( A L - Q U R ’A N , A S - S U N N A H , A L - I J M A ’
D A N A L - Q I YA S )
SUMBER DAN DALIL HUKUM ISLAM
Dalil-dalil yang
tidak Disepakati Al-Qiyas
BERPEGANG TEGUH KEPADA SUMBER
DAN DALIL HUKUM YANG DISEPAKATI
• PENGERTIAN AL-QUR’AN
• Secara Bahasa = “Bacaan”
• Secara Istilah Ushul Fiqh = “Kalam (perkataan) Allah SWT yang
diturunkan-Nya dengan perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW dengan Bahasa Arab serta dianggap
beribadah membacanya.”
• Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz, 114 Surat, 6.326 Ayat, 324.345
huruf (berdasarkan Al-Qur’an terjemah Departemen Agama)
• Al-Qur’an ditulis diatas lembaran mushaf, dimulai dari Surat Al-
Fatihah dan diakhiri dengan Surat An-Naas yang disampaikan
kepada kita secara mutawatir (berurutan), baik melalui tulisan
atau bacaan dari satu generasi ke generasi terpelihara dari
perubahan dan penggantian.
AL-QUR’AN
OTENTITAS AL-QUR’AN
Umat Islam sepakat bahwa kumpulan wahyu Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW disebut Al-Qur’an
AL-QUR’AN
Terhadap Ayat-Ayat
Memberi perincian terhadap ayat-
Fungsi Sunnah
ayat global
Hukum
• Contoh Ijma’ yang dilandaskan atas Al-Qur’an: Kesepakatan ulama atas keharaman
menikahi nenek dan cucu perempuan. Berdasarkan Surat An-Nisa ayat 23:
para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan kata ummahat (para ibu) dalam
ayat tersebut mencakup ibu kandung dan nenek, dan kata banat (anak-anak wanita) dalam
ayat tersebut mencakup anak perempuan dan cucu perempuan.
• Contoh Ijma’ yang dilandaskan Sunnah: kesepakatan ulama bahwa nenek menggantikan
ibu kandung bilamana ibu kandung dari si mayit sudah wafat dalam hal mendapat harta
warisan. Berdasarkna hadits nabi SAW: “dari Ibnu Umar berkata, ada seorang nenek yaitu ibu
kandung ibu dan ibu kandung bapak yang datang kepada Abu Bakar (menanyakan sesuatu),
maka Abu Bakar bertanya kepada orang-orang dan al-Mughirah bin Syu’bah lah yang bisa
memberitahu bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW memberikan bagian warisan kepada
nenek seperenam.” (HR Tirmidzi)
AL-IJMA’
2. Hadits yang berisi dialog antara Rasulullah SAW dan Mu’az bin Jabal ketika
akan dikirim menjadi hakim di Yaman. Menjawab pertanyaan Rasulullah SAW
dengan apa ia memutuskan hukum di Yaman, Mu’az bin Jabal menceritakan
bahwa ia akan memutuskan hukum berdasarkan Al-Qur’an dan jika tidak
didapatkan di dalamnya maka ia putuskan berdasarkan Sunnah Rasulullah SAW
dan jika tidak ditemukan lagi maka ia akan memutuskan dengan hasil ijtihadnya
sendiri, “aku akan berijtihad dengan penalaranku”.
AL-QIYAS
• Rukun Al-Qiyas:
1. Ashal (pokok tempat meng-qiyas-kan sesuatu); masalah yang
telah ada hukumnya. Contoh: Khamr yang ditegaskan
keharamannya dalam QS: Al-Maaidah ayat 90
2. Adanya hukum ashal, yaitu hukum syara’ yang terdapat pada
ashal yang hendak ditetapkan pada far’u dengan jalan qiyas.
3. Adanya cabang (far’u), yaitu sesuatu yang tidak ada ketegasan
hukumnya dalam Al-Qur’an, As-Sunnah atau Ijma’. Yang
hendak ditemukan hukumnya melalui qiyas. Misalkan hukum
miras wishky
4. ‘Illat, ini adalah inti dari praktik qiyas. Karena berdasarkan illat
itulah hukum dapat dikembangkan. Illat adalah sesuatu yang
bisa mengubah keadaan. Contoh penyakit adalah illat karena
mengubah kondisi seseorang dari sehat menjadi lemah.
AL-QIYAS
• Macam-macam Qiyas
• Berdasarkan perbandingan antara ‘illat yang terdapat pada ashal
dan far’u:
1. Qiyas Awla
2. Qiyas Musawi
3. Qiyas Al-Adna
• Qiyas Awla:
‘Illat yang terdapat pada far’u lebih utama daripada ‘illat yang
terdapat pada ashal: men-qiyas-kan hukum haram memukul
kedua orang tua kepada hukum haram mengatakan “ah” yang
terdapat pada surat Al-Israa ayat 17: “...falaa taqul lahuma
uffin..” . ‘illat nya adalah sama-sama menyakiti orang tua.
• Qiyas Musawi: ‘illat yang terdapat pada far’u sama bobotnya
dengan ‘illat yang terdapat pada ashal
• Qiyas Al-Adna: ‘illat yang terdapat pada far’u lebih rendah
bobotnya dibandingkan dengan ‘illat yang terdapat pada
ashal