membedakan antara anggota dan bukan anggota satu kelompok sosial. Out group
diartikan oleh individu sebagai lawan dari in group-nya., sikap in group pada
umunya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat
dengan anggota kelompok.

Apakah setiap kelompok sosial tertentu disebut in group bagi anggotanya?


Jawabannya adalah “ya”, bahwa setiap kelompok sosial tertentu merupakan in
group bagi angota-anggotanya.oleh karena itu in group dapat ditemui pada semua
masyarakat , walaupun kepentingan –kepentingannya tidak selalu sama satu
dengan yang lainnya.

Beberapa teori dan gagasan tentang kelompok sosial itu dapat disebutkan
sebagai berikut:

1) Teori dikemukakan oleh Charles H. Cooley yang menyebutkan bahwa


primary group adalah kelompok –kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal
mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama yang erat dan bersifat
pribadi yang berlangsung tidak ditentukan waktu. Primary group merupakan
kelompok-kelompok kecil yang agak langgeng dan berdasarkan kenal
mengenal secara pribadi antara sesama anggotannya.

Secondry group dimaksudkan kelompok yang mempunyai hubungan lebih


renggang . kontak yang sedikit , terbatas pada keperluan komunikasi dan tidak
sering , merupakan hubungan yang cenderung pada hubungan resmi.

Pada primary group kelompok membantu individu dalam perkembangan


dan pendewasaan dirinya. Sifat dari primary group adalah :

a. Memberi bantuan motivasi dan landasan moral kepada anggotanya


b. Kelompok mempunyai nilai praktikal untuk individu.
c. Loyalitas dapat menyebabkan adanya hubungan yang erat dan bantuan
dalam ikatan kelompok .
Oleh karena itu primary group memberi keuntungan kepada anggotanya atau
individu sebab:

21
a. Dapat menunjang sifat-sifat baik manusia dan menolong menghindari sifat
lemahnya, nisasi militer, justru menghidari memberikan kekuatan batin
dan dorongan kepada individu.
b. Sebaliknya mempertebal ketergantungan individu dari kelompok.
c. Menyerap individu dan kepribadiannya dalam kehidupan kolektif.
d. Memperlihatkan reaksi yang didasarkan pada perasaan.

Menurut Astrid Susanto (1985: 54), jasa pokok yang diberikan primary group
kepda anggotanya ialah memenuhi kepentingan naluriah manusia, memberi
perasaan aman kepadana, memberi perlindungan dan memungkinkan
pembentukan kepribadian individu. Suatu kelompok berjumlah 50-60 orang,
tetapi masih mempertahankan ciri tatap muka, masih dapt dikelompokkan sebagai
primary group; yang menjadi pengukur utama ialah adanya perasaan dan ikatan
bersama . biasanya secondary group diadakan untuk memenuhi beberapa
kepentingan khusus (adanya unsure perhitungan/rasional) dan bukan untuk
perasaan. Dalam ikatan primary group sebaliknya banyak dikemukakan unsur
spontanitas.

Ciri khas dewasa ini ialah semakin berkurangnya primary group ini dan
semakin bertambahnya secondary group. Menurut Samuel Stouffer (Astrid
Susanto, 1985: 54-55) bahwa semakin besar suatu organisasi, semakin besar pula
dorongan untuk mencari kelompok primer ini. Organisasi besar seperti industry
dan organisasi besar seperti industry dan organisasi militer, justru menghindari
adanya terlalu banyak ikatan sekunder yaitu dengan memupuk jiwa korpsnya
( spirit de corps), sehingga tercapailah ikatan psikologik dalam organisasi besar
demikian. Esprit de corps ini telah berhasil mengadakan ikatan yang lebih erat
dalam organisasi militer daripada di luarnya dan merupakan unsure yang
menjelasskan mengapa dalam dunia militer dijumpai ikatan persahabatan yang
erat, kesediaan berkorban dan lain-lain, walaupun oerganisasi ini tergolong
organisasi yang besar.

Dalam kelompok militer biasanya, ikatan primer seperti dalam primary group,
terdapat dalam ikatan atasan terhadap bawahan.

22
2) Teori tentang Gemeischaft dan gesellschaft

Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies. Gemeinschaft adalah bentuk


kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang
murni dan bersifat alami serta kekal. Gesellschaft adalah suatu kelompok
pergaulan hidup yang terbentuk disebabkan oleh kehendak atau keinginan dari
anggota kelompok sendiri atau pimpinan anggota untuk mencapai tujuan tertentu .
Orang menjadi anggota suatu gesellscaft karena dia mempunyai kepentingan-
kepentingan secara rasional; dengan demikian kepentingan-kepentingan
individual berada diatas kepentingan bersama. Suatu gemeinscaft memiliki ciri-
ciri pokok yaitu:

a) Intimate, artinya hubungan menyeluruh yang mesra sekali


b) Private, artinya hubungan bersifat pribadi yaitu khusus untuk beberapa
orang saja
c) Exlusive, artinya bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan
tidak untuk orang lain diluar “kita”.

Di dalam sebuah gemeinscaft, menurut Soerjono Soekanto (1982: 130-131)


terdapat suatu “common will”, ada suatu pengertian serta kaidah yang timbul
dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan Negara
anggota, maka pertentangan tersebut tidak akan dapat dibatasi dalam suatu hal
saja. Ini disebabkan karena hubungan mereka yang menyeluruh antara anggota-
anggotanya. Tak mungkin suatu pertentangan yang kecil dibatasi, oleh karena
pertentangan tersebut akan menjalar kebidang-bidang lainnya.

Keadaan yang berbeda dijumpai dalam kelompok gesellscaft dimana terdapat


“public life” , yang artinya adalah hubungannya bersifat untuk semua orang,
batas-batas antara “kami’ dengan “bukan kami” kabur. Pertentangan-pertentangan
yang terjadi antara anggota-anggotanya dapat dibatasi pada dilokalisir. Menurut
Tonies di dalam setiap masyarakat selalu terdapat salah satu si antara tiga tipe
gemeinscaft tersebut, yaitu:

23
a) Gemeinscaft by blood, yaitu gemeinscaft yang merupakan ikatan yang
didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh keluarga, kelompok
kekerabatan.
b) Gemeinscaftof place, yaitu suatu gemeinscaftyang terdiri dari saling tolong
menolong, contoh rukun keluarga, tetangga, kelompok arisan.
c) Gemeinscaft of mind, yang merupakan suatugemeinscaft yang terdiri dari
orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun
tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa
dan pikiran yang sama, karena ideology yang sama; gemeinscaft semacam
ini biasanya ikatan mereka tidak sekuat gemeinscaft by blood.

Buah pikiran Tonnies ini sebenarnya merupakan bentuk kelompok yang


dicita-citakan manusia, yang oleh Max Weber dinamakan “ Ideal Typus”
oleh karena kenyataan sehari-hari masyarakat selalu memperlihatkan
bentuk campuran antar-gemeinscaftdan gesellscaft.

3) Teori tentang formal group dan informal group


Formal group (kelpmpok resmi) adalah kelompok-kelompok yang memiliki
peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-
anggotannya, untuk mengatur hubungan antara anggota-anggotanya, misalnya
peraturan-peraturan untuk memilik seorang ketua, pemungutan uang iyuran dan
sebagainya. Anggota-anggotanya mempunyai kedudukan-kedudukan tertentu
sebagai mana telah diatur; hal mana sekaligus berarti suatu pembatasan tugas dan
wewenang baginya. Formal group yang demikian ini disebut juga assosciation dan
contohnya adalah perkumpulan pelajar, himpunan wanita suatu instansi
pemerintah, persatuan serjarna-serjana dari suatu perguruan tingggi tertentu dan
lain sebagainya.

Doseph Gitter (astrit susanto, 1985:56), dalam hal ini menyebutkan terdapat
perbedaan antara formal group dan informal group yaitu:

Formal Group Informal Group


 Loyalitas kepada peraturan  Loyalitas kepada anggota
 Peraturan tertulis atau piagam  Peraturan tidak tertulis

24
 Loyalitas kepada anggota lebih
besar dari pada kepada
peraturan
 Hubungan tatap muka
 Kenal mengenal secara pribadi
Selanjutnya Joseph Gitter berpendapat bahwa kelompok tidak resmi (informal
Group) memperlihatkan gejala-gejala sebagai berikut:

a) Norma dan organisasi resmi mempengaruhi kelompok tidak resmi (secara


langsung maupun tidak langsung).
b) Apabila terdapat pertentangan antara organisasi resmi ( yang biasanya
lebih besar dan luas dari kelompok tidak resmi), norma kelompok resmi
yang berlaku (juga untuk umpanya, masalah produksi dan lain lainya).
c) Apabila kelompok tidak resmi tidak terbentuk sebagai reaksi dan opposisi
terdapat organisasi resmi, maka kelompok tidak resmi dapat menunjang
perkerjaan dari organisasi resmi.
d) Anggota anggota dari kelompok tidak resmi mengalami keserasihan dan
menitikberatkan kepentingan pribadi kelompok tidak reminya.
e) Terbentuknya kelompok tidak resmi akan mengakibatkan terbentuknya
pemimpin yang tidak resminya pula.
f) Pemimpi tidak resmi kelompok akan bertindak sebagai perumus dari
pelaksanaan dan norma norma (baru) kelompok tidak resminya.
g) Perbedaan dari norma kelompok tidak resmi akan dikenakkan sosial,
biasnya berdasarkan kecaman atau pengasingan orang dianggap melanggar
norma kelompok tidak resmi.
h) Pemimpin tidak resmi bertindak sebagai pembela dari kelompok terhadap
alam diluar khusunya melawan organisasi resminya.
i) Dalam kelompok resmi pun pada suatu etika, akan terbentuk struktur
sosial dan hierarki pimpinan, makin tinggi kedudukan pemimpin dalam
hierarki kelompok tidak resmi, makin seragam ia dengan norma
kelompok.

25
4) Teori tentang kelompok kepentingan.

Teori ini dikemukakan oleh Harload D. Lasswell dan Abraham Kaplan


LAsswell dan Kaplan (1969 : 39-40) membagi kelompok dari segi kepentingan
individu yang diklasifikasikan dalam bentuk:

a) Kelompok kepentingan ( interest group)


b) Kelompok kepentingan khusus (special interest group)
c) Kelompok kepentingan umum (general interenst group)

Yang dimaksud dengan kelompok kepentingan (interest group) ialah kelompok


yang hanya menitikberatkan realisasi dari tujuan bersama tanpa mempersalahkan
loyalitasnya kepada kelompok. Sebaliknya yang dimaksudkan dengan kelompok
kepentingan khusus (special interest group) menitikberatkan kepentingan
kelompoknya sedemikian rupa, sehingga dapat mengorbankan kepentingan
masyarakat luas, demi realisasi kepentingan kelompok. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan kepentingan kelompok kepentingan umum (general interenst
group) adalah kelompok kelompok yang berusaha untuk mewujudkan
kepentingan kelompoknya, melalui dan bersama dengan realisasi tujan dan
kepentingan kelompok kelompok lain atau masyarakat luas.

Berikutnya LAsswell dan Kaplan menyebutkan bahwa setiap kelompok


sebenarnya mempunyai kepentingan khusus: oleh karena itu setiap kelompok
memiliki jenis kepentingan utama/pokok (principled interests) dan kepentingan
diri sendiri (expediency interst). Dari ketiga klasifikasi kelompok kepentingan di
atas, perbedaanya terletak dari masalah titik berat merealisasikan tujuan bersama
kelompok antara kepentingan kelompok dengan kepentingan masyarakat luas.

5). Teori tentang pembentukan kelompok melalui sifat hubungan antar


manusia.

Teori ini dikemukakan oleh Robert M. Mac Iver dan Charles H. Page
(1965:223). Mereka membagi klasifikasi kelompok berdasarkan:

a) Teritorim (marga, bangsa, kota, desa, dan lingkungan).

26
b) Kepentingan bersama tanpa pengorganisasian (lapisan lapisan masyarakat,
elit), pengklompokkan etnik dan lain lain.
c) Kepentingan bersama dengan perorganisasian (klik, klub, sebagai
pengkelompokkan primer dan agama serta ikatan ikatan karyawan sebagai
contoh)

Berikutnya Mac Iver dan Charles H.Page menyebutkan bahwa kriteria


pembentukanya ialah:

a) Ikatan teritoria dengan kriteria kepentingan bersama: pekerjaan yang sama.


b) Kepentingan yang sama tanpa pengorganisasian dengan kriteria
pembentukan sikap yang sama, perbedaan dengan kelompok lain karena
status, kesepakatan, dan prestise.
c) Kepentingan bersama dengan pengorganisasian dengan kriteria perhatian
yang sama keanggotaan tak terbatas pada hubungan formal

6) Teori tentang membership group dan reference group

Teori ini dikemukakan oleh Robert K.Merton .menurut Robert K.Merton


terdapat perbedaan antara membership group dengan reference group ,
membership group dimaksudkan kelompok dimana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut (soerjonosoekanto,1982:133)

Reference group adalah kelompok social yang menjadi ukuran bagi seseorang
(bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan peri
kelakuannya. Dengan perkataan lain, seseorang bukan anggota kelompok social
,mengedentifikasi dirinya dengan kelompok tersebut. Sulit suatu ketika
memisahkan antara reference group dengan membership group. Misalnya orang
anggota partai politik yang kebetulan menjadi anggota dewan perwakilan
rakyat.dewan perwakilan rakyat merupakan membership group baginya akan
tetapi jiwa dan pikirannya adalah tetap terikat pada reference group, yaitu
partainya dalam kedudukannya sebagai anggota dewan perwakilan rakyat. Hal ini
kadang –kadang menimbulkan segi-segi negative karena terlampau berpegang
pada prinsip-prinsip reference group. RobertK.Merton dengan menyebutkan

27
beberapa hasil karya dari HarroldH. Kelley, Shibutani dan Ralph H.Turner
(selosoemardjan dan soemardjan soemardi, 1964:442) mengemukakan adanya
dua tipe umum dari reference group yaitu :

(a) Tipe normative yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang.


dan
(b) Tipe perbandingan yang merupakan suatu pegangan bagi individu di
dalam menilai kepribadiannya.

Tipe normative ini merupakan sumber nilai-nilai bagi individu –individu baik
yang menjadi anggota maupun anggota kelompok tersebut, misalnya anggota
ABRI yang berpegang teguh pada tradisi yang telah dipelihara oleh veteran.

F. Terbentuknya Norma dan internalisasinya dalam kelompok sosial


Awal terbentuknya norma dalam kelompok social terjadi melalui suatu
proses yang bermula dari adanya komunikasi dan interaksi social yang terjadi
berdasarkan kesamaan dalam system nilai yang dianut anggota kelompok social
tersebut. Oleh karena itu,norma kemudian menjadi suatu tuntutan dari anggota
masyarakat terhadap anggota kelompok social. Apabila komunikasi dan interaksi
social berlanjut terus berdasarkan persamaan serta pembentukan pola berdasarkan
kesamaan norma ,maka terbentuklah apa yang dikenal sebagai “Way of
Life”(gaya hidup atau pandangan hidup) dari suatu kelompok social.
Norma dimaksudkan adalah norma dalam kelompok social yang kemudian
disebut sebagai norma social adalah kaidah yang merupakan social yang patut
dilakukan oleh anggota –anggota kelompok ketentuan yang bersifat perintah-
perintah dan larangan-larangan.norma anggota kelompok social. Perbuatan atau
perilaku anggota kelompok yang bersangkutan norma-norma kelompoknya
dianggap perbuatan yang normal melawan ketentuan yang telah dirumuskan
dalam norma tersebut. Kelompok bersangkutan yang akan ditanggung pelanggar
norma tersebut. Reaksi pelanggaran norma berbeda ,sesuai dengan berat –
ringannya akibat yang ditimbulkan atas suatu pelanggaran norma social .
Perbedaan norma kelompok atau social yaitu norma kesopanan,norma kesusilaan
dan norma hukum.

28
Norma kesopanan dan norma kesusilaan bila berakibat terhadap
sipelanggar dengan adanya celaan-celaan langsung dari kelompoknya ,sehingga
yang bersangkutan merasa bahwa diri nya tidak disukai oleh kelompoknnya
.norma –norma bertujuan untuk mewujudkan ketertiban,sedangkan norma hukum
fungsinya lebih istimewa ,karena pelanggaran atasnya dapat merugikan atau
bahkan tindakan paksaan seperti denda , hukuman perbatasan kebebasan, bahkan
sampai pada hukuman mati. Norma hukum ini bertujuan untuk mewujudkan dan
menjamin ketertiban,disamping untuk keadilan. Dengan factor sanksi yang dapat
pada norma hukum ,ia akan mampu mengatur dan mengarahkan kelompok kearah
kehidupan yang lebih maju dan bahagia ,sehubungan dengan itu,norma hukum
sering ditampilkan sebagai norma penggerak perkembangan masyarakat, kerap
kali orang menambahkan norma social atau norma kelompok kini sebagai norma
yang berlaku dalam kelompok dan datang serta tumbuh dalam kehidupan
kelompok.
Di samping norma social di atas yang ditimbulkan oleh kelompok
social,dikenal pula apa yang disebut dengan norma agama. Norma agama adalah
norma yang berasal dari ajaran-ajaran agama yang dituangkan dalam kitab-kitab
suci agama tertentu, dijadikan pedoman tingkah laku anggota masyarakat atau
anggota dari kelompok social.
Dengan demikian norma merupakan pedoman hidup untuk berprilaku
yang ditaati oleh anggota masyarakat demi ketertiban dan keadilan dalam
masyarakat atau dalam kelompok social. Setiap norma merupakan pencerminan
tingkah laku yang dikehendaki oleh anggota kelompok social atau masyarakat
yang ditegaskan dalam perintah dan laranggan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Sesuai dengan perkembangan dan perubahan alam pikiran anggota kelompok
,sudah barang tertentu norma pun akan mengalami perubahan ,misalnya pada
suatu saat perilaku tertentu dilarang tetapi pada suatu saat kemudian tidak
dilarang. Proses perubahan yang demikian berawal dari adanya daya pikir dan
motivasi anggota kelompok social dalam usaha menyesuaikan diri terhadap
lingkungan dan proses interaksi social. Untuk mengetahui dan memahami norma
yang tidak tertulis menurut soerdjonodirdjosiworo (1977:73) ada beberapa cara
yaitu :

29
1. Dengan mengamati tingkah laku yang seragam dari macam – macam
individu anggota kelompok tertentu.
2. Dengan cara eksperimentil, menarik kesimpulan tentang adanya norma –
norma pada suatu kelompok.
3. Adanya gejala menghukum yang melanggar ketentuan yang telah
ditetapkan sebagai larangan atau perintah dengan sanksi tertentu ,serta
penghargaan atau prestasi prilaku yang dianggap baik dan bermanfaat bagi
kehidupan kelompok .dengan adanya sanksi atau hukuman dalam
kelompok social ,menunjukkan adanya norma-norma kelompok social,
walaupun tidak tertulis.
Sebagai contoh dapat terlihat dalam norma kelompok masyarakat Indonesia tidak
tertulis ,yaitu hukum adat yang merupakan budaya tradisional yang dilimpahkan
secara turun –temurun. Pada mulanya sebelum berlakunya hukum pidana dan
perdata Indonesia, yang berlaku universal bagi segenap warga Negara Indonesia
adalah hukum adat.
Internalisasi norma dalam kelompok social berarti bahwa yang
mengidentifikasikan dirinya dengan segenap norma ,sehingga ia mengambil alih
system norma-norma termasuk sikap-sikap social yang dimiliki kelompok yang
bersangkutan.
G. Bentuk-bentuk Kelompok Sosial yang Tidak Teratur

Kelompok sosial yang tidak teratur ini sebenarnya banyak macam dan
bentuknya, tetapi pada dasarnya dapat dikategorikan kesalam dua bagian besar,
yaitu kerumunan dan publik. Ukuran utama adanya kerumunan adalah adanya
kehadiran orang-orang secara fisik, dalam batas mata memandang dan telinga
dapat mendengar. Sebab kerumunan ini merupakan sekelompok orang yang hadir
pada suatu tempat dan keadaan yang sifatnya sementara. kelompok kerumunan
ini bubar setelah kepentingannya berakhir. Oleh Karena itu kerumunan disebut
juga kelompok social yang tidak teratur bersifat sementara (temporer).
Kerumunan ini dapat terjadi secara kebetulan pada waktu yang sama. Sering
terjadi kerumunan ini karena orang-orang yang bersangkutan menggunakan
fasilitas yang sama dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi. Misalnya

30
membeli karcis kereta api untuk berpergian, antrian karcis bioskop, kerumunan
dicafetaria, dan lain sebagainya.

Kingsey Davis (1960: 351) menyebutkan bahwa sering dikatakan


kerumunan timbul dalam celah-celah organisasi suatu masyarakat. Kerumunan ini
tidak dapat membentuk tradisi dan kebudayaan sendiri, karena sifatnya semetara
dan tidak memiliki alat pengendali social sertasifatnya yang spontan. Bahkan
norma-norma dalam masyarakat sering kali memebatasi terjadinya kerumunan
tersebut. Ada masyarakat tertentu yang melarang dan membatasi diadakannya aksi
demonstrasi. Berbeda dengan kerumunan, public lebih merupakan kelompok yang
tidak merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat
komunikasi seperti pembicaraan-pembicaraan secara pribadi yang berantai,
melalui desas-desus, melalui surat kabar, radio, TV, film, dan lain sebagainya.
Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu public untuk
mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya, akan
tetapi karena jumlahnya yang sangat besar, menurut SoerjonoSoekanto (1982:
141), maka tak ada pusat perhatian yang tajam dan sehingga tak ada kesatuan.
Setiap aksi dari public diprakarsai oleh keinginan individual, misalnya
pemungutan suara dalam pemilu, dan ternyata bahwa individu-individu dalam
suatu public masih mempunyai kesadaran akan kedudukan sosial yang
sesungguhnya dan juga masih mementingkan kepentingan pribadi daripada
mereka yang tergabung dalam kerumunan. Dengan demikian, perilaku public
didasarkan pada tingkah laku atau peri kelakuan individu untuk memudahkan
mengumpulkan public tersebut dipergunakan cara-cara dengan
menggandengkannya dengan nilai-nilai social atau tradisi masyarakat yang
bersangkutan, atau pun dengan menyiarkan pemberian-pemberian, baik yang
benar-benar maupun yang sifatnya palsu (Soerjonosoekanto, 1982: 141).

H. Solidaritas KelompokSosial

Dalam kehidupan bersama manusia terdapat apa yang dinamakan solidaritas


kelompok atau kesetia kawanan antar-individu dalam kelompoknya, yang
menentukan tinggi rendahnya rasa solidaritas anggota kelompok social itu,
adalah:

31
1) Kepercayaan anggota kelompok social terhadap kemauan sesame rekanya
dalam melaksanakan tugas kewajiban yang diberikan kepada mereka
dengan baik.
2) Sikap para anggota kelompok terhadap norma kegiatan kelompok.

Solidaritas yang tinggi ini biasanya tercermin dengan sikap control social yang
kuat dalam melindungi berlakunya norma-norma social pada kelompok yang
bersangkutan. Oleh karena itu, dalam kehidupan kelompok jarang terjadi
perbuatan-perbuatan pelanggaran norma dengan sengaja.

I. Dinamika Kelompok Sosial

Dinamika kelompok siosial itu dapat dijelaskan sebagai suatu gerak


perubahan atau perkembangan kelompok social dari satu pola tertentu kearah pola
kelompok social yang lainnya akibat adanya pengaruh social. Pada hakekatnya
kelompok social bukanlah suatu yang bersifat statis, tetapi merupakan suatu
kelompok bersifat dinamis kerena tidak satupun kelompok siosial yang tidak
mengalami perkembangan serta perubahan.

Hal ini perlu kita telah untuk mengetahui gejala perkembangan serta
perubahan dari kelompok social adalah prihal dinamika dari kelompok
social.Seperti beberapa kelompok social sifatnya lebih stabil dibandingkan dengan
kelompok social lainnya atau struktur kelompok social tidak mengalami
perubahan secara kentara.Akan tetapi ada kelompok social mengalami
perkembangan serta perubahan yang begitucepat. Hal ini akibat adanya proses
formasi ataupun reformasi dari pola-pola hubungan yang terdapat dalam
kelompok social tersebut.

1) Sedangkan hal yang dapat menyebabkan keadaan tidak stabil dalam


kelompok social adalah adanya konflik antara individu atau bagian dalam
kelompok social.
2) Adanya segolongan atau bagian yang ingin merebut kekuasaan dengan
mengobarkan golongan lainnya.
3) Adannya kepentingan yang tidak seimbang dalam kelompok social yang
menyebabkan timbulnya ketidakadilan dalam kelompok social.

32
4) Terdapatnya perbedaan paham antara individu atau bagian tetang cara-
cara dalam memenuhi tujuan kelompok social.

Semua hal di atas menurut Soerjono Soekanto(1982: 157) mengakibatkan


terjadinya perpecahan di dalam kelompok social dan menimbulkan adanya
perubahan dalam struktur kelompok social. Kemudian terwujudnya keadaan
stabil dalam kelompok social sedikitnya ditentukan oleh factor-faktor kelompok
social. Ada kalanya juga bahwa konflik yang terjadi dalam kelompok social dapat
dikurangi atau dihapuskan dengan cara mengadakan kambing hitam
(scapegoating) atau kelompok menghadapi musuh yang sama dari luar.
Soerjono Soekanto (1982: 157-158) dapat juga disebabkan oleh:

1. Adanya perubahan situasi atau keadaan dimana kelompok social itu hidup,
misalnya karenaa adanya ancaman dari luar terhadap integritas kelompok,
berakibat semakin kuatnya rasa persatuan kelompok dan berkurangnya
keinginan anggota kelompok terhadap usaha mementingkan dirinya
sendiri.
2. Adanya pergantian anggota kelompok social sebenarnya tidak perlu
membawa perubahan struktur kelompok, umpamanya personalia suatu
passukan angkatan bersenjata (ABRI) yang sering mengalami pergantian
tidak selalu mengakibatkan keseluruhan. Akan tetapi ada kelompok social
yang mengalami kegoncangan apabila ditinggalkan salah seorang
anggotanya terutama apabila ia memiliki kedudukan yang penting,
misalnya seorang ayah atau ibu dalam kehidupan suatu keluarga.
3. Adanya perubahan yang terjadi dalam situasi social dan ekonomi,
misalnya dalam keadaan depresi suatu keluarga akan bersatu
menghadapinya walaupun anggota keluarga itu memiliki agama ataupun
pandangan politik yang berbed satu dengan yang lainnya.

Faktor yang mungkin menyebabkan timbulnya konflik antar-kelompok social


adalah :

1) Adanya persaingan untuk mendapat mata pencarian hidup yang sama.

33
2) Terjadinya pemaksaan terhadap kebudayaan yang ada oleh unsure-unsur
kebudayaan kelompok lain.
3) Adanya pemaksaan untuk menganut agama tertentu oleh kelompok lain.
4) Adanya dominasi politik oleh kelompok lain yang dapat menciptakan
ketidakadilan bagi kelompok lain.
5) Adanya konflik tradisional yang terpendam pada masing-masing
kelompok social.

Oleh karena itu masalah dinamika kelompok social menyangkut berbagai gerak
atau perilaku social dari kelompok social, berupa gejala cara berpikir, merasa, dan
beraksi. Yang dapat menyebabkan suatu kelompok social menjadi agresif
terhadap kelompok yang lain, disebutkan antara lain:

1) Frustasi selama jangka waktu yang lama antara kelompok social yang satu
terhadap yang lain.
2) Tersinggungnya perasaan bersama oleh kelompok lain.
3) Merasa dirugikan oleh kelompok yang lain.
4) Diperlakukan tidak adil oleh kelompok lain.
5) Terkena pada bidang-bidang kehidupan yang sangat sensitive.

Gunannya mempelajari dinamika kelompok social tersebut ialah agar mengetahui


realitas kehidupan kelompok social tersebut.

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia
yang terdiri dari dua atau lebih individu yang hidup bersama saling
berhubungan, saling mempengaruhi dengan suatu kesadaran untuk saling
tolong menolong. beberapa persyaratan tertentu, yaitu:
1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota
yang lainnya, dalam kelompok itu.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota
kelompok itu, sehinggga hubungan antara mereka bertambah erat.
Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang
sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain
sebagainya. Mempunyai musuh yang sama dapat pula menjadi
faktor pengingat/pemersatu.

35
DAFTAR PUSTAKA

Stephen K. Sunderson. 1993. Sosiologi makro, rajawali, pers, Jakarta


Soleman B. kaneko. 1990. Struktur dan proses social; suatu pengantar sosiologi
pembangunan, rajawali pers, Djakarta
Wulansari, Dewi.2009. Sosiologi konsep dan teori, Bandung; Refika aditama

36
PERTANYAAN DISKUSI

1. Sebutkan Contoh ciri-ciri kelompok intermeate dan private


2. Bagaimana Cara atasi perbedaan kelompok dan solusi
3. Bagaimana cara meminimalisir terjadinya konflik antar kelompok
social dan menimbulkan kesadaaran dan solidaritas dalam
kelompok social?

JAWAB :

1. Intimate, adalah hubungan menyeluruh dan akrab. Private,


adalah hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk
beberapa orang saja. Contoh intimate adalah hubungan
antara ibu dan anak yng mesra dikarenakan adanya
hubungan darah. Sedangkan contoh private ialah hubungan
antara teman sekelas yang bukan karena adanya hubungan
darah tetapi saling menyayangi.
2. .1) Netralisasi sikap Bahwa sikap memihak pada salah seorang atau
golongan yang sedang berselisih akan mempertajam perselisihan
konflik tersebut. Maka sikap yang paling tepat adalah netral atau tidak
memihak dan bahkan diusahakan untuk menjadi mediator di dalam
mengatasi konflik tersebut.
2)Mengubah sikap Kemungkinan terjadinya konflik dapat disebabkan
oleh sikap salah seorang anggota kelompok atau organisasi yang dirasa
tidak tepat oleh anggota/kelompok lain. Jika hal ini terjadi maka kita
harus cepat dan tanggap untuk mengubah sikap kita.
3) mengurangi perbedaan yang ada Salah satu penyebab terjadinya
konflik adalah karena adanya perbedaan pandangan atau kepentingan
diantara anggota organisasi atau perusahaan. Oleh karena itu kita harus
berupaya untuk mengurangi adanya perbedaan-perbedaan tersebut, dan
bahkan sedapat mungkin mengubah perbedaan tersebut menjadi
sinergi yang akan mendorong tercapainya tujuan organisasi.
4) memecahkan masalah bersama-sama Suatu masalah akan dapat
diatasi dengan baik, jika semua elemen atau pihak yang berada dalam
organisasi tersebut dilibatkan dan berpartisipasi untuk mengatasi
permasalahan atau konflik yang terjadi. Oleh karena itu kita harus
menghindari terjadinya konflik di tempat kerja, bahkan indikasi
konflik hendaknya diusahakan untuk diubah menjadi kerja sama.
3. 1. Mengakui adanya konflik.
2. Mengidentifikasi konflik yang sebenarnya.
3. Mendengar semua pendapat dari semua sudut pandang.

37
4. Bersama-sama mengkaji cara untuk menyelesaikan.
5. Dapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk
menemukan solusi.
6. Jadwalkan sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.

38
PROSES SOSIAL

Pengertian Penyebab Agen Macam-macam

Keluarga Teman Sekolah Media


cara-cara berhubungan Bermain Massa
yang dilihat apabila
orang-perorangan dan Pendidikan formal
1. Orang Tua mempersiapkannya 1. Media
kelompok-kelompok sosial 1. Kerabat Cetak(Surat
2. Saudara untuk penguasaan
2. Tetangga peranan baru kabar
saling bertemu dan Kandung
3. Teman ,majalah)
menentukan sistem serta Sekolah 2. Media
bentuk-bentuk hubungan Elektronik
tersebut. (radio,
Televisi)

Adanya Interaksi sosial Proses Sosial Assosiatif Proses Sosial Disosiatif

Kerja Sama
Persangingan
 Bergainning
Faktor penyebab (Competition)
 Cooperation
berlangsungnya  Coalation

ineraksi sosial  Akomodasi
Pertikaian
 Coercion  Conciliation
1. Imitasi (Conflict)
 Compromise  Toleration
2. Sugesti  Arbiration  Stalemate
 Mediation  Adjudication
3. Identifikasi Kontravensi
4. Proses Simpati Asimilasi

 Pendekatan
 Tidak ada pembatasan
 langsung dan primer
 39 interaksi sosial tinggi dan tetap
Frekuensi

Anda mungkin juga menyukai