Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

TRADISI AMALIAH ASWAJA

(Peringatan hari kelahiran Tawassul,Istigosah,Maulid nabi dan Walimah)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12:

1.DEWI SEPTIANA

2.HAERANI

D III KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

TAHUN 2023
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
reaksi siklus asam sitrat pada metabolism karbohidrat, lipid dan protein.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang reaksi siklus asam sitrat pada
metabolism karbohidrat, lipid dan protein. ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………………
…………….….1

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………….
.……….......2

BAB.I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..
……………...3

1.1 Latar belakang…….


……………………………………………………………………………………...3

1.2

Tujuan…………………………………………………………………………………………
……….........4

1.3 Rumusan
masalah………………………………………………………………………………..……..4

BAB. II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………
………..…...5
1.

Defenisi…………………………………………………………………………………………
………..…..5

2.

Tujuan…………………………………………………………………………………………
…………….…6

3.

Fungsi………………………………………………………………………...............................
.......7

BAB. III
PENUTUP………………………………………………………………………………………
……………..17

3.1
Kesimpulan……………………………………………………………………………………
………….…....17

3.2 Saran……………………………………………………………….
……………………………………………...17

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………..............................................................18
BAB I

Tawassul

A. Pengertian Tawassul

1. Tinjauan Etimologi

Dari kacamata bahasa, tawassul berawal dari fi’il madhiwassala, menurut arti etimologi
(bahasa-lughoh) mempunyai arti al-qurbah atau al-taqarrub (‫ التقرب‬,(artinya mendekatkan diri
dengan suatu perataraan (wasilah).Wasilah bermaksud “perantara”, dalam bahasa Arab
adalah isim dari kata kerja “wasalailahi bikadza, yasilu, wasilatan fahuwa wasilun” artinya,
mendekatkan diri dan mengharapkan. Dan dari kata itu terbentuk kata “ma yutaqarrabu bihi
ila al- ghairi” artinya, sesuatu yang bisa mendekatkan diri pada hal yang lain. Maka dari kata
wasilah itulah masyarakat kita lebih mengenal dengan kata tawassul. Jadi tawassul adalah
mendekatkan diri dengan suatu perantaraan (wasilah) atau menjadikan sesuatu yang menurut
Allah mempunyai nilai, derajat dan kedudukan yang tinggi, untuk dijadikan sebagai
perantaraan (wasilah) agar doa dapat dikabulkan. Sedangkan untuk orang yang melakukan
tawassul disebut dengan mutawassil bentuk plural dari kata wasil.Dari kata-kata itulah
kemudian praktek tentang wasilah biasa pula dikenal dengan istilah tawassul. Jadi, jika kata
tawassul disebutkan, maka ia jelas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kata wasilah,
karena ia merupakan bentuk isim masdar dari kata tawassala.

Sedangkan M. Nashiruddin al-Albani menjelaskan bahwa kata tawassul adalah


merupakan sebuah kata yang murni berasal dari bahasa Arab asli, yang diucapkan oleh al-
Qur’an, Hadis, pembicaraan orang Arab sehari-hari, di dalam sya’ir ataupun prosa, yang ia
sendiri memiliki arti mendekat kepada yang akan dituju dan mencapainya dengan usaha yang
sangat keras. Ibn Atsir sendiri, seperti yang telah dinukilkan oleh al-Albani, dalam kitabnya
yang berjudul al-Nihayah mengartikan wasilah secara bahasa adalah merupakan sebuah
pendekatan, perantara dan sesuatu yang bisa dijadikan untuk menyampaikan serta
mendekatkan kepada suatu hal. Al-Fairuzabadi lebih spesifik lagi dalam mengartikan kata
tawassul. Ia melihat bahwa tawassul adalah merupakan sebuah bentuk amalan yang
diamalkan, yang dengannya seseorang (yang telah melakukan amalan tersebut) dapat
mendekatkan diri kepada-Nya.

Sedangkan amalan tersebut menurut Al- Fairuzabadi dikatakan sebuah


perantaraan.Ibnu Manzhur berkata, al-Wasilah bermakna al-qurbah yaitu pendekatan.‫وسیلة هللا‬
‫ ”إلى فالن وسل‬Si fulan berperantara kepada Allah dengan suatu wasilah”, yaitu melakukan
suatu perbuatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. ‫ ”وسیلة إلیھ وتوسل‬Bertawassul kepada-
Nya dengan suatu wasilah”. Yaitu mendekatkan kepada-Nya dengan suatu amal. Ar-Raghib
al-Ashfahani berkata, hakikat dari wasilah kepada Allah swt.adalah memperhatikan jalan-
Nya dengan ilmu dan Ibadah, serta menapaki kemuliaan syariaat seperti taqarrub. Jadi
tawassul adalah mendekatkan diri dengan suatu perantaraan (wasilah) atau menjadikan
sesuatu yang menurut Allah mempunyai nilai, derajat dan kedudukan yang tinggi, untuk
dijadikan sebagai perantaraan (wasilah) agar doa dapat dikabulkan.

2. Tinjauan Terminologi

Tawassul adalah mewujudkan perantaraan bagi menyampaikan kepada sesuatu


maksud dan tidak mungkin seseorang sampai kepada maksud yang hendak ditujuinya kecuali
melalui perantara atau wasilah yang sesuai

dengannya.Dalam hal tawassul kepada Allah swt.bermaksud menggunakan

peraturan yang boleh mencapai keredhaan dan pahala daripada Allah swt. Ia

merupakan antara perkara yang diusahakan untuk melakukannya oleh setiap

orang yang beriman kepada Allah swt. dengan menggunakan cara-cara dan sebab- sebab
yang sesuai yang boleh menyampaikan kepada Allah swt. Sebagaimana

firman Allah swt:

8 َ‫واٱللَّھَ َو ۡٱبتَ ُغ ٓو ْاِإلَ ۡی ِھ ۡٱل َو ِسیلَة‬ ْ ُ‫ٰیََٓأیُّھَاٱلَّ ِذینَ َءا َمن‬


ْ ُ‫واٱتَّق‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan

carilah wasilah (perantara) untuk mendekatkan diri kepada-Nya”. Wasilah yang disebutkan di
dalam ayat di atas membawa maksud jalan

yang boleh mendekatkan diri kepada Allah swt.dengan melakukan perkara yang
dicintai dan diredhai-Nya, sama ada berbentuk perkataan, perbuatan, amalan

maupun niat.9

Menurut terminologi syariat wasilah adalah amalan yang dipersembahkan

seorang hamba mukmin saat menyampaikan keinginannya, untuk dijadikan

perantara sehingga keinginannya tercapai.wasilah adalah mendekatkan diri

kepada Allah swt. dengan amalan shalih demi mendekatkan diri kepada-Nya,

meraih derajat disisi-Nya, atau untuk memenuhi hajat, mendapatkan manfaat dan

terhindar dari mara bahaya.10

Wasilah Syar’i memiliki tiga pondasi:

a) Mutawassal ilahi, yaitu Allah swt yang memiliki karunia dan nikmat.

b) Wasil atau mutawassil, yaitu hamba yang lemah, memerlukan bantuan

dan pertolongan, memohon agar bias dekat dengan Allah swt., ingin

hajatnya terkabul, mendapatkan manfaat dan terhindar dari mara

bahaya.

c) Mutawassal bihi, yaitu amal shalih untuk mendekatkan diri kepada

Allah swt. inilah yang disebut wasilah.11

Menurut Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz adalah ibadah yang

dengannya dimaksudkan tercapainya keredhaan Allah swt. dan surga. Karena

itulah kita berkata, bahwa seluruh ibadah adalah wasilah (sarana) menuju

keselamatan dari api neraka dan kebahagiaan masuk surga.12

Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya wasilah adalah sarana yang

mengantarkan pada percapaian tujuan. Wasilah juga merupakan alam (nama

tempat) yang berada paling tinggi di surga, yang merupakan kedudukan dan
tempat tinggal Rasulullah saw. di surga. Itulah tempat di surga yang paling dekat

dengan ‘Arsy.13 Di dalam shahih al-Bukhari telah ditegaskan melalui jalan

Muhammad bin al-Munkadir, dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata Rasulullah saw.

bersabda:

‫ال َح َّدثَنَا ُش َعیْبُ بْنُ َأبِى َح ْمزَ ةَ ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ْال ُم ْن َك ِد ِر ع َْن َجابِ ِر‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّى بْنُ َعیَّا‬
َ َ‫ش ق‬

‫ب ِْن َع ْب ِد هللاَّ ِ َأ َّن َرسُو َل هللاَّ ِ صلى هللا علیھ وسلم قَا َل َم ْن قَا َل ِحینَ یَ ْس َم ُع النِّدَا َء اللَّھُ َّم‬

‫ضیلَةَ َوا ْب َع ْثھُ‹ َمقَا ًم ا‬


ِ َ‫ت ُم َح َّمدًا ْال َو ِسیلَةَ َو ْالف‬
ِ ‫صالَ ِة ْالقَاِئ َم ِة آ‬
َّ ‫َربَّ ھَ ِذ ِه ال َّد ْع َو ِة التَّا َّم ِة َوال‬

Ya: ‘mengucapkan azan seruan mendengar telah yang siapa Barang “14 ، ُ‫َمحْ ُمودًا الَّ ِذى َو َع ْدتَھ‬
‫ت لَھُ َشفَا َعتِى یَوْ َم ْالقِیَا َم ِة‬
ْ َّ‫ َحل‬.

Allah, Rabb pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan

didirikan ini, karuniakanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan,

serta anugrahkanlah kepadanya tempat terpuji yang telah Engkau

janjikan kepadanya.’ Maka ia berhak mendapatkan syafa’at pada hari

kiamat kelak”.

Menurut Yahya Zainul Ma’arif atau lebih dikenali dengan Buya yahya

dalam ceramah beliau tentang menyingkapi kesalahpahaman tentang tawassul. Beliau berkata
tawassul ini tidak dipermasalahkan dari masa ke semasa terjadinya kesalahpahaman dalam
tawassul karena salah dalam memahami

definisi tawassul yang sesungguhnya, tawassul terbagi kepada dua, yaitu:

a) Tawassul dengan doa, yaitu kita pergi kepada orang yang dianggap

soleh dan minta kepada orang soleh tersebut agar mendoakan kita.

b) Berdoa dengan tawassul, yaitu kita berdoa kepada Allah swt. dengan

membawa sesuatu yang di muliakan oleh Allah swt.

Menurut Yusuf Al-Qaradhawi tawassul adalah mengambil perantara bagi


mencapai sesuatu tujuan.Sesuatu tujuan itu tidak dapat dicapai melainkan dengan

perantaraan yang betul.Tawassul kepada Allah swt.adalah bertawassul bagi

mendapat keredhaan dan ganjaran yang baik. Keredhaan ini diperoleh oleh semua

orang yang beriman kepada Allah swt., iaitu dengan mengambil semua cara dan

sebab yang dapat mencapai ke arah keredhaan itu. Sebagaimana Allah jelaskan

dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 35.Perantara atau wasilah yang dinyatakan

dalam ayat tersebut adalah kaedah bagi mendekatkan diri kepada Allah swt.,

melalui cara yang disukai dan diredhai-Nya, sama ada melalui percakapan,

perbuatan, dan niat yang betul.15

Menurut Ibnu Taimiyah, tawassul adalah mencari wasilah melalui Rasul

saw.dalam perbincangan para sahabat, maksudnya adalah tawassul melalui doa

dan syafaatnya. Berbeda dengan tawassul dalam perbincangan kebanyakan orang

sekarang yang maksudnya berdoa melalui beliau seperti berdoa melalui nabi-nabi

lain atau orang-orang soleh. Dengan demikian, tawassul melalui Rasul saw itu dimaksudkan
dua arti berdasarkan kesepakatan umat Islam dan satu arti yang

tidak terdapat dalam al-Sunnah. Dua arti tersebut adalah:16

a) Sebagai pokok iman dan Islam, yakni mengimani Rasul saw. dan

menaatinya.

b) Tawassul melalui doa dan syafaat beliau.

B. Sejarah Tawassul.

Istilah atau perbuatan tawassul ini bukan sesuatu yang baru atau rekaan

semata-mata, akan tetapi istilah dan perbuatan tawassul ini telah ada dari dulu lagi

sebagaimana dalam al-Quran Allah menceritakan tentang tawassul saudara-saudara


Nabi Yusuf kepada ayahnya Nabi Ya’qub as.

‫س ت َۡغ فِ ُر لَ ُكمۡ َرب ۖ ِّٓي ِإنَّھُ ھ َُو‬ ۡ ‫وا ٰیََٓأبَانَا‬


ۡ ‫ٱس ت َۡغ فِ ۡر ِٔ لَنَا ُذنُوبَنَٓا ِإنَّا ُكنَّا ٰخَ ِط ینَ قَا َل ۥ َس ۡو فَ َأ‬ ْ ُ‫قَال‬

ُ ‫“ ی ِمٱل َّرحُو ُرفَ ۡغٱل‬Mereka berkata: ‘Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami
. 17

terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang

bersalah (berdosa)’. Ya’qub berkata: ‘Aku akan memohonkan ampun bagimu

kepada Rabbku. Sesungguhnya Allah lah yang Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang’.”

Daripada ayat al-Qur’an ini jelas bahwa tawassul itu telah ada dari dulu lagi.,

dan amalan tawassul ini tidak pernah dilarang oleh Nabi saw., para sahabat dan

ulama-ulama setelahnya, sehinggalah datangnya Ibnu Taimiyah yang

mempermasalahkan amalan tawassul ini, dan mengatakan amalan tawassul itu bid’ah.

Sebagaimana yang dikatakan Imam As-Suyuti dalam kitabnya Faidhul Qadir

Syarah Jami’ al-Shahir al-Basyir wa al-Nazir. Berkata Imam Subki. “Tawassul minta tolong
dan minta syafaat kepada Allah melalui Nabi saw. adalah baik dan tidak ada

satu pun ulama salaf dan khalaf yang mengingkarinya, hingga datanglah Ibnu

Taimiyah yang mengingkarinya, menganggap tawassul itu berpaling dari jalan yang

lurus serta membid’ahkannya, padahal tidak ada seorang alim pun sebelumnya yang

berkata seperti itu”.18

Orang-orang jahiliyah dahulu memalingkan sebagian ibadah tadi kepada

selain Allah swt, mereka ber-i'tiqad bahwa para wali itu baginya mempunyai pangkat

dan kedudukan yang tinggi disisi Allah swt.Dan mereka mangangkat hajat-hajatnya

kepada Allah swt.seperti: Lata yang disernbah selain Allah di Thaif, padahal

(sebenarnya) sebelum meninggal dunia ia adalah seorang yang memberikan suatu


manfaat kepada manusia dan para jamaah haji pada khususnya. Dulu ia membuat

adonan kueh yang dicampur dengan minyak samin, lalu ia menyuguhkannya untuk

mereka. Ketika ia meninggal dunia, maka urusannya menjadi seperti orang besar

yang berpengaruh dimana orang-orang beri'tiqad bahwa ia mempunyai kelebihan dan

kebaikan. Maka orang-orang yang hidup dizamannya ikut berduka cita lalu mereka

berulangkali datang ke makamnya kemudian mereka membangun diatasnya suatu

bangunan.Dan kemudian mereka bertawassul dengannya, mengelilingi kuburannya

dan memohon kepadanya agar diselesaikan hajatannya serta dibebaskan dari

kesulitan-kesulitannya19. Seperti halnya juga yang diminta kepada Uzza dan Manat, seperti
mana yang difirmankan oleh Allah swt: a al menganggap) musyrik orang-orang hai (kamu
patut apakah Maka

dan al Uzza.Dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak

perempuan Allah).Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah

(anak) perempuan.Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak

adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu

mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk

(menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,

dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah

datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”.

Dan dengan ini, mereka itu mengetahui bahwa orang-orang yang dimintai itu

tidak dapat menciptakan apapun di dunia ini, bahkan mereka tidak memiliki rezki,

kehidupan, kematian dan tidak mempunyai urusan apapun.21 Oleh karena itu Allah

berfirman tentang orang-orang musyrikin:


َّ ‫ص َر َو َمن ی ُۡخ ِر ُج ۡٱل َح‬ ۡ ‫ك ٱلسَّمۡ َع و‬
َ ٰ ‫ٱأل َۡب‬ ُ ِ‫ض َأ َّمن یَمۡ ل‬ ۡ
َ‫ي ِمن‬ َ ِ ‫قُ ۡل َمن یَ ۡر ُزقُ ُكم ِّمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َو ٱأل َۡر‬
ۡ ‫ت وی ُۡخ ر ُج ۡٱلمیِّتَ ِمنَ ۡٱل َحي ومن یُ َدبِّ ُر‬
22 َ‫ٱأل َمۡ ۚ َر فَ َسیَقُولُونَ فَقُ ۡل َأفَالَ تَتَّقُون‬ َ َ ِّ َ ِ َ ِ ِّ‫ ۡٱل َمی‬.

“Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi,

atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan

siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan

yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?"

Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah: Mangapa kamu

tidak bertakwa kepada-Nya?.” Maksudnya, selama kalian sudah tahu bahwa pelaku ini
semuanya adalah

Allah, mengapa kalian tidak bertaqwa kepada Allah swt. Sehingga kalian

mengesakan-Nya dalam doa kalian seperti halnya kalian mengesakan-Nya dalam

ciptaan-ciptaan-Nya. Maka perbedaan tawassul orang-orang jahiliah dengan orang Islam


adalah

mereka orang-orang jahiliah menjadikan wasilah itu sesembahan atau berhala, tetapi

orang-orang Islam mereka bertawassul atau memohon pertolongan kepada Allah

swt.dengan menyebut wasilah dalam doanya atau meminta wasilah mendoakan

dirinya, sebagaimana bertawassul kepada orang soleh, yaitu meminta orang soleh

mendoakan apa yang dihajati diri kita. Mereka tidak menjadikan wasilah itu

sesembahan, tetapi hanyalah sebagai perantaraan karena kedudukan wasilah itu yang

dekat dengan Allah swt.Jika umat Islam menjadikan selain Allah itu sesembahan,

maka itu nyata dan jelas kesyirikan yang dilakukan.

C. Hakikat Tawassul

Banyak orang salah memahami hakikat tawassul, sesungguhnya orang-orang


yang berdoa dengan tawassul pada hakikatnya adalah bukan menyekutukan Allah

swt.dengan yang lain, mereka ini percaya penuh bahwa hanya Allah swt. yang

berkuasa atas segala sesuatu, selain Allah itu tiada kuasa yang mampu mengubah apa- apa
pun melainkan dengan izin Allah swt. Banyak sekali dari para pengkritik atau

orang-orang yang anti tawassul tidak memahami hakikat tawassul yang

sesungguhnya. Hakikat tawassul itu adalah24:

a) Sesungguhnya tawassul adalah salah satu cara berdoa dan salah satu pintu

menghadap Allah swt., pokok yang dituju hakikatnya adalah Allah swt.

Sesuatu yang dijadikan wasilah tidak lain hanyalah perantara untuk mendekatkan kepada
Allah swt, dan barang siapa yang menyakini selain

itu, maka sesungguhnya ia telah musyrik.

b) Orang yang melakukan tawassul tidaklah menggunakan perantara ini,

kecuali karena kecintaan terhadap perantara itu dan keyakinannya bahwa

Allah swt. mencintai perantara trersebut. Sekiranya yang terjadi tidak

sesuai dengan itu, maka orang yang bertawassul itu adalah orang yang

paling jauh dari perantara itu dan orang yang paling dibenci.

c) Sekiranya orang yang bertawassul berkeyakinan bahwa orang yang

dijadikan perantara kepada Allah swt. dapat memberi manfaat dan

menolak kemudharatan dengan sendirinya seperti Allah, maka sungguh

dia telah musyrik.

d) Sesungguhnya tawassul buka suatu keharusan dan juga bukan kewajiban

yang harus dilaksanakan. Pada dasarnya, tawassul adalah berdoa kepada

Allah swt. secara mutlak.


Bertawassul dengan Nabi, waliyullah dan ulama adalah sebagai sebab yang

dapat mendekatkan doanya dikabulkan oleh Allah swt. Sehingga dari sini menjadi

jelas hakikat yang tampak dalam bertawassul sama sekali tidak terdapat unsur-unsur

yang menyebabkan kesyirikan, yang menyebabkan terjerumusnya pengamal tawassul

dalam kesyirikan adalah jika mereka meyakini perantara itu yang dapat memberi

manfaat dan menjauhkan dia dari mudharat.

Menurut Ibnu Taimiyah tawassul adalah syafaat yakni mengimani

Muhammad saw. dan mengikuti ajarannya merupakan kewajiban setiap orang. Tidak

ada jalan untuk sampai kepada rahmat dan keselamatan-Nya kecuali melalui

tawassul dengan mengimani Rasul saw. dan mengikuti ajarannya. Beliau itu pemberi

syafaat dan pemilik tempat terpuji yang diimpikan semua orang.Beliau pemberi

syafaat terbesar dan tertinggi kedudukannya di sisi Allah swt.

Muhammad saw merupakan yang paling tinggi kedudukannya di antara para

nabi dan rasul. Syafaat dan doa Rasul saw itu hanya berguna bagi orang yang diberi

syafaat. Barangsiapa yang diberi syafaat dan doa, ia sudah tawassul kepada Allah

swt melalui syafaat dan doanya. Hal ini sama seperti yang dilakukan para sahabat

melalui doa dan syafaatnya. Demikian pula manusia di hari kiamat, tawassul kepada

Allah swt dengan doa dan syafaat beliau.

Kata tawassul di kalangan sahabat umumnya digunakan dalam pengertian di

atas. Sementara tawassul dengan syafaat dan doa Rasulullah saw. hanya akan

membantu bila diiringi iman kepadanya. Sedangkan tanpa mengimaninya, seperti

orang kafir dan orang-orang munafiq, tidak perlu diberi syafaat di akhirat. Karena

itulah, Rasul saw dilarang memintakan ampunan untuk paman dan bapaknya atau
untuk orang-orang kafir dan orang-orang munafik lainnya.

A. Istighosah

1. Pengertian Istighosah

Kata “istighotsah” ‫ استغاثة‬berasal dari “al-ghouts” ‫ الغوث‬yang berarti

pertolongan. Dalam tata bahasa Arab kalimat yang mengikuti pola (wazan)

“istaf’ala” ‫ استفعل‬atau “istif’al” menunjukkan arti pemintaan atau

pemohonan. Maka istighotsah berarti meminta pertolongan. Seperti kata

ghufron ‫ غفران‬yang berarti ampunan ketika diikutkan pola istif’al menjadi

istighfar ‫ استغفار‬yang berarti memohon ampunan. Jadi istighotsah berarti

“thalabul ghouts” ‫ طلب الغوث‬atau meminta pertolongan. Para ulama

membedakan antara istghotsah dengan “istianah” ‫ استعانة‬, meskipun secara

kebahasaan makna keduanya kurang lebih sama. Karena isti’anah juga pola

istif’al dari kata “al-aun” ‫ العون‬yang berarti “thalabul aun” ‫ طلب العون‬yang

juga berarti meminta pertolongan6

Istighosah merupakan kumpulan doa-doa, Istighosah dibaca dengan

menghubungkan diri pribadi kepada Tuhan yang berisikan kehendak dan

permohonan kepada-Nya serta di dalamnya diminta bantuan tokoh-tokoh

populer dalam amal sholeh.

Istighotsah adalah meminta pertolongan ketika


keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti’anah maknanya meminta

pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umum. Baik Istighotsah

6 Muhammad Asrori, Pengertian dan Bancaan Dalam Istighosah, Jurnal Tausyah,

Volume III, 2012, hlm. 1

Siti Rahma, Pengaruh Kegiatan Istighosah Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di

SMP Darussalam Tambak Madu Surabaya, , (Surabaya: Skripsi Tidak Ditemukan, 2011),
hlm. 15

maupun Isti’anah terdapat di dalam nushushusy syari’ah atau teks-teks AlQur’an atau hadits
Nabi Muhammad.

Istighosah adalah meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan

sulit. Yang dimaksud dengan Istighosah dalam munjid fil lughoh wa a’alam

adalah mengharapkan pertolongan dan kemenangan.8

Sedangkan menurut

Barmawie Umari bahwa Istighosah adalah do’a- do’a sufi yang dibaca

dengan menghubungkan diri pribadi kepada Tuhan yang berisikan kehendak

dan permohonan yang didalamnya diminta bantuan tokoh-tokoh yang

populer dalam amal salehnya.9

Dalam surat Al-Anfal ayat 9 disebutkan:

9 : ‫ (األنفال‬... ‫(تَس ْ ت َِغ يثُونَ ر َ بَّ ُكم ْ فَاس ْ تَج َ اب َ لَ ُكم‬


“(Ingatlah wahai Muhammad), ketika kamu memohon pertolongan kepada

Tuhanmu lalu Dia mengabulkan permohonanmu.” (QS Al-Anfal: 9).

Ayat ini menjelaskan peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW

memohon bantuan dari Allah SWT, saat itu beliau berada di tengah

berkecamuknya perang badar dimana kekuatan musuh tiga kali lipat lebih

besar dari pasukan Islam. Kemudian Allah mengabulkan permohonan

Nabi dengan memberi bantuan pasukan tambahan berupa seribu pasukan

malaikat. Dalam surat Al-Ahqaf ayat 17 juga disebutkan:

ِ َ‫و َهمَُا ي َس ْ ت َِغ يث‬ɍَّ ... (17 : ‫(األحقاف‬


‫ان ا‬

“Kedua orang tua memohon pertolongan kepada Allah.” (QS AlAhqaf:17)

Papa Luis Maluf Elyas, Munjid fil Lughoh Wa a’ala. (Libanon: El Mucheg, Beirut:

1998), hlm. 591

9Barmawie Umari, Sistematika Tasawwuf. (Solo: Romadloni, 1993), hlm. 174

Maksud dari ayat di atas adalah Istighosah dalam hal ini adalah

memohon pertolongan Allah atas kedurhakaan sang anak dan

keengganannya meyakini hari kebangkitan, dan tidak ada cara lain yang

dapat ditempuh oleh keduanya untuk menyadarkan sang anak kecuali

memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dari

kedua cuplikan ayat ini barangkali dapat disimpulkan bahwa istighotsah

adalah memohon pertolongan dari Allah SWT untuk terwujudnya sebuah


“keajaiban” atau sesuatu yang paling tidak dianggap tidak mudah untuk

diwujudkan.

Istighotsah sebenamya sama dengan berdoa akan tetapi bila

disebutkan kata istighotsah konotasinya lebih dari sekedar berdoa, karena

yang dimohon dalam istighotsah adalah bukan hal yang biasa biasa

saja. Oleh karena itu, istighotsah sering dilakukan secara kolektif dan

biasanya dimulai dengan wirid-wirid tertentu, terutama istighfar, sehingga

Allah SWT berkenan mengabulkan permohonan itu. Istighotsah juga

disebutkan dalam hadits Nabi, diantaranya :

ُ َ ‫ى يـ َ بـ ْ لُ َغ ْالع َ ر‬
ْ ‫ فـَبـ َ يـ ْ نَم َ ا هُ م ْ َك َذلِكَ اس ْ تـ َ غَاثـُو‬, ‫ق نِص ْفَ األ ْ ُ ُذ ِن‬ ِ ‫إن ال َّشم ْ س َ تَ ْد نـُو ْ يـ َ و ْ م َ ْال‬
َّ ‫ق ي َ ام َ ِة ح َ ت‬ َّ
‫ا‬

)‫بِآ َد م َ ث َُّم ِبم ُو ْ س َ ى ث َُّم ِبم ُح َ َّمد (رواه البخارى‬

Artinya:“Matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat,

sehingga keringat sebagian orang keluar hingga mencapai

separuh telinganya, ketika mereka berada pada kondisi seperti

itu mereka beristighotsah (meminta pertolongan) kepada Nabi

Adam, kemudian kepada Nabi Musa kemudian kepada Nabi

Muhammad. (H.R.al Bukhari)”10

10 Ibn Muhammad Abdul Wahab, Kitab Tauhid. (Darul Arabiyah,1388 H/1969 M), hlm.

33

9
Hadits ini juga merupakan dalil dibolehkannya meminta

pertolongan kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa seorang nabi

atau wali adalah sebab. Terbukti ketika manusia di padang mahsyar

terkena terik panasnya sinar Matahari mereka meminta tolong kepada para

Nabi.

Pembacaan istighosah itu sendiri tidak lepas dari yang namanya

tawasul (jalan). Tawasul adalah salah satu jalan dari berbagai

jalan tadzorru’ kepada Allah. Sedangkan Wasilah adalah setiap sesuatu

yang dijadikan oleh Allah SWT sebaga sabab untuk mendekatkan diri

kepadanya.

2. Struktur Bacaan istighosah

Struktur bacaan dalam istighotsah terdiri dari himpunan kalimah

toyyibah yang terdiri dari istighfar, tashbih, tahmid, tahlil dan bacaanbacaan lain yang
dianjurkan oleh Islam. Berikut akan dipaparkan secara

detil struktur dzikir-dzikir dalam bacaan istighotsah:

b. Bacaan-bacaan istighosah

Berikut ini adalah doa-doa yang dibaca dalam istighotsah,

sebagaimana dalam buku “Panduan Praktis Istighotsah” oleh

Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU):

1) Istighfar sebanyak 3x

‫ف ر ُ هللا َ ْالع َ ِظ ي ْم‬


ِ ‫َ أس ْ تـ َ ْغ‬

Artinya: Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.

2) lahaulawalaquataillabillah sebanyak 3x
‫ َل و َالَ قـ ُ َّوةَ إالَّ بِا‬ƅ ‫ْالع َ لِ ِي ّ ْالع َ ِظ ي ِ ِْم‬

Artinya: Tiada daya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan

pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan untuk melakukan ketaatan

kecuali dengan pertolongan Allah.

3) Sholawat sebanyak 3x

ِ َ ‫ي ّ ِد نَا م َُح َّم ٍد و َ َع لَى آ ِل س‬


َ ‫ي ّ ِد نَا م َُح َّم ٍد‬ ِ َ ‫لَى س‬

Artinya: Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada

junjungan kami Nabi Muhammad berserta keluarganya

4) Membaca

‫ت ِم ن َ الظَّالِ ِمين‬ َ َ‫َْ الَ إلهَ إالَّ أ ْنتَ س ُ ب ْح َ ان‬


ُ ‫ك إني ِ ّ ُك ْن‬

11

Sebanyak 10 kali yang artinya: Tiada Tuhan yang berhak disembah

selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orangorang yang telah berbuat
dzalim.

5) Membaca lafadz ُْ ‫ ُ ي ِمدَق ا َ ي‬ƅَ‫ ا ا َ ي‬sebanyak 10 kali yang artinya: Wahai

Allah, wahai Dzat yang ada tanpa permualaan.

yang kali 10 sebanyak ‫َص يـ ْ ر‬


ِ ‫ ُ ي َ ا س َم ِ ي ْع ُ ي َ ا ب‬lafadz membaca Selanjutnya) 6

artinya : Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar dan

Maha Melihat

ُ ‫ال‬
yang kali 10 sebanyak ‫ق‬ ُ ‫ ي َ ا م ُ ب ْ ِد‬lafadz membaca Selanjutnya) 7
ِ َ‫ع ي َ ا خ‬

artinya: Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak ada,

wahai Dzat Yang Maha Pencipta.

sebanyak ‫ك ي ْل ُ يا َ هللا‬ ِ ‫ف ي ْظ ُ ي َ ا ن‬
ِ َ ‫َص يـ ْ ر ُ ي َ ا و‬ ِ َ ‫ ُ ي َ ا ح‬lafadz membaca Selanjutnya) 8
10 kali yang artinya: Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan

dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, wahai Dzat

yang menjamin rizki para hamba dan mengetahui kesulitankesulitan hamba, ya Allah.

ُ ‫ك أس ْ ت َِغ ي‬
sebanyak ‫ْث‬ َ ِ‫ ي َ ا َخ يُّ ي َ ا قـَيـُّو ْ م ُ بِر َح َْمت‬lafadz membaca Selanjutnya) 9

10 kaliyang artinya: Wahai Dzat Yang Hidup, yang terus menerus

mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku memohon

pertolongan-MU.

12

10) Selanjutnya membaca lafadz ُ‫ْي طَل ا َ ي‬


ِ ‫ ف‬sebanyak 10 kali yang artinya

: Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

sebanyak ‫ف ر ُ هللا َ ْالع َ ِظ ي ْم َ إنَّهُ َكانَ َغفَّار ً ا‬


ِ ‫ أس ْ تـ َ ْغ‬lafadz membaca Selanjutnya) 11

7 kali yang artinya: Aku mohon ampung kepada Allah Yang Maha

Agung, sunggu Allah Dzat Yang Maha Pengampun.

12) Selanjutnya membaca lafadz

ِ ‫تي أ ْد ِر ْك‬
َ‫ي َ ا ا‬ƅ ‫ني ي َ ا هللا ي َ ا هللا ي َ ا هللا‬ ِ َ‫ح يـ ْ ل‬ ِ َ ‫ا هَّلل ُ َّم ص َ ِل ّي َع لَى س‬
َ ‫ي ّ ِد نَا م َُح َّم ٍد قَ ْد‬
ِ ْ ‫ض اقَت‬

Yang artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kemuliaan

kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sungguh telah habis

daya dan upayaku maka tolonglah kami, Ya Allah Ya Allah Ya

Allah.

13) Selanjutnya membaca sholawat nariyah yang artinya: Ya Allah, limpahkanlah shalawat
yang sempurna dan curahkanlah salam

kesejahteraan yang penuh kepada junjungan kami Nabi

Muhammad, yang dengan sebab beliau semua kesulitan dapat


terpecahkan, semua kesusahan dapat dilenyapkan, semua keperluan

dapat terpenuhi, dan semua yang didambakan serta husnul

khatimah dapat diraih, dan berkat dirinya yang mulia hujanpun

turun, dan semoga terlimpahkan kepada keluarganya serta para

sahabatnya, di setiap detik dan hembusan nafas sebanyak bilangan

semua yang diketahui oleh Engkau.

13

14) Selanjutnya membaca lafadz ُ ‫ْي د َب ا َ ي‬


ِ ‫ ع‬sebanyak 10 kali yang artinya:

Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh

sebelumnya.

ِ َ ‫ ُ ح َ س ْ بـ ُ نَا هللا ُ و َ نِع ْ م َ ْالو‬tasbih kalimat membaca Selanjutnya) 15


yang ‫ك ي ْل‬

artinya : Cukup bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik penolong.

‫ي ّ َد نَا أ ْنتَ م َ و ْ الَ نَا‬


ِ َ ‫ ا ر َ بـَّنَا و َ إلهَ نَا و َ س‬lafadz membaca Selanjutnya) 16

maha Allah: artinya yang kali 3 sebanyak ‫َ فَا ْنص ُ ر ْ نَا َع لَى ْالقَو ْ م ِ ْال َكافِ ِري ْن‬

besar maha mulia, Wahai Tuhan kami, sesembahan kami, tuan

kami, Engkau-lah penolong kami, menangkan kami atas orangorang kafir

‫ ُ َغفَّار ُ َع ْفو ً ا و َ تـَو ْ ب َ ةً و َ بِ ْالقَه ْ ِر ي َ ا قـَهَّار‬lafadz membaca Selanjutnya) 17

َ‫ يَّالَتح ْ ن َ ْم ُذ خ‬sebanyak 3 kali yang artinya: Ya Allah, aku memohon

ampunan dan taubat yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha

pengampun, dan dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu Wahai Dzat

yang maha mengalahkan, tundukkan dan hukumlah orang yang

melakukan tipu muslihat dan ingin mencelakai kami.

18) Selanjutnya penutup diakhiri dengan membaca suroh alfatihah


kemudian dilanjutkan membaca tahlil.

14

3. Bacaan Istighosah

a. Tahlil

Kalimat tahlil berbunyi“laailaahaillallah”, artinya tiada selain

Allah SWT. inilah kalimat zikir yang paling utama. Mentauhidkan

Allah SWT. yang memang Dia Maha Tunggal dan tidak ada

sesuatupun mampu menyamai-Nya, apalagi menandingi-Nya. Tidak

ada Tuhan selain Allah SWT.11 Dengan demikian, menjadi kewajiban

hamba Tuhanlah menyembah-Nya, mengesakan-Nya, menaati segala

perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.Allah SWT.

Berfirman dalam QS. Al- Mu’minuun ayat 52:

ِ ُ‫اح َد ةً و َ َأنَا ر َ بُّ ُكم ْ فَاتـَّق‬ ‫ُأ‬ ‫ُأ‬


٥٢ :‫ون (المؤمنون‬ ِ َ ‫( ِه َّمتُ ُكم ْ َّمةً و‬

Artinya:”Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu,

agama yang satu, dan aku adalah Tuhanmu,

Makabertakwalah kepada-Ku” (Q.S. Al-Mu’minuun: 52)

b. Tasbih

Kalimat tasbihberbunyi“Subhanallah”, artinyaMaha Suci

Allah. Maha Suci yang dimaksudkan adalah kesempurnaan Allah

darisegala sifat kurang dan kotor. Allah Yang Maha Suci, tanpa salah,

tanpa dosa, tanpa kurang, tanpa cacat, dan tanpa yang bermakna

kurang lainnya.12 Dengan menyadari akan Allah Yang Maha Suci


tersebut, maka dalam zikir yang khusyuk akan muncul rasa terkagumkagum terhadap
kesempurnaan Allah yang serba sempurna. c. Tahmid

Kalimat tahmidberbunyi”Alhamdulillah”, artinya segal a

hanya bagi Allah semata. Kalimat ini semestinya selalu

diucapkandengan penuh kesadaran bahhwa kita mustahil bisa hidup

tanpa adanya nikmat dari Allah SWT. dengan demikian, segala

sesuatu tidak lain dan tidak bukan adalah nikmat dari Allah SWT.

kesehatan, rezeki, usia panjang, anak, istri, dan lain-lain merupakan

nikmat dari Allah.Allah SWT.13 berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat

152:

ْ ُ ‫(فَ ْاذ ُكر ُ وني ِ َأ ْذ ُكر ْ ُكم ْ و َ اشْ ُكر‬


ِ ُ ‫وا لي ِ و َالَ تَ ْكفُر‬
١٥٢ :‫ون (البقرة‬

Artinya: ingatlah kalian semua kepada-Ku, niscaya aku akan ingat

kepadamu. dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah

kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. (Q.S. Al-Baqarah: 152).

Manusia diwajibkan bersyukur hanya kepada Allah SWT.

namun, bukan berarti kita tidak boleh berterima kasih kepada orang

yang menjadi perantara Allah untuk menyampaikan nikmat-Nya

kepada kita.

d. Takbir

Kalimat takbir berbunyi “AllahuAkbar”,artinya Allah maha

Besar. Kalimat ini juga mengiringi hampir setiap gerakan

dalamshalat. Shalat sebagai zikir yang utama, di dalamnya juga

terdapat zikir yang bernilai sangat utama. Sebab, kalimat takbir


merupakan kalimat penyadaran kesejatian manusia. Jadi kegiatan Istighosah ini sepenuhnya
adalah kegiatan yang

sifatya kerohanian, serta biasa memberi dampak yang positif bagi

orang yang mengamalkannya secara umun dan biasa berdampak yang

pengendalian emosi.

4. Manfaat Membaca Istighosah

Syaikh Abdul Wahhab Asy-Sya’rani dalam bukunya Berselimut

Cahaya Tuhan, menjelaskan tentang faedah berdzikir serta riwayat yang

menganjurkanya, ketahuilah bahwa faedah-faedah melakukan dzikir tidak

terbatas, karena orang yang berdzikir menjadi teman duduk Allah yang

tidak melihat perantara antara dirinya dengan tuhanya. Kaum sufi sepakat

bahwa dzikir merupakan pembuka kegaiban, yang mendatangkan

kebaikan, teman bagi keterasingan dan tersebarnya kewalian.15

Manfaat do’a dan zikir (mengingat Allah SWT) sangat banyak,

diantaranya sebagai berikut:

a. Mendatangkan keridhoan Allah SWT.

b. Mengusir syaitan, menundukkan, dan mengenyahkannya.

c. Menghilangkan kesedihan dan kemuraman hati.

d. Mendatangkan kegembiraan dan ketentraman (di dalam) hati.

e. Melapangkan rizki.

f. Menumbuhkan perasaan bahwa dirinya diawasi Allah, sehingga

mendorongnya untuk selalu berbuat kebajikan.

g. Takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil yang diucapkan hamba saat berzikir
akan mengingatkannya saat dia ditimpa kesulitan.

h. Malaikat akan selalu memintakan ampunan kepada Allah bagi orangorang yang berzikir.

i. Orang yang berzikir (mengingat Allah) senantiasa merasa dekat

dengan-Nya dan Allah bersamanya.

Dalam menentukan indikator dalam kuisioner maka peneliti

mengambil sebagai indikator istighosah adalah keaktifan mengikuti

pengajian istighosah, sikap mengikuti istighosah, pemahaman tentang

makna istighosah. Dalam penelitian ini yang dijadikan indikator dalam

istighosah adalah:

a. Intensitas mengikuti Istighosah

b. Sikap mengikuti istighosah

c. Pemahaman tentang makna istighosah.

C. MAULID NABI MUHAMMAD

PENDAHULUAN

Istilah “Maulid” bagi kalangan Muslim Indonesia tidaklah asing.

Secara etimologi, istilah “Maulid” berasal dari bahasa Arab –Walada Yalidu

Wiladan– yang berarti kelahiran.

Kata ini biasanya disandingkan atau

dikaitkan dengan Nabi Muhammad saw.

Secara historis Sosiologis tanggal kelahiran Rosulullah tidak diketahui

secara pasti. Bahkan, sebagian ahli sejarah di masa kini yang mengadakan

penelitian menyatakan bahwa tanggal kelahiran Nabi Muhammad 9


Rabi’ul Awal, bukan 12 Rabi’ul Awal. Setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan
Hijriyah, di seluruh

dunia yang berpenduduk mayoritas Muslim diperigati Maulid nabi. Yang

menarik justru Arab Saudi adalah satu-satunya negara dengan penduduk

mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi.

Hal ini disebakan karena mayoritas muslim Arab Saudi menganut paham

wahabi dominan termasuk salaf dan pemahaman taliban. Perayaan Maulid

Nabi seperti ini dianggap bid’ah.3

Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di

masyarakat Islam beberapa waktu setelah Nabi Muhammad wafat.

Peringatan tersebut bagi umat muslim adalah penghormatan dan

pengingatan kebesaran dan keteladanan Nabi Muhammad dengan

berbagai bentuk kegiatan budaya, ritual dan keagaamaan.

Meski sampai saat ini masih ada kontroversi tentang peringatan

tersebut di antara beberapa ulama yang memandang sebagai Bidah

atau bukan Bidah. Tetapi saat ini maulid nabi diperingati secara luas di

seluruh dunia termasuk tradisi budaya Indonesia. Semangatnya justru

pada momentum untuk menyatukan semangat dan gairah keislaman.4

SEJARAH MAULID NABI

Menurut sejarah ada dua pendapat yang menengarai awal munculnya

tradisi Maulid. Pertama, tradisi Maulid pertama kali diadakan oleh khalifah

Mu’iz li Dinillah, salah seorang khalifah dinasti Fathimiyyah di Mesir yang


hidup pada tahun341Hijriyah. Kemudian, perayaan Maulid dilarang oleh AlAfdhal bin Amir
al-Juyusy dan kembali marak pada masa Amir li Ahkamillah

tahun 524 H. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Al-Sakhawi (wafat 902 H).5

Kedua, Maulid diadakan oleh khalifah Mudhaffar Abu Said pada tahun

630 H yang mengadakan acara Maulid besar-besaran. Saat itu, Mudhaffar

sedang berpikir tentang cara bagaimana negerinya bisa selamat dari

kekejaman Temujin yang dikenal dengan nama Jengiz Khan (1167-1227

M.) dari Mongol. Jengiz Khan, seorang raja Mongol yang naik tahta ketika

berusia 13 tahun dan mampu mengadakan konfederasi tokoh-tokoh agama,

berambisi menguasai dunia. Untuk menghadapi ancaman Jengiz Khan. itu Mudhaffar
mengadakan acara Maulid. Tidak tanggung-tanggung, dia

mengadakan acara Maulid selama 7 hari 7 malam. Dalam acara Maulid

itu ada 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju dan 30.000

piring makanan. Acara ini menghabiskan 300.000 dinar uang emas.

Kemudian, dalam acara itu Mudhaffar mengundang para orator untuk

menghidupkan nadi heroisme Muslimin. Hasilnya, semangat heroisme

Muslimin saat itu dapat dikobarkan dan siap menjadi benteng kokoh Islam.6

MAULID DAN JIHAD

Pada masa Islam sedang mendapat serangan-serangan gelombang

demi gelombang dari berbagai bangsa Eropa (Prancis, Jerman, Inggris).

Inilah yang dikenal dengan Perang Salib atau The Crusade. Perang

salib I digelorakan oleh Paus Urban II. Pada tahun 1099 laskar Eropa

merebut Yerusalem dan mengubah Masjid al-Aqsa menjadi gereja! Umat


Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan (jihad) dan persaudaraan

(ukhuwah), sebab secara politis terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan

kesultanan, meskipun khalifah tetap satu, yaitu Bani Abbas di Bagdad,

sebagai lambang persatuan spiritual.7

Menurut Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan

kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada nabi mereka.

Dia mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi

Muhammad saw., 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja

tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Sebenarnya hal itu bukan

gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin

Gekburi, yang menjadi atabeg (semacam bupati) di Irbil, Suriah Utara.

Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani,

Muzaffaruddin di istananya sering menyelenggarakan peringatan maulid

nabi, cuma perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun.8

Adapun Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi

tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan

semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa. Pada mulanya gagasan
Salahuddin ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi

peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut

ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul fitri dan Idul Adha. Akan tetapi

Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan

yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual,

sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika


Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad,

ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579

Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa

Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi

kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman

masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana

saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal

12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai

kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.9

Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada

peringatan maulid nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 Hijriah)

adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta

puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh

ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut.

Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far al-Barzanji.

10

Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering

dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan maulid nabi.11

Ternyata peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin

itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi

Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun

kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 Hijriah) Yerusalem direbut

oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjid al-Aqsa menjadi
masjid kembali sampai hari ini.

WALIMAH

1. Pengertian walimah

Agama Islam Menganjurkan agar setelah melangsugkan akad nikah

kedua mempelai menagadakan upacara, yang ditujukan sebagai ungkapan rasa

syukur kepada Allah dan ekpresi kebahagiaan kedua mempelai atas nikmat

perkawinan yang mereka alami. Upacara tersebut dalam Islam dikonsepsikan

sebagai walimah ursy.

Dalam pembahasan ini, akan menjelaskan makna walimatul ursy yang

selama ini sudah banyak dipahami banyak kalangan masyarakat, dan bahkan

sudah menjadi budaya tersendiri dari masing-masing daerah atau wilayah.

Walimah )‫( الوليمه‬artinya al-jam’u= kumpul, sebab antara suami istri

berkumpul, bahkan sanak saudara, karabat, dan para tetangga.29

Walimah( ‫( الوليمه‬berasal berasal dari kata arab )‫) الولم‬artinya makanan

pengantin, maksudnya adalah makanan yang disediaakan khusus dalam acara

perkawinan. Bisa juga diartikan sebagai makanan tamu undangan lainya.30

Kata walimah ( ‫( وليمه‬di ambil dari kata ( ‫ ( ولم‬yang bearti perkumpulan,

karena pasangan suami istri pada saat itu berkumpul, sebagaimana dikatakan

oleh az-zuhri dan yang lainya.Bentuk kata kerjanya adalah awlama yang bermakna setiap
makan yang dihidangkan untuk merasakan kegembiraan. Dan

waliamah ursy adalah walimah untuk pernikahan yang menghalalkan

hubungan suami-istri dan perpindahan status kepemilikan.31

Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur arab yang secara
arti kata berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan

untuk perhelatan di luar perkawinan. Sebagian ulama menggunakan kata

walimah itu untuk setiap jamuan makan untuk setiap kesempatan

mendapatkan kesenangan, hanya penggunaannya untuk kesempatan

perkawinan lebih banyak.32

Pengertian resepsi pernikahan dalam bahasa Indonesia tidak jauh

berbeda dari pengertian walimatur ursy itu sendiri, pengertian resepsi dalam

kamus besar bahasa Indonesia adalah pertemuan perjamuan resmi yang di

adakan untuk menerima tamu pada pesta perkawinan.33

Dari berbagai defenisi di atas dapat dipahami bahwa walimatur usry

merupakan perayaan pengantin sesbagain ungkapan rasa syukur atas

pernikahannya, dengan mengajak sanak saudara beserta masyarakat untuk ikut

berbahagia dan menyaksikan peresmian pernikahan tersebut dan mendoakan

kedua mempelai sehingga mereka dapat menjalin keluarga yang di binanya yang pada
akhirnya terbentuklah keluarga yang sakinah mawaddah dan

warohmah

2. Dasar Hukum Walimah

Pelaksanaan walimah memiliki kedudukan tersendiri dalam

munakahat. Rasulullah SAW sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya dan

memerintahkan kepada para sahabat untuk mengadakan walimah walaupun

hanya dengan makan kurma dan roti serta seekor kambing,sebagaimana sabda

Rasulullah SAW :

‫ أن النيب صلى اهلل عليو وسلم ر أى على عبد الرمحن بن عوف ٲثر‬:‫عن أنس بن مالك‬
‫ يا رسول اهلل ٳين تزوجت امرٲة على وزن نو اة‬:‫ فقال‬-‫ ٲومو‬- ‫ ما ىذا ؟‬:‫ فقال‬, ‫صفرة‬

‫ )رواه ابن ماجو‬.‫ اومل ولو بشاة‬,‫ بارك اهلل لك‬:‫ فقال‬,‫(من ذىب‬

Artinya: ”Dari Anas bin Malik, bahwasanya nabi saw melihat bekas

kekuning-kuningan minyak wangi pada Abdurrahman bin Auf,

maka beliaupun berkata: apa ini? atau mah ! dia Abduuram berkata:

wahai rasulullah aku telah menikahi seorang perempuan dengan

maskawin sebesar satu biji emas maka beliaupun bersabdah:

semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu, buatlah walimah

walaupun dengan seokor kambing.(HR. Ibnu Majah)

34

Hadits ini adalah dalil yang menunjukan bahwa pasangan pengantin

hendaknya didoakan dengan keberkahan. Abdurrahman mendapatkan

keberkahan dari doa nabi sampai dia berkata sesungguhnya kalian lihat

keberkahan doa nabi kepadaku sampai-sampai saya berharap setiap kali

mengangkat batu, saya akan menemukan emas atau perak diriwayatkan alBukhari diakhir
hadits ini.35

Perintah nabi untuk mengadakan walimah dalam hadist di atas tidak

mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama, karena

yang demikian hanya tradisi, melanjutkan tradisi yang berlaku di kalangan

arab sebelum Islam dating. Pelaksanaan walimah masa lalu itu diakui oleh

nabi untuk dilanjutkan dengan sedikit perubahan dengan menyesuaikan

dengan tuntunan Islam.36

Adapaun hadits lain yang berbicara tentang walimah ini adalah hadist
yang diriwayatkan dari shafiyah binti syaibah berikut ini.

‫) رواه البخا ري‬.‫(أولم النبي صلى اهلل عليو وسلم على بعض نسا ئو بمدين‹ من شعير‬

Artinya: Nabi Saw melaksanakan pesta pernikahan dengan sebagian istrinya

dengan dua mud gandum (HR. al-bukhari)37

Hadist di atas menunjukan bahwa walimah itu boleh diadakan dengan

makanan apa saja sesuai denagan kemampuan. Hal itu ditunjukan oleh Nabi

saw. Bahwa perbedaan-perbedaan waliamah beliau bukan membedakan atau

melebihkan salah satu dari yang lain, tetapi semata-mata disesuaikan dengan

keadaan ketika sulit atau lapang.38

Dari beberapa hadis yang telah dikemukan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa Rasulullah saw menganjurkan kepada umatnya untuk

mengadakan walimah pada upacara pernikahan. Walimah tidaklah

harussampai menyembelih seekor kambing tetapi juga cukup hanya dengan hidangan dua
mud gandum. Syari’at Islam membenarkan pelaksanaan

walimah ini yang sesuai dengan kemampuan atau kesanggupan keluarga yang

mempunyai hajat.

3. Hikmah Walimah Ursy

Adapun hikmah dari disuruhnya mengadakan walimatul ursy ini

adalah dalam rangka mengumumkan kepada khalayak bahwa akad nikah

sudah terjadi, sehingga semua pihak mengetahui dan tidak ada tuduhan

dikemudian hari. Ulama Malikiyah dalam tujuan untuk memberi tahukan

terjadinya perkawinan itu lebih mengutamakan walimah dari mengahadirkan

dua orang saksi dalam akad perkawinan.39


Jika dalam suatu akad nikah sudah dihadiri wali dan dua saksi, lalu

mereka berusaha merahasiakan atau berpesan untuk merahasiakanya, maka

yang demikian itu dimakruhkan, tetapi status pernikahanya sah. Demikian

menurut pendapat Abu Hanifah, Syafii, dan Ibnu Mundzir.40

Diadakanya walimah dalam pesta perkawinan mempunyai bebebrapa

hikmah antara lain sebagai berikut.

a. Merupakan rasa syukur kepada Alllah SWT

b. Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya

c. Sebagai tanda resminya adanya akad nikah

d. Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami istri

e. Sebagai realisasi arti sosiologis dari akad nikah f. Sebagai pengumuman bagi masyarakat
bahwa antara mempelai sudah

resmi menjadi suami istri sehingga masyarakat tidak curiga terhadap kedua

mempelai.41

4. Adab Waliamatul Ursy

Walimah yang dianjurkan islam adalah bentuk upacara yang tidak

berlebihan-lebihan dalam segala halnya, karna tujuan disuruhnya mengadakan

walimah adalah dalam rangka mengumumkan kepada khalayak bahwa akad

nikah sudah terjadi, sehingga semua pihak mengetahuinya. Akan tetapi dalam

masyarakat kita terkadang lebih mementingkan pesta pernikahan dari pada

memenuhi hak-hak suami istri.Alangkah baiknya bila kita melepaskan bebanbeban


materi.Hidup dalam keluarga yang mulia bukan terhina karena

mengabaikan kebaikan.42
Adapun diantara adab walimah adalah sebagai berikut:

a. Tidak ada yang bersifat mungkar dan mengajak kepada kejelekan dalam

walimatul yanh akan dilakukan. Seperti khamar, nyanyian atau lagu-lagu

dan musik yang tidak Islami.43

b. Tidak ada ikhtilat campur baur antara laki-laki dan perempuam. Hendakya

tempat untuk tamu undangan dipisah antara laki-laki dan perempuan. Hal

ini dimaksudkan agar pandangan terpelihara. c. Disunahkan untuk mengundang orang miskin
dan anak yatim bukan hanya

orang kaya saja.

d. Tidak berlebih-lebihan dalam mengeluarkan harta juga makanan, sehingga

terhindar dari mubazir. Menegenai batasan walimah nikah sebagaimana

ulama mengatakan bahwa batasanya tidak kurang dari seekor kambing.

Akan tetapi, lebih afdhal dan utama jika lebih dari seekor kambing.44

e. Undangan itu mereka pada semua keluaraga, tetangga , masyarakat

sekitarnya, atau karyawan-karyawan perusahaanya, yang kaya maupun

yang miskin dan tidak mengundang khusus orang kaya saja.45

f. Boleh mengadakan hiburan berupa nasyid dari rebana dan tidak merusak

akidah umat islam. Di dalam kiatab nailul authar dikatakan hal ini

menunjukan bahwa dalam pernikahan dibolehkan penabuhan rebana.46

5. Hukum Menghadiri Walimah Ursy

Ada ulama yang berpendapat bahwa hukum menghadiri undangan

adalah wajib. Namun ada juga ulama yang mengatakan sunnah, akan tetapi

pendapat yang pertamalah yang lebih jelas. Adapun mendatangi undangan


selain walimah adalah sunnah muakad.47

Adapun dasar hukum yang menyebutkan tentang menghadiri

walimatul ursy adalah hadist nabi Muhammad Saw sebagai berikut:

‫ ٳذا دعى ٲحدكم ٳلى‬: ‫عن ابن عمر أن ر سو ل اهلل صل ااهلل عليو وسلم قال‬

‫(الوليم‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹ة ع‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹ر س فليجب )رواه مس‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹‹لم‬


Artimya: “Dari Ibnu Umar ia berkata : Bersabda Rasulullah SAW : Apabila

diundang salah satu di antara kamu kepada walimah, maka

hendaklah datang menghadirinya.” (HR Muslim)48

Melalui hadits ini jumhur ulama memahami hukum menghadiri

undangan walimah itu wajib apabila tidak ada uzur dan kondisi tertetu yang

menghalanginya. Untuk menunjukan perhatian, memeriahkan dan

mendoakan.yang mengundang maka orang yang diundang walimah dianjurkan

mendatanginya.

Adapun hadist lain yang menyebutkan tentang hukum menghadiri

pernikahan adalah hadits dari Abu Hurairah beliau berkata Rasulullah SAW

bersabda

‫ وان كان مفطر فليطعم‬,‫ فان كان صا ئما فليصل‬. ‫اذا دعي احدكم فليجب‬.

Artinya; “Apabila diundang maka penuhilah undangan itu. Apabila ada yang

berpuasa maka hendaklah ia berdoa untuk yang mengundang dan

apabila tidak puasa maka silakan untuk makan.”.(HR.Muslim)49

Lebih lanjut ulama zahiriyah yang mewajibkan mengadakan walimah

menegaskan, kewajiban memenuhi undangan waliamah itu dengan uacapan

bahwa seandainya yang diundang itu sedang tidak berpuasa dia wajaib makan
dalam walimah itu, namun bila ia memohonkan doa untuk yang mengadakan

walimah di tempat waliamah tersebut. Orang yang mendapat undangan walimatul ursy
dianjurkan memenuhi

undangan tersebut apabila mememnuhi unsur di antaranya sebagai berikut:

a. Orang yang mengundang adalah orang muslim

b. Dalam waliamh tidak ada kemungkaran, seperti khamar, musik

c. Undangan itu merata pada semua keluarga, tetangga, masyarakat

sekititarnya, yang kaya maupun yang miskin dan tidak mengundang

khusus orang kaya saja.51

d. Orang yang mengundang bukan oaring yang setring melakukan maksiat

seacara terang-terangan, sedangkan perbuatan itu harus ditingggalkan.52

e. Pengundang mengundang apada hari pertama. Jadi kalau pengundang

mengadakan walimah tiga hari, maka tidak wajib mengabulkan pada hari

kedua.53

f. Pengundang juga bukan karena menginginkan pangakat atau kedudukan

dari yang diundang, atau agar yang diunadang menolongnya mendapatkan

kebathilan yang dicarinya, teatapi mengundang untuk mendekatkan diri

dan kasih sayang.

6. Waktu Pelaksanaan Walimah

Waktu walimah adalah waktu kapan dilaksanakan walimah, adapun

mengenai waktu pelaksaan walimah diadakan ketika acara akad nikah

berlangsung, atau sesudahnya diperbolehkan saja tergantung adat dan kebiasaan yang berlaku
dalam masyarakat. Mengenai hal ini ulama salaf
berbeda pendapat.

Dalam kitab fathul baari, sebagaimana yang di kutip oleh Syeh Hasan

Ayyub di sebutkan bahwa para ulama salaf berbeda pendapat mengenai waktu

walimah, apakah diadakan pada saat diselenggarakan akad nikah atau

setelahnya. Berkenaan dengan hal tersebut terdapat beberapa pendapat. Imam

Nawawi menyebutkan, mereka berbeda pendapat, sehingga al-Qadhi Iyadh

menceritakan bahwa yang paling benar menurut mazhab Maliki adalah

disunnahkan diadakan walimah setelah pertemuan pengantin laki-laki dan

perempuan di rumah. Sedangkan kelompok ulama dari mereka berbeda

pendapat bahwa di sunnahkan pada saat akad nikah. Sedangkan Ibnu Jundab

berpendapat disunnahkan pada saat akad dan setelah dukhul (bercampur). Dan

yang dinukil dari praktik Rasulullah s.a.w adalah setelah dukhul.54

Dari beberapa pendapat ulama salaf, waktu pelaksanaan walimah

disunnahkan ketika akad nikah atau sesudahnya atau ketika hari perkawinan

atau sesudahnya.Ini dapat diserahkan pada kebiasaan atau tradisi suatu daerah.

Anda mungkin juga menyukai