Anda di halaman 1dari 9

MENGKAJI HUKUM SYARA TAKLIFI

Disusun Guna Memunuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Dosen Pengampu : Asep Maulana Rohmat, M.S.

Disusun Oleh :

Mohamad Adi Brata 215211262


Putri Sekar Hapsari 215211271
Putri Velisa Khaira Nabila 215211288

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN RADEN MAS SAID

SURAKARTA

2021
MENGKAJI HUKUM SYARA TAKLIFI

Mohamad Adi Brata 215211262

Putri Sekar Hapsari 215211271

Putri Velisa Khaira Nabila 215211288

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perintah dan larangan merupakan salah satu pokok persoalan penting dalam
ajaran Islam, yang mendapatkan perhatian khusus para ahli ushul fiqh. Ketentuan
tentang perintah dan larangan dalam Islam harus didasarkan pada sumber-sumber
hukum Islam utama, yaitu al-Quran dan as-Sunnah, namun jika tidak ditemukan
dari kedua sumber tersebut diperlukan al-Ijma‟ dan al-Qiyas sebagai ketetapan
hukum.Hal ini disebabkan tidak semua hal dalam al-Quran terdapat dalil-dalil yang
bersifat sangat terang sehinggga tidak dapat di-ta‟wil-kan atau dipahami dalam
pengertian yang lain, namun ada juga yang pengertiannya memerlukan ta‟wil atau
lafazhnya memiliki arti lebih dari satu.

Secara bahasa, hukum memiliki makna menetapkan sesuatu atas sesuatu.


Dan secara istilah hukum adalah
‫خطاب هللا المتعلق بأ فعال المكلفين اقتضاء اوتخييرا او وضعا‬
Artinya: “Firman Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang dewasa, berakal
sehat, bak bersifat tuntutan (mengerjakan atau meninggalkan), memberi pemilihan
atau bersifat wad’I (sebab, syarat, dan penghalang). Sedangkan Hukum syara’
adalah seruan dari As Syari’ yang terkait dengan perbuatan-perbuatan hamba, baik
berupa tuntutan (iqtidha), pemberian pilihan (at-takhyir), atau penetapan (al-
wadh’i).
Hukum taklifi adalah firman Allah yang menuntut manusia untuk
melakukan atau meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat atau
meninggalkan. Hukum Taklifi ada 5 macam yaitu Ijab (wajib); Tahrim (haram);
Nadab (sunah); Krahah (Makruh); Ibahah (Mubah).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hukum taklifi?


2. Bagaimana macam hukum taklifi yang berguna untuk masyarakat?
3. Bagaimana pembagian hukum taklifi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengkaji macam hukum syara taklifi.


2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya hukum
taklifi.
3. Untuk menjelaskan pentingnya hukum taklifi dalam beragama.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat paper ini adalah sebagai berikut

1. Bagi penulis, sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ushul Fiqh sekaligus
wujud pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat.
2. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas
pentingnya hukum taklifi.
3. Sebagai referensi untuk semua pihak yang membutuhkan.
PEMBAHASAN

2. 1 Hukum Syara

Hukum syara yaitu seperangkat peraturan berdasarkan ketentuan Allah


tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini berlaku serta mengikat
untuk semua umat yang beragama Islam.

Macam hukum syara ada dua, yaitu:

1. Hukum Taklifi

‫ أو كفّه عن فعله أو تخييره بين فعل والكف عنه‬،‫ما اقتضى طلب فعل من المكلف‬

“Hukum yang mengandung perintah, larangan, atau memberi pilihan terhadap


seorang mukallaf untuk melakukan sesuatu atau tidak berbuat.”

2. Hukum Wadh’i

‫ أو مانع ا منه‬، ‫ أوش رط ا له‬، ‫ى وضع شي ءسبب ا لشيء‬


‫ما اق تض‬

“Aturan yang mengandung ketentuan bahwa sesuatu merupakan sebab bagi


sesuatu.

2.2 Hukum Taklifi

Hukum taklifi adalah berbentuk tuntutan atau pilihan. Hukum taklifi juga
adalah firman Allah Swt yang menuntut manusia untuk melakukan atau
meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat dan meninggalkan. Hukum
taklifi adalah hukum yang mengandung perintah, larangan, atau memberi pilihan
terhadap seorang mukallaf untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat.

Hukum taklifi langsung berkaitan dengan perbuatan mukallaf,


pelaksanaanya sesuai dengan kemampuan mukallaf. Hukum taklifi dibagi menjadi
lima macam, antara lain :
1. Hukum Taklifi Wajib

‫ وعلى تركه مع الق ْدرة‬،‫ ورتَّب على امتثاله المدح والثَّواب‬،‫شارع فعله على وجه اللُّزوم‬
َّ ‫ما طلب ال‬
‫الذَّم والعقاب‬

Yaitu yang dituntut syari’ untuk melakukan suatu perbuatan dengan tegas
dan kuat, jika dilaksanakan akan menyebabkan pujian dan pahala, dan jika
ditinggalkan dalam keadaan mampu akan menyebabkan celaan dan siksa.

Ada dua unsur wajib yang membedakan dengan hukum taklifi yang lain:
1. Adanya sifat al-luzum(mesti; tegas; pasti) untuk melakukannya, sehingga
hukum perbuatan tersebut tidak bersifat anjuran semata;
2. Adanya janji bagi yang melakukannya sekaligus ancaman dosa bagi yang
meninggalkannya.

Klasifikasi hukum taklifi wajib :


1. Segi waktu pelaksanaan
1. Wajib Muthlaq
Kewajiban yang pelaksanaannya tidak dibatasi dengan waktu tertentu.
2. Wajib Muaqqat
Kewajiban yang pelaksanaannya dibatasi dengan waktu tertentu, dibagi
menjadi:
 Muwassa : Waktu yang tersedia lebih panjang daripada waktu
pelaksanaan kewajiban itu sendiri.
 Mudhayyaq : waktu yang tersedia hanya mencukupi untuk
melaksanalan kewajiban itu.
2. Segi kandungan perintah
 Wajib mu’ayyan : Kewajiban dimana yang menjadi objeknya adalah
tertentu tanpa ada pilihan.
 Wajib mukhayyar : Kewajiban dimana yang menjadi objeknya
boleh dipilih antara beberapa alternatif
Contoh : Shalat fardhu, Puasa ramadhan, dan Zakat.
2. Hukum Taklifi Mandub
Mandub (sunah) adalah yang diperintahkan oleh syari’at namun tidak wajib
dilaksanakan. Mandub dibagi menjadi :
a. Muakkadah : Sunah sangat dianjurkan, dibiasakan oleh Rasullulah dan
jarang ditinggalkan.
b. Ghair Muakkadah : Sunah biasa, sesuatu yang dilakukan Rasul, namun
bukan menjadi kebiasaannya.
c. Zawaid: Sunah mengikuti kebiasaan sehari-hari Rasullulah sebagai
manusia.
Contoh : Shalat Rawatib dan Puasa Senin Kamis.

3. Hukum Taklifi Haram


Muharram (haram), mamnu’ atau mahzhur adalah yang dilarang oleh syari’at dan
harus ditinggalkan. Haram disini dibagi menjadi :
a. Al Muharram Li Dzatihi : Diharamkan karena esensinya mengandung
kemudharatan bagi kehidupan manusia.
b. Al Muharram Li Ghairihi: Dilarang bukan karena esensinya tapi pada kondisi
tertentu dilarang karena ada pertimbangan eksternal.
Contoh : Larangan Berjudi, Minum-minuman keras, dan Zina.

4. Hukum Taklifi Mubah


Mubah, halal atau jaiz adalah apa saja yang tidak diperintah atau tidak dilarang
karena dzatnya. Taklifi mubah dibagi menjadi :
a. Mubah yang berfungsi untuk mengantarkan seseorang kepada sesuatu hal
yg wajib dilakukan. Misal makanan dikatakan mubah karena mampu
menggerakan orang untuk sholat.
b. Sesuatu dianggap mubah hukumnya jika dilakukan sekali – sekali , tetapi
haram hukumnya jika dilakukan setiap waktu.
c. Sesuatu yg mubah yg berfungsi sebagai sarana mencapai sesuatu yg mubah.

Contoh : Minum susu, Tidur di Kasur.


5. Hukum Taklifi Makruh
Makruh adalah apa yang dilarang oleh syari’at namun tidak harus
meninggalkannya. Makruh dibagi menjadi :
a. Makruh Tahrim, yaitu tuntutan meninggalkan suatu perbuatan secara pasti
tetapi dalil yang menunjukkannya bersifat zhanni. Makruh tahrim ini kebalikan
dari wajib sekaligus juga kebalikan arti fardhu dikalangan jumhur ulama.
b. Makruh Tanzih, yaitu pengertian makruh menurut istilah jumhur ulama.
Makruh tanzih ini kebalikan dari hukum mandub. Orang yang melanggar
larangan makruh tahrim diancam dengan dosa, sedangkan orang yang
melanggar larangan makruh tanzih tidak mendapat ancaman dosa.

Contoh : Makan makanan yang beraroma tidak sedap


PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hukum taklifi adalah hukum yang mengandung perintah dan larangan,atau


memberi pilihan terhadap seorang mukalaf.

Pembagian Hukum taklifi

1) Wajib
1. Dilihat dari segi orang yang dibebani kewajiban,yaitu wajib Aini dan wajib
Al-kifa'I
2. Dilihat dari segi kandungan perintah,yaitu wajib Mu’ayyan dan wajib
Mukhayyar
3. Dilihat dari segi pelaksanaanya,yaitu wajib Mutlaq dan wajib Muaqqat
2) Mandub
1. Sunnah Muakkadah (Sunah yang sangat dianjurkan)
2. Sunnah Ghair al-Muakkadah (Sunnah biasa)
3. Sunnah al-Zawaid (Mengikuti kebiasaan sehari-hari Rasulullah)
3) Haram
1. Haram li dzatihi
2. Haram li ghairihi
4) Makruh
1. Makruhtanzih
2. Makruhtahrim
5) Mubah

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan paper
ini,baik secara isi maupun penulisan.Oleh karena itu,kami menerima semua saran
dan masukan Anda.Kami berterima kasih atas saran dan tanggapan kami sebagai
penyaji,dan berharap isi paper ini dapat kami manfaatkan dan terapkan dalam
kehidupan sehari-hari,selama tidak bertentangan dengan agama kami yaitu Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Amsori. (2017). AL-AHKAM AL-KHAMS SEBAGAI KLASIFIKASI DAN.


Volume 3, Nomor 1,, 51.
Dr. Misbahuddin, S. (2013). USHUL FIQH I. Makassar: Alauddin University
Press.
Hukum-hukum Taklifi dan Beberapa Contohnya. (2021, September 15 ).
Retrieved from islamqa.info:
https://islamqa.info/id/answers/180341/hukum-hukum-taklifi-dan-
beberapa-contohnya
RANA, M. (n.d.). HUKUM SYARA'. Retrieved from sc.syekhnurjati.ac.id:
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan
_11BX0021020.pdf
Students, U. C. (2021, MARET 26). Ushul Fiqh I 4A. Retrieved from
onlinelearning.uhamka.ac.id:
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/forum/view.php?id=1275
12

Anda mungkin juga menyukai