Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SYARIAT ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Bapak Muhammad Akhrom, S.Pd.I., M.Pd.

Oleh :

Sella Nurapni Usmalia

(NPM 8820121047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
2024
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah atas segala limpah dan karunia Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang berjudul “Syariat Islam”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu Bapak Muhammad Akhrom, S.Pd.I.,
M.Pd. yang telah memberikan tugas terhadap penulis, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Cianjur, 27 Maret 2024

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Rumusan Masalah2
1.3 Tujuan Penulis2
BAB II POKOK-POKOK AJARAN ISLAM3
2.1 Aqidah3
2.2 Syariah7
2.3 Akhlak10
BAB III PENUTUP14
3.1 kesimpulan14
3.2 Saran14
DAFTAR PUSTAKA15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam merupakan agama yang paling mulia dan sempurna
dihadapan Allah SWT. Proses perkembangan, pertumbuhan, serta penyebaran
agama Islam diseluruh penjuru dunia tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Semua itu tidak terlepas dari perjuangan Nabi Muhammad SAW. Sehingga,
perkembangan agama Islam masih ada sampai sekarang dan berkembang pesat.
Syariat Islam adalah ajaran-ajaran Ilahi yang disampaikan kepada manusia lewat
wahyu, dengan demikian hukum-hukum yang dikandung syariat Islam bukanlah
berasal dari pemikiran manusia semata. Pemikiran manusia maksimal hanya
berfungsi memahami kandungan syariat atau menemukan tafsirannya serta cara
penerapannya dalam kehidupan, tetapi syariat itu sendiri berasal dari Allah. Oleh
karena itu syariat Islam tidak dapat dilepaskan dari landasan filosofis iman.
Syariat Islam mempunyai satu kesatuan sistem yang menjadikan dalil-dalil
syariat itu berada dalam satu jalinan yang utuh, tak terpisahkan, dan antara satu
dengan lainnya saling mendukung, serta dalil yang satu berfungsi sebagai
penjelasan bagi dalil yang lain.Pemahaman terhadap syariat Islam tidak cukup
hanya berdasarkan tekstualnya namun harus juga memperhatikan spirit (tujuan
serta rahasia) syariat itu sendiri, sehingga syariat Islam dapat menjadi rahmat yang
membawa hikmah yang besar bagi umat manusia, 3 Sehingga setiap mujtahid
haruslah mengetahui ruh syariat yang menempatkan manusia sebagai ciptaan
Allah dan menjalani hidup di dunia dalam kapasitasnya untuk mengabdi kepada
Allah
Syariat Islam mengatur tata kehidupan manusia seutuhnya dan masyarakat
seluruhnya yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan hidup, kehidupan dan
penghidupan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat.
Syariat juga artinya ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT yang dijelaskan
oleh rasul-Nya, tentang pengaturan semua aspek kehidupan manusia, dalam
mencapai kehidupan manusia yang baik, di dunia dan di akhirat kelak. Ketentuan

1
syariat terdapat dalam firman Allah dan sabda rasul-Nya. Agar segala ketentuan
(hukum) yang terkandung dalam syariat bisa diamalkan oleh manusia maka
manusia harus bisa memahami segala ketentuan yang dikehendaki oleh Allah
SWT yang terdapat dalam syariat tersebut.
Selain karena syariat islam melengkapi hukum di dunia, syariat islam juga
memenuhi persyaratan untuk melindungi manusia atau bisa disebut HAM.
Syariat islam pun tidak hanya meliputi hukum-hukum di dunia tetapi banyak hal
di dunia ini seperti ekonomi, pembelajaran, pernikahan dan kehidupan.
Adapun Ajaran Islam yang merupakan ajaran sempurna 3 hal pokok yaitu
Aqidah, Syariah dan Akhlak. Artinya seluruh ajaran Islam bermuara pada tiga hal
ini. Aqidah, syariah dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan dalam
ajaran islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan,
karena ketiga unsur tersebut merupakan pondasi atau kerangka dasar dari Agama
Islam.
Oleh sebab itu, dalam makalah kali ini akan membahas tentang ketiga
pokok syariat islam tersebut yaitu Aqidah, Syariah, dan Akhlak. Dengan
mempelajari ketiga pokok ini, semoga Allah memberikan kita petunjuk agar
selamat di dunia dan di akhirat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana deksripsi mengenai Aqidah, Syariah dan Akhlak?
2. Bagaimana tujuan Aqidah, Syariah dan Akhlak?
3. Bagaimana Implementasi Aqidah, Syariah dan Akhlak?

1.3 Tujuan Penulis


Adapun tujuan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui deksripsi mengenai Aqidah, Syariah dan Akhlak
2. Untuk mengetahui tujuan mengenai Aqidah, Syariah dan Akhlak
3. Untuk mengetahui Implementasi mengenai Aqidah, Syariah dan Akhlak

2
BAB II
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM

Pokok-pokok ajaran Islam terdiri dari tiga macam, diantaranya sebagai berikut:
2.1 Aqidah
1. Pengertian Aqidah
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (bahasa Arab) aqidah berasal dari kata
ْ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (ُ‫ )التَّوْ ثِ ْيق‬yang berarti kepercayaan
al-'aqdu (ُ‫)ال َع ْقد‬
atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (‫)اِإل حْ َكا ُم‬ ْ yang artinya mengokohkan
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (‫ )ال َّر ْبطُ بِقُ َّو ٍة‬yang berarti mengikat dengan
kuat, at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan). "Al-‘Aqdu"
(ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut
diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan"
(ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah. Allah ta’ala berfirman :

‫س ِط‬ َ ‫سا ِكينَ ِمنْ َأ ْو‬ َ ‫ش َر ِة َم‬ َ ‫َؤاخ ُذ ُكم بِ َما َعقَّدتُّ ُم اَأل ْي َمانَ فَ َكفَّا َرتُهُ ِإ ْط َعا ُم َع‬
ِ ُ‫َؤاخ ُذ ُك ُم هّللا ُ بِاللَّ ْغ ِو فِي َأ ْي َمانِ ُك ْم َولَـ ِكن ي‬
ِ ُ‫الَ ي‬
‫صيَا ُم ثَالَثَ ِة َأيَّ ٍام َذلِ َك َكفَّا َرةُ َأ ْي َمانِ ُك ْم ِإ َذا َحلَ ْفتُ ْم‬
ِ َ‫س َوتُ ُه ْم َأ ْو ت َْح ِري ُر َرقَبَ ٍة فَ َمن لَّ ْم يَ ِج ْد ف‬
ْ ‫َما تُ ْط ِع ُمونَ َأ ْهلِي ُك ْم َأ ْو ِك‬
ْ َ‫احفَظُو ْا َأ ْي َمانَ ُك ْم َك َذلِ َك يُبَيِّنُ هّللا ُ لَ ُك ْم آيَاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم ت‬
َ‫ش ُكرُون‬ ْ ‫َو‬

Arab-Latin: Lā yu`ākhiżukumullāhu bil-lagwi fī aimānikum wa lākiy


yu`ākhiżukum bimā 'aqqattumul-aimān, fa kaffāratuhū iṭ'āmu 'asyarati masākīna
min ausaṭi mā tuṭ'imụna ahlīkum au kiswatuhum au taḥrīru raqabah, fa mal lam
yajid fa ṣiyāmu ṡalāṡati ayyām, żālika kaffāratu aimānikum iżā ḥalaftum, waḥfaẓū
aimānakum, każālika yubayyinullāhu lakum āyātihī la'allakum tasykurụn

Artinya :
“ Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah

3
memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu
berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang
demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah
kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan
jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)” (Al-Maa-idah : 89).
secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan tumbuhnya
kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah
kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati.
Adapun aqidah menurut para ahli seperti berikut :Aqidah atau keyakinan
adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama halnya
dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya. Syekh Hasan Al-Bannah
menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati membenarkannya
sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih dari
kebimbangan dan keragu-raguan. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan
(asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah SWT berfirman:
‫صالِحًا َّواَل يُ ْش ِر ْك‬ َ ‫اح ۚ ٌد فَ َم ْن َكانَ يَرْ جُوْ ا لِقَ ۤا َء َرب ِّٖه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬ َّ َ‫قُلْ اِنَّ َمٓا اَن َ۠ا بَ َش ٌر ِّم ْثلُ ُك ْم يُوْ ٰ ٓحى اِل‬
ِ ‫ي اَنَّ َمٓا اِ ٰلهُ ُك ْم اِ ٰلهٌ َّو‬
ࣖ‫بِ ِعبَا َد ِة َرب ٖ ِّٓه اَ َحدًا‬

Arab-Latin: qul innamâ ana basyarum mitslukum yûḫâ ilayya annamâ ilâhukum
ilâhuw wâḫid, fa mang kâna yarjû liqâ'a rabbihî falya‘mal ‘amalan shâliḫaw wa lâ
yusyrik bi‘ibâdati rabbihî aḫadâ

Artinya: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang
diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa
yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal
saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah
kepada Tuhannya” (Q.S. al-Kahfi: 110)

Allah swt juga berfirman:

َ‫ك َولَتَ ُكون ََّن ِمنَ ْٱل ٰ َخ ِس ِرين‬


َ ُ‫ك لَِئ ْن َأ ْش َر ْكتَ لَيَحْ بَطَ َّن َع َمل‬
َ ِ‫ك وَِإلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبل‬ ِ ‫َولَقَ ْد ُأ‬
َ ‫وح َى ِإلَ ْي‬

4
Arab-Latin: Wa laqad ụḥiya ilaika wa ilallażīna ming qablik, la`in asyrakta
layaḥbaṭanna 'amaluka wa latakụnanna minal-khāsirīn

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi- nabi
sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh
amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang
merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Aspek akidah bisa disebut sebagai keimanan atau kepercayaan. Akidah harus
bersumber dari Al-Quran yang merupakan kalam Allah, baru kemudian hadits
Rasulullah. Dalam keimanan tak boleh bercampur dengan ragu atau prasangka,
untuk itu akidah hanya bertempat dan diakui oleh hati. Iman menempati posisi
utama dalam ajaran Islam, lantaran merupakan perkara yang mendasari kehidupan
umat Islam. Terdapat enam asas yang melandasinya, dan dikenal sebagai rukun
iman. Iman kepada allah swt, kepada malaikat, kitab-kitab allah swt, para rosul,
hari kiamat, dan qada-qadar.

2. Tujuan Aqidah Islam:

a) Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah hanya kepada Allah. Karena Allah
adalah Pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah
diperuntukkan hanya kepada-Nya .

b) Membebaskan akal dan pikiran dari kegelisahan yang timbul dari lemahnya
akidah. Karena orang yang lemah akidahnya, adakalanya kosong hatinya dan
adakalanya terjerumus pada berbagai kesesatan dan khurafat.

c) Ketenangan jiwa dan pikiran tidak cemas. Karena akidah ini akan memperkuat
hubungan antara orang mukmin dengan Allah, sehingga ia menjadi orang yang
tegar menghadapi segala persoalan dan sabar dalam menyikapi berbagai cobaan.

3. Implementasi aqidah dalam kehidupan

Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:

5
⮚ Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan

berbagai prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya


dan menjauhkan dirinya dari jalan hidup kebahagiaan.

⮚ Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat

ragu oleh berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.

Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Beberapa implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari
beberapa sisi, antara lain:

1. Aqidah dalam individu

Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman


dalam kehidupan manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah
Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan
Allah swt, berbuat kebaikan karena tiap gerakan kita diawasi Allah dan malaikat,
mengamalkan ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah nabi, dan bertindak penuh
perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar sebelum bertawakal.
Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat hubungan kita dengan
Allah dan manusia lain menjadi lebih baik.

2. Aqidah dalam keluarga

Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan


saling menyayangi sesuai dengan ajaran islam. Contoh implementasi aqidah
dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah, dan berdoa
sebelum melakukan sesuatu.

3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat

Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga


hubungan dengan manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara,

6
antara lain dengan saling menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu
masyarakat yang tentram dan harmonis.

Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong


menolong, toleransi, musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat
manusia itu sama di depan Allah swt dan pembedanya adalah nilai ketakwaannya.

4. Aqidah dalam pemerintahan

Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap


pemerintahan yang dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan
negaranya. Contohnya saat menyelesaikan sebuah masalah pemerintahan. Dalam
menyelesaikan masalah pemerintahan, semuanya disandarkan pada ketetapan
Al-qur'an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki penyelesaian
yang pasti dalam Al-qur'an dan hadist, maka akan dibuat keputusan bersama yang
berasaskan kedua sumber ajaran tersebut.

2.2 Syariah

1. Pengertian Syariah

Syariah Secara bahasa, syariah artinya jalan lurus menuju mata air digambarkan
sebagi sumber kehidupan. Syariah berarti jalan lurus menuju sumber kehidupan
yang sebenarnya. Sumber hidup manusia sebenarnya adalah Allah. Untuk menuju
Allah Ta’ala, harus menggunakan jalan yang dibuat oleh Allah tersebut (syariah).
Syariah ini menjadi jalan lurus yang harus di tempuh seorang muslim. Tidak ada
jalan lain bagi orang muslim kecuali menggunakan syariah Islam Allah Swt.
Berfirman dalam QS. Al-Jaatsiyah [45]: 18;

Artinya : Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat


(peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti
keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.

Secara istilah, syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan Allah untuk


mengatur manusia baik hubungannya dengan Allah Swt., dengan sesama manusia,

7
dengan alam semesta, dan dengan makhluk ciptaan lainnya. Syariah islam adalah
penjelmaan konkret kehendak Allah ditengah manusia hidup bermasyarakat.
Syariah merupakan prinsip yang tercantum dalam Al-Qur’an dan prinsip
Al-Qur’an itu sendiri. Agar prinsip tersebut dapat diwujudkan dengan baik, tentu
memerlukan contoh. Dalam hal ini, dibutuhkan contoh-contoh dari Nabi. Melalui
perilaku dan ucapan Nabi tersebut, manusia dapat memahami apa yang menjadi
kehendak Allah SWT itu. Oleh karena itu, Nabi dan rasul patut dicontoh dalam
melaksanakan syariah.

2. Tujuan Syariah

Tujuan atau fungsi Syariah hukum-hukum Allah jauh lebih efektif untuk
mencegah segala bentuk kejahatan yang merajalela. Disamping itu, bukan hanya
mencegah kejahatan melainkan mengarahkan pada kebaikan. Berikut ini beberapa
tujuan syariah, yaitu :

a) Menghantarkan manusia sebagai hamba Allah yang mukhlis. Syariah adalah


aturan-aturan Allah yang berisi perintah Allah untuk ditaati dan dilaksanakan,
serta aturan-aturan tentang larangan Allah untuk dijauhi dan dihindarkan.
Ketaaatan terhadap aturan menunjukkan ketundukan manusia terhadap Alah dan
penghambaan manusia kepada-Nya. Tanpa melaksanakan Syariah, maka manusia
tidak akan sampai pada posisi sebagai hamba Allah yang baik dan benar.

b) Menghantarkan manusia sebagai khalifah Allah SWT. Manusia sebagai


khalifah Allah harus mengikuti hukum Allah yang diwakilinya. Kalau melampau
batas bukan lagi wakil. Maka dari itu, syariah islam memberikan batasan yang
jelas dari kebebasan yang dimiliki manusia. Dengan demikian, kekhalifahan
manusia diatur dalam tatanan pencapaian kesejahteraan lahir-batin manusia dan
terhindar dari kesesatan sejalan dengan kehendak Allah SWT.

3. Implementasi Syariah

Syariah wajib diterapkan sebagai konsekuensi dari iman kepada allah berupa
ketundukan paada aturan-nya dan juga sebagai pedoman dalam berkehidupan.

8
Implementasi syariah dapat membawa seseorang ke kehidupan yang lebih baik
dan bermanfaat. Dengan adanya syariah, manusia akan lebih taat dan beriman,
karena mengikuti aturan agama islam dengan baik dan benar. Manusia juga lebih
dapat mengontrol emosi dan nafsunya. Impementasi syariah kedalam kehidupan
secara menyeluruh dapat membawa kepada kehidupan yang lebih baik.
Implementasi syariah dapat dilakukan secara juziyyah dan kaffah.

Juziyyah adalah penerapan syariah secara parsial sesuai dengan


kemampuan dan kondisi situasi, biasanya pada lingkunga heterogen. Maksud dari
penerapan secara parsial adalah penerapan yang tidak menyeluruh dalam aspek
kehidupan, namun hanya pada beberapa kepentingan tertentu saja. Penerapan
secara juziyyah ini biasanya diterapkan pada lingkungan kelompok dan negara.
Penerapan syariah secara kaffah adalah penerapan syariah secara menyeluruh
pada semua aspek kehidupan. Maksud dari penerapan secara kaffah adalah
penerapan yang dilakukan disemua aspek kehidupan, mulai dari kehidupan
pribadi, bermasyarakat maupun bernegara. Biasanya penerapan secara kaffah ini
dilakukan oleh individu, namun ada pula yang menerapkan secara kelompok, jika
dalam kelompok itu sendiri, masing-masing individu sudah berhasil menerapkan
syariah secara menyeluruh.

Ada beberapa spesifikasi subjek yang mengamalkan syariah, yaitu:


individu, kelompok, dan negara. Implementasi syariah oleh individu adalah
pelaksanaan syariah oleh pribadi masing-masing atau diri sendiri.
Pengimplementasian syariah oleh individu sebaiknya dilakukan secara kaffah atau
menyeluruh. Implementasi syariah oleh individu adalah pangkal dari keberhasilan
implementasi syariah oleh kelompok dan negara. Implementasi syariah oleh
individu akan merubah lingkungan bermasyarakat, contohnya adalah tidak
meninggalkan ibadah, tidak makan dan minum yang haram, berpakaian sopan
menutup aurat, memiliki pergaulan yang baik. Implementasi syariah oleh
kelompok bisa dilakukan secara kaffah di antara individu yang memiliki
komitmen kuat, namun juga bisa dilakukan secara juziyyah di tengah kelompok
yang heterogen atau beragam. Penerapan syariah oleh kelompok membentuk

9
individu yang teguh imannya, contohnya seperti dakwah. Implementasi syariah
oleh negara bisa dilakukan secara juziyyah dan kaffah.

Kekuatan berasal dari individu dan kelompok yang bersedia menerapkan


syariah. Namun penerapan secara kaffah dalam suatu system kenegaraan dengan
lingkungan yang heterogen, masih tidak dapat dilakukan.

2.3 Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak adalah kondisi mental, hati, batin seseorang yang mempengaruhi


perbuatan dan perilaku lahiriyah. Apabila kondisi batin seseorang baik dan
teraktualisasikan dalam ucapan, perbuatan, dan perilaku yang baik dengan mudah,
maka hal ini disebut dengan akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji
(mahmudah). Jika kondisi batin itu jelek yang teraktualisasikan dalam perkataan,
perbuatan, dan tingkah laku yang jelek pula, maka dinamakan akhlak yang tercela
(akhlak madzmumah).
Jadi orang yang tidak berakhlakul karimah adalah laksana jasmani tanpa
rohani atau sama dengan orang yang sudah mati atau disebut dengan mayat yang
berasal dari kata maitatun yang artinya bangkai, sedangkan bangkai lambat laun
akan menimbulkan penyakit. Demikian dengan orang yang tidak berakhlakul
karimah, lambat laun akan merusak dirinya dan merusak lingkungan. Sehingga
Nabi diutus oleh Allah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak, (HR.
Bukhari).
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari pada jiwa
seseorang, karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang. Sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.
Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama Islam,
sistem nilai tersebut merupakan sumber ijtihad sebagai salah satu metode berpikir
secara islami. Akhlak memicu terjadinya tindakan dan hubungan antara Allah,
sesama manusia dan alam semesta.

10
Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak merupakan salah satu sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah
dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi. Sementara itu, Muslim
Nurdin mengatakan bahwa akhlak adalah sebuah sistem nilai yang mengatur
tindakan manusia yang ada di muka bumi.
Adapun pengertian akhlak menurut Muslim Nurdin dibagi menjadi dua
sudut pandang, yaitu Suluq Azzahriah dan Bataniah. Suluq azzhariah merupakan
suatu cara pandang yang memperlihatkan hal-hal yang tampak di dalam diri
seperti tutur kata, tingkah laku dan watak. Sementara itu menurut sudut pandang
Bataniah, akhlak adalah ilmu yang membahas berbagai masalah yang dihadapi
manusia terkait dengan hal-hal yang bersifat kewajiban.
2. Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah untuk membentuk manusia yang memiliki sifat-sifat
terpuji yang mencerminkan sifat-sifat Allah SWT. Manusia yang berakhlak baik
akan mendapatkan ridha Allah, rahmat-Nya, dan surga-Nya. Selain itu, akhlak
juga bertujuan untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan sesamanya,
dengan alam semesta, dan dengan dirinya sendiri. Manfaat berakhlak: Membawa
kedamaian dan ketenangan jiwa, Meningkatkan kesehatan fisik dan mental,
Meningkatkan kepercayaan diri dan kredibilitas, Meningkatkan produktivitas dan
kreativitas, Meningkatkan kerjasama dan solidaritas, Meningkatkan kesejahteraan
dan kemajuan. Menurut Islam, macam akhlak ada dua yaitu akhlakul karimah
(akhlak terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Adapun defenisinya
sebagai berikut:
1. Akhlakul Karimah
Akhlakul Karimah atau disebut dengan akhlak yang terpuji merupakan salah
satu golongan macam akhlak yang harus dimiliki setiap umat muslim. Adapun
contoh macam akhlak tersebut diantarannya sikap rela berkorban, jujur, sopan,
santun, tawakal, adil, sabar dan lain sebagainya. Sebagai umat muslim sudah
seharusnya kita selalu menjaga akhlakuk karimah dalam menjalani kehidupan
sehari-hari.
2. Akhlakul Mazmumah

11
Akhlak Mazmumah atau akhlak tercela merupakan salah satu tindakan
buruk yang harus dihindari setiap manusia. Hal ini harus dijauhi karena akhlakul
mazmumah dapat mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Contoh dari macam akhlak akhlakul mazmumah yaitu sombong, iri, dengki,
takabur, aniaya, ghibah dan lain sebagainya. Sebagai orang muslim sudah
seharusnya kita menghindari akhlakuk mazmumah atau akhlak tercela.
3. Implementasi Akhlak
1. Akhlak Terhadap Allah Swt.
Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji
terhadap Allah Swt. baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti salat,
puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang
mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah di luar ibadah itu.
Berikut ini beberapa akhlak terhadap Allah Swt :Beriman, yaitu meyakini
wujud dan keesaan Allah serta meyakini semua yang difirmankan- Nya. Taat,
yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Ikhlas,
yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa mengharapkan sesuatu,
kecuali keridaan Allah. Khusyu’, yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin
dalam perbuatan yang sedang dikerjakannya atau melaksanakan perintah dengan
sungguh-sungguh. Tawakkal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam
melaksanakan suatu rencana serta memohon hanya kepadaNya segala
perlindunganNya
2. Akhlak Terhadap Rasulullah SAW
Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Beliau sangat
dermawan paling dermawan di antara manusia. Beliau sangat menghindari
perbuatan dosa, sangat sabar, berbicara sangat fasih dan jelas, beliau sangat
pemberi, beliau juga jujur dan amanah, sangat tawadu, tidak sombong, tepat janji,
penyayang, lembut, suka memaafkan, dan lapang dada.
2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan rohani.
Organ tubuh kita harus dipelihara dengan memberikan konsumsi makanan yang
halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak halal dan tidak baik,

12
berarti kita telah merusak diri sendiri. Akal kita juga perlu dipelihara dan dijaga
agar tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus disucikan agar menjadi orang yang
beruntung. Memang berat untuk mengenakan busana Muslimat yang baik dan
sesuai ajaran Islam.
3. Akhlak Terhadap Keluarga
Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan keturunannya. Kita
harus berbuat baik kepada anggota keluarga terutama orang tua. Ibu yang telah
mengandung kita dalam keadaan lemah, menyusui dan mengasuh kita
memberikan kasih sayang yang tiada tara. Ketika kita lapar, tangan ibu yang
menyuapi, ketika kita haus, tangan ibu yang memberi minuman.
.4. Akhlak Terhadap Masyarakat
Akhlak terhadap masyarakat antara lain Memuliakan tamu, Menghormati
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, Saling menolong dalam
melakukan kebajikan dan takwa, Menganjurkan anggota masyarakat berbuat baik
dan mencegah perbuatan jahat, Memberi makan anak yatim serta fakir miskin,
Bermusyawarah dalam segala urusan kepentingan bersama, Menunaikan amanah
yang telah diberikan oleh masyarakat kepada kita, Menepati janji, Dan lain lain.
Seorang muslim sangat dianjurkan untuk berbuat baik terhadap tetangganya.
Orang yang selalu berbuat baik terhadap tetangganya berarti dia telah
menjalankan perintah rasulullah. Sebagaimana sabdanya: (HR. Bukhari) Artinya :
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan
tetangganya

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Syariat Islam mengatur tata kehidupan manusia seutuhnya dan masyarakat
seluruhnya yang bertujuan mewujudkan kemaslahatan hidup, kehidupan dan
penghidupan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat.
Syariat juga artinya ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT yang dijelaskan
oleh rasul-Nya, tentang pengaturan semua aspek kehidupan manusia, dalam
mencapai kehidupan manusia yang baik, di dunia dan di akhirat kelak. Hubungan
antara aqidah, syariah dan akhlak bila dianalogikan adalah seperti uang logam.
Syari‟ah adalah uang logam itu sendiri yang memiliki dua sisi penunjang yaitu
aqidah dan syariah. Uang logam tidak akan berguna tanpa kedua sisinya,
begitupun dengan perbuatan manusia. Segala perbuatan (syari‟ah) akan bermakna
bila dibarengi dengan tujuan yang jelas (aqidah) dan berdampak positif bagi
manusia lain (akhlak).

3.2 Saran
Sebagai umat islam, kita harus mengetahui pokok-pokok ajaran islam yang ada di
syariat islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak. maka dari itu, dengan mempelajari
dan membaca makalah ini semoga bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ilham. 2021. Aspek-Aspek Pokok Dalam Ajaran Islam. Persyarikatan
Muhammadiyah. Diakses pada tanggal 20 Maret 2024, dari
https://muhammadiyah.or.id/2021/11/aspek-aspek-pokok-dalam-ajaran-islam/
Maulana Muhammad Ali. 2016. Buku Islamologi: Panduan lengkap memahami sumber ajaran islam
dan syariat islam. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=cba4CwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP2&dq=info:8bjKw
ap8LZYJ:scholar.google.com/&ots=tn4O87iEVr&sig=7Hv2t_svNfeVTZ_SJWdqFqmMq7E&redir_es
c=y#v=onepage&q&f=false
Agus Syukur. 2020. Akhlak Terpuji dan implementasinya di
masyarakat. Misyikay Al-Anwar Jurnal Kajian Islam dan Masyarakat.
Dari https://jurnal.umj.ac.id/index.php/MaA16/article/view/8718/5121
Dedi Wahyudi. 2017. Pengantar akidah, akhlak dan pembelajarannya. Lintang
Rasi Aksara Books. Dari
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=iUI9DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1
&dq=info:LdcypgQPsJ0J:scholar.google.com/&ots=kgwBItL6S1&sig=9OXoaC4x
Rxp4uwFrH9rolI7NwVk&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

15

Anda mungkin juga menyukai