Oleh:
2 HKI C
FAKULTAS SYARIAH
2022
HUKUM TAKLIFI DAN PEMBAGIANNYA
A. Pendahuluan
pada yang lain”. Seperti menetapkan haram pada khamar, atau halal pada air susu.
Sedangkan istilah para ulama ushul, sebagaimana diungkapkan Abu Azhar adalah
“titah (khitab) syari’ yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf, baik berupa
terbagi dua, yaitu tuntutan untuk dikerjakan dan tuntutan untuk ditinggalkan.
Masing-masing dari dua tuntutan ini ada yang mengikat dan ada pula yang tidak
hukum mubah.
1
2
B. Pembahasan
merupakan tujuan pokok mempelajari ilmu fiqh dan ushul fiqh. Target kedua
disiplin ilmu ini memang untuk mengetahui hukum syara’ yang berhubungan
dengan perbuatan orang mukallaf, meskipun dengan tinjauan yang berbeda. Ilmu
ushul fiqh meninjau hukum syara’ dari aspek proses metodologis dan sumber-
sumbernya, sementara ilmu fiqh meninjau dari segi produk penggalian hukum
syara’, yakni ketetapan Allah swt. yang berhubungan dengan perbuatan orang-
orang mukallaf, baik berupa iqtidha’ (tuntutan, perintah dan larangan), takhyir
konteks ini adalah ketentuan yang diberikan oleh Allah swt. terhadap hukum yang
berhubungan dengan orang mukallaf. Seperti hukum haram, makruh, wajib, sunah,
mubah, sah, batal, syarat, sebab, halangan (mani') dan ungkapan lain yang
Ketentuan syar’i terhadap para mukallaf itu ada tiga bentuk yaitu tuntutan,
pilihan dan wadh’i. Ketentuan yang dinyatakan dalam bentuk tuntutan disebut
1
Moh. Baharuddin, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandar Lampung: AURA CV. Anugrah Utama Raharja), 2019,
Hal.77
3
hukum taklifi, yang dalam bentuk pilihan disebut takhyiri, sedangkan yang
beban. Secara istilah, hukum taklifi adalah hukum yang menghendaki mukalaf
Dari segi yang dituntut, taklifi terbagi menjadi dua, yaitu; tuntutan untuk
hukum tentang perintah shalat yang menunjukan hukum wajib untuk dikerjakan,
2
Shidu Irwansyah, Perbuatan dan Pertanggungjawaban Hukum Dalam Bingkai Ushul Fiqih, Jurnal
Peradaban dan Hukum Islam, Vol.1 No. 1 (Maret, 2018), Hal.90
3
Imam al-Juwaini, Al-Burhan fi Ushul al-Fiqh, (Beirut: Dar al-Fikr al-‘Ilmiyah), Hal. 106
4
Riza Pachrudin, Analisis Hukum Taklifi dan Pembagagiannya dalam Ushul Fiqh, jurnal stima, Vol
2 No 2, 2021
4
hukum Allah.
5. Ibahah adalah salah satu perbuatan yang mengandung dan bersifat suatu
jumhur ulama. Itulah yang disebut “hukum yang lima” atau al-ahkam
al-khamsah.6
1) Wajib
yang diberi pahala jika mengerjakannya dan di beri siksa (‘iqab) apabila
yang diwajibkan mesti dilakukan dalam arti mengikat setiap mukalaf. Jika
dikerjakan akan diberi balasan pahala, dan jika tidak dilaksanakan diancam
5
Moh. Baharuddin, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandar Lampung: AURA CV. Anugrah Utama Raharja), 2019,
Hal.80-83
6
Amsori, Al-Ahkam Al-Khams sebagai Klasifikasi dan Kerangka Nalar Normatif Hukum Islam: Teori
dan Perbandingan, Pakuan law review, Vol. 3 no. 3, 2017, Hal.45
7
Suwarjin, Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Teras), 2012, Hal.28-37
5
dari bentuk perintah, atau dengan adanya qorinah (indikasi) yang ada dalam
suatu redaksi, misalnya adanya ancaman atas diri orang yang tidak
semalam.
a. Dilihat dari segi tertentu atau tidak tertentunya perbuatan yang dituntut,
• Wajib mukhayyar, yaitu yang boleh dipilih salah satu dari beberapa
budak.
wajib itu dtentukan waktunya, seperti shalat lima waktu dan puasa
Ramadhan.
• Wajib muwassa’, waktu yang tersedia lebih banyak dari waktu yang
c. Dilihat dari segi siapa saja yang harus memperbuatnya, wajib terbagi
d. Dilihat dari segi kadar (kuantitas) nya, wajib itu terbagi kepada dua:
2) Haram
karena zatnya. Haram seperti ini pada pokoknya adalah haram yang
atau haram karena faktor lain yang datang kemudian. Haram ini
3) Mandub
pahala, tetapi bila tidak dilakukan tidak akan dikenakan siksa, dosa (‘iqab).8
8
Rusyada Basri, Ushul Fiqih 1, (IAIN PAREPARE NUSANTARA PRESS), Hal. 27
9
4) Makruh
memakan makanan yang menimbulkan bau yang tidak sedap dan lain
sebagainnya.
b. Makruh Tahrim, yaitu sesuatu yang dilarang oleh syariat, tetapi dalil
9
Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Penerbit KENCANA), 2017, Hal. 54
10
5) Mubah
diizinkan”.10 Mubah berasal dari fi’il madhi lafadz “ibah”, dengan arti
atau meninggalkan.11
halal mana yang akan dimakan dan minumnan halal mana yang akan
10
Misbahuddin, Ushul Fiqh 1, (Makasar: Alauddin University Press), 2013, Hal. 45
11
Sahlul Fuad, Ahkam Al- Khams dalam Dinamika Pemikiran Hukum Islam dan Perubahan Sosial,
Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, Vol. 4 No. 1, 2020, Hal. 24.
11
KESIMPULAN
atau meninggalkan.
mengerjakan sesuatu dengan larangan yang pasti atau sesuatu yang apabila
dengan larangan yang tidak pasti. Kelima, Mubah adalah perintah Allah
DAFTAR PUSTAKA
Vol. 3 no. 3.
Moh. Baharuddin, 2019, Ilmu Ushul Fiqih, (Bandar Lampung: AURA CV.
Riza Pachrudin, 2021, Analisis Hukum Taklifi dan Pembagagiannya dalam Ushul
Sahlul Fuad, 2020, Ahkam Al- Khams dalam Dinamika Pemikiran Hukum Islam
Vol. 4 No. 1.
Bingkai Ushul Fiqih, Jurnal Peradaban dan Hukum Islam, Vol.1 No. 1.