Anda di halaman 1dari 6

Filsafat Pendidikan Islam

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam dalam agama penyempurna dari agama-agama yang telah diturunkan oleh Allah kepada
Ummat terdahulu, artinya Islam adalah agama terakhir. Oleh sebab itu pula sebagai agama
yang sempurna tentunya Islam harus bersifat universal dan konfrehensif, dapat sesuai dengan
setiap zaman dan setiap tempat dimana penganutnya berada.

Selain itupula Islam sebagai agama yang diridhai oleh Allah Swt. mestinya tidak
bertentangan dengan fitrah (akal) manusia yang juga dikaruniakan oleh Allah kepada
manusia sebagaimana yang dikemukakan oleh Quraish Shihab : Tidak ada pemisahan antara
ilmu-ilmu agama dan ilmu umum, karena semuanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah
Swt.[1] Namun pada kenyataannya tidak jarang kita temukan antara akal dan wahyu
dipertentangkan oleh masing-masing. Oleh sebab itu, maka dalam makalah kami ini diantara
hal-ihwal yang akan kami sajikan yaitu “Bagaimana Pandangan Islam tentang Filsafat”
sebagai bahan masukan untuk kita semua dan sekurang kurangnya menjadi bahan diskusi.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan kami ketengahkan dalam makalah kami ini :

1. Apakah pengertian Islam ?


2. Apakah Islam sebagai gejala alami yang universal ?
3. Apakah Islam agama universal dan eternal?
4. Apakah Islam dapat menjadi sumber pengetahuan?
5. Bagaimanakah pandangan Islam tentang filsafat?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Islam

Secara etimologis kata Islam yang berasal dari bahasa Arab memiliki beberapa pengertian
antara lain : (????) aslama (????) yuslimu dengan pengertian menyerahkan diri,
menyelamatkan diri, taat, patuh dan tunduk. Kalau kita melihat dari kata dasar (???)salima
maka mengandung pengertian. Selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat.
Sedang kalau kita melihat dari kata dasar (???) salam maka akan berarti “damai, aman dan
tentram”[2]

Dari beberapa pengertian di atas dapatlah kiranya kita memahami bahwasanya Islam adalah
agama yang menuntut kesadaran bagi pemeluknya untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-
hukum yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk dapat hidup bahagia, damai dan tentram. Dan
hal ini sejalan dengan apa yang didambakan oleh setiap individu.

Kata Islam menurut pandangan umum yang berlaku mempunyai konotasi bahkan kadang
diartikan sebagai agama allah[3] berarti Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah
sebagai jalan diberikan kembali kepadanya. Murtadhu Muthahhari mengatakan bahwa
“agama menentukan arah yang dituju”.[4] Dengan ini dapat kita pahami bahwasanya agama
Islam sebagai jalan atau pedoman dalam hidup mengarahkan kita dengan rambu-rambu dan
batasan-batasan yang jelas dalam menempuh perjalanan hidup menuju kepada kehidupan
yang lebih kekal dan abadi sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah swt.

Selanjutnya para ulama merumuskan unsur-unsur agama yaitu iman, Islam dan ikhsan.[5]
Ketiga unsur ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan iman berarti membenarkan
dalam hati, Islam berarti kita mengaplikasikan dalam bentuk perbuatan sedangkan ihsan
berarti kita melakukan segala sesuatunya semata-mata mengharapkan ridha dari Allah.

2. Islam Sebagai Gejala Alami yang Universal

Alam semesta dimana kita hidup di dalamnya ini, susunannya tertib dan teratur rapih. Di
dalamnya terdapat aturan-aturan kaidah, tatatertib yang mengatur setiap komponen. Mereka
semua mengikuti hukum yang telah ditetapkan dan sedikitpun tidak menyimpang dari hukum
tersebut.[6]

Peristiwa–peristiwa yang terjadi di alam raya ini dari sisi kejadiannya, dalam kadar atau
ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu dan itulah yang disebut takdir. Segala
sesuatunya terjadi dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhannya. Yang sementara dapat di
simpulkan oleh ulama sebagai sunnahtullah.[7]

Pada dasarnya segala yang ada dilangit dan dibumi yang kita tempati ini semuanya telah
diberikan batasan-batasannya dalam artian bahwa alam tersusun dengan rapi yang penuh
dengan keseimbangan dan keserasian ini karena masing-masing komponen berjalan sesuai
dengan orbitnya, apa yang telah digariskan atau ditetapkan baginya sehingga antara satu
dengan yang lainnya tidak terjadi kekacauan.

Karena seluruh makhluk dan alam semesta ini tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum
tuhan, maka secara harfiah alam beserta segala isinya ini adalah muslim mengikuti dan
melaksanakan Islam sebagaimana arti Islam yaitu tunduk dan patuh.[8] Tidak terkecuali bagi
manusia sebagai mahluk maka manusiapun memiliki keterbatasan sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan padanya namun dalam keterikatan manusia dengan hukum-hukum manusia
diberikan keistimewaan oleh Allah dalam menentukan arah dan tujuan kehidupannya sendiri.

3. Islam sebagai Agama Universal dan Eternal


Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama agama Islam diturunkan oleh Allah swt.
sebagai rahmatan lil alamin. Selanjutnya kesempurnaan ajaran Islam terlihat pada
keselarasan nilai-nilai dengan fitrah manusia.[9]

Karena agama Islam ini diturunkan sebagai agama untuk seluruh manusia tanpa terkecuali,
maka agama Islam hendaknya bisa diterapkan disetiap tempat di muka bumi ini dan dapat
relefan terhadap semua zaman. Selanjutnya agama Islam yang diturunkan oleh Allah swt
sebagai pencipta segala yang ada di langit dan bumi tanpa terkecuali manusia. Firman Allah
yang artinya : … Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Q.S. Al-Baqarah : 38)

Secara garis besarnya dasar-dasar ajaran Islam itu meliputi aqidah, syari’ah dan akhlaq.
Untuk lebih jelasnya berikut akan kami uraikan secara singkat penjabaran masing-masing
yang menunjukkan sifat universalitas dan eternalitas Islam;

a. Aqidah

Manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, sebab agama adalah menjadi kebutuhan
manusia dalam hidupnya, memang manusia dapat menangguhkannya boleh jadi sampai
dengan menjelang kematiannya namun pada akhirnya sebelum ruh meninggalkan jasad ia
akan merasakan kebutuhan itu.[10]

Dalam sejarah umat manusia akan selalu dijumpai berbagai bentuk kepercayaan. Pencarian
kepercayaan oleh manusia tidak akan pernah berhenti selama manusia ada.[11]

Dengan ini maka jelaslah kiranya bagi kita bahwasanya manusia sesuai dengan fitrah yang
dimilikinya memerlukan agama, sebab manusia dengan segala keterbatasannya sangat
menyadari akan perlunya sandaran pertikal kepada tuhan sebagai dzat yang Maha Sempurna
untuk mengembalikan segala permasalahan yang berada diluar jangkauannya.

b. Syariah

Kata syari’at jika diartikan dari segi bahasa maka mengandung dua pengertian yang pertama
adalah berarti “mata air” yang mengalir dengan tujuan untuk diminum airnya, yang kedua
jalan terang dan lempang dimana harus berjalan diatasnya, hal ini sejalan dengan firman
Allah :

?? ?????? ??? ????? …

Artniya : kemudian kami tempatkan engkau pada jalan yang terang lagi benar
(syari’at).[12]

Syari’at secara istilah sebagaimana yang dipakai oleh para ahli hukum Islam adalah : hukum-
hukum yang diciptakan oleh Allah swt. untuk segala hambanya agar mereka
mengamalkannya untuk kebahagiaan dunia akhirat baik hukum-hukum itu bertalian dengan
perbuatan aqidah dan akhlaq.[13]

Syari’at sebagi jalan yang telah diberikan oleh Allah swt kepada kita manusia bertujuan
untuk mengatur dan menata seluruh aspek kehidupan sehingga kita dapat meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat.
c. Akhlak

Kata akhlak merupakan bentuk majemuk dari kata “khulukan” yang berarti perangai atau
budi pekerti, gambaran batin atau tabiat karakter.[14] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.[15]

Selanjutnya akhlak dalam agama Islam ialah ilmu yang di dalamnya dipelajari tingkah laku
manusia, atau sikap hidup manusia dalam pergaulan.[16] Manusia sebagai mahluk sosial
tentunya tidak dapat hidup tanpa dengan adanya orang lain karena itu maka akhlak dalam
Islam mengatur bagaimana seharusnya manusia dalam pergaulannya sesama manusia
sehingga tercipta kerukunan dan keharmonisan dalam kehidupannya.

4. Islam sebagai Sumber Pengetahuan

Imam Al-Gazali berpendapat Al-Qur’an adalah (bagaikan) samudra dan bahwa dari Al-
Qur’an timbullah ilmu-ilmu awal dan akhir.[17]

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan
dalam arti proses pencapaian dan objek pengetahuan.[18] Selanjutnya menurut Quraish
Shihab dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan (pendidikan) bukan dinilai dari segi
banyaknya teori-teori ilmiah yang tersimpul didalamnya melainkan yang lebih penting adalah
melihat adakah jiwa dari setiap ayat-ayatnya yang menghalangi kemajuan atau bertentangan
dengan penemuan ilmiah.[19]

Kalau kita cermati diantara kandungan ayat-ayat al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran
Islam maka kita tidak akan menjumpai satupun diantara ayatnya yang bertentangan dengan
penemuan-penemuan ilmiah. Bahkan terkadang sesuatu yang belum dapat ditemukan oleh
para ilmuan, Al-Qur’an telah jauh-jauh hari sebelumnya telah memberikan informasi
tentangnya meskipun dalam bentuk yang sangat singkat.

5. Pandangan Islam tentang Filsafat

H.E Saifuddin Anshari telah menyimpulkan pengertian filsafat dari pengertian yang diberikan
oleh para filosof bahwa :

1. Filsafat adalah ilmu yang istimewa, yang mencoba menjawab masalah-masalah yang
tidak mampu dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena berada diluar jangkauannya.

2. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami secara
radikal dan integral serta sistematis hakikat sarwa kekalian yang ada.[20]

Ahmad Fuad Al Ahwawi menyatakan dalam kitabnya bahwa filsafat itu adalah sesuatu yang
terletak diantara ilmu pengetahuan dan agama, karena disatu sisi ia mengandung
permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diketahui dan difahami sebelum orang beroleh
keyakinan dan ia menyerupai ilmu pengetahuabb disisi lain karena ia ia merupakan hasil akal
pikiran manusia.[21]

Selanjutnya dalam hubungan antara akal (filsafat) dan syari’at (agama) Ibnu Taimiyah
menegaskan bahwa hubungan antara akal dan syari’at adalah hubungan pengetahuan, bisa
jadi akal mengetahui syari’at dan bisa jadi tidak bukan untuk menetapkan adanya syari’at
atau tidak adanya.[22]

Dari uraian singkat di atas dapat difahami bahwasanya filsafat dibutuhkan untuk memahami
isi kandungan Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam dan pada dasarnya keduanya akan
mengantarkan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah hanya saja kalau agama
menuntun manusia melalui wahyu yang diturunkan oleh Allah secara langsung maka filsafat
adalah usaha frogresif manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali, Permata Al-Qur’an, Jakarta : Rajawali Pers, 1987

Haddade Hasyim, Pendidikan Qur’ani. Makassar : YAPMA, 2003

Muh. Tengku Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra 1998

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandug Mizan Media Utama, 2005.

Taimiyah Ibnu, Menghindari Pertentangan Akal dan Wahyu. Malang: Pustakan Zamzami,
2004

Zuhairini, et.al. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2004.

[1]M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung, 2005), h. 302.

[2]Zuhairini et.al, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta 2004) h. 35

[3]Ibid

[4]Quraish Shihab, op.cit, h. 376

[5]Tengku Muh. Hasbi Ash Shiddieqy, Al-Islam (Semarang 1998) h. 7

[6]Zuhairini op.cit., h. 36

[7]Quraish Shihab, op.cit., h. 61

[8]Zuhairini op.cit., h. 37

[9]Ibid, h. 41

[10]Quraish Shihab, op.cit., h. 376.

[11]Zuhairini, op.cit., h. 42
[12]Ibid, h. 43

[13]Ibid, h. 44

[14]Ibid, h. 50

[15]Quraish Shihab, op.cit., h. 253

[16]Zuhairini, op.cit., h. 51

[17]Al-Ghazali, Permata Al-Qur’an (Jakarta, 1987),h. 4

[18]Quraish Shihab op.cit., h. 434

[19]Hasyim Haddade, Pendidikan Qur’ani (Makassar, 2003), h. 13.

[20]Zuhairini, op.cit., h. 64

[21]Ibid

[22]Ibnu Taimiyah, Menghindari Pertentangan Akal dan Wahyu (Malang, 2004) h. 53.

Anda mungkin juga menyukai