Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MEMAHAMI TAFSIR QS. AN – NAHL : 125 DAN HADIST YANG BERKAIT

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Tafsir Ayat Al-Qur`an dan Hadis Perdamaian

Dosen Pengampu: Bapak MUHAMMAD SYAIFUDDIEN ZUHRIY

Disusun:

1. Nuril anwar (2104036049)


2. Shelly Nur Indah Agusthia (2104036051)

STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SEMARANG 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Agama sebagai institusi dalam suatu dilema dan
bentuk analisa dari fenomena sosial" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran tafsir Al – Qur’an dan hadist . Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang memahami al qur’an bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad syaifuddin zuhriy selaku guru
Mata Pelajaran Tafsir al – qur’an dan hadist . Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Maret 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................
C. TUJUAN..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................
A. MAKNA PENTING QS. AL-NAHL : 125.....................................
B. ASABUN NUZUL QS. AL- NAHL 125.........................................
C.KONTEKSTUALISASI QS AL-NAHL 125....................................

BAB III PENUTUP..............................................................................


A, KESIMPULAN................................................................................
B. SARAN............................................................................................

DAFTAR PUSAKA..............................................................................

2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah memiliki arti ajak, seruan, panggilan, undangan, atau permohonan. Dakwah
adalah ilmu yang memiliki bidangnya tersendiri dalam kehidupan manusia serti halnya ilmu
lainnya. Namun dakwah pun melingkupi pembahasan ilmu-ilmu yang lainyang terkadang
keberadaannya abstrak sehingga masyarakat tidak terlalu familiar terhadap ilmu dakwah ini.
Dakwah merupakan ajakan kepada ajaran islam, atau ajakan kepada bukan ajaran islam, jadi
dakwah itu tidak hanya di peruntukan bagi ummat islam saja, bagi agama lain pun apapun itu
halnya yang merupakan ajakan menuju hal keagamaan merupakan dakwah atau seruan
Seringkali dalam kehidupan masyarakat zaman abad 21 saat ini kurang memahami apa itu
dakwah dan bagaimana ruang lingkupnya bahkan makna dari dakwah itu sendiri bagi
kehidupan Dengan menggunakan sumber pembahasan makalah ini yang berasal dari sumber
Al - qur'an Surat An-nahl Ayat 125 maka halinilah yang menjadi alasan utama tersusunnya
makalah ini
B. Rumusan Masalah
1. menjelaskan tafsir QS. Al-Nahl: 125
2. menjelaskan asbabun nuzul QS. Al-Nahl: 125
3. menjelaskan kontekskualisasi QS. Al-Nahl: 125
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tafsir QS. Al-Nahl: 125
2. Untuk mengetahui asbabun nuzul QS. Al-Nahl: 125
3. Untuk mengetahui kontekskualisasi QS. Al-Nahl: 125

3
BAB II
PEMBAHASAN
QS. AN-NAHL : 125
َ ‫ك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِا لَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ  ۗ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
‫ْن‬oَ ‫َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِا ْل ُم ْهتَ ِدي‬
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik,
dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 125)
A. Penjelasan Makna Penting
- ‫َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ِة‬ : Dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Maksudnya
yaitu ketika mengajak manusia ke jalan Allah swt hendaknya dengan cara yang baik,
lemah lembut, dan tidak menyinggung perasaan mereka serta sesuai dengan porsinya.
- ُ‫َو ٰ َج ِد ۡلهُم بِٱلَّتِي ِه َي َأ ۡح َسن‬ : Bantahlah mereka dengan cara yang baik. Maksudnya
yaitu ketika berdakwah dan mereka membantah dakwah yang diberikan. Maka
balaslah bantahan mereka dengan bantahan yang tidak menyulut api kemarahan.
- َ ‫َأ ۡعلَ ُم بِ َمن‬
‫ض َّل‬ : Mengetahui tentang siapa yang tersesat. Maksudnya
Allah swt lebih mengetahui tentang siapa orang yang tersesat dari jalan kebenaran.
- ‫ُوا بِ ِم ۡث ِل َما عُوقِ ۡبتُم بِه‬
ْ ‫ فَ َعاقِب‬: Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu. Maksudnya dibolehkan hukumnya untuk
membalas perbuatan jahat yang ditimpakan kepada diri seseorang. Dengan syarat
balasan tersebut sama kadar-bobotnya dengan perbuatan jahat yang dirasakan atau
diterima.
- ۡ ‫صبَ ۡرتُمۡ لَهُ َو‬
‫ر‬ٞ ‫خَي‬ َ : Kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik.
Maksudnya memang secara hukum diperbolehkan untuk membalas perbuatan jahat
yang dilakukan oleh seseorang. Akan tetapi, apabila kita bersabar, maka itulah yang
lebih baik disisi-Nya.
Dalam ayat ini, Allah swt memberikan pedoman kepada Rasululloh saw tentang cara
mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah swt. Jalan Allah swt disini maksudnya
ialah agama Allah swt yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw.

4
Allah swt meletakan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian
hari dalam mengemban tugas dakwah.
 Pertama, Allah swt menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya
dakwah untuk agama Allah swt sebagai jalan menuju ridlo-Nya, bukan
dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah) ataupun untuk golongan dan
kaumnya. Rasul saw diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah
swt dan untuk agama Allah swt semata.
 Kedua, Allah swt menjelaskan kepada Rasul saw agar berdakwah dengan
hikmah. Hikmah itu mengandung beberapa arti :
a. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan
itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
b. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk
menjelaskan mana yang hak dan mana yang bathil atau syubhat (meragukan).
c. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur’an, paham kepada Al-Qur’an, paham
agama, takut kepada Allah swt, serta benar perkataan dan perbuatan.
Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu
pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi
manfaat.
Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, agar mudah difahami umat.[9]
 Ketiga, Allah swt menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dijalankan
dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukan, sehingga dapat
diterima dengan baik.
 Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah,
cemas, dan ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan
dosa karena kebodohan atau ketidaktahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu
dipaparkan secara terbuka dihadapan orang lain sehingga menyakiti hatinya.
 Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut,
sangat baik untuk melembutkan hati yang liar dan lebih banyak memberikan
ketentraman daripada khutbah dan pengajian yang isinya ancaman dan
kutukan-kutukan yang mengerikan. Namun demikian, menyampaikan

5
peringatan dan ancaman dibolehkan jika dikondisinya memungkinkan dan
memerlukan.
 Untuk menghindari kebosanan dalam pengajian, Rasul saw menyisipkan dan
mengolah bahan pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang
menimbulkan rasa takut. Dengan demikian, tidak terjadi kebosanan yang
disebabkan uraian pengajian yang berisi perintah dan dan larangan tanpa
memberikan bahan pengajian yang melapangkan dada atau yang merangsang
hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.
 Keempat, Allah swt menjelasakan bahwa bila terjadi perdebatan dengan kaum
musyrikin dan ahli kitab, hendaknya Rasul saw membantah dengan cara yang
baik. Suatu contoh perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim as
dengan kaumnya yang mengajak mereka berfikir untuk memperbaiki
kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan kebenaran. Tidak baik
memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal
demikian akan membuat suasana yang panas. Sebaiknya diciptakan suasana
nyaman dan santai sehingga tujuan dalam perdebatan untuk mencari
kebenaran itu dapat tercapai dengan memuaskan.[10]
 Perdebatan yang baik adalah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya
sifat manusia yang negatif seperti sombong, tinggi hati, dan berusaha
mempertahankan harga diri karena sifat-sifat tersebut sangat tercela. Lawan
berdebat supaya dihadapi sedemikian rupa sehingga dia merasa bahwa harga
dirinya dihormati, dan dai menunjukan bahwa tujuan yang utama ialah
menemukan kebenaran kepada agama Allah swt.
 Kelima, akhir dari segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada Allah
swt, karena hanya Dia lah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia.
Bukan orang lain ataupun dai itu sendiri. Dialah Tuhan Yang Maha
Mengetahui siapa diantara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan
fitrahnya insaniyah (iman kepada Allah swt) dari pengaruh-pengaruh yang
menyesatkan, hingga dia menjadi sesat, dan siapa pula diantara hamba yang
fitrah insaninya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima petunuk
(hidayah) Allah swt.

6
Tafsir Ibnu Katsir
Allah swt menyuruh Rasul-Nya berseru kepada manusia mengajak mereka ke jalan
Allah swt dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat serta anjuran yang baik. Dan jika orang-
orang itu mengajak berdebat, maka bantahlah mereka dengan cara yang baik. Allah swt lebih
mengetahui tentang siapa yang durhaka tersesat dari jalan-Nya dan siapa yang bahagia dalam
jalan yang lurus yang ditunjukan oleh Allah swt. Maka janganlah menjadi kecil hatimu, hai
Muhammad saw, bila ada orang-orang yang tidak mau mengikutimu dan tetap berada dalam
jalan yang sesat. Tugasmu hanyalah menyampaikan apa yang diwahyukan oleh Allah swt
kepadamu dan memberikan peringatan kepada mereka. Sedang Allah swt-lah yang akan
menentukan dan memberi petunjuk, serta Dia-lah yang akan meminta pertanggungjwaban
hamba-hamba-Nya kelak di hari kiamat.
B. ASBABUN NUZUL
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini.
Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan
jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah.
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada
Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy.
Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya ayat
tersebut.
Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja,
Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an- nuzul-nya
(andaikata ada sabab an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang ada memberikan pengertian
umum. Ini berdasarkan kaidah ushul:
ِ َ‫ُوص ال َّسب‬
‫ب‬ ِ ِ ‫َأ َّن ْال ِع ْب َرةَ لِ ُع ُم‬
‫وم اللَّ ْف ِظ اَل بِ ُخص‬
Artinya:
“Yang menjadi patokan adalah keumuman ungkapan, bukan kekhususan sebab”
Setelah kata ud‘u (serulah) tidak disebutkan siapa obyek (maf‘ûl bih)-nya. Ini adalah uslub
(gaya pengungkapan) bahasa Arab yang memberikan pengertian umum (li at-ta’mîm).
Dari segi siapa yang berdakwah, ayat ini juga berlaku umum. Meski ayat ini adalah perintah
Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam. Sebagaimana kaidah
dalam ushul fikih :
‫خطاب الرسول خظاب المته مالم يرد دليل التحصيص‬
Artinya:

7
“Perintah Allah kepada Rasulullah, perintah ini juga berlaku untuk umat Islam, selama tidak
ada dalil yang mengkhususkannya.adapun Beberapa Pendapat Ahli Tafsir lainnya, tetapi
yang akan dibahas di makalah ini adalah tafsir
o Tafsir Jalalalyn
َ ّ‫الناس يا محمد صلى هللا عليه وسلم { إلى َسبِي ِل َرب‬
{ ‫ك } دينه { بالحكمة } بالقرآن } ادع‬
} ُ‫{ والموعظة الحسنة } مواعظة أو القول الرقيق { وجادلهم بالتى } أي المجادلة التي { ِه َى َأحْ َسن‬
َ ‫ك هُ َو َأ ْعلَ ُم } أي عالم { بِ َمن‬
‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِه َوه َُو‬ َ َّ‫كالدعاء إلى هللا بآياته والدعاء إلى حججه { ِإ َّن َّرب‬
‫َأ ْعلَ ُم بالمهتدين } فيجازيهم‬
Artinya:
“Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan Rabb-mu (agama-Nya)
dengan hikmah (dengan al-Quran) dan nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau
perkataan yang halus) dan debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang
terbaik seperti menyeru manusia kepada Allah dengan ayat-ayat-Nya dan
menyeru manusia kepada hujah). Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang
Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia
Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Maka Allah
membalas mereka. Hal ini terjadi sebelum ada perintah berperang. Ketika
Hamzah dibunuh (dicincang dan meninggal dunia pada Perang Uhud)”
Berikut ini adalah isi kandungan Surat An Nahl ayat 125:
1. Allah memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah menyeru manusia kepada agama-
Nya. Kewajiban berdakwah ini juga berlaku bagi umat Islam.
2. Ayat ini menjelaskan tiga metode dakwah yakni hikmah, mauidhah hasanah
(pengajaran yang baik) dan jidal (debat) dengan cara baik.
3. Allah hanya mewajibkan dakwah, sedangkan apakah seseorang mendapat hidayah
atau tidak adalah urusan Allah. Bukan kewajiban seorang dai.
4. Allah Maha Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan siapa yang mendapat
petunjuk. Dia Maha Mengetahui siapa yang mau menolak dakwah dan siapa yang
mau menerimanya.
5. Ayat ini menenangkan Rasulullah dan para dai agar tidak sedih dan kecewa jika ada
orang yang menolak dakwah.
C. Implementasi Qs. An-Nahl: 125
1). Bil Hikmah ‫ع اِ ٰلى َسبِي ِْل َربِّكَ بِا ْل ِح ْك َم ِة‬
ُ ‫ اُ ْد‬Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah Ayat di atas mengandung makna perintah, dengan adanya kata ‫ ادع‬Allah

8
memerintahkan untuk menyeru kepada manusia kepada jalan yang benar dengan cara
hikmah. Oleh karena mengandung pengertian perintah. Maka lafadz itu memberi pengertian
keharusan (wajib).
Dengan demikian perintah ini menjadi wajib untuk dilaksanakan yaitu: mengajak
manusia dengan jalan hikmah. Berdasarkan penafsiran para mufasir hikmah mengandung
makna sebagai berikut: Perkataan yang kuat disertai dalil yang menjelaskan kebenaran dan
menghilangkan kesalahpahaman. Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu.
Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat diyakini keadaannya/pengetahuan itu memberi
manfaat.Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan
mana yang hak dan mana yang bathil.Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an, paham
AlQur'an, paham agama, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatan.Tutur kata yang
mempengaruhi jiwaAkal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih. Menarik
perhatian orang kepada agama (kepercayaan terhadap Tuhan). Perkataan yang tegas dan
benar.
2). Al-Mau'izhoh al-ilasanah / pelajaran yang baik Huruf "wawu" ( ‫( و‬pada kalimat di atas
adalah huruf athaf, yang menghubungkan dengan kalimat sesudahnya. Dengan demikian
cara kedua dalam menyeru manusia kepada jalan yang benar adalah dengan cara al-
mau'izhoh al-hasanah.Dalam tafsiran para mufasir bahwa ‫نةُالموعظة‬oo‫ الحس‬mengandung arti
sebagai berikut: 1). Pelajaran dan peringatan. Dalil-dalil yang bersifat dzanni yang dapat
memberi kepuasan kepada orang awam.Pendidikan dengan bahasa yang lemah lembut
sehingga memberikan ketentraman.Pendidikan yang baik yang disambut oleh akal yang
sejahtera dan diterima oleh tabi'at manusia yang benar. 2). Nasehat yang baik.Berdasarkan
dari beberapa tafsir, al-mau'izhoh hasanah mengandung arti pendidikan/nasihat (baik
pelajaran atau peringatan), dengan cara lemah lembut sehingga dapat diterima dan
menimbulkan ketenangan dan ketentraman jiwa bukan kecemasan, gelisah atau
ketakutan".al-mau'izhoh hasanah adalah bentuk pendidikan dengan memberikan nasehat dan
peringatan baik dan benar, perkataan yang iemah lembut, penuh dengan keikhlasan,
menyentuh hati sanubari, menentramkan dan menggetarkan jiwa peserta didik untuk
terdorong melakukan aktivitas dengan baik.
Dalam implementasinya al-mau'izhoh hasanah berupaya untuk memahami peserta
didik dengan menghilangkan sikap egois, sehingga nasihat dapat diterima dengan baik.
Peserta didik memiliki kebutuhan baik jasmani dan rohani, kebutuhan biologis, kasih sayang,
rasa aman, rasa harga diri dan aktualisasi diri yang berkaitan erat dengan pendidikan
mau'izhoh hasanah.
9
Dengan demikian dapat dipahami bahwa memberikan nasihat itu tidak mudah.
Mau'izhoh hasanah tidak hanya terbatas pada nasihat tetapi perlu dapat dilaksanakan secara
terencana, bertahap dan bertanggung jawab, artinya pemberi nasihat (pendidik) memahami
etika yang baik dalam memberikan nasihat, dilakukan berulang-ulang dan
diimplementasikandengan baik. Mauizhoh hasanah merupakan salah satu metode pendidikan
Islam, yang memberikan penyucian dan pembersihan rohani/jiwa, yang memungkinkan
peserta didik menerima, memahami dan menghayati terhadap materi yang disampaikan.
untuk menjadi hamba yang mendapat keridhoan Allah SWT. Dalam kehidupan di dunia dan
di akhirat.
3). Mujadilhum Bi al-lati Hiya Ahsan / bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Implementasi metode dari ayat di atas adalah, bahwa Allah SWT memerintahkan
bermujadalah hanya dengan cara yang terbaik, sehingga salah satu cara dalam menyeru
manusia kepada kebenaran. Berdasarkan penafsiran para mufassir, dapat diketahui bahwa
mujadalah bi al-lati hiya ahsan, mengandung arti sebagai berikut:
Pertama, Bantahan yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap lemah
lembut, perkataan yang baik, bersikap tenang dan hati-hati, menahan amarah serta lapang
dada.Kedua, Percakapan dan perdebatan untuk memuaskan penantang.Perdebatan yang baik,
yaitu membawa mereka berpikir untuk menemukan kebenaran, menciptakan suasana yang
nyaman dan santai serta saling menghormati Perbantahan atau pertukaran pikiran
dengan baik yaitu tidak menyakiti hati dan menggunakan akal yang sehat. Bila
diimplementasikan ke dalam pendidikan Islam maka mujadalah dapat dijadikan suatu
metode pendidikan agama Islam sebagai metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Berkenaan
dengan pengertian jadala, para ulama mengartikan jadala dengan bertukar pikiran
(berdialog), termasuk dengan cara saling mengalahkan argumentasi lawan.

Demikian Surat An Nahl ayat 125 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa
Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan membuat kita
semangat berdakwah dengan metode dakwah yang benar. Wallahu a’lam bish shawab.

10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah penulis lakukan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa:
1. Konsep pendidikan dalam Q.S An-Nahl ayat 125 yaitu:
a. Al-hikmah: artinya berdialog dengan kata-kata yang bijaksesuai dengan
pengetahuan itu sesuatu dapat diyakini keberadaannya.
b. tingkat kepandaian setiap orang.
c. Al-Mau’izah: artinya memberikan nasihat yang baik.
d. Jiddal: artinya berdiskusi dengan baik tanpa mencela argument atau pendapat
dari orang lain.
2. Metode pendidikan dalam Q.S An-Nahl ayat 125 terdapat 3 macam
metode pendidikan, yakni; metode Hikmah (perkataan yang bijak), metode
Mau’idzhah Hasanah (Nasihat Yang Baik), dan metode Jidal (Debat).
Implementasi Qs. An-Nahl: 125
1). Bil Hikmah perintah
2). Al-Mau'izhoh al-ilasanah / pelajaran yang baik
3). Mujadilhum Bi al-lati Hiya Ahsan / bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.

Daftar Pustaka
Al-Mahalliy, Imam Jalalud-Din dan As-Syuthi, Imam Jalalud-Din, Tafsir Jalalain
berikut Asbabun-Nuzul Ayat, 1990, (Bandung : Sinar Baru)
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir ( CD. Holly Qur,an ).
1036-File Utama Naskah-2894-1-10-20171218.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai