1. Ijab (mewajibkan), yaitu ayat atau hadits dalam bentuk perintah yang
mengharuskan untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya, ayat yang
mengharuskan untuk shalat. Atau dengan perkataan lain, Ijab adalah sesuatu yang
berahala jika dilaksanakan dan berdosa jika ditinggalkan.
2. Nadb (Sunnah), yaitu tuntutan untuk melaksanakan suatu perbuatan yang tidak
bersifat memaksa, melainkan sebagai anjuran, sehingga seseorang tidak dilarang
untuk meninggalkannya. Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untik waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya. (Al-Baqarah: 282).
3. Tahrim (melarang), yaitu ayat atau hadits yang melarang secara pasti untuk tidak
melakukan suatu perbuatan. Atau dengan kata lain, Tahrim adalah antonim dari
wajib. Dikerjakan mendapat siksa/ berdosa sedangkan ditinggalkan mendapat
pahala.
4. Karahah, yaitu ayat atau hadits yang menganjurkan untuk meningalkan suatu
perbuatan. Atau dengan kata lain, Karahah adalah antonim dari Nadb.
5. Ibahah, yaitu ayat atau hadits yang memberi pilihan seseorang untuk melakukan
atau meninggalkan suatu perbuatan. Atau dengan kata lain, dikerjakan tidak
mendapat apa-apa sedangkan ditinggalkan juga tidak mendapat apa-apa --disisi
Allah
waktu yang tersedia persis sama dengan waktu mengerjakan kewajiban itu, seperti
puasa bulan Ramadhan.
Wajib Dzu Asy-Syibhaini, yaitu kewajiban yang mempunyai waktu yang lapang,
tetapi tidak bisa digunakan untuk melakukan amalan sejenis secara berulang-ulang.
Misalnya, waktu haji itu cukup lapang dan seseorang bisa melaksankan beberapa
amalan haji pada waktu itu berkali-kali, tetapi yang diperhitungkan syara hanya
satu saja. Akan tetapi ulama syafiiyyah berpendapat bahwa untuk ibadah haji,
termasuk dalam wajib muthlaq, karena seseorang boleh melaksanakannya
kapanpun ia mau selama hidupnya. Juga dalam pembahasan wajib Muwaqqat,
ulama syafiiyyah mengemukakan tentang persoalan Ada, Iadah dan Qadha .
da A menurut Ibnu Hajib adalah melaksanakan suatu amalan untuk pertama kalinya pada
waktu yang diitentukan syara. Iadah adalah suautu amalan yang diekrjakan untuk kedua
kalinya untuk waktu yang telah ditentukan, karena amalan yang dikerjakan pertama kali
tidak sah atau mengandung uzur. Qadha, adalah suatu amalan yang dikerjakan dluar
waktu yang telah ditentukan dan sifatnya sebagai pengganti. Seperti puasa ramadhan tidak
bisa dikerjakan oleh wanita yang haid pada bulan ramadha itu, tetapi harus menggantinya
pada waktu lainnya.
Chaerul Uman, dkk menjelaskan pembagian wajib dari segi waktunya menjadi dua, yaitu:
wajib alal faur dan wajib alat tarakhi. Wajib Alal Faur adalah apabila telah tercapai semua
syarat, wajib segera dilaksanakan tanpa menunda. Seperti, melaksanakan zakat wajib
segera dikueluarkan apabila haul dan nisab sudah terpenuhi. Sedangkan wajib Alat
Tarakhi adalah pelaksanaan kewajiabn itu masih dapat ditunda selama syarat wajibnya
tidak akan hilang dari diri orang yang diwajibkan untuk melakukan perbuatan itu. Seperti
haji.
Wajib dilihat dari segi orang yang dibebani kewajiban hukum, dibagi menjadi dua, yaitu :
Wajib Aini, yaitu kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang yang sudah
baligh berakal (mukallaf), tanpa kecuali. Misalnya, shalat fardhu lima waktu.
Kaitannya dengan wajib Ain, muncul suatu pertanyaan di waktu tidak mampu
melaksanakan sendiri atau telah meninggal dunia, apakah bisa gugur kewajiban itu
dengan dilaksanakan orang lain?. Ulama ushul fiqh membagi hal itu menjadi tiga
kategori.
Pertama, yang berhubungan dengan harta, seperti kewajiban membayar zakat atau
kewajiban mengembalikan titipan orang lain kepada pemiliknya. Kewajiban seperti
ini disepakati pelaksanaanya bisa digantikan orang lain; Kedua, kewajiban dalam
bentuk ibadah Mahdhah, seperti Shalat dan Puasa. Kewajiban seperti ini, disepakati
tidak bisa digantikan oleh orang lain.; dan Ketiga, kewajiban yang mempnyai dua
dimensi, yaitu dimensi ibadah fisik dan dimensi harta. Dalam hal ini ulama
berbeda pendapat. Ada yang berpendapat tidak sah digantikan orang lain, dan yang
lainnya yaitu mayoritas ulama berpendapat Haji sah digantikan orang lain .
Wajib kifayah yaitu perbuatan yang dapat dilaksanakan secara kolektif.
Ditinjau dari segi kuantitasnya
Wajib Muhaddad yaitu kewajiban yang ditentukkan batas kadarnya (jumlahnya).
Wajib qhairu muhaddad yaitu kewajiban yang tidak ditentukkan batas kadarnya.
Ditinjau dari segi kandungan perintah
Wajib muayyan yaitu suatu kewajiban yang objeknya adalah tertentu tanpa ada
pilihan lain. Seperti membayar zakat.
Wajib mukhayyar yaitu kewajiban yang objeknya dapat dipilih dari alternative yang
ada. Seperti, membayar kafarat, boleh dengan member makan sepuluh orang
miskin, atau memberi pakaian, atau memerdekakan budak.
lama mengenal agama. Nenek moyang mereka pada mulanya memeluk agama Nabi
Ibrahim. Akan tetapi, akhirnya ajaran itu pudar. Untuk menampilkan keberadaan Tuhan
mereka membuat patung berhala dari batu, yang menurut perasaan mereka patung itu dapat
dijadikan sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. Kebudayaan mereka yang paling
menonjol adalahbidang sastra bahasa Arab, khususnya syair Arab. Perekonomian
penduduk negeri Mekah umumnya baik karena mereka menguasai jalur darat di seluruh
Jazirah Arab.
B.
istiadat, akhlak dan peraturan-peraturan hidup. Ketika agama Islam datang, agama baru ini
pun membawa pembaruan di bidang akhlak, hukum, dan peraturan-peraturan tentang
hidup. Dengan demikian, bertemulah agama Islam dengan agama-agama jahiliah atau
peraturan-peraturan Islam dengan peraturan-peraturan bangsa Arab sebelum Islam.
Kemudian, kedua paham dan kepercayaan itu saling berbenturan dan bertarung dalam
waktu yang lama.
Faktor alam merupakan satu hal yang dapat mempengaruhi kehidupan beragama
pada suatu bangsa. Hal itu dapat dibuktikan oleh penyelidik-penyelidik ilmiah yang
menunjukkan bahwa Jazirah Arab dahulunya subur dan rnakmur. Karena faktor alam itu
pula boleh jadi rasa keagamaan telah timbul pada bangsa Arab semenjak lama. Semangat
keagamaan yang amat kuat pada bangsa Arab itulah yang menjadi dorongan mereka untuk
melawan dan memerangi agama Islam di saat Islam datang. Mereka memerangi agama
Islam karena mereka amat kuat berpegang dengan agama mereka yang lama yaitu
kepercayaan yang telah mendarah daging pada jiwa mereka. Andaikata mereka acuh tak
acuh dengan agama, tentu mereka membiarkan agama Islam berkembang, tetapi
kenyataannya tidak demikian. Agama Islam mereka perangi mati-matian sampai mereka
kalah.
Sampai saat ini pun bangsa Arab, baik dia seorang ulama atau tidak, terhadap
agamanya mereka sangat bersemangat. Agama itu disiarkan serta dibela dengan sekuat
tenaganya. Semangat beragama mereka umumnya bersifat kulitnya saja. Adapun ibadah
dan praktik-praktik keagamaan jeering ditinggalkan oleh Arab Badui. Watak mereka yang
amat mencintai hidup bebas dari keterikatan menjadi sebab mereka Kingin bebas dari
aturan agama. Mereka sudah lama merasa bosan dan kesal terhadap agamanya karena
ternak. Bahkan pernah pada suatu ketika mereka mempersembahkan manusia sebagai
korban kepada dewa-dewa dan Tuhan mereka. Kepadal berhala-berhala itu, mereka
mengadukan nasibnya, persoalan, atau problem hidupnya serta] meminta pendapat atau
memohon restunya jika akan mengerjakan sesuatu yang penting.
C.
berkembang di Jazirah Arab sebelum Islam datang. Bangsa Arab termasuk bangsa yang
memilikij rasa seni yang tinggi. Salah satu buktinya ialah bahwa seni bahasa Arab (syair)
merupakan suatul seni yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa
tersebut. Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyair-penyair untuk
mendengarkan syair-syairnya. Ada bebe-rapa pasar tempat penyair-penyair berkumpul
yaitu pasar Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz. Di; pasar-pasar itulah penyair-penyair
memperdengarkan syairnya yang sudah disiapkan untuk itu.
Seorang penyair mempunyai kedudukan yang amat tinggi dalam masyarakat Arab.
Bila pada suatu suku/kabilah muncul seorang penyair, maka berdatanganlah utusan dari
kabilahJ kabilah lain untuk mengucapkan selamat kepada kabilah itu. Untuk itu, kabilah
tersebul mengadakan perhelatan-perhelatan dan jamuan besar-besaran dengan
menyembelih binatar ternak. Untuk upacara ini, wanita-wanita cantik dari kabilah tersebut
keluar untuk menari, menyanyi, dan bermain menghibur para tamu. Upacara yang
diadakan adalah untuk menghormati sang penyair. Dengan demikian penyair dianggap
mampu menegakkan martabat suku atau kabilahnya. Salah satu dari pengaruh syair pada
bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat meninggikan derajat orang yang tadinya hina, atau
sebaliknya, dapat menghinakan orang yang tadinya mulia. Bilamana penyair memuji orang
yang tadinya hina, maka dengan mendadak orang hina itu menjadi mulia, demikian pula
sebaliknya. Jika penyair mencelal seseorang yang tadinya mulia, orang tersebut mendadak
menjadi orang yang hina. Sebagai contoh, ada seorang yang bernama Abdul Uzza ibnu
Amir. Dia adalah seorang yang mulanya hidupnya melarat. Putri-putrinya banyak, akan
tetapi tidak ada pemuda-pemuda yang mau memperistrikan mereka. Kemudian dipuji-puji
oleh Al Asya seorang penyair ulung. Syair yangl berisi pujian itu tersiar ke mana-mana.
Dengari demikian, menjadi masyhurlah Abdul Uzza itu, dan akhirnya kehidupannya
menjadi baik, dan berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-putrinya.
Mereka mengadakan perlombaan bersyair dan syair-syair yang terbagus biasanya
mereka gantungkan di dinding Kakbah tidak jauh dari patung-patung pujaan mereka agar
dinikmati banyak orang, Jika syairnya itu telah digantungkan di dinding Kakbah, sudah
pasti suku/kabilah tersebut naik pula martabat dan kemuliaannya. Dengan demikian, potret
seluruh kebudayaan bangsa Arab telah tertuang dan tergambar di dalam karya syair-syair
mereka.
D.
Kondisi bangsa Arab sebelum Islam dalam Aspek: Sosial Budaya, Agama, dan
Ekonomi
a)
Yaman yang terkenal subur. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu menjalani
hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka tidak betah tinggal
menetap di suatu tempat. Mereka tidak mengenal hidup cara lain selain pengembaraan itu.
Seperti juga di tempat-tempat lain, di sini pun [Tihama, Hijaz, Najd, dan sepanjang dataran
luas yang meliputi negeri-negeri Arab] dasar hidup pengembaraan itu ialah kabilah.
Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan pengembara itu tidak mengenal suatu peraturan
atau tata-cara seperti yang kita kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi,
kebebasan keluarga, dan kebebasan kabilah yang penuh.
Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya. Ciriciri ini merupakan fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila
sesama kabilah mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar
kabilah. Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan
yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala itu.
Rumah-rumah Quraysh sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat dengan Kabah
lalu di belakang mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang agak kurang penting
kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi, sampai kepada tempat-tempat
tinggal kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan. Semua itu bukan berarti mereka
tidak mempunyai kebudayaan sama-sekali.
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di antara
kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian. Pengertian yang tepat
untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan dan kemunduran, tetapi masa yang tidak
mengenal agama tauhid yang menyebabkan minimnya moralitas.
b)
agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk ada di sekitar
Kabah. Agama pagan sudah ada sejak masa sebelum Ibrahim. Setidaknya ada empat
sebutan bagi berhala-hala itu: anam, wathan, nuub, dan ubal. Orang-orang dari semua
penjuru jazirah datang berziarah ke tempat itu. Beberapa kabilah melakukan cara-cara
Yaman yang terkenal subur dan bahwa ia terletak di daerah strategis sebagai lalu lintas
perdagangan. Ia terletak di tengah-tengah dunia dan jalur-jalur perdagangan dunia,
terutama jalur-jalur yang menghubungkan Timur Jauh dan India dengan Timur Tengah
melalui jalur darat yaitu dengan jalur melalui Asia Tengah ke Iran, Irak lalu ke laut tengah,
sedangkan melalui jalur laut yaitu dengan jalur Melayu dan sekitar India ke teluk Arab atau
sekitar Jazirah ke laut merah atau Yaman yang berakhir di Syam atau Mesir. Oleh karena
itu, perdagangan merupakan andalan bagi kehidupan perekonomian bagi mayoritas negaranegara di daerah-daerah ini.
Perekonomian orang Arab pra-Islam yang sangat bergantung pada perdagangan
daripada peternakan apalagi pertanian. Mereka dikenal sebagai pengembara dan pedagang
tangguh. Mereka juga sudah mengetahui jalan-jalan yang bisa dilalui untuk bepergian jauh
ke negeri-negeri tetangga.