Disusun Oleh :
SURAKARTA
2021
MENGKAJI HUKUM SYARA TAKLIFI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perintah dan larangan merupakan salah satu pokok persoalan penting dalam
ajaran Islam, yang mendapatkan perhatian khusus para ahli ushul fiqh. Ketentuan
tentang perintah dan larangan dalam Islam harus didasarkan pada sumber-sumber
hukum Islam utama, yaitu al-Quran dan as-Sunnah, namun jika tidak ditemukan
dari kedua sumber tersebut diperlukan al-Ijma‟ dan al-Qiyas sebagai ketetapan
hukum.Hal ini disebabkan tidak semua hal dalam al-Quran terdapat dalil-dalil yang
bersifat sangat terang sehinggga tidak dapat di-ta‟wil-kan atau dipahami dalam
pengertian yang lain, namun ada juga yang pengertiannya memerlukan ta‟wil atau
lafazhnya memiliki arti lebih dari satu.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis, sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Ushul Fiqh sekaligus
wujud pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat.
2. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas
pentingnya hukum taklifi.
3. Sebagai referensi untuk semua pihak yang membutuhkan.
PEMBAHASAN
2. 1 Hukum Syara
1. Hukum Taklifi
أو كفّه عن فعله أو تخييره بين فعل والكف عنه،ما اقتضى طلب فعل من المكلف
2. Hukum Wadh’i
Hukum taklifi adalah berbentuk tuntutan atau pilihan. Hukum taklifi juga
adalah firman Allah Swt yang menuntut manusia untuk melakukan atau
meninggalkan sesuatu atau memilih antara berbuat dan meninggalkan. Hukum
taklifi adalah hukum yang mengandung perintah, larangan, atau memberi pilihan
terhadap seorang mukallaf untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat.
وعلى تركه مع الق ْدرة، ورتَّب على امتثاله المدح والثَّواب،شارع فعله على وجه اللُّزوم
َّ ما طلب ال
الذَّم والعقاب
Yaitu yang dituntut syari’ untuk melakukan suatu perbuatan dengan tegas
dan kuat, jika dilaksanakan akan menyebabkan pujian dan pahala, dan jika
ditinggalkan dalam keadaan mampu akan menyebabkan celaan dan siksa.
Ada dua unsur wajib yang membedakan dengan hukum taklifi yang lain:
1. Adanya sifat al-luzum(mesti; tegas; pasti) untuk melakukannya, sehingga
hukum perbuatan tersebut tidak bersifat anjuran semata;
2. Adanya janji bagi yang melakukannya sekaligus ancaman dosa bagi yang
meninggalkannya.
3.1 Kesimpulan
1) Wajib
1. Dilihat dari segi orang yang dibebani kewajiban,yaitu wajib Aini dan wajib
Al-kifa'I
2. Dilihat dari segi kandungan perintah,yaitu wajib Mu’ayyan dan wajib
Mukhayyar
3. Dilihat dari segi pelaksanaanya,yaitu wajib Mutlaq dan wajib Muaqqat
2) Mandub
1. Sunnah Muakkadah (Sunah yang sangat dianjurkan)
2. Sunnah Ghair al-Muakkadah (Sunnah biasa)
3. Sunnah al-Zawaid (Mengikuti kebiasaan sehari-hari Rasulullah)
3) Haram
1. Haram li dzatihi
2. Haram li ghairihi
4) Makruh
1. Makruhtanzih
2. Makruhtahrim
5) Mubah
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan paper
ini,baik secara isi maupun penulisan.Oleh karena itu,kami menerima semua saran
dan masukan Anda.Kami berterima kasih atas saran dan tanggapan kami sebagai
penyaji,dan berharap isi paper ini dapat kami manfaatkan dan terapkan dalam
kehidupan sehari-hari,selama tidak bertentangan dengan agama kami yaitu Islam.
DAFTAR PUSTAKA