Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang atas nikmat dan karunia-Nya kami
semua masih diberikan nikmat dan kesempatan untuk terus belajar dan menuntut ilmu pengetahuan
sebagai bekal kehidupan di dunia juga pada kehidupan setelahnya.

Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Baginda Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju cahaya yang terang benderang sehingga kita sebagai
umatnya bisa terlepas dari buhul kebodohan.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Agama Islam bapak Ahmad Gunawan,LC,MM. yang telah mengamanahkan
tugas ini kepada kelompok kami dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada anggota kelompok
2 yang telah bekerjasama sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini
karena keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki, maka kami membutuhkan kritik dan
saran yang membangun.

Terakhir kami berharap bahwa makalah yang kami susun dapat memberi manfaat terhadap
orang banyak.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1


BAB I .............................................................................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 3
1.3 TUJUAN .......................................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
2.1 TAUHID ASMA WA SHIFAT ....................................................................................... 4
2.2 MUROQABATULLAH (Menanamkan Sikap Selalu Diawasi Allah) ............................ 5
2.3 IMPLEMENTASI IMAN KEPADA ALLAH DALAM KEHIDUPAN ......................... 9
BAB III ......................................................................................................................................... 11
3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 11
3.2 SARAN .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Di era milenial saat ini, banyak sekali teknologi-teknologi baru dan berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan yang masuk yang sudah kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Teknologi tersebut masuk tanpa adanya filter yang dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk.
Berbagai kemajuan dalam teknologi dan pengetahuan masuk melalui banyak media dan
sarana informasi di lingkungan sekitar kita. Pesatnya kemajuan teknologi dan pengetahuan
menggiring kita menjadi manusia modern dan membantu kita dalam berbagai hal duniawi.
Semestinya, semakin pesat perkembangan teknologi dan pengetahuan, semakin tinggi juga
kehidupan beragama yang kita miliki. Karena dengan landasan agama, kita akan mampu
berdiri tegak di tengah kemajuan teknologi dan pengetahuan saat ini.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu menanamkan dan memperkuat keimanan
terhadap Allah SWT di dalam diri kita. Tidak lain, untuk kepentingan diri kita sendiri dan
orang di sekitar kita. Agar kita senantiasa menjadi manusia yang tetap mengikuti
perkembangan zaman dan memiliki keimanan yang kuat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah yang kami buat adalah:


1. Apa yang dimaksud dengan Tauhid Asma wa Shifat?
2. Apa yang dimaksud dengan muraqabatullah?
3. Apa saja implementasi iman kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Menjelaskan maksud dari Tauhid Asma wa Shifat
2. Menjelaskan maksud dari muraqabatullah
3. Menyebutkan apa saja contoh implementasi iman kepada Allah dalam kehidupan sehari-
hari

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TAUHID ASMA WA SHIFAT

Asma Wa Shifat adalah menyakini keesaan Rabb Jalla Jakiluhu dengan Kesempurnaa-Nya yang
absolut (mutlak) dari segala segi, berikut sifat-sifatNya yang agung, mulia, dan indah, yang tidak ada
satupun yang sepadan denganNya dari segi manapun.

Allah Ta’ala berfirman :

َ ‫عوهُ َب َها َوذَ ُروا الهذَينَ ي أُل َحدُونَ فَي أَ أس َمائَ َه‬
َ‫سيُجأ زَ أونَ َما كَانُوا َي أع َملُون‬ ُ ‫ّلِل أاْل َ أس َما ُء أال ُح أسنَى فَا أد‬
َ ‫َو َ ه‬

“Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki asma’ul husna (nama-nama yang terbaik), maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyalah-artikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-A’raf: 180)

Sabda Nabi ‫صلى هللا عليه وسلم‬di dalam hadits :

َ‫صاهَا دَ َخ َل ْال َجنَّة‬


َ ْ‫ َم ْن أَح‬، ‫احدَة‬ ِ َّ ِ ‫ِإ َّن‬
ِ ‫ ِمائَة ِإال َو‬، ‫لِل تِ ْسعَة َوتِ ْس ِعينَ اسْما‬
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus nama kurang satu, siapa yang menyebutnya
(ahshoha) maka akan masuk surga.” HR Bukhari 2736 dan Muslim 2677

Nama-nama Allâh itu tidak terbatas hanya berjumlah tertentu secara spesifik yaitu hanya 99
saja, berdasarkan sabda Nabi ‫صلى هللا عليه وسلم‬di dalam doa memohon kelapangan dari kegundahan
dan kesedihan : “Aku meminta kepada-Mu dengan semua nama yang Engkau miliki, yang Engkau
sendiri memberi nama tersebut untuk diri-Mu, atau yang Engkau turunkan ke dalam kitab-Mu, atau
yang Engkau ajarkan kepada salah seorang makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan di dalam ilmu
ghaib di sisi-Mu, agar Engkau menjadikan al-Qur’ân ini sebagai perhiasan hati kami, cahaya hati
kami, penghilang kesedihan dan pemusnah kegundahan kami…”34. HR Ahmad 4317, juga terdapat
dalam Shahih at-Targhib Wat Tarhib

Allâh Ta’ala berfirman :

4
‫ص ير‬
ِ َ‫الب‬ َ ‫ْس ك َِمثْ ِل ِه‬
‫ش ْيء َوه َُو الس َِّمي ُع‬ َ ‫لَي‬
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.”
[QS asy-Syuro : 11]

Di dalam ayat ini, mengandung penafian terhadap tamtsil (penyerupaan Allâh dengan makhluk)
dan itsbat (penetapan) bahwa Allâh Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Jadi, pendengaran dan
penglihatan Allâh itu sesuai dengan kemuliaan, kesempurnaan dan keagungan Allah. Sementara
pendengaran dan penglihatan makhluk juga sesuai dengan keadaan mereka. Maka tidaklah serupa
dan sama antara sifat-sifat Allâh dengan sifat-sifat makhluk-Nya.

Mengenal Allâh akan melahirkan kecintaan (mahabbah), pengagungan (ta’zhim), rasa takut
(khasyah) di saat sendirian maupun di saat ramai, merasa diawasi Allâh (muroqobah), takut (khouf),
harap (roja`), butuh kepada-Nya (iftiqor), pasrah kepada-Nya (tawakkal), menyerahkan semua
urusan hanya kepada-Nya (tafwidh), meminta tolong (isti’anah), kembali (inabah), mengikhlaskan
amal dan ridha dengan semua qodho’ dan qodar-nya. Ini semua kebahagiaan hakiki (ainus sa’adah)
bagi seorang hamba. Dan tidak ada jalan untuk bisa mengenal Allâh melainkan dengan cara
mengenal nama-nama Allâh yang indah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, beserta berupaya untuk
tafaqquh (memahami) makna-makna yang dikandungnya.

Pengetahuan hamba tentang pendengaran, penglihatan dan pengetahuan Allâh, akan


membuahkan kepada hamba sikap menjaga lisan dan anggota tubuhnya dari hal-hal yang tidak
diridhai Allah, dan menjadikan kesemua anggota tubuhnya ini terikat dengan segala hal yang dicintai
dan diridhai Allâh Azza wa Jalla, serta membuahkan rasa malu secara bathin dan rasa malu ini akan
membuahkan kepada hamba menjauhi perkara-perkara yang haram dan jelek…”

Langkah kecil yang dapat kita lakukan agar kita senantiasa mengingat Allah SWT adalah
dengan berzikir, berdoa di setiap aktifitas kita, bershalawat dengan mengingat nama nama Allah, dan
mendengarkan ayat-ayat al-quran.

2.2 MUROQABATULLAH (Menanamkan Sikap Selalu Diawasi Allah)

Allâh Ta’ala berfirman :

‫ع ِلي ًماُ َح ِلي ًما‬ ُّ َُُ‫َللاهُيَ ْعلَ هُمُ َماُفِيُقهلهوبِ هك ُْمُ َوكَان‬
َ ُ‫َللاه‬ ُّ ‫َو‬
“dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha mengetahui
lagi Maha Penyantun.” (QS. Al Ahzab [33]: 51)

5
‫علَى ُك ٍِل ش َْيءٍ َرقِيبًا‬
َ ُ‫َللا‬
ٍّ ٍَ‫َوكَان‬

“Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab [33]: 52)

‫ع ِلي ًمُا‬
َ ُُ‫َللاَُكَانَُُبِ هك ُِلُش َْيء‬
ُّ ُ‫ن‬ُّ ‫ش ْيئ ًاُأَ ُْوُت ْهخفهوههُُفَ ِإ‬ ُْ ِ‫إ‬
َ ُ‫نُت ه ْبدهوا‬
“jika kamu melahirkan sesuatu atau menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya Allah adalah
Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Ahzab [33]: 54)

ِ ُ‫َللاَ يَ ْعلَ ٍُم َما فِي أَ ْنف‬


ُ‫س ُك ٍْم فَاحْ ذَ ُرو ٍه‬ ٍّ ٍّ‫َوا ْعلَ ُموا أَن‬

“dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah
kepada-Nya,” (QS. Al Baqarah [2]: 235)

‫هور‬
ُِ ‫صد‬ ُِ ‫ع ِليمُُ ِبذَا‬
ُّ ‫تُال‬ َ ُ‫َللاه‬ ُ ِ ‫تُ َو ْاْلَ ْر‬
ُّ ‫ضُ َو َي ْعلَ هُمُ َماُتهس ُِّرونَُُ َو َماُت ه ْع ِلنهونَُُ َو‬ ُِ ‫اوا‬ ّ ‫َي ْعلَ هُمُ َماُفِيُال‬
َ ‫س َم‬
“Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan
dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha mengetahui segala isi hati.” (QS. Ath Thaghabun
[64]: 4)

Dapat dikatakan, bahwa puncak ibadah dan sempurnanya ketaatan kepada Allah akan diraih
oleh seorang hamba saat ia benar-benar telah memiliki sifat muraqabatullah; merasa senantiasa
diawasi oleh Allah. Keyakinan dan kesadaran yang kontinyu terhadap sifat-sifat Allah yang
Mahatinggi seperti sifat ilmu, pendengaran, pengawasan, penjagaan dan penglihatan-Nya akan
membawa seorang hamba kepada sikap dan sifat ini. Itulah sebabnya mengapa Allah dalam Al
Qur`an begitu sering mengabarkan dan menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat diatas dan
kemahasempurnaannya. Allah al ‘Aliim, al Hafiidz, ar Raqiib, al Khabiir, al Lathiif, al Bashiir, as
Samii’, ‘Aalimul ghaibi wasy syahaadah.

Ilmu Allah sangat luas, meliputi langit dan bumi, yang terlihat dan tersembunyi, lahir dan batin,
besar dan kecil. Tidak ada yang satu pun dari makhluk Allah yang tersembunyi dari-Nya. Tidak ada
tempat dan saat dimana Allah tidak mengetahui apa yang terjadi di dalamnya. Jika demikian

6
sempurna sifat-sifat Allah, maka seharusnya seorang hamba benar-benar senantiasa merasa diawasi
dan diketahui oleh Allah azza wa jalla kapan pun, dimana pun ia berada.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Muraqabah adalah ilmu dan keyakinan seorang hamba
yang kontinyu terhadap pengawasan ilmu Allah, baik kepada kondisi lahir dan batinnya. Ilmu dan
keyakinan yang kontinyu inilah yang disebut dengan muraqabah, ia adalah buah dari ilmu yang
dimilikinya bahwa Allah senantiasa mengawasinya, melihatnya, mendengar segala yang
dikatakannya, menyaksikan yang diperbuatnya setiap waktu dan setiap saat, setiap desah nafas dan
kedipan mata.” (Madarijus Salikiin: 2/264). Ibnul Qayyim rahimahullah juga berkata,
“Muraqabatullah dalam lintasan-lintasan pikiran (batin) akan memberi dampak pada perilaku
lahiriah. Siapa saja yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah dalam kondisi rahasianya, Allah akan
menjaga perbuatannya, baik kala ia sendiri atau tidak. Muraqabah merupakan bentuk peribadatan
kepada Allah melalui nama-nama-Nya al Raqiib, al Hafiidz, al ‘Aliim, as Samii’ dan al Bashiir.
Siapa saja yang memahami makna nama-nama ini dan berbuat sesuai tuntutannya, ia mencapai
muraqabah.” (dinukil dari kitab “Hayatul Quluub, hal. 25)

Dalam ajaran Islam, muraqabatullah merupakan suatu kedudukan yang tinggi. Hadis
menyebutkan bahwa muraqabatullah sejajar dengan tingkatan ihsan, yakni beribadah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya dan jika kita tak mampu melihatnya, maka sesungguhnya Allah melihat
kita.

Ihsan menurut sebagian ulama adalah kondisi seseorang yang dituntut tatkala
melaksanakan perkara-perkara Islam dan perkara-perkara Iman. Adapun mayoritas ulama
berpendapat bahwasanya al-Ihsan merupakan tingkat tertinggi dalam agama, kedudukannya
diraih setelah kedudukan Islam dan Iman, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jibril
yang masyhuur.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang al-Ihsaan:

َ‫ فَإِنَّهُ يَ َراك‬، ُ‫ فَإِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراه‬، ُ‫َّللاَ َكأَنَّكَ ت ََراه‬


َّ َ‫أَ ْن تَ ْعبُد‬
“Al-Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya, maka jika
engkau tidak bisa melihatNya maka sesungguhnya Ia melihatmu” (HR Al-Bukhari dan
Muslim)

7
Kita tidak akan mencapai derajat ihsan jika tidak ahsan, dan kita tidak akan ahsan jika
tidak punya ilmu tentang maratibul amal. Berbuat baik, akan tetapi tidak mengetahui
tingkatan amalnya, misalnya jika kita membaca Al Quran, sedangkan di saat itu ada tetangga
yang sakit meminta bantuan, dan kita tetap membaca Al Quran, maka membaca Al Quran
itu bisa menjadi maksiat. Karena di saat yang sama kita meninggalkan yang ahsan.

Perintah ahsan dalam Al Quran Surah Al Mulk : 2 dan An Nahl : 125 menunjukkan
ahsan merupakan amal yang paling benar dan paling ikhlas, bukan sekedar baik. Bisa jadi
seorang dai yang dulu diterima di masyarakatnya kemudian sekarang tidak lagi diterima
dikarenakan terlalu banyak meninggalkan yang ahsan.
Syekh Muhammad Ismail berkata, manusia itu ada 3 dalam amalnya:
1. Siapa yang ketika sembunyi lebih baik dengan ketika dia berkumpul, maka dia orang
yang mempunya karunia,
2. Siapa yang ketika sembunyi sama dengan ketika dia berkumpul, maka dia orang yang
adil
3. Dan siapa yang ketika sembunyi lebih buruk dengan ketika dia berkumpul, maka dia
termasuk orang yang kering hatinya
Amalan hati ini lebih besar pahalanya daripada amal dzahir, begitupun dengan dosanya
juga lebih besar daripada amalan dzahirnya.

Iblis melakukan kesalahan hati, dia sombong dan melakukan pembelaan dengan takdir
atas kesalahannya. Ketika Nabi Adam bermaksiat ia mengatakan “Ya Robbi sesungguhnya
aku termasuk orang yang dholim”, beda dengan Iblis, ia mengatakan “karena Engkau
menyesatkan aku, maka aku akan menyesatkan semua manusia”. Iblis salah faham terhadap
takdir, ia menyalahkan takdir Allah atas kesalahan yang dibuatnya. Maka, barangsiapa
bermaksiat dengan alasan takdir, maka dia seperti iblis.

Fadhillah Muraqabatullah:
1. Muraqabatullah merupakan amalan hati, dan amalan hati adalah amalan terberat bagi
manusia

8
2. Orang yang selalu Muraqabatullah akan senantiasa melakukan amalan yang lebih, di
mana ada kebaikan maka ia akan selalu ada, selalu hadir dalam setiap majelis ilmu,
agenda dakwah, dan seb Orang yang seperti inilah yang nantinya di akhirat akan
disambut oleh malaikat
3. Akan senantiasa mempunyai kelapangan hati dan pikiran, tidak akan selalu merasa
sendiri dan senantiasa merasa bahagia
4. Akan mempunyai imunitas (daya tahan) pada jiwa dan batinnya, tahan akan godaan dan
senantiasa merasakan ketenangan
Semoga kita termasuk orang yang senantiasa merasa selalu diawasi oleh Allah SWT

2.3 IMPLEMENTASI IMAN KEPADA ALLAH DALAM KEHIDUPAN

Diantara ilmu tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah, mengetahui bahwa “Allâh
Azzawa Jalla adalah yang membagi-bagikan rezeki, yang berlimpah karunia-Nya dan
mengaruniakan keutamaan kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan tangan kanan-Nya, dan
memberikan dengan tangan lain-Nya timbangan (mizan) untuk merendahkan siapa saja yang Dia
kehendaki dan meninggikan siapa saja yang Ia kehendaki sesuai dengan keadilan dan kebijaksanaan-
Nya. Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia al-Aziz (Yang Maha Perkasa) lagi alHakim (Yang
Maha Bijaksana). Dia tidak butuh dengan wakil untuk bisa mengetahui kebutuhan hamba-hamba-
Nya dan penolong yang dapat menolong-Nya untuk memenuhi kebutuhan hamba-hambaNya.
Namun Allâh Azza wa Jalla, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu dan kekuasaan serta rahmat-Nya
begitu luasnya. Banyaknya permohonan (doa) kepada-Nya tidak menambahkan bagi-Nya melainkan
kedermawanan dan kemuliaan-Nya. 9esame9 satupun urusan yang membuat-Nya sibuk. Banyaknya
peminta (yang berdoa) tidaklah membuatNya menjadi repot dan banyaknya pemohon tidak
menjadikan-Nya jemu/bosan , Karena….
ُ‫شي ًْ۬ــٴــا اَ ۡن يَّقُ ۡو َل لَه ُك ۡن فَيَ ُك ۡون‬
َ َ‫اِنَّ َما اَمۡ ُره اِذَا اَ َراد‬

“Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:


“Jadilah!” maka terjadilah ia.” [QS yasin : 82]

Seorang Muslim seharusnya melakukan ini :

ُ‫اِيَّاكَ نَ ْعبُدُ َواِيَّاكَ نَ ْستَ ِعيْن‬

“Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan” (Q.S Al-Fatihah : 5)

9
Ada banyak implementasi iman kepada Allah yang dapat lakukan dalamkehidupan sehari-hari,
seperti :

1. Takwa kepada Allah SWT


• Mendirikan Sholat.
• Beriman Kepada Kitab Allah.
• Menafkahkan sebagian hartanya baik disaat waktu lapang ataupun sempit.
• Selalu berbuat kebajikan.
• Mampu menahan amarah.
• Mampu memaafkan kesalahan orang lain.
• Melaksanakan perintah Allah dari segi ibadah.
• Berhenti dari perbuatan keji dan tidak mengulanginya lagi.
• Mempercayai dengan benar rukun iman.

2. Berbuat baik kepada orang tua.

a.Berbakti kepada kedua orang tua ketika masih hidup.

• Mematuhi semua perintahnya, selama tidak bertentangandengan ajaran agama.


• Tidak menyakiti hatinya dan tidak membentak.

b. Berbakti kepada kedua orang tua ketika sudah meninggal.

• Menshalatkan dan mendoakan.


• Memohon ampun kepada Allah atas dosa dan kesalahannya.
• Melanjutkan silaturrahmi yang telah terbiasa dilakukannya.

3. Berbuat baik kepada sesama manusia.


• Tolong menolong dalam hal baik dan taqwa, dan tidak tolongmenolong dalam
dosa dan permusuhan.
• Mendamaikan mereka yang berselisih.
• Tidak saling mengolok-ngolok atau menghina

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa tauhid asma wa shifat adalah meyakini keesaan Allah SWT
yang mutlak dari segala segi dan sifatnya yang tidak dapat dibandingkan dengan makhluk
apapun. Dan arti dari muroqabatullah adalah menanamkan rasa dan keyakinan bahwa segala
sesuatu yang kita perbuat di dunia ini selalu diawasi oleh Allah SWT dan tidak ada satupun
hal yang terlewat olehNya. Dan yang terakhir yaitu implementasi iman kepada Allah SWT
dalam kehidupan sehari hari seperti, mendirikan sholat, puasa, dan tidak melakukan hal yang
dilarang oleh Allah SWT. Hal tersebut dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar
kita senantiasa menjadi makhluk yang dicintai oleh Allah SWT.

3.2 SARAN

Meningkatkan iman kepada Allah dapat dilakukan dengan memulai kembali hal-hal kecil
yang mungkin sering kita lupakan. Jadi kita tak perlu langsung mengambil langkah besar
dalam meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, mulailah dengan hal kecil yang mudah
diterapkan dan terus beristiqomah.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.republika.co.id/berita/nreycc/merasa-diawasi-allah
https://sabilulilmi.wordpress.com/2013/09/27/muraqabatullah-puncak-kesempurnaan-ibadah/
https://www.dakwatuna.com/2016/05/30/80717/muraqabatullah-merasa-selalu-diawasi-allah/
https://www.academia.edu/34787676/IMPLEMENTASI_IMAN_KEPADA_ALLAH_DAN_YA
NG_TERKANDUNG_DI_DALAMNYA#:~:text=menyuruh%20berbuat%20baik.-
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Munajjid. 2021. 30 Faidah Seputar Asma Wa Sifat. Penerjemah:
Abu Salma Muhammad.
ibnuabbaskendari.wordpress.com/2017/10/07/101-perkataan-ulama-salaf-tentang-allah-di-atas-
arsy
http://muslimah.or.id/aqidah/kaidah-kaidah-penting-untuk-memahami-asma-dan-sifat-allah.html
Syaikh Abu Bakar Muhammad Zakaria. 2014. Akar Kesyirikan Dalam Asma dan Shifat Allah.
Diterjemahkan oleh: Abu Umamah Arif Hidayatullah.
Said Yai. 2014. Al-Asma-Ul-Husna Dan Penyimpangan Terhadapnya. Editor: Tim
islamhouse.com Divisi Indonesia
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi. Al-Khauf Hakikat Dan Tingkatnya. Penerjemah: Abu Rayhan
https://almanhaj.or.id/2665-keberadaan-allah-aza-wa-jalla.html
Syaikh Shalih Bin ‘Abdil ‘Aziz As-Sindi. 2012. Sejenak Mengenal Asma & Sifat. Penerjemah:
Bisri Tujang, Lc.
Ustadz Dr. Ali Musri Semjat Putra, MA. 2016. Dalil Akal, Fitrah dan Isma’ Tentang Sifat ‘Uluw
Bagi Allah.
Syaikh Muhammad ibn Shalih al’-Utsaimin rahimahullah. 2020. Kaidah-Kaidah Yang Mulia
tentang Sifat dan Nama Allah yang Sempurna. Penerjemah: Dr. Andy Octavian Latief, M.Sc.
muslim.or.id/56-sifat-istiwa-allah-di-atas-arsy-html
http://thetrueideas.multiply.com/jurnal/item/429

12

Anda mungkin juga menyukai