Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2 SESI 5

AGAMA ISLAM (MKWU4101.98)

NAMA: Nur alfina hidayati


NIM:051360721
PRODI:Ilmu Komunikasi
1. Jelaskan pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Q.S.
Al-’Ankabut/29: 45!
2. Sebutkan dan jelaskan lima macam hukum Islam!
3. Sebutkan dan jelaskan tujuh macam prinsip-prinsip umum hukum Islam!
4. Jelaskan posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an!
5. Jelaskan perbedaan moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak, dan kaitan
antara semuanya

JAWABAN:
1. Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Al-Quran Surah Al-
Ankabut ayat 45 Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Al-Quran
Surah Al-Ankabut ayat 45 bahwa hukum syariat yang berisi hukum dan
aturan dalam menjalani kehidupan di dunia ini, merupakan panduan yang
menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang ada harus mengikuti
aturan yang ada dalam kitab Al-Quran dan aturan islam.
Contohnya adalah perintah membaca kitab Al-Quran dan perintah untuk
melaksanakan sholat untuk mencegah dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik,
keji, dan mungkar yang dilarang oleh agama karena saat kita sholat berarti kita
mengingat Allah dan diharapkan kita memerhatikan apa yang kita lakukan karena
Allah melihat kita.
Pembahasan Quran surat Al-ankabut ayat 45
‫نُو َع ْن َص ت َاُم َم ْلَع ُيََه لَٱلوُۗ َر ْب َك أِ َهَ لُٱلْر ِك َذ َلوِۗ َر كُنْم َٱلوِ ءَآْش َح ْف ٱلِ َنٰع َى ْه َنَت ٰة َو ََلصٱلََ ِنإَۖ ٰة َو ََلصِٱلِم َق َأوِ َٰب ِتْك َٱلِنمَ ْك َي ل َإىِ حُو أ َآ م‬
‫ُْل تٱ‬
Latin:
Utlu maa ụḥiya ilaika minal-kitaabi wa aqimiṣ-ṣalaah, innaṣ-ṣalaata tan-haa 'anil-
faḥsyaa`i wal- mungkar, walażikrullaahi akbar, wallaahu ya'lamu maa taṣna'ụn
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa
yang kamu kerjakan." (Q.S. Al-Ankabut:45)

2. Wajib (Fardhu)
Wajib atau fardhu merupakan status hukum yang harus dilakukan oleh mereka yang
memenuhi syarat-syarat wajibnya. Syarat wajib yang dimaksud adalah orang yang
sudah mukallaf, yaitu seorang muslim yang sudah dewasa dan berakal sehat. Jika
kita mengerjakan perkara yang wajib, maka akan mendapat pahala. Namun bila
ditinggalkan maka akan mendapat dosa. Beberapa contoh ibadah yang diwajibkan
bagi umat Islam adalah shalat 5 waktu dan puasa Ramadhan. Jika dibagi lagi,
terdapat dua pembagian sifat hukum wajib, yaitu:
Fardhu ‘ain : yaitu hal yang harus dilakukan oleh semua orang muslim yang sudah
memenuhi syarat tanpa terkecuali
Fardhu kifayah : yaitu hal yang harus dilakukan oleh muslim mukallaf, namun jika
sudah ada yang melakukannya, maka tidak menjadi wajib lagi bagi yang lain.
Contohnya adalah shalat jenazah.
2.Sunnah Sunnah atau sunnat adalah perkara yang dianjurkan bagi umat Islam.
Artinya, jika dikerjakan maka akan mendapatkan pahala, namun jika tidak dikerjakan
tidak apa-apa.Sebagai muslim, kita sangat dinajurkan untuk mengerjakan amalan
ibadah sunnah yang jumlahnya sangat banyak sekali agar kita bisa mendapatkan
pahala.
Contoh amalan sunnah yaitu sholat sunnah, puasa Senin Kamis dan lain-lain.
Jika dibagi lagi, terdapat dua pembagian sifat hukum sunnah, yaitu :
Sunnah mu’akad : yaitu perkara amalan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW
Sunnah ghairu mu’akad : yaitu perkara amalan sunnah yang hanya dianjurkan saja
3.Mubah
Mubah artinya adalah boleh. Dalam Islam, mubah merupakan sebuah hukum
dimana seorang muslim boleh mengerjakan suatu perkara, tanpa mendapat pahala
dan dosa. Hal ini lebih condong pada aktivitas dan kegiatan duniawi. Contoh perkara
mubah antara lain adalah makan, minum dan lain-lain.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak dilakukan. Jika dilakukan
tidak berdosa namun jika ditinggalkan akan mendapat pahala. Artinya, makruh
adalah perbuatan yang sebaiknya dihindari meski jika dilakukan tidak mendapat
dosa, namun sebaiknya tidak dilakukan. Contoh perbuatan makruh adalah makan
sambil berdiri atau berkumur saat sedang berpuasa.
5. Haram
Haram adalah suatu hal yang dilarang dan tidak boleh dilakukan oleh umat Islam.
Haram termasuk status hukum dimana sebuah perkara tidak boleh dikerjakan. Jika
dilakukan maka akan mendapat dosa. Sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya
kita menjauhi hal hal dan perbuatan yang haram karena bisa mendekatkan kita
dengan siksa api neraka. Beberapa contoh perbuatan haram adalah perbuatan
maksiat seperti zina, main judi, fitnah, makan dading babi, mencuri dan lain-lain
yang harus kita hindari.

3. 1. Prinsip Tauhid
Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah
bermuara pada mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid,
pelaksanaan suatu hukum akan bermakana sebagai .Allah SWT berfirman,
‫َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِمْن َب ِني آَد َم ِمْن ُظ ُهوِر ِه ْم ُذ ِّر َّي َت ُهْم َو َأْش َه َد ُه ْم َع َلٰى َأْنُفِس ِه ْم َأَلْس ُت ِبَر ِّب ُك ْم ۖ َقاُلوا َب َلٰى ۛ َش ِه ْد َن اۛ َأْن َت ُقوُلوا َي ْو َم اْلِقَياَمِة‬
‫ِإَّن ا ُكَّن ا َع ْن َٰه َذ ا َغ اِفِليَن‬
Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang y2.
Prinsip Keadilan
2. Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan
manusia dari berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi
hubungan antara dirinya sendiri, masyarakat, maupun dengan Allah SWT.
Allah SWT bersabda,
‫َي ا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُن وا ُك وُن وا َق َّو اِميَن ِهَّلِل ُشَه َد اَء ِباْلِقْس ِط ۖ َو اَل َي ْج ِر َم َّنُك ْم َشَن آُن َق ْو ٍم َع َلٰى َأاَّل َت ْع ِد ُلواۚ اْع ِد ُلوا ُه َو َأْق َر ُب ِللَّتْق َو ٰى ۖ َو اَّتُقوا‬
‫َهَّللاۚ ِإَّن َهَّللا َخ ِبيٌر ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن‬
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar
Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk
menjadikan dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai yang
dikehendaki Allah SWT sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Seperti dalam firman Allah SWT,
ۚ ‫ُكْنُت ْم َخ ْي َر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّن اِس َت ْأُمُروَن ِباْلَم ْع ُروِف َو َت ْن َه ْو َن َع ِن اْلُم ْن َك ِر َو ُت ْؤ ِم ُن وَن ِباِهَّللۗ َو َلْو آَمَن َأْه ُل اْلِك َت اِب َلَك اَن َخ ْيًر ا َلُهْم‬
‫ِم ْن ُهُم اْلُمْؤ ِم ُنوَن َو َأْك َث ُرُه ُم اْلَفاِس ُقوَن‬
Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Ilustrasi prinsip umum hukum Islam dalam Al-Quran. Foto: Unsplash/Masjid MABA
4. Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)
Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya,
manusia dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus
bertanggung jawab akan keputusannya.
Allah SWT bersabda,
ۗ‫اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّد يِن ۖ َقْد َت َبَّيَن الُّر ْش ُد ِمَن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َي ْك ُفْر ِبالَّط اُغ وِت َو ُيْؤ ِمْن ِباِهَّلل َفَقِد اْس َت ْم َسَك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْث َقٰى اَل اْن ِفَص اَم َلَه ا‬
‫َو ُهَّللا َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)
5. Prinsip Musawah (Persamaan)
Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik dengan
manusia lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun yang
membedakannya adalah ketakwaan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat,
‫َي ا َأُّيَه ا الَّن اُس ِإَّن ا َخ َلْق َن اُك ْم ِمْن َذ َك ٍر َو ُأْنَث ٰى َو َج َع ْلَن اُك ْم ُشُع وًبا َو َقَب اِئَل ِلَت َع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ِهَّللا َأْت َقاُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
6. Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)
Prisip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya saling
tolong-menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan
lainnya. Dalam melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan
secara jama'i (kolektif) dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam
bidangnya, serta bidang-bidang yang ada keterkaitan dengan permasalhan yang
akan dikaji status hukumnya.
Allah SWT bersabda,
‫َو َت َع اَو ُنوا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْق َو ٰى ۖ َو اَل َت َع اَو ُن وا َع َلى اِإْلْث ِم َو اْلُع ْد َو اِن ۚ َو اَّتُقوا َهَّللاۖ ِإَّن َهَّللا َش ِديُد اْلِع َقاِب‬
Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.
Al-Maidah: 2)
7. Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)
Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah
hukum, karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam
penggalian hukum Islam hendaknya masing-masing berlapang dada menerimanya
sebagai keniscayaan dalam realitas kehidupan yang plural.
Allah SWT berfirman,
‫َو اَل َت ُك وُنوا َك اَّلِذيَن َتَفَّر ُقوا َو اْخ َت َلُفوا ِمْن َب ْع ِد َم ا َج اَء ُه ُم اْلَب ِّي َن اُت ۚ َو ُأوَٰل ِئَك َلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬
Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah
orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)ang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)",” (QS. Al-A’raf: 172)

4. 1. Sebagai Penguat Hukum Alquran


Fungsi sunnah yang pertama adalah sebagai penguat hukum yang ada dalam
Alquran. Tentu ada beberapa cara yang digunakan antara lain dengan menegaskan
kedudukan hukumnya, memerintahkan segi bahasa yang muncul, memperingatkan
amaliyah secara dawam terhadap kewajiban, serta menunjukkan kebencian
terhadap hal yang dilarang dan menerangkan larangan pada syariat Islam.
2. Sebagai Penjelas dan Penjebar
Fungsi yang selanjutnya adalah sebagai penjelas dan penjabar. Maksudnya adalah
sunnah menjadi penjelas dalam bentuk pengikat makna yang sifatnya lepas yang
ada di dalam Alquran, mengkhususkan ketetapan yang dijelaskan dalam Alquran
secara umum, serta menjelaskan tentang mekanisme pelaksanaan dan ketetapan
Alquran.
3. Sebagai Penetap Hukum yang Belum Diatur dalam Alquran
Fungsi sunnah terhadap Alquran yang terakhir adalah sebagai penetap hukum yang
belum diatur dalam Alquran. Dengan kata lain, sunnah menjadi tambahan pada
hukum-hukum yang ada dalam Alquran yang sifatnya masih tersurat.
Oleh karena itulah, sumber hukum Islam yang lain, seperti sunnah akan menjadi
tambahan yang menjelaskan dengan lebih rinci lagi

5. Perbedaan Moral, Susila, Budi Pekerti, Etika, dan Akhlak


Moral:
Moral merujuk pada aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang mengatur perilaku
manusia dalam masyarakat. Moral mencakup nilai-nilai yang dianggap benar atau
salah, baik atau buruk, dan membentuk dasar dari tindakan dan keputusan
seseorang. Moral bersifat subjektif dan dapat berbeda antara individu, budaya, atau
agama.
Susila:
Susila adalah istilah yang digunakan dalam budaya Indonesia untuk merujuk pada
perilaku yang baik, sopan, dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat. Susila mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, kesopanan, dan tanggung
jawab.
Budi Pekerti:
Budi pekerti adalah istilah yang digunakan dalam budaya Indonesia untuk merujuk
pada sikap dan perilaku yang baik, terutama dalam hubungan sosial. Budi pekerti
mencakup nilai-nilai seperti keramahan, kesopanan, dan kebaikan hati.
Etika:
Etika adalah studi tentang apa yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk,
dalam konteks moral. Etika mencakup prinsip-prinsip dan teori-teori yang digunakan
untuk memahami dan mengevaluasi tindakan manusia. Etika berfokus pada
pertimbangan rasional dan refleksi moral.
Akhlak:
Akhlak adalah istilah yang digunakan dalam Islam untuk merujuk pada perilaku yang
baik dan moralitas yang tinggi. Akhlak mencakup nilai-nilai seperti kejujuran,
keadilan, dan kasih sayang. Akhlak juga mencakup aspek spiritual dan hubungan
manusia dengan Tuhan.
Kaitan Antara Semuanya
Semua konsep tersebut berkaitan erat dan saling melengkapi dalam membentuk
perilaku manusia yang baik dan moral. Berikut adalah kaitan antara moral, susila,
budi pekerti, etika, dan akhlak:
Moral, susila, dan budi pekerti adalah konsep yang berkaitan dengan perilaku yang
baik dan sesuai dengan norma-norma sosial dalam masyarakat. Ketiganya
mencakup nilai-nilai yang dianggap penting dalam membentuk karakter dan sikap
yang baik.
Etika adalah studi tentang moral dan memberikan kerangka kerja untuk memahami
dan mengevaluasi tindakan manusia. Etika membantu kita memahami prinsip-prinsip
moral yang mendasari perilaku dan memberikan pedoman dalam mengambil
keputusan moral.
Akhlak adalah konsep yang berkaitan dengan perilaku yang baik dalam konteks
agama, terutama dalam Islam. Akhlak mencakup nilai-nilai moral dan spiritual yang
membentuk karakter dan hubungan manusia dengan Tuhan.
Secara keseluruhan, moral, susila, budi pekerti, etika, dan akhlak adalah konsep-
konsep yang saling terkait dan membantu manusia dalam mengembangkan perilaku
yang baik, moral, dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap penting dalam
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai