Anda di halaman 1dari 4

Mayoritas dari kita menjadi muslim karena keturunan.

Oleh karena itu, kadangkala kita kurang


memaknai keimanan yang diperoleh. Bagaimana cara memaknai agar keimanan kita makin
mendalam dan berimplikasi dalam kehidupan kita?

Iman adalah kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan antara kalbu, ucapan dan
perilaku menurut ketentuan Allah, yang disampaikan oleh Malaikat kepada Nabi Muhammad.

Ada tiga aspek iman yaitu pengetahuan, kemauan dan kemampuan. Orang yang beriman
kepada Allah adalah yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk hidup
dengan ajaran Al-quran seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Menjadi muslim sejak lahir tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi individu tersebut dalam
memaknai Keimanan dan Ketaqwaan tehadap keislamannya. Keimanan setiap individu jelas
tidak lepas dari peran orang tuanya dalam memperkenalkan iman kepada anak sejak didalam
kandungan terutama bagi seorang ibu.
Mengenai hal ini ada seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut:
“Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq”.

Artinya: Ibu adalah madrasah (Sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia
dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.

Bekal pengetahuan pengenalan soal iman yang kita peroleh dari orang tua tentu tidak cukup
jika tidak kita pupuk hingga dewasa, maka sebagai pribadi yang beriman berikut beberapa cara
untuk meningkatkan keimanan kita makin mendalam :

1. Membaca dan Mentadabburi Al-Qur’an dan Hadist

Menurut istilah, pengertian Al Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Al Quran diturunkan melalui malaikat Jibril yang dihimpun dalam mushaf yang merupakan
mukjizat Nabi Muhammad.

Hadist merupakan salah satu sumber utama ajaran Islam setelah Al-Quran. Hadist berfungsi
sebagai penjelas dan penafsir Al-Quran, serta memberikan panduan tentang tata cara ibadah,
perilaku, hukum, dan berbagai aspek kehidupan sehari-hari bagi umat Islam. Hadist memiliki
peran penting dalam Islam, karena selain Al-Quran, ia menjadi sumber hukum dan pedoman
bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam yang diajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW.

Hal ini seperti apa yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Surah Yunus (Surah ke-10) ayat
37 :

‫َو َم ا َك اَن َهٰـ َذ ا اْلُقْر آُن َأن ُيْف َت َر ٰى ِمن ُدوِن ِهَّللا َو َلٰـ ِكن َت ْص ِد يَق اَّلِذي َب ْي َن َي َد ْيِه َو َت ْف ِص يَل اْلِك َت اِب اَل َر ْي َب ِفيِه ِمن َّر ِّب اْلَع اَلِميَن‬
"Dan Al-Quran ini bukanlah sesuatu yang dapat kamu ada-adakan dengan melainkan
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan yang ada padanya, dan (Al-
Quran) itu adalah petunjuk serta rahmat bagi kaum yang beriman." (QS. Yunus: 37)

Membaca dan mentadabburi Al-Qur’an adalah membaca dan juga memahami artinya,
merenungi dan mempertimbangkan setiap makna ayat-ayat Al-Qur’an untuk akhirnya dijadikan
sebagai petunjuk dalam hidup.

2. Mendirikan Shalat

Untuk meningkatkan keimanan salah satunya adalah dengan mendirikan dan memperbaiki
sholat. Sholat yang mencerminkan keimanan adalah sholat yang khusyu’ dan berkualitas.
Sholat adalah ibadah untuk selalu mengingat Allah, meningkatkan koneksi spiritual kita kepada
Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam ayat berikut :

‫اْق َر ْأ ِبْس ِم ِهَّللا الَّر ْح َمٰـ ِن الَّر ِحيِم ِإَّن ا َأنَز ْلَن ا ِإَلْي َك اْلِك َت اَب ِباْلَح ِّق َف اْع ُبِد َهَّللا ُم ْخ ِلًص ا َّلُه الِّد يَن َأاَل ِهَّلِل الِّد يُن اْلَخ اِلُص َو اَّلِذيَن اَّتَخ ُذ وا ِمن ُد وِنِه َأْو ِلَي اَء‬
‫َم ا َن ْع ُبُدُه ْم ِإاَّل ِلُيَقِّر ُبوَن ا ِإَلى ِهَّللا ُز ْلَفٰى ِإَّن َهَّللا َي ْح ُك ُم َب ْي َن ُهْم ِفي َم ا ُه ْم ِفيِه َي ْخ َت ِلُفوَن ِإَّن َهَّللا اَل َي ْهِدي َم ْن ُه َو َك اِذ ٌب َكَّفاٌر ُقْل ِإَّن َم ا َأَن ا ُمنِذ ٌر َو َم ا ِمْن‬
‫ِإَلٰـ ٍه ِإاَّل ُهَّللا اْل َو اِح ُد اْلَقَّهاُر الَّلُهَّم َأِع ِّن ي َع َلى ِذ ْك ِر َك َو ُشْك ِر َك َو ُحْس ِن ِع َب اَد ِتَك‬

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran), dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut: 45)

3. Berkumpul dengan Orang Shaleh

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan memenuhi kehidupannya
sendiri, maka dari itu salah satu cara untuk meningkatkan keimanan adalah dengan
bercengkrama dengan orang-orang shaleh agar dapat saling mengingatkan dalam hal ibadah
dan kebaikan.

4. Mentadabburi Alam Semesta

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sempurna karena diberi akal dan pikiran. Dengan
merenungi segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, akan membuat manusia berpikir
betapa besar Kuasa Allah Yang Maha Perkasa telah menciptakan alam semesta dan segala
isinya. Merenungi terjadinya siang dan malam dan berbagai peristiwa di alam semesta. Hal ini
tentu akan meningkatkan keimanan orang tersebut.

Sebagaimana yang telah tertuang dalam surah Al-An'am (6:73) :

‫َو ُه َو اَّلِذي َخ َلَق الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِباْلَح ِّق ۖ َو َي ْو َم َي ُقوُل ُك ن َف َي ُك وُن ۚ َق ْو ُلُه اْلَح ُّق ۚ َو َلُه اْلُم ْلُك َي ْو َم ُينَفُخ ِفي الُّصوِر ۚ َعاِلُم اْلَغ ْيِب َو الَّش َه اَد ِةۚ َو ُه َو‬
‫اْلَح ِكيُم اْلَخ ِبيُر‬

"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan pada hari Dia berfirman:
'Jadilah!' maka jadilah. Firman-Nya adalah benar, dan bagi-Nya-lah kerajaan di hari ditiup
sangkakala. Dia-lah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dan Dia-lah Yang
Maha Bijaksana, Maha Mengetahui."

5. Mempelajari Ilmu Pengetahuan

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَسُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َوِاَذ ا ِقْيَل اْنُشُز ْو ا َفاْنُشُز ْو ا َيْر َفِع ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم‬
‫َدَر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di


dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah ayat 11)

Dari ayat tersebut, kita bisa memahami bahwa dalam Islam, ilmu pengetahuan sangat dihargai
dan diberi kedudukan yang tinggi. Orang-orang yang memiliki ilmu dan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh diberikan derajat yang tinggi oleh Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam
diajarkan untuk terus meningkatkan pengetahuan mereka dalam berbagai bidang untuk menjadi
individu yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan umat manusia secara keseluruhan.

6. Menjalankan perintah Allah secara konsisten dan menjauhi segala larangan-Nya

Dengan memulai menjalankan segala perintah Allah secara konsisten dan menjauhi larangan-
Nya sama saja dengan melatih iman kita agar terus tumbuh dan kukuh.

Serta akan memberikan dampak positif dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari dan
menguatkan koneksi spiritual kepada Allah SWT.

7. Melakukan Evaluasi Diri

Evaluasi diri adalah untuk mengukur sejauh apa kita telah beriman dan melaksanakan perintah
Allah. Evaluasi harus dijalankan oleh diri sendiri bukan oleh orang lain. Misalnya apabila kita
sering menunda waktu shalat, maka kita harus mengevaluasi diri agar mengupayakan shalat
tepat waktu. Evaluasi terhadap perilaku sehari-hari apakah sudah sesuai dengan syariat Islam
juga diperlukan untuk meningkatkan keimanan, seperti selalu bersyukur atas segala kenikmatan
yang diberikan Allah SWT. Selalu bersabar atas segala cobaan, dan selalu memohon ampunan
atas segala dosa-dosa.

Demikian beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keimanan kita. Dengan
meningkatnya iman, diharapkan dapat memberikan implikasi dalam hidup kita antara lain :

1. Tawakkal
Tawakkal yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT.
2. Mawas diri dan bersikap ilmiah
Mawas diri adalah perbuatan tidak terpengaruh oleh berbagai kasus dari manapun
datangnya, baik dari kalangan jin, manusia, maupun diri-sendiri.
3. Optimis dalam menghadapi masa depan
4. Konsisten dan menepati janji.
Seorang mukmin senantiasa akan menepati janji dengan Allah, sesame manusia,
maupun ekologinya (lingkungannya)
5. Tidak sombong
Orang beriman tentu tidak akan sombong karena sombong adalah perbuatan yang tidak
disukai oleh Allah SWT.
Surah Luqman (Surah ke-31) ayat 18 :

Bahasa Arab: ‫َو اَل ُتَص ِّعْر َخ َّد َك ِللَّن اِس َو اَل َت ْم ِش ِفي اَأْلْر ِض َمَر ًح اۖ ِإَّن َهَّللا اَل ُيِحُّب ُك َّل ُم ْخ َت اٍل َف ُخ وٍر‬

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia dengan sombong dan janganlah
kamu berjalan di bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18)

Ayat ini menyerukan kepada umat manusia untuk menjauhi sikap sombong dan angkuh. Allah
SWT menegaskan bahwa Dia tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
Sebagai gantinya, manusia harus bersikap rendah hati dan merendahkan diri di hadapan Allah
SWT serta sesama manusia.

Pramono, Agus. (2023, January 13). 10 Kiat-kiat Meningkatkan Keimanan dan Ketakwaan
kepada Allah SWT. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/agus14120/63bfc9dec1cb8a1a537d67f2/10-kiat-kiat-
meningkatkan-keimanan-dan-ketaqwaan-kepada-allah-swt?page=all

Nurdin, Ali, Syaeful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. (2023). Pendidikan Agama Islam.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai