Anda di halaman 1dari 6

AMAR DAN NAHI

MAKALAH
Diajukan Memenuhi Tugas Mata Kuliah Study Usul Al-Fiqhiyah dan Qawaid al-Fiqhiyah
Program Studi Magister Hukum Keluarga Islam

Dosen Pembimbing
JAMALUDDIN, M.A,Dr.

Disusun Oleh :
MUHAMMAD
NIM : 502201001

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2018
PENGERTIAN AMAR, LAFAZ DAN PEMAKNAANNYA (MENURUT) DILALAH
1. Pengertian Amar
Amar dalam konteks Khusus (Khas) berarti suatu tuntutan perbuatan dari pihak yang lebih
tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah kedudukannya. (Abdul Karim Zindan, al-
Wajiz fi Ushuli al-Fiqh, (Bairut, Dar al-Fikr, tt), h. 292.
Berkenaan dengan Amar, Imam al-Ghazali memberikan pengertian sebagai berikut:

ِ ‫ور ِب ِف أع ِل أال َمأ أ ُم‬


‫ور ِب ِه‬ ِ ‫عةَ أال َمأ أ ُم‬ ِ َ ‫أاْل َ أم ِر أَنَّهُ أالقَ أو ُل أال ُم أقت‬
َ ‫ضي‬
َ ‫طا‬
Al-Amr itu ialah ucapan atau tuntutan (Yang Secara Subtansial) agar mematuhi perintah
dengan mewujudkan apa yang menjadi tuntutannya dalam perbuatan
2. Lafaz Amar
Lafaz Amar terdiri dari beberapa kata antara lain :
a. Lafaz fi’il amar yang ma’ruf dengan Lafaz ‫;إفعل‬
b. Lafaz Fi’il Mudhari’ yang disertai lam amr (huruf lam yang mengandung perintah);
c. Lafaz Perintah yang memakai redaksi pemberitaan (Jumlah Khabariyah), tetapi yang
dimaksud adalah perintah
 Konteks perintah (Amar) bukan hanya wajib tetapi mengandung makna yang banyak
disamping perintah (Amar) itu sendiri antara lain ;
1. Nadab : Anjuran sunah 7. Doa Permohonan
2. Ibahah : Boleh dikerjakan dan boleh ditinggal 8. Imtinan
3. Tahdid : Mengancam atau menghardik 9. Ikram: Memulyakan
4. Irsyad : Membimbing atau memberi petunjuk. 10. Ihanah: Menghina
5. Ta’dib : Menunjukan adab 11. Taskhir: Menghina atau merendahkan derajat
6. Ta’jiz : Menunjukan kelemahan lawan
3. Amr Sesudah Nahy
Terjadi perbedaan pendapat ulama dalam masalah Amr
a. Ulama Mazhab Imam Hambali yang merupakan pendapat Imam Malik Beserta murid
beliau Dan Zahir pendapat Imam Syafi’i menyebutkan bahwa Amar setelah adanya
larangan menunjukan perintah kepada Ibahah (Kebolehan), karna mereka mengambil
Dalam banyak Nash
b. Sebagian Ulama Mazhab Hambali menyebutkan bahwa perintah (Amar) sesudah adanya
keharaman dapat mengilangkan keharaman, maka perintah tersebut dikembalikan
kepada asal mulanya, jika perintah itu untuk ibahah maka hukumnya Ibahah, jika
perintah itu berbentuk Sunnat maka hukumnya Sunnat, dan jika perintah itu
menunjukan kepada Wajib maka dikembalikan hukumnya Wajib
c. Kebanyakan ulama Mazhab Imam Hanafi dan Ulama yang lain menyatakan bahwa
perintah (Amr) setelah adanya keharaman dan larangan berfaedah kepada wajib sama
halnya datangnya perintah sebelum datangnya haram

4. Dilalah Dan Kaidah-kaidah dalam Amar


a. Amr Menurut Qarinah
Suatu perintah selalu menunjukkan pada hukum wajib kecuali ada indikasi atau dalil
yang memalingkannya dari hukum tersebut
b. Amar dan Pengulangan Tuntutan.
- Kelompok pertama mengatakan bahwa tidak perlu pengulangan
- Kelompok kedua mengatakan bahwa amr menghendaki pengulangan
c. Amar dan Waktu Pelaksanaannya
Wahbah Suhaili dalam kitabnya, Ada tiga kelompok Ulama mazhab berselisih pendapat
dalam penetapan Dilalah Amr harus segera atau diundurkan
d. Syarat-Syarat Amar (perintah) adalah
a. Harus berupa ucapan perintah (Amar) seperti kata uf’ul (kerjakanlah).
b. Harus berbentuk kata permintaan.
c. Tidak ada tanda-tanda (Qarinah) yang menunjukkan permintaan itu berstatus tidak
mewajibkan atau mengharuskan.
d. Datangnya permintaan itu harus dari atasan, sebab jika dari bawahan namanya do’a

NAHI DAN BENTUK-BENTUK NAHI


a. Pengertian Nahy
Mayoritas ulama ushul fiqih mendefinisikan nahy sebagai: Larangan melakukan suatu
perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah
tingkatannya dengan kalimat yang menunjukkan atas hal itu.
b. Lafaz Nahy
Lafaz larangan yang sangat jelas kepada larangan yaitu ‫تفعل‬ ‫ال‬
c. Dalalah Dan Tuntutan Nahy
Para ulama’ ushul sepakat bahwa dalalah nahy adalah untuk menuntut meninggalkan sesuatu,
tidak bisa beralih makna, kecuali ada qarinah
d. Perbedaan Pendapat Ulama
1. Hukum asal nahy menunjukkan haram selama tidak ada qarinah atau indikasi yang
menunjukkan untuk hukum lain ;
2. Nahy menghendaki perbuatan yang dilarang segera dan berkesinambungan ditinggalkan
3. Dan pendapat yang paling rajih (kuat) adalah pendapat ke dua, Karena sebuah larangan
menuntut adanya penyegeraan dan pengulangan
e. Kaidah kaidah Nahi
a. Kaidah pertama, ‫ االصل في النهى للتحريم‬, Artinya, pada dasarnya suatu larangan menunjukkan
hukum haram melakukan perbuatan yang dilarang itu
b. Kaidah kedua, ‫ االصل فى النهى يطلق الفسا د مطلقا‬,Artinya, suatu larangan menunjukkan fasad
perbuatan yang dilarang itu jika dikerjakan.
c. Kaidah ketiga, ‫النهى عن الشئ امر يضده‬, Artinya , suatu larangan terhadap sesuatu perbuatan
berarti perintah terhadap kebalikannya

f. Syarat-syarat Nahi
a. Bentuk nahi hanya satu saja, yaitu fiil mudhari’ yang disertai la nahi
b. Menunjukkan haram
c. Menunjukan Makruh
d. Melarang sesuatu mengakibatkan perbuatan yang dilarang hukumnya menjadi rusak dan
tidak sah.
T E R I M A K A S IH

Anda mungkin juga menyukai