Anda di halaman 1dari 4

Nama : Cikal Varian Kashira

NIM : 051604862

1. Ayat ke-45 dari Surah Al-‘Ankabut dalam Al-Qur’an yang berbunyi “Bacalah apa yang
diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an), dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah Yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dengan demikian, isi kandungan ayat ini menekankan pentingnya mempelajari Al Quran,
melaksanakan Shalat, dan mengingat Allah dalam kehidupan sehari-hari. Hukum syariat
dalam konteks ini adalah Mengikuti perintah Allah yang terdapat dalam Al Quran dan
menjalankan ibadah-ibadah yang Ditetapkan-Nya.

2. Hukum islam ada 5 yaitu:

1. Wajib

Merupakan suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya
akan mendapat Dosa. Hukum wajib terbagi menjadi empat jenis berdasarkan bentuk
kewajibannya, yakni kewajiban waktu Pelaksanaannya, kewajiban bagi orang
melaksanakannya, kewajiban bagi ukuran atau kadar Pelaksanaannya, dan kandungan
kewajiban perintahnya.

- Wajib muthlaq, wajib yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya. Seperti, meng-
qadha puasa Ramadan yang tertinggal atau membayar kafarah sumpah.
- Wajib muaqqad, wajib yang pelaksanaannya ditentukan dalam waktu tertentu dan
tidak sah dilakukan di Luar waktu yang ditentukan.Orang yang melaksanakannya
- Wajib aini, kewajiban secara pribadi yang tidak mungkin dilakukan atau diwakilkan
orang lain. Misalnya, Puasa dan salat.
- Wajib kafa’I atau kifayah, kewajiban bersifat kelompok apabila tidak seorang pun
melakukannya maka Berdosa semuanya dan jika beberapa melakukannya maka gugur
kewajibannya. Contohnya, sholat Jenazah.
- Wajib muhaddad, kewajiban yang harus sesuai dengan kadar yang sesuai ketentuan,
contohnya zakat.
- Wajib ghairu muhaddad, kewajiban yang tidak ditentukan kadarnya, misalnya
menafkahi kerabat.
- Wajib mu’ayyan, kewajiban yang telah ditentukan dan tidak ada pilihan lain.
Contohnya, membayar zakat dan salat lima waktu.
- Wajib mukhayyar, kewajiban yang objeknya boleh dipilih antara beberapa alternatif.
Seperti, kafarat pelanggaran sumpah.
3. Sunah

Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan dosa bila
ditinggalkan. Pembagian hukum sunnah berdasarkan tuntutan untuk melakukannya di
antaranya,

Sunah muakkad adalah perbuatan yang selalu dilakukan oleh nabi, di samping ada
keterangan yang Menunjukkan bahwa perbuatan itu bukanlah sesuatu yang fardhu.
Contohnya, sholat witir.

Sunah ghairu mu’akad adalah sunnah yang dilakukan oleh nabi, tetapi tidak tidak dilazimkan
untuk Berbuat demikian. Contohnya, sunah 4 rakat sebelum dzuhur dan sebelum ashar.

4. Makruh

Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama mendefinisikan
makruh sebagai Larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan tidak bersifat pasti,
lantaran tidak ada dalil yang Menunjukkan haramnya perbuatan tersebut. Artinya, orang yang
meninggalkan larangan tersebut akan mendapat ganjaran berupa pahala. Sebaliknya, Orang
tersebut tidak akan mendapat apa-apa bila tidak meninggalkannya.

Para ulama membagi makruh ke dalam dua bagian, yakni:

Makruh tahrim adalah sesuatu yang dilarang oleh syariat secara pasti. Contohnya larangan
memakai Perhiasan emas bagi laki-laki.

Makruh tanzih adalah sesuatu yang diajurkan oleh syariat untuk meninggalkannya, tetapi
larangan tidak Bersifat pasti. Contohnya memakan daging kuda saat sangat butuh waktu
perang.
5. Mubah

Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau


meninggalkannya. Bila Dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala. Tetapi,
tidak pula dilarang dalam Mengerjakannya. Artinya jika sesuatu bersifat mubah, maka tidak
ada pahala atau dosa jika dilakukan. Ulama ushul fiqih membagi mubah dalam tiga jenis, di
antaranya:

- Tidak mengandung mudharat (bahaya) apabila dilakukan atau tidak. Contohnya,


makan, minum, dan Berpakaian

- Tidak ada mudharat bila dilakukan, sementara perbuatan itu pada dasarnya
diharamkan. Misalnya, Makan daging babi saat keadaan darurat.

- Sesuatu yang pada dasarnya bersifat mudharat, tetapi Allah SWT memaafkan
pelakunya. Contoh, Mengerjakan pekerjaan haram sebelum Islam.

6. Haram

Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya. Orang
yang melanggar Mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya dijanjikan pahala.
Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil qathi yang tidak mengandung
keraguan Sedikitpun. Sehingga kita tidak mempermudah dalam menetapkan hukum haram.

3. Dikutip dari buku Ijtihad Maqasidi oleh A. Halil Thahir (2015), 7 macam prinsip-prinsip
hukum Islam yang dijadikan pokok seseorang dalam berpikir, bertindah, dan sebagai berikut.

1. Prinsip Tauhid.
Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah bermuara pada
Mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu hukum akan
Bermakana sebagai ibadah. Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami Lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,” (QS. Al-A’raf: 172)

Anda mungkin juga menyukai