TUGAS ke-II
NIM : 050615443
Nama Lengkap : Muhamad Andika
Prodi : Akuntansi
Semester :I
No HP/WA : 085819157228
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ JAKARTA…..
TAHUN 2023
1. Ayat yang dimaksud adalah ayat ke-45 dari Surah Al-'Ankabut dalam Al-Qur'an. Ayat ini berbunyi:َ
نُوَع ْنَص ت َامُ َم ْلَع يَُ لَٱلوۗ ُ َر ْبَك أَِ لٱل ُ ْر ِكَذَلوۗ ِ َر كُنْم َٱلوِٓ ءاَ ْش َح ْفٱل ِ َنع ٰ َىْهَنتَ ٰة َو َللصٱل َ لِنإۖ َ ٰة َو َللصٱلِ ِم َقَأو ِ َٰب ِتْك ٱل َ ِنم َ ْك َيإِل َ ِىحُو أ َام ُ ْلتٱ
"Bacalah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur'an), dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini memberikan pengertian tentang hukum syariat dalam Islam.
Hukum syariat adalah aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah
Nabi Muhammad SAW.
Hukum syariat mencakup segala aspek kehidupan, baik yang berkaitan dengan ibadah maupun
muamalah (hubungan antarmanusia).
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan umat Islam untuk membaca Al-Qur'an dan mendirikan
shalat.
Shalat merupakan salah satu ibadah yang paling penting dalam Islam.Selain itu, Allah
menjelaskan bahwa shalat memiliki manfaat yang besar, yaitu mencegah dari perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar.
Shalat juga merupakan bentuk pengingat kepada Allah yang memiliki keutamaan yang lebih
besar dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya.
Dengan demikian, pengertian hukum syariat me ehnurut isi kandungan ayat ini adalah aturan-
aturan yang ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW,
termasuk kewajiban membaca Al-Qur'an dan mendirikan shalat sebagai bentuk ibadah yang
mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar.
2. 5 Hukum dalam Islam dan contohnya :
1. Wajib
Merupakan suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya akan
mendapat dosa.
Hukum wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk kewajibannya, yakni kewajiban
waktu pelaksanaannya, kewajiban bagi orang melaksanakannya, kewajiban bagi ukuran atau
kadar pelaksanaannya, dan kandungan kewajiban perintahnya.
• Waktu pelaksanaannya :
- Wajib muthlaq, wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya. Seperti, meng-qadha
puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.
- Wajib muaqqad, wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan tidak sah
dilakukan di luar waktu yang ditentukan.
•Orang yang melaksanakannya
- Wajib aini, kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau diwakilkan orang lain.
Misalnya, puasa dan salat.
- Wajib kafa'i atau kifayah, kewajiban bersifat kelompok apabila tidak seorang pun
melakukannya maka berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya maka gugur
kewajibannya. Contohnya, sholat jenazah.
• Ukuran atau kadar pelaksanaannya
- Wajib muhaddad, kewajiban yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan,
contohnya zakat.
- Wajib ghairu muhaddad, kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya, misalnya menafkahi
kerabat.
• Kewajiban perintahnya
- Wajib mu'ayyan, kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan lain. Contohnya,
membayar zakat dan salat lima waktu.
- Wajib mukhayyar, kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa alternatif. Seperti,
kafarat pelanggaran sumpah.
2. Sunah.
Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan dosa bila
ditinggalkan. Pembagian hukum sunnah berdasarkan tuntutan untuk melakukannya di
antaranya,
- Sunah muakkad adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi, di samping ada keterangan
yang menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang fardhu. Contohnya, sholat witir.
- Sunah ghairu mu'akad adalah sunnah yang dilakukan oleh nabi, tetapi tidak tidak dilazimkan
untuk berbuat demikian. Contohnya, sunah 4 rakat sebelum dzuhur dan sebelum ashar.
3. Makruh.
Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama mendefinisikan makruh
sebagai larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan tidak bersifat pasti, lantaran tidak
ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut. Artinya, orang yang meninggalkan
larangan tersebut akan mendapat ganjaran berupa pahala. Sebaliknya, orang tersebut tidak
akan mendapat apa-apa bila tidak meninggalkannya. Para ulama membagi makruh ke dalam dua
bagian, yakni:
- Makruh tahrim adalah sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti. Contohnya larangan
memakai perhiasan emas bagi laki-laki.
- Makruh tanzih adalah sesuatu yang diajurkan oleh syariat untuk meninggalkannya, tetapi
larangan tidak bersifat pasti. Contohnya memakan daging kuda saat sangat butuh waktu perang.
4. Mubah
Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau meninggalkannya.
Bila dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala. Tetapi, tidak pula dilarang
dalam mengerjakannya. Artinya jika sesuatu bersifat mubah, maka tidak ada pahala atau dosa
jika dilakukan. Ulama ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di antaranya:
- Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak. Contohnya, makan,
minum, dan berpakaian
- Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya diharamkan.
Misalnya, makan daging babi saat keadaan darurat.
- Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT memaafkan pelakunya.
Contoh, mengerjakan pekerjaan haram sebelum Islam.
5. Haram. Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya.
Orang yang melanggar mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya dijanjikan
pahala. Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil qathi yang tidak
mengandung keraguan sedikitpun. Sehingga kita tidak mempermudah dalam menetapkan
hukum haram. Ada beberapa jenis haram yang dikelompokkan oleh jumhur ulama, yaitu:
- Al Muharram li dzatihi, sesuatu yang diharamkan oleh syariat karena esensinya mengandung
kemadharatan bagi kehidupan manusia. Contoh makan bangkai, minum khamr, berzina.
- Al Muharram li ghairihi, sesuatu yang dilarang bukan karena kandungannya, tetapi karena
faktor eksternal. Misalnya, jual beli barang secara riba.
Sumber : badilag.mahkamahagung.go.id
4. Sunnah, dalam konteks Islam, merujuk pada ajaran, perilaku, dan contoh-contoh hidup
NabiMuhammad SAW yang dicatat oleh para sahabatnya dan kemudian disusun dalam koleksi
hadis.
Sunnah memiliki posisi yang penting dan krusial dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an,
kitab suci umat Islam. Fungsi-fungsi sunnah terhadap Al-Qur'an meliputi penerangan,
penjelasan, dan implementasi ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Berikut ini
adalah penjelasan lebih rinci mengenai posisi dan fungsi sunnah terhadap Al-Qur'an:
1. Penjelasan dan Tafsir Al-Qur'an. Sunnah memberikan penjelasan dan tafsir yang mendalam
terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Sunnah seringkali memberikan konteks historis dan
kontekstual yang diperlukan untuk memahami makna sebenarnya dari ayat-ayat Al-Qur'an.
Contoh-contoh dari kehidupan Nabi Muhammad SAW sering kali memberikan ilustrasi
langsung tentang bagaimana ajaran-ajaran Al-Qur'an harus diimplementasikan dalam
kehidupan seharihari.
2. Pelengkapan Hukum dan Praktik Keagamaan. Sunnah melengkapi ajaran-ajaran Al-Qur'an
dalam hal hukum dan praktik keagamaan. Banyak aspek hukum Islam dan praktik ibadah
yang tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Al-Qur'an, tetapi diterangkan melalui hadis-
hadis dan contoh-contoh dari kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sunnah memberikan
landasan penting bagi pengembangan fiqih (hukum Islam) dan tata cara ibadah yang diikuti
oleh umat Islam.
3. Model Perilaku dan Etika. Sunnah menawarkan model perilaku dan etika yang dijadikan
teladan bagi umat Muslim. Kehidupan Nabi Muhammad SAW mencerminkan prinsip-prinsip
etika, moralitas, dan akhlak yang merupakan bagian penting dari ajaran Islam. Contoh-
contoh kesabaran, kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan keramahan yang ditunjukkan oleh
Nabi Muhammad SAW memberikan panduan konkret bagi umat Muslim dalam
mengembangkan karakter yang baik dan bertanggung jawab.
4. Pengklarifikasi dan Pembantahan Pemahaman Salah.Sunnah juga berfungsi sebagai alat
untuk mengklarifikasi dan membantah pemahaman yang salah atau keliru terhadap ajaran
Al-Qur'an. Dalam beberapa kasus, terdapat interpretasi atau pemahaman yang salah
terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang dapat diselesaikan melalui referensi kepada sunnah yang
benar. Hal ini membantu dalam menghindari kesalahpahaman dan penyelewengan
terhadap ajaran Islam yang benar.
5. Ketika kita berbicara tentang perilaku manusia dan nilai-nilai yang mengatur interaksi mereka
dengan lingkungan sekitar, seringkali muncul konsep-konsep seperti moral, susila, budi pekerti,
etika, dan akhlak.